Share

Ngidam

Author: Ama Kejora
last update Last Updated: 2023-10-01 23:45:29

Renata memandangi selembar kertas hasil pemeriksaannya di rumah sakit, beserta hasil USG di tangan satunya. Sungguh ia sudah tak sabar menunggu kelahiran buah hatinya. Seandainya suatu saat Alex menceraikannya, setidaknya ia masih memiliki seseorang yang paling berharga dalam hidupnya yaitu anak.

Tring

Notifikasi di ponselnya mengalihkah perhatiannya. Itu salah satu notifikasi pemberitahuan dari aplikasi miliknya jika saja ada berita terbaru. Renata mengambil ponselnya lalu melihat berita terbaru hari ini. Sebuah senyum keterpaksaan terlihat jelas di sudut bibirnya, saat melihat berita terhangat tentang pebisnis terkenal yang sedang mengadakan resepsi pernikahan mewah. Siapa lagi kalau bukan Alex Bimantara yang merupakan suaminya.

Sebagai seorang pebisnis terkenal tentu pernikahan Alex dan Laura di sorot media. Tanpa semua orang ketahui bahwa di rumahnya ada seorang wanita yang juga istri Alex. Renata mencoba abai dengan semua pemberitaan itu. Semakin dia memikirkan tentu akan semakin membuatnya sedih.

“Neng Rena,” panggil Bi Marni dari depan pintu.

Renata buru-buru menyimpan kertas hasil pemeriksaan miliknya. Begitu juga dengan ponselnya ia taruh di laci meja. Lalu bergegas menghampiri Bi Marni yang masih berdiri disana.

“Eh iya kenapa, Bi?” tanya Renata.

“Makan siang sudah siap. Ayo kita makan dulu!” ajaknya.

“Baik, Bi. Maaf ya Rena nggak bantuin Bibi masak,” ucapnya merasa tak enak.

“Tidak masalah.” Bi Marni mengukir senyum tulus.

Renata dan Bi Marni makan siang berdua. Hanya mereka saja yang di izinkan tidur dan makan di rumah besar itu. Sedangkan pelayan lain tinggal di paviliun belakang, begitu juga saat makan dan istirahat tidak boleh berkeliaran di rumah utama.

Setelah selesai makan siang, Renata pergi ke taman belakang. Entah kenapa ia menginginkan mangga muda yang di petik langsung dari pohonnya. Tentu Renata memetik mangga tanpa sepengetahuan semua pekerja di rumah itu. Jika saja ketahuan orang, ia takut kena marah. Untung saja hanya dengan menggunakan tangan ia bisa memetik mangga itu.

“Neng Rena bawa apa itu?” tanya Bi Marni yang tak sengaja melihat Renata berjalan mengendap-endap ke dalam rumah.

“Eh maaf, Bi. Tadi aku memetik satu mangga muda ini. Aku sangat menginginkannya.” Renata terlihat takut.

“Kamu tenang saja, saya nggak akan bilang ke Tuan. Sebaiknya bawa mangga itu ke kamar. Jika pekerja lain melihatnya, bisa saja mengadu kepada Tuan,” ujar Bi Marni.

“Baik, Bi.” Terlebih dahulu Renata mengambil pisau dan piring di dapur, lalu ia pergi ke kamar.

‘Ada yang aneh sama Neng Rena, kok mangga masih mentah di petik. Atau jangan jangan ....” Bi Marni tampak menduga-duga.

...

...

Menjelang jam makan malam Bi Marni mengajak Renata makan malam bersama. Namun, setelah melihat menunya Renata tak berselera. Bukan tak suka, tetapi Renata sedang ingin makan seafood yang di jual di restoran dekat supermarket.

“Neng Rena, kenapa masih diam? Apa mau Bibi ambilkan nasi dan lauknya?” tanya Bi Marni yang sudah bersiap makan.

“Tidak usah, Bi. Em sebenarnya aku belum lapar. Bibi makan duluan saja ya, aku mau ke kamar dulu.” Lalu Renata pergi dari sana meninggalkan Bi Marni yang sedang menatapnya heran. Biasanya Renata selalu semangat jika di ajak makan bersama karena menurutnya akan jauh lebih nikmat. Tetapi berbeda dengan sekarang.

Renata mengambil dompet miliknya. Ia melihat hanya ada uang lima puluh ribu saja. Kebetulan ia belum gajian, dan juga uang simpanannya sudah ia pakai untuk modal acara tujuh hari mendoakan ibu dan adik-adiknya.

“Ya Allah, bagaimana ini? Aku ingin sekali makan di restoran itu,” gumam Renata sambil menahan keinginannya.

Sayang sekali uang lima puluh ribu tidak dapat untuk membeli makanan apa pun jika dibawa ke restoran itu. Paling juga cukup untuk membeli minum saja. Restoran yang Renata maksud merupakan restoran untuk kelas atas. Dia sendiri bingung kenapa mengidam ingin makan di restoran itu, sedangkan sudah jelas dirinya tak mampu.

Renata keluar dari kamarnya. Ia yang akan mengambil minum tak sengaja melihat Alex berada di ruang makan sedang membuka bungkusan makanan dari restoran langganannya. Renata melihat nama restoran tertulis di kotak makan itu. Seketika ia meneguk air liurnya sendiri. Sungguh Renata menginginkannya.

Alex mengalihkan arah pandangnya saat merasakan ada seseorang yang memperhatikannya. “Ngapain kamu berdiri disitu?” tanya Alex ketus.

“Tuan, bolehkah saya sedikit meminta makanan itu?”

Tawa Alex menggelegar di ruangan itu. “Hahahaha ... Kamu nggak malu tanya begitu? Makanan ini nggak level di makan sama orang sepertimu.”

Renata menunduk sedih, lalu ia mengambil satu gelas penuh air putih dan meneguknya habis. Masih saja ia memandangi Alex, berharap mendapatkan kemurahan hatinya. Hingga ia melihat Laura menghampiri Alex dan bergelayut manja di lengannya.

‘’Sayang, ayo makan dulu!’’ ajak Alex.

‘’Terima kasih, sayang. Padahal tadi aku baru mau pesan makanan kesukaan kira, eh ternyata kamu sudah memesannya duluan.’’ Laura mencium kedua pipi Alex secara bergantian.

Renata hanya bisa menahan keinginannya. Terpaksa ia mengambil makanan buatan Bi Marni untuk mengganjal perutnya. Dari pada kelaparan, ia takut anaknya kenapa-napa. Walaupun tak berselera tetapi tetap ia paksakan.

...

...

Ting tong

Alex dan Laura yang sedang bermanja, mendengar ada yang memencet bel rumah. Alex sudah memanggil Bi Marni tetapi tidak ada sahutan. Akhirnya dia sendiri yang membukakan pintu rumahnya.

‘’Hai, Bro,’’ sapa Kenan dengan gaya coolnya.

‘’Eh Kenan, tumben Lo datang kesini. Kapan Lo pulang dari luar negeri?’’ Keduanya saling berpelukan.

‘’Pulang kemarin, Bro. Maaf ya Gue nggak datang ke pernikahan Lo, tapi Lo tenang saja, Gue bawakan hadiah spesial.’’ Kenan memberikan paper bag yang ia bawa kepada Alex.

‘’Thank’s, Bro.’’ Alex merangkul Kenan lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Alex memperkenalkan Kenan dengan Laura. Saudaranya itu memang sudah beberapa tahun ini tidak pulang ke Indonesia, jadi tidak pernah bertemu dengan Laura. Alex menyuruh Laura untuk memanggil pembantu dan menyuruh membuatkan minum.

Tak lama, Renata datang dengan membawa nampan berisi suguhan untuk Kenan. Sejak tadi kedua mata Kenan sama sekali tak berkedip melihat wanita cantik yang berpenampilan sederhana itu. Alex menyadari itu, tatapan tak biasa Kenan kepada Renata.

‘’Terima kasih, cantik,’’ ucap Kenan saat Renata menaruh minuman ke atas meja depannya.

‘’Sama-sama, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu,’’ ucap Renata lalu berlalu pergi dari sana.

‘’Segitunya ngelihatin dia, Bro,’’ sindir Alex.

‘’Habisnya cantik sih, oh iya apa dia pembantu disini?’’ tanya Kenan.

‘’Benar, dia pembantu yang so kecentilan,’’ sahut Laura tak suka.

‘’Kalau nggak di butuhkan lagi disini mending kasih aku saja. Aku bisa jadikan dia istri, bukan lagi pembantu. Habisnya dia terlalu cantik kalau jadi pembantu,’’ ucap Kenan.

Alex mengepalkan tangannya mendengar penuturan Kenan. Ia tak suka ada orang lain menginginkan sesuatu yang sudah menjadi miliknya. Begitu juga dengan Laura yang saat ini mengumpat dalam hatinya. Ia tak terima jika ada yang memuji kecantikan Renata. Hanya dirinya saja yang boleh terlihat cantik dimata semua orang.

‘Awas saja kamu Renata,’ batin Laura kesal.

Cukup lama mereka mengobrol, Alex dan Laura kini memilih untuk pergi istirahat di kamar. Sedangkan Kenan masih duduk sendiri disana. Kenan memutuskan untuk menginap untuk malam ini. Tentu tujuannya untuk mendekati Renata.

‘’Hai, Nona cantik.’’ Kenan mendekati Renata yang sedang berkutat di dapur. Kebetulan Kenan membawa gelas kotor miliknya.

‘’Ada yang bisa saya bantu, Tuan?’’ tanya Renata.

‘’Tidak ada, justru saya yang akan membantu. Biarkan saya mencuci gelas-gelas ini,’’ ucapnya lalu menyalakan kran di wastafel.

‘’Tidak usah repot-repot, Tuan. Kalau Tuan Alex tahu, takutnya saya yang kena marah.’’

‘’Alex nggak akan marah kok, lagian ini inisiatifku sendiri. Oh iya kalau ada waktu senggang, bisakah kita mengobrol berdua?’’ tanya kenan.

‘’Boleh, nanti malam saja setelah pekerjaan saya selesai,’’ ucap Renata.

‘’Baiklah, Nona.’’

Alex keluar kamar dengan bertelanjang dada. Kebetulan ia sedang bercinta dengan Laura, tetapi tiba-tiba merasa haus. Alex menghentikan langkahnya saat mendengar canda tawa dari dapur. Ia melihat Renata dan Kenan yang terlihat dekat. Sungguh ia tak suka dengan kedekatan mereka.

‘Dasar wanita penggoda, awas saja kau,’ batin Alex dengan kemarahan memuncak.

Related chapters

  • Derita diatas luka   Alex cemburu kepada Kenan

    Setelah dua hari tidak bertemu Renata, hari ini Kenan kembali berkunjung ke rumah Alex untuk menemuinya. Rindu yang ia rasakan begitu besar. Apalagi kalau malam tak bisa tidur karena terus memikirkannya. Kenan mengakui jika dirinya mencintai Renata, tanpa memandang statusnya yang hanya serang pembantu. Alex yang sedang berdiri di balkon kamarnya, melihat sebuah mobil yang menurutnya tak asing berhenti di halaman rumah. Ia melihat Kenan keluar dari mobil, tetapi ia tak berniat sama sekali untuk menyambut kedatangan sepupunya itu. Lima belas menit sudah setelah Kenan datang ke rumahnya, tetapi tidak ada pelayan yang memanggilnya untuk menemui Kenan. Alex memutuskan keluar dari kamarnya. Pandangannya menelisik mencari keberadaan Kenan, tetapi ia sama sekali tak melihatnya. ''Kemana dia,'' gumam Alex, lalu ia memanggil BI Ijah yang kebetulan sedang menyapu di ruang depan. ''Bi, apa Bibi melihat kenan?'' ''Tadi saya melihat Tuan Kenan pergi ke halaman belakang menghampiri Neng Renata y

    Last Updated : 2023-10-03
  • Derita diatas luka   Terungkap

    Renata merasakan badannya sangat lemas. Namun, ia masih saja mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba ia merasa kepalanya berputar dan pandangannya menjadi gelap. Renata pingsan dan hendak terjatuh ke lantai. Untung saja ada Kenan yang baru datang. Ia memegangi Renata sehingga tak terjatuh ke lantai. "Rena, kenapa kamu bisa pingsan begini?" Kenan terlihat khawatir. Kenan memanggil Bi Marni dan izin akan membawa Renata ke rumah sakit. Ia takut terjadi sesuatu dengan pujaan hatinya. Untuk urusan Alex biar ia pikirkan belakangan. Kenan mengendari mobilnya dengan perasaan tak tenang. Sesekali ia menoleh ke belakang, melihat Renata yang ia baringkan disana. Untung saja jalanan tidak macet jadi ia bisa sampai ke rumah sakit dengan cepat. Kenan membopong Renata sambil berteriak memanggil dokter. Terlihat seorang perawat mengjampirinya sambil mendorong brankar pasien. Renata di tidurkan disana dan langsung dibawa ke ruang pemeriksaan. Kenan terlihat sangat cemas. Sejak tadi ia mondar-mandir

    Last Updated : 2023-10-06
  • Derita diatas luka   Pergi

    Laura yang baru pulang, terkejut melihat ruang keluarga begitu berantakan. Apalagi saat melihat suaminya sedang duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan berjalan legak-legok Laura mendekati suaminya. "Mas, apa yang terjadi? Kenapa berantakan sekali?" tanya Laura kesal. "Hanya sedikit emosi. Kamu sudah pulang, sayang? Katanya nggak akan pulang secepat ini?" Leon mengalihkan pembicaraannya. "Iya, Mas. Aku mau kasih surprise buat Mas Alex. Ini aku belikan jam tangan keluaran terbaru loh." Lalu Laura memberikan paper bag berukuran kecil kepada suaminya. "Terima kasih, sayang. Sebagai gantinya, bagaimana jika aku memberikan pelayanan untukmu." Alex mengedipkan sebelah matanya. Laura tahu arah pembicaraan suaminya. Namun, ia sedang tak ingin bercinta. Apalagi badannya begitu lelah. "Maaf, Mas. Tapi aku sedang datang bulan," ucapnya berbohong. "Loh kok datang bulan lagi sih, sayang?" Alex sedikit heran. "Iya, Mas. Mungkin karena banyak pikiran jadi datang bulanny

    Last Updated : 2023-10-10
  • Derita diatas luka   Tempat tinggal baru

    Renata merasa lebih tenang setelah tinggal di apartemen Kenan. Sore ini ia berniat memasak untuk Kenan, karena Kenan sempat berkata akan mengunjunginya. Renata yang baru keluar dari kamar, sama-samar mendengar suara seseorang yang sedang berteleponan. 📞’’Iya, Bi. Pasti aku akan menjaga Renata dengan baik karena aku mencintainya. Bibi tenang saja, aku akan memenuhi semua kebutuhannya,’’ ucap Kenan yang sedang berteleponan dengan Bi Marni. Renata merasa tak enak kepada Kenan. Jika Kenan menolongnya karena rasa cinta kepadanya, lalu bagaimana jika ia tak membalas perasaan itu? Akankah Kenan tetap menolongnya? Renata tahu, seseorang pasti akan menyerah jika perasaannya tak kunjung terbalas. Renata semakin tak enak kepada Kenan, apalagi ia yang memang tak mencintainya. ‘Apa sebaiknya aku pergi saja dari sini. Aku tak mau merepotkan Tuan Kenan. Apalagi aku tak bisa membalas cintanya. Aku tak pantas bersanding dengannya,’ batin Renata. Renata melanjutkan langkahnya menuju ke dapur. Ia m

    Last Updated : 2023-10-12
  • Derita diatas luka   Episode 12

    Selama tinggal di desa, Renata membantu Emak Susi berjualan dan ia mendapatkan upah uang 30 ribu rupih perharinya. Bagi orang desa, pendapatan segitu juga sudah lumayan. Tak pernah sedikitpun Renata mengeluh. Ia malah senang berada di lingkungan orang-orang baru yang menurutnya sangat baik. Mereka semua tahu jika saat ini Renata hamil, tetapi ia berpisah dengan suaminya. "Ternyata sangat melelahkan." Renata mengusap peluh yang menetes di keningnya. "Neng Rena, terima kasih ya sudah bantu emak berjualan. Kalau nggak ada Neng Rena biasanya emak kewalahan," ucap Emak Susi sambil mendudukkan diri di sebelah Renata. "Sama-sama, Bu. Rena senang kok kerja sama ibu," ucap Renata. "Mulai sekarang kamu panggil Emak saja ya jangan panggil ibu. Anggap saja Emak ini sebagai orangtua kamu sendiri." "Terima kasih Emak. Rena beruntung bisa bertemu sama Emak." Renata spontan memeluk Emak Susi. "Sama-sama, Neng. Kita itu memang harus saling membantu sesama. Emak senang Neng Rena bisa tinggal disin

    Last Updated : 2023-10-13
  • Derita diatas luka   Episode.13

    Alex memperlakukan Laura dengan penuh cinta. Apalagi mengingat ada calon anaknya. Ia sungguh bahagia. Bahkan ia sampai melupakan kepergian Renata. Berbeda dengan Laura yang sama sekali tak bahagia. Bahkan ia harus mencancel beberapa job untuk beberapa bulan ke depan. Sang manager pun dibuat marah karena Laura yang tiba-tiba vakum disaat namanya naik daun. Tetapi mau bagaimana lagi, setiap hari Laura selalu merasa mual dan mudah lelah. Jadi tak mungkin ia tetap bekerja. Prang Laura melempar vas bunga yang ada di kamarnya. Ia memukul-mukul perutnya yang masih rata. Aksi Laura terlihat oleh Alex yang kebetulan berdiri di depan pintu. "Apa yang kamu lakukan Laura? Bukankah kamu sudah depakat untuk menerima anak itu? Kenapa kamu malah menyakitinya?" Alex terlihat marah. "Gara-gara anak ini karierku hancur. Aku memang ingin memiliki anak tetapi tidak harus sekarang, Mas," keluh Laura. "Mungkin ini memang sudah takdirnya. Lagian bukankah kamu memakai KB? Jadi, kalau kecolongan ya nggak

    Last Updated : 2023-10-16
  • Derita diatas luka   Episode.14

    Tak terasa tinggal menghitung hari lagi Renata lahiran. Ia sudah tidak sabar menantikan hari itu. Hari dimana ia bertemu dengan anaknya yang amat ia cintai sejak dari dalam kandungan. Renata sedang duduk sendirian di depan rumah Emak Suci. Sesekali ia mengusap perut buncitnya yang tiba-tiba terasa sakit. Entah apa yang salah, padahal ia sama sekali tak salah makan. ''Kenapa dengan perutku? Kenapa sakit sekali?'' keluh Renata. ''Rena, kamu kenapa, Nak?'' tanya Emak Susi yang kebetulan baru pulang mengantarkan pesanan ke rumah tetangga. ''Perutku sakit sekali, Mak. Padahal Rena nggak makan sesuatu yang aneh,'' ucapnya sambil sedikit merintih. ''Mungkin kamu akan melahirkan, Nak.'' ''Tapi menurut bidan aku lahiran masih beberapa hari lagi, Mak,'' ucapnya. ''Bidan kan hanya manusia, prediksinya itu belum tentu benar. Lebih baik sekarang kita ke klinik saja. Kamu tunggu sebentar ya, Emak mau minta pertolongan tetangga untuk mengantarkan kita.'' Lalu Emak Susi pergi ke rumah tetangga

    Last Updated : 2023-10-21
  • Derita diatas luka   Episode.15

    Alex yang hendak pulang, langsung berputar arah menuju ke rumah sakit setelah mendapat telepon dari Bi Marni. Sesampainya di rumah sakit ia bertanya kepada satpam letak ruang persalinan. Dengan perasaan khawatir Alex pergi menuju ke ruang persalinan. Ia sungguh khawatir mendengar istrinya akan melahirkan di usia kandungannya yang masih tujuh bulan.''Bi, bagaimana keadaan istri saya?'' Alex mendekati BI Marni yang sedang duduk di depan ruang persalinan.''Ibu Laura baru akan melahirkan, Tuan,'' ucap Bi Marni.''Saya sebagai suaminya harusnya mendampinginya, Bi,'' ucap Alex lalu ia mendekati pintu ruangan itu. Baru juga ia akan membuka pintu, ia mendengar tangisan bayi.''Sepertinya anak Tuan sudah lahir,'' ucap Bi Marni.Alex berucap syukur atas kelahiran anaknya. Namun, ia sedikit kecewa karena anaknya lahir tanpa di temani olehnya. Pasalnya setiap ibu melahirkan pasti ditemani oleh suaminya. Bahkan ada yang anaknya tidak keluar juga jika belum ada ayahnya di samping ibunya.Tak lama

    Last Updated : 2023-10-29

Latest chapter

  • Derita diatas luka   Episode.16

    Alex sudah mendatangi rumah sakit tempat dokter kandungan yang sebelumnya memeriksa perkembangan kehamilan istrinya. Ternyata dokter tersebut sudah resign dan di gantikan dengan dokter baru. Saat keluar dari ruangan dokter kandungan, tak sengaja Alex berpapasan dengan suster yang akan masuk. "Tunggu, Sus. Apa sebelumnya Suster yang menjadi suster pendamping dokter Gio? Saya mau sedikit bertanya," ucap Alex. ."Boleh, Pak. Mau tanya apa?" "Apa Suster tahu salah satu pasien yang bernama Laura. Dia itu istri saya, dan katanya dulu selama pemeriksaan selalu ke dokter Gio," kata Alex. 'Jadi ini suaminya Bu Laura. Sayang sekali tampan gini istrinya nakal,' batin suster itu. "Benar, Pak. Memangnya kenapa ya? Oh iya apa istri bapak sudah melahirkan?" "Sudah, Sus. Maka dari itu saya bingung. Istri saya itu harusnya hamil baru tujuh bulan, tapi kata dokter yang menanganinya bersalin usia kandungan istri saya memang sudah sembilan bulan," ujar Alex dengan sedikit bingung. "Maaf, Pak. Sa

  • Derita diatas luka   Episode.15

    Alex yang hendak pulang, langsung berputar arah menuju ke rumah sakit setelah mendapat telepon dari Bi Marni. Sesampainya di rumah sakit ia bertanya kepada satpam letak ruang persalinan. Dengan perasaan khawatir Alex pergi menuju ke ruang persalinan. Ia sungguh khawatir mendengar istrinya akan melahirkan di usia kandungannya yang masih tujuh bulan.''Bi, bagaimana keadaan istri saya?'' Alex mendekati BI Marni yang sedang duduk di depan ruang persalinan.''Ibu Laura baru akan melahirkan, Tuan,'' ucap Bi Marni.''Saya sebagai suaminya harusnya mendampinginya, Bi,'' ucap Alex lalu ia mendekati pintu ruangan itu. Baru juga ia akan membuka pintu, ia mendengar tangisan bayi.''Sepertinya anak Tuan sudah lahir,'' ucap Bi Marni.Alex berucap syukur atas kelahiran anaknya. Namun, ia sedikit kecewa karena anaknya lahir tanpa di temani olehnya. Pasalnya setiap ibu melahirkan pasti ditemani oleh suaminya. Bahkan ada yang anaknya tidak keluar juga jika belum ada ayahnya di samping ibunya.Tak lama

  • Derita diatas luka   Episode.14

    Tak terasa tinggal menghitung hari lagi Renata lahiran. Ia sudah tidak sabar menantikan hari itu. Hari dimana ia bertemu dengan anaknya yang amat ia cintai sejak dari dalam kandungan. Renata sedang duduk sendirian di depan rumah Emak Suci. Sesekali ia mengusap perut buncitnya yang tiba-tiba terasa sakit. Entah apa yang salah, padahal ia sama sekali tak salah makan. ''Kenapa dengan perutku? Kenapa sakit sekali?'' keluh Renata. ''Rena, kamu kenapa, Nak?'' tanya Emak Susi yang kebetulan baru pulang mengantarkan pesanan ke rumah tetangga. ''Perutku sakit sekali, Mak. Padahal Rena nggak makan sesuatu yang aneh,'' ucapnya sambil sedikit merintih. ''Mungkin kamu akan melahirkan, Nak.'' ''Tapi menurut bidan aku lahiran masih beberapa hari lagi, Mak,'' ucapnya. ''Bidan kan hanya manusia, prediksinya itu belum tentu benar. Lebih baik sekarang kita ke klinik saja. Kamu tunggu sebentar ya, Emak mau minta pertolongan tetangga untuk mengantarkan kita.'' Lalu Emak Susi pergi ke rumah tetangga

  • Derita diatas luka   Episode.13

    Alex memperlakukan Laura dengan penuh cinta. Apalagi mengingat ada calon anaknya. Ia sungguh bahagia. Bahkan ia sampai melupakan kepergian Renata. Berbeda dengan Laura yang sama sekali tak bahagia. Bahkan ia harus mencancel beberapa job untuk beberapa bulan ke depan. Sang manager pun dibuat marah karena Laura yang tiba-tiba vakum disaat namanya naik daun. Tetapi mau bagaimana lagi, setiap hari Laura selalu merasa mual dan mudah lelah. Jadi tak mungkin ia tetap bekerja. Prang Laura melempar vas bunga yang ada di kamarnya. Ia memukul-mukul perutnya yang masih rata. Aksi Laura terlihat oleh Alex yang kebetulan berdiri di depan pintu. "Apa yang kamu lakukan Laura? Bukankah kamu sudah depakat untuk menerima anak itu? Kenapa kamu malah menyakitinya?" Alex terlihat marah. "Gara-gara anak ini karierku hancur. Aku memang ingin memiliki anak tetapi tidak harus sekarang, Mas," keluh Laura. "Mungkin ini memang sudah takdirnya. Lagian bukankah kamu memakai KB? Jadi, kalau kecolongan ya nggak

  • Derita diatas luka   Episode 12

    Selama tinggal di desa, Renata membantu Emak Susi berjualan dan ia mendapatkan upah uang 30 ribu rupih perharinya. Bagi orang desa, pendapatan segitu juga sudah lumayan. Tak pernah sedikitpun Renata mengeluh. Ia malah senang berada di lingkungan orang-orang baru yang menurutnya sangat baik. Mereka semua tahu jika saat ini Renata hamil, tetapi ia berpisah dengan suaminya. "Ternyata sangat melelahkan." Renata mengusap peluh yang menetes di keningnya. "Neng Rena, terima kasih ya sudah bantu emak berjualan. Kalau nggak ada Neng Rena biasanya emak kewalahan," ucap Emak Susi sambil mendudukkan diri di sebelah Renata. "Sama-sama, Bu. Rena senang kok kerja sama ibu," ucap Renata. "Mulai sekarang kamu panggil Emak saja ya jangan panggil ibu. Anggap saja Emak ini sebagai orangtua kamu sendiri." "Terima kasih Emak. Rena beruntung bisa bertemu sama Emak." Renata spontan memeluk Emak Susi. "Sama-sama, Neng. Kita itu memang harus saling membantu sesama. Emak senang Neng Rena bisa tinggal disin

  • Derita diatas luka   Tempat tinggal baru

    Renata merasa lebih tenang setelah tinggal di apartemen Kenan. Sore ini ia berniat memasak untuk Kenan, karena Kenan sempat berkata akan mengunjunginya. Renata yang baru keluar dari kamar, sama-samar mendengar suara seseorang yang sedang berteleponan. 📞’’Iya, Bi. Pasti aku akan menjaga Renata dengan baik karena aku mencintainya. Bibi tenang saja, aku akan memenuhi semua kebutuhannya,’’ ucap Kenan yang sedang berteleponan dengan Bi Marni. Renata merasa tak enak kepada Kenan. Jika Kenan menolongnya karena rasa cinta kepadanya, lalu bagaimana jika ia tak membalas perasaan itu? Akankah Kenan tetap menolongnya? Renata tahu, seseorang pasti akan menyerah jika perasaannya tak kunjung terbalas. Renata semakin tak enak kepada Kenan, apalagi ia yang memang tak mencintainya. ‘Apa sebaiknya aku pergi saja dari sini. Aku tak mau merepotkan Tuan Kenan. Apalagi aku tak bisa membalas cintanya. Aku tak pantas bersanding dengannya,’ batin Renata. Renata melanjutkan langkahnya menuju ke dapur. Ia m

  • Derita diatas luka   Pergi

    Laura yang baru pulang, terkejut melihat ruang keluarga begitu berantakan. Apalagi saat melihat suaminya sedang duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan berjalan legak-legok Laura mendekati suaminya. "Mas, apa yang terjadi? Kenapa berantakan sekali?" tanya Laura kesal. "Hanya sedikit emosi. Kamu sudah pulang, sayang? Katanya nggak akan pulang secepat ini?" Leon mengalihkan pembicaraannya. "Iya, Mas. Aku mau kasih surprise buat Mas Alex. Ini aku belikan jam tangan keluaran terbaru loh." Lalu Laura memberikan paper bag berukuran kecil kepada suaminya. "Terima kasih, sayang. Sebagai gantinya, bagaimana jika aku memberikan pelayanan untukmu." Alex mengedipkan sebelah matanya. Laura tahu arah pembicaraan suaminya. Namun, ia sedang tak ingin bercinta. Apalagi badannya begitu lelah. "Maaf, Mas. Tapi aku sedang datang bulan," ucapnya berbohong. "Loh kok datang bulan lagi sih, sayang?" Alex sedikit heran. "Iya, Mas. Mungkin karena banyak pikiran jadi datang bulanny

  • Derita diatas luka   Terungkap

    Renata merasakan badannya sangat lemas. Namun, ia masih saja mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba ia merasa kepalanya berputar dan pandangannya menjadi gelap. Renata pingsan dan hendak terjatuh ke lantai. Untung saja ada Kenan yang baru datang. Ia memegangi Renata sehingga tak terjatuh ke lantai. "Rena, kenapa kamu bisa pingsan begini?" Kenan terlihat khawatir. Kenan memanggil Bi Marni dan izin akan membawa Renata ke rumah sakit. Ia takut terjadi sesuatu dengan pujaan hatinya. Untuk urusan Alex biar ia pikirkan belakangan. Kenan mengendari mobilnya dengan perasaan tak tenang. Sesekali ia menoleh ke belakang, melihat Renata yang ia baringkan disana. Untung saja jalanan tidak macet jadi ia bisa sampai ke rumah sakit dengan cepat. Kenan membopong Renata sambil berteriak memanggil dokter. Terlihat seorang perawat mengjampirinya sambil mendorong brankar pasien. Renata di tidurkan disana dan langsung dibawa ke ruang pemeriksaan. Kenan terlihat sangat cemas. Sejak tadi ia mondar-mandir

  • Derita diatas luka   Alex cemburu kepada Kenan

    Setelah dua hari tidak bertemu Renata, hari ini Kenan kembali berkunjung ke rumah Alex untuk menemuinya. Rindu yang ia rasakan begitu besar. Apalagi kalau malam tak bisa tidur karena terus memikirkannya. Kenan mengakui jika dirinya mencintai Renata, tanpa memandang statusnya yang hanya serang pembantu. Alex yang sedang berdiri di balkon kamarnya, melihat sebuah mobil yang menurutnya tak asing berhenti di halaman rumah. Ia melihat Kenan keluar dari mobil, tetapi ia tak berniat sama sekali untuk menyambut kedatangan sepupunya itu. Lima belas menit sudah setelah Kenan datang ke rumahnya, tetapi tidak ada pelayan yang memanggilnya untuk menemui Kenan. Alex memutuskan keluar dari kamarnya. Pandangannya menelisik mencari keberadaan Kenan, tetapi ia sama sekali tak melihatnya. ''Kemana dia,'' gumam Alex, lalu ia memanggil BI Ijah yang kebetulan sedang menyapu di ruang depan. ''Bi, apa Bibi melihat kenan?'' ''Tadi saya melihat Tuan Kenan pergi ke halaman belakang menghampiri Neng Renata y

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status