Beranda / Rumah Tangga / Derita diatas luka / Kembali ke rumah Alex

Share

Kembali ke rumah Alex

Penulis: Ama Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-27 23:06:37

Sudah tujuh hari ini Renata tinggal di rumah Bu Sukma sekaligus ikut tahlilan mendoakan ibu dan kedua adiknya. Alex pun membiarkan Renata tanpa mengusiknya karena masih berduka. Hari ini Renata memutuskan untuk kembali ke rumah Alex. Biar bagaimana pun ia masih terikat kontrak.

"Bu, Rena pamit pulang dulu ya." Renata menjabat tangan Bu Sukma lalu mereka berpelukan.

"Hati-hati, Nak. Jangan lupa sering berkunjung," ucapnya sambil mengusap pelan punggung Renata.

Renata pergi dengan menaiki ojek. Beruntung jalanan tak macet sehingga ia bisa sampai lebih cepat. Tak lama ojek yang ia naiki sampai di depan gerbang kediaman Alex. Renata menghirup napasnya dalam-dalam sebelum melangkah masuk. Jika saja tak terikat kontrak, Renata malas kembali ke rumah itu.

"Tahu pulang juga kamu," sindir Alex yang kini sedang duduk di ruang keluarga.

Renata tak menanggapi perkataan Alex. Ia berlalu begitu saja karena masih merasa kecewa dengannya. Alex yang melihat sikap berani Renata, tentu amarahnya memuncak. Selama ini tak ada satu orang pun yang berani mengabaikannya.

"Hei .... "Alex meneriaki Renata, tetapi Renata tetap melanjutkan langkahnya.

"Sayang, kamu kenapa?" Terlihat Laura yang baru saja pulang shopping.

"Ah tidak, hanya sedikit kesal saja. Tumben pulangnya cepat. Beli apa saja itu?" Alex melirik beberapa paper bag yang dipegang istrinya.

"Ini ada tas, baju, perhiasan, parfum. Em maaf tadi habis 200juta lebih," ucap Laura berekspresi tak enak.

"Tidak apa-apa, sayang. Kamu bebas membeli apa saja yang kamu suka." Alex tersenyum seolah tak mempersalahkan apa pun. Perlakukannya kepada Laura dan Renata sangatlah berbeda.

Laura menaruh semua belanjaannya di lantai, lalu mendekati suaminya. Wajah mereka saling mendekat dan terjadilah ciuman cukup lama. Bahkan tanpa rasa malunya Alex mulai meraba kebagian lain.

"Sayang, jangan disini!" Laura membenahi dres yang sedikit tersingkap.

"Kita langsung ke kamar." Alex menggendong istrinya ala bridal style menuju ke kamar.

Renata yang tak sengaja melihat mereka, ia hanya menghela napas. Mungkin seperti itu rasanya diratukan oleh suami. Sayangnya ia tak mungkin mendapatkan perlakuan itu dari Alex.

“Fokus Ren, kamu nggak usah memikirkan hal yang tak penting. Lebih baik bekerja biar dapat uang,” gumam Renata lalu kembali ke belakang.

Renata dihampiri oleh Bu Marni. “Eh Neng Rena sudah kembali. Turut berduka cita, Neng. Jangan sedih terus! Ingat masih ada Bibi yang bisa Neng anggap keluarga sendiri.” Bi Marni mengusap pelan punggung Renata.

"Terima kasih, Bi. Rena senang sekali masih ada yang menganggap Rena keluarga." Air mata itu tiba-tiba menetes begitu saja. Mendengar kata keluarga membuatnya kembali bersedih.

"Jangan menangis! Maaf kalau kata yang Bibi ucapkan menyinggungmu." Bi Marni merasa tak enak hati.

"Bibi tenang saja, Rena hanya terharu saja. Terima kasih karena Bibi sudah anggap Rena keluarga." Perlahan ia menyeka sudut matanya yang basah.

"Sama-sama." Bi Marni menghambur ke pelukan Renata mencoba memberi ketenangan.

...

...

Renata dan Bi Marni sedang menghidangkan makan malam. Terdengar gelak tawa dari lantai dua. Renata sangat mengenal suara itu, yang tak lain adalah Alex dan Laura.

"Bi, aku ke kamar dulu ya. Nanti kalau Tuan Alex menanyakan, bilang saja habis bantu Bibi langsung istirahat, nggak bisa diganggu," ucap Renata kepada Bi Marni.

"Baik, Neng," jawabnya.

Bi Marni memilih pergi ke belakang. Sesekali memperhatikan majikannya yang baru sampai di ruang makan. Benar saja tebakannya, terdengar Alex memanggil.

"Pelayan, sini!" Alex sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Bi Marni yang kini sudah menghampiri majikannya.

"Suruh Renata kesini!" pinta Alex.

"Maaf, Tuan. Tetapi Neng Rena sudah beristirahat, katanya nggak bisa diganggu," jawab Bi Marni.

"Sayang, sepertinya pembantu yang satu itu bisanya cuma ngelunjak. Udah nggak kerja satu minggu eh sekarang pakai mager segala kayak majikan," ungkap Laura yang memang tak terlalu menyukai Renata.

"Beraninya dia menantangku." Alex mengepalkan tangannya kuat. "Tenang saja, nanti aku kasih dia pelajaran."

"Ide bagus, sayang. Lebih baik sekarang kita makan saja," ajak Laura.

Bi Marni pamit undur diri setelah Alex memintanya pergi. Di dapur Bi Marni mengambilkan nasi dan lauk untuk Renata. Kebetulan tadi menyisakannya.

Tok tok

"Neng Rena, tolong buka pintunya!" ucapnya sambil mengetuk pintu.

Renata langsung saja membuka pintu saat mendengar suara Bi Marni. "Ada apa, Bi?"

"Makan dulu! Bibi tahu kalau Neng Rena belum makan malam." Bi Marni menyodorkan piring yang dibawanya kepada Renata.

"Terima kasih, Bi." Baru juga akan mengambilnya, tiba-tiba ada yang merebutnya.

Renata atau pun Bi Marni terkejut melihat siapa yang datang. Renata langsung mengalihkan arah pandangnya. Malas menatap Alex yang penuh dengan kelicikan.

"Bi Marni, tinggalkan kami!" pinta Alex sambil memberikan piring yang sedang di pegangnya kepada Bi Marni.

Alex menarik tangan Renata, mengajaknya masuk ke kamar berukuran kecil itu.

"Mengapa menghindar? Apa begini cara bersikap seorang pelayan kepada majikannya?"

"Aku itu istri .... " Alex membungkam mulut Renata dengan tangannya.

"Sudah aku bilang jangan sampai mengatakan itu! Awas saja kalau berani berkata seperti itu di depan Laura," bentak Alex dengan sorot mata menajam.

"Tapi .... " Perkataan Renata terhenti karena Alex sudah terlebih dahulu membungkamnya dengan ciuman. Renata menepuk dada bidang Alex, mencoba melepaskan diri. Namun, Alex malah semakin memperdalam ciumannya.

Dari arah pintu, terlihat Laura mengepalkan tangannya. Laura memang sengaja menyusul Alex karena tak kunjung kembali ke ruang makan. Ternyata Alex sedang asyik berciuman dan itu membuat Laura syok.

'Awas saja gadis kampung, bisa-bisanya berciuman dengan suami orang,' batin Renata lalu bergegas pergi sebelum mereka menyadari kedatangannya.

Renata tampak terengah-engah setelah Alex melepaskan ciuman itu. Menatap tajam Alex yang sedang mengelap sudut bibirnya. Hingga detik berikutnya meninggalkan Renata sendiri disana tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Renata menganga tak percaya. "Apa aku terlihat seperti wanita malam? Setelah dinikmati lalu ditinggalkan." Lalu tersenyum miris meratapi hidupnya.

Jika wanita lain berada diposisi Renata, mungkin mereka tak akan sanggup. Tetapi Renata, begitu sabar menghadapi semua cobaan dalam hidupnya. Semuanya berubah setelah bertemu Alex. Seolah Alex sudah merenggut kebahagiaannya. Terbesit dipikiran Renata untuk membalas dendam. Namun, jika dendam di balas dengan dendam, tak mungkin akan berakhir jika belum ada pertumpahan darah.

Alex dan Laura baru saja kembali ke kamar setelah makan malam. Anehnya, sikap Alex tampak tak biasa. Terlihat diam tak banyak bicara.

"Sayang, kamu kenapa? Kenapa sejak tadi diam saja?" Laura memberanikan diri untuk bertanya.

"Aku tidak apa-apa kok," jawab Alex seadanya.

"Tadi kamu kemana saat makan malam? Apa kamu menemui Bi Marni?" tanya Laura.

"Oh tadi hanya sedikit berbicara dengan Bi Marni," ucapnya berbohong.

'Sepertinya Alex sengaja menyembunyikannya dariku. Wanita itu ternyata sudah mempengaruhi Alex dan pikirannya. Ini tidak bisa dibiarkan, atau posisiku bisa digeser olehnya,' batin Laura kesal.

Bab terkait

  • Derita diatas luka   Garis dua

    Beberapa minggu kemudian. Renata merasa mudah lelah dari biasanya. Saat bekerja pun sedikit tak bertenaga. Tetapi ia tetap memaksakan diri untuk melaksanakan pekerjaan. Biar bagaimana pun hidupnya tergantung dengan gaji bulanan yang ia dapat setiap bulannya. Walaupun sudah tak memiliki keluarga, setidaknya Renata berniat menabung untuk masa depan. Bi Marni menghampiri Renata yang sedang duduk di lantai. Terlihat sekali jika Renata sedang kelelahan. Bagaimana tidak, menyapu halaman sendirian tanpa ada yang membantu tentu itu tugas yang sulit. “Neng Rena istirahat saja ya, biar Mang Udin yang lanjutkan menyapu halaman. Lagian sebenarnya ini tuh tugas Mang Udin sebagai tukang kebun,” ucap Bi Marni yang merasa tak tega melihat Renata. “Tidak usah, Bi. Saya bisa sendiri kok. Lagian kalau nanti ketahuan Tuan Leon, saya bakal kena marah,” tolaknya. “Tidak akan kena marah, lagian Tuan Leon dan Non Laura sedang keluar,” ucap Bi Marni. “Syukurlah kalau mereka nggak di rumah, jadi saya dud

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • Derita diatas luka   Ngidam

    Renata memandangi selembar kertas hasil pemeriksaannya di rumah sakit, beserta hasil USG di tangan satunya. Sungguh ia sudah tak sabar menunggu kelahiran buah hatinya. Seandainya suatu saat Alex menceraikannya, setidaknya ia masih memiliki seseorang yang paling berharga dalam hidupnya yaitu anak. Tring Notifikasi di ponselnya mengalihkah perhatiannya. Itu salah satu notifikasi pemberitahuan dari aplikasi miliknya jika saja ada berita terbaru. Renata mengambil ponselnya lalu melihat berita terbaru hari ini. Sebuah senyum keterpaksaan terlihat jelas di sudut bibirnya, saat melihat berita terhangat tentang pebisnis terkenal yang sedang mengadakan resepsi pernikahan mewah. Siapa lagi kalau bukan Alex Bimantara yang merupakan suaminya. Sebagai seorang pebisnis terkenal tentu pernikahan Alex dan Laura di sorot media. Tanpa semua orang ketahui bahwa di rumahnya ada seorang wanita yang juga istri Alex. Renata mencoba abai dengan semua pemberitaan itu. Semakin dia memikirkan tentu akan sema

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Derita diatas luka   Alex cemburu kepada Kenan

    Setelah dua hari tidak bertemu Renata, hari ini Kenan kembali berkunjung ke rumah Alex untuk menemuinya. Rindu yang ia rasakan begitu besar. Apalagi kalau malam tak bisa tidur karena terus memikirkannya. Kenan mengakui jika dirinya mencintai Renata, tanpa memandang statusnya yang hanya serang pembantu. Alex yang sedang berdiri di balkon kamarnya, melihat sebuah mobil yang menurutnya tak asing berhenti di halaman rumah. Ia melihat Kenan keluar dari mobil, tetapi ia tak berniat sama sekali untuk menyambut kedatangan sepupunya itu. Lima belas menit sudah setelah Kenan datang ke rumahnya, tetapi tidak ada pelayan yang memanggilnya untuk menemui Kenan. Alex memutuskan keluar dari kamarnya. Pandangannya menelisik mencari keberadaan Kenan, tetapi ia sama sekali tak melihatnya. ''Kemana dia,'' gumam Alex, lalu ia memanggil BI Ijah yang kebetulan sedang menyapu di ruang depan. ''Bi, apa Bibi melihat kenan?'' ''Tadi saya melihat Tuan Kenan pergi ke halaman belakang menghampiri Neng Renata y

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-03
  • Derita diatas luka   Terungkap

    Renata merasakan badannya sangat lemas. Namun, ia masih saja mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba ia merasa kepalanya berputar dan pandangannya menjadi gelap. Renata pingsan dan hendak terjatuh ke lantai. Untung saja ada Kenan yang baru datang. Ia memegangi Renata sehingga tak terjatuh ke lantai. "Rena, kenapa kamu bisa pingsan begini?" Kenan terlihat khawatir. Kenan memanggil Bi Marni dan izin akan membawa Renata ke rumah sakit. Ia takut terjadi sesuatu dengan pujaan hatinya. Untuk urusan Alex biar ia pikirkan belakangan. Kenan mengendari mobilnya dengan perasaan tak tenang. Sesekali ia menoleh ke belakang, melihat Renata yang ia baringkan disana. Untung saja jalanan tidak macet jadi ia bisa sampai ke rumah sakit dengan cepat. Kenan membopong Renata sambil berteriak memanggil dokter. Terlihat seorang perawat mengjampirinya sambil mendorong brankar pasien. Renata di tidurkan disana dan langsung dibawa ke ruang pemeriksaan. Kenan terlihat sangat cemas. Sejak tadi ia mondar-mandir

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Derita diatas luka   Pergi

    Laura yang baru pulang, terkejut melihat ruang keluarga begitu berantakan. Apalagi saat melihat suaminya sedang duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan berjalan legak-legok Laura mendekati suaminya. "Mas, apa yang terjadi? Kenapa berantakan sekali?" tanya Laura kesal. "Hanya sedikit emosi. Kamu sudah pulang, sayang? Katanya nggak akan pulang secepat ini?" Leon mengalihkan pembicaraannya. "Iya, Mas. Aku mau kasih surprise buat Mas Alex. Ini aku belikan jam tangan keluaran terbaru loh." Lalu Laura memberikan paper bag berukuran kecil kepada suaminya. "Terima kasih, sayang. Sebagai gantinya, bagaimana jika aku memberikan pelayanan untukmu." Alex mengedipkan sebelah matanya. Laura tahu arah pembicaraan suaminya. Namun, ia sedang tak ingin bercinta. Apalagi badannya begitu lelah. "Maaf, Mas. Tapi aku sedang datang bulan," ucapnya berbohong. "Loh kok datang bulan lagi sih, sayang?" Alex sedikit heran. "Iya, Mas. Mungkin karena banyak pikiran jadi datang bulanny

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Derita diatas luka   Tempat tinggal baru

    Renata merasa lebih tenang setelah tinggal di apartemen Kenan. Sore ini ia berniat memasak untuk Kenan, karena Kenan sempat berkata akan mengunjunginya. Renata yang baru keluar dari kamar, sama-samar mendengar suara seseorang yang sedang berteleponan. 📞’’Iya, Bi. Pasti aku akan menjaga Renata dengan baik karena aku mencintainya. Bibi tenang saja, aku akan memenuhi semua kebutuhannya,’’ ucap Kenan yang sedang berteleponan dengan Bi Marni. Renata merasa tak enak kepada Kenan. Jika Kenan menolongnya karena rasa cinta kepadanya, lalu bagaimana jika ia tak membalas perasaan itu? Akankah Kenan tetap menolongnya? Renata tahu, seseorang pasti akan menyerah jika perasaannya tak kunjung terbalas. Renata semakin tak enak kepada Kenan, apalagi ia yang memang tak mencintainya. ‘Apa sebaiknya aku pergi saja dari sini. Aku tak mau merepotkan Tuan Kenan. Apalagi aku tak bisa membalas cintanya. Aku tak pantas bersanding dengannya,’ batin Renata. Renata melanjutkan langkahnya menuju ke dapur. Ia m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Derita diatas luka   Episode 12

    Selama tinggal di desa, Renata membantu Emak Susi berjualan dan ia mendapatkan upah uang 30 ribu rupih perharinya. Bagi orang desa, pendapatan segitu juga sudah lumayan. Tak pernah sedikitpun Renata mengeluh. Ia malah senang berada di lingkungan orang-orang baru yang menurutnya sangat baik. Mereka semua tahu jika saat ini Renata hamil, tetapi ia berpisah dengan suaminya. "Ternyata sangat melelahkan." Renata mengusap peluh yang menetes di keningnya. "Neng Rena, terima kasih ya sudah bantu emak berjualan. Kalau nggak ada Neng Rena biasanya emak kewalahan," ucap Emak Susi sambil mendudukkan diri di sebelah Renata. "Sama-sama, Bu. Rena senang kok kerja sama ibu," ucap Renata. "Mulai sekarang kamu panggil Emak saja ya jangan panggil ibu. Anggap saja Emak ini sebagai orangtua kamu sendiri." "Terima kasih Emak. Rena beruntung bisa bertemu sama Emak." Renata spontan memeluk Emak Susi. "Sama-sama, Neng. Kita itu memang harus saling membantu sesama. Emak senang Neng Rena bisa tinggal disin

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Derita diatas luka   Episode.13

    Alex memperlakukan Laura dengan penuh cinta. Apalagi mengingat ada calon anaknya. Ia sungguh bahagia. Bahkan ia sampai melupakan kepergian Renata. Berbeda dengan Laura yang sama sekali tak bahagia. Bahkan ia harus mencancel beberapa job untuk beberapa bulan ke depan. Sang manager pun dibuat marah karena Laura yang tiba-tiba vakum disaat namanya naik daun. Tetapi mau bagaimana lagi, setiap hari Laura selalu merasa mual dan mudah lelah. Jadi tak mungkin ia tetap bekerja. Prang Laura melempar vas bunga yang ada di kamarnya. Ia memukul-mukul perutnya yang masih rata. Aksi Laura terlihat oleh Alex yang kebetulan berdiri di depan pintu. "Apa yang kamu lakukan Laura? Bukankah kamu sudah depakat untuk menerima anak itu? Kenapa kamu malah menyakitinya?" Alex terlihat marah. "Gara-gara anak ini karierku hancur. Aku memang ingin memiliki anak tetapi tidak harus sekarang, Mas," keluh Laura. "Mungkin ini memang sudah takdirnya. Lagian bukankah kamu memakai KB? Jadi, kalau kecolongan ya nggak

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16

Bab terbaru

  • Derita diatas luka   Episode.16

    Alex sudah mendatangi rumah sakit tempat dokter kandungan yang sebelumnya memeriksa perkembangan kehamilan istrinya. Ternyata dokter tersebut sudah resign dan di gantikan dengan dokter baru. Saat keluar dari ruangan dokter kandungan, tak sengaja Alex berpapasan dengan suster yang akan masuk. "Tunggu, Sus. Apa sebelumnya Suster yang menjadi suster pendamping dokter Gio? Saya mau sedikit bertanya," ucap Alex. ."Boleh, Pak. Mau tanya apa?" "Apa Suster tahu salah satu pasien yang bernama Laura. Dia itu istri saya, dan katanya dulu selama pemeriksaan selalu ke dokter Gio," kata Alex. 'Jadi ini suaminya Bu Laura. Sayang sekali tampan gini istrinya nakal,' batin suster itu. "Benar, Pak. Memangnya kenapa ya? Oh iya apa istri bapak sudah melahirkan?" "Sudah, Sus. Maka dari itu saya bingung. Istri saya itu harusnya hamil baru tujuh bulan, tapi kata dokter yang menanganinya bersalin usia kandungan istri saya memang sudah sembilan bulan," ujar Alex dengan sedikit bingung. "Maaf, Pak. Sa

  • Derita diatas luka   Episode.15

    Alex yang hendak pulang, langsung berputar arah menuju ke rumah sakit setelah mendapat telepon dari Bi Marni. Sesampainya di rumah sakit ia bertanya kepada satpam letak ruang persalinan. Dengan perasaan khawatir Alex pergi menuju ke ruang persalinan. Ia sungguh khawatir mendengar istrinya akan melahirkan di usia kandungannya yang masih tujuh bulan.''Bi, bagaimana keadaan istri saya?'' Alex mendekati BI Marni yang sedang duduk di depan ruang persalinan.''Ibu Laura baru akan melahirkan, Tuan,'' ucap Bi Marni.''Saya sebagai suaminya harusnya mendampinginya, Bi,'' ucap Alex lalu ia mendekati pintu ruangan itu. Baru juga ia akan membuka pintu, ia mendengar tangisan bayi.''Sepertinya anak Tuan sudah lahir,'' ucap Bi Marni.Alex berucap syukur atas kelahiran anaknya. Namun, ia sedikit kecewa karena anaknya lahir tanpa di temani olehnya. Pasalnya setiap ibu melahirkan pasti ditemani oleh suaminya. Bahkan ada yang anaknya tidak keluar juga jika belum ada ayahnya di samping ibunya.Tak lama

  • Derita diatas luka   Episode.14

    Tak terasa tinggal menghitung hari lagi Renata lahiran. Ia sudah tidak sabar menantikan hari itu. Hari dimana ia bertemu dengan anaknya yang amat ia cintai sejak dari dalam kandungan. Renata sedang duduk sendirian di depan rumah Emak Suci. Sesekali ia mengusap perut buncitnya yang tiba-tiba terasa sakit. Entah apa yang salah, padahal ia sama sekali tak salah makan. ''Kenapa dengan perutku? Kenapa sakit sekali?'' keluh Renata. ''Rena, kamu kenapa, Nak?'' tanya Emak Susi yang kebetulan baru pulang mengantarkan pesanan ke rumah tetangga. ''Perutku sakit sekali, Mak. Padahal Rena nggak makan sesuatu yang aneh,'' ucapnya sambil sedikit merintih. ''Mungkin kamu akan melahirkan, Nak.'' ''Tapi menurut bidan aku lahiran masih beberapa hari lagi, Mak,'' ucapnya. ''Bidan kan hanya manusia, prediksinya itu belum tentu benar. Lebih baik sekarang kita ke klinik saja. Kamu tunggu sebentar ya, Emak mau minta pertolongan tetangga untuk mengantarkan kita.'' Lalu Emak Susi pergi ke rumah tetangga

  • Derita diatas luka   Episode.13

    Alex memperlakukan Laura dengan penuh cinta. Apalagi mengingat ada calon anaknya. Ia sungguh bahagia. Bahkan ia sampai melupakan kepergian Renata. Berbeda dengan Laura yang sama sekali tak bahagia. Bahkan ia harus mencancel beberapa job untuk beberapa bulan ke depan. Sang manager pun dibuat marah karena Laura yang tiba-tiba vakum disaat namanya naik daun. Tetapi mau bagaimana lagi, setiap hari Laura selalu merasa mual dan mudah lelah. Jadi tak mungkin ia tetap bekerja. Prang Laura melempar vas bunga yang ada di kamarnya. Ia memukul-mukul perutnya yang masih rata. Aksi Laura terlihat oleh Alex yang kebetulan berdiri di depan pintu. "Apa yang kamu lakukan Laura? Bukankah kamu sudah depakat untuk menerima anak itu? Kenapa kamu malah menyakitinya?" Alex terlihat marah. "Gara-gara anak ini karierku hancur. Aku memang ingin memiliki anak tetapi tidak harus sekarang, Mas," keluh Laura. "Mungkin ini memang sudah takdirnya. Lagian bukankah kamu memakai KB? Jadi, kalau kecolongan ya nggak

  • Derita diatas luka   Episode 12

    Selama tinggal di desa, Renata membantu Emak Susi berjualan dan ia mendapatkan upah uang 30 ribu rupih perharinya. Bagi orang desa, pendapatan segitu juga sudah lumayan. Tak pernah sedikitpun Renata mengeluh. Ia malah senang berada di lingkungan orang-orang baru yang menurutnya sangat baik. Mereka semua tahu jika saat ini Renata hamil, tetapi ia berpisah dengan suaminya. "Ternyata sangat melelahkan." Renata mengusap peluh yang menetes di keningnya. "Neng Rena, terima kasih ya sudah bantu emak berjualan. Kalau nggak ada Neng Rena biasanya emak kewalahan," ucap Emak Susi sambil mendudukkan diri di sebelah Renata. "Sama-sama, Bu. Rena senang kok kerja sama ibu," ucap Renata. "Mulai sekarang kamu panggil Emak saja ya jangan panggil ibu. Anggap saja Emak ini sebagai orangtua kamu sendiri." "Terima kasih Emak. Rena beruntung bisa bertemu sama Emak." Renata spontan memeluk Emak Susi. "Sama-sama, Neng. Kita itu memang harus saling membantu sesama. Emak senang Neng Rena bisa tinggal disin

  • Derita diatas luka   Tempat tinggal baru

    Renata merasa lebih tenang setelah tinggal di apartemen Kenan. Sore ini ia berniat memasak untuk Kenan, karena Kenan sempat berkata akan mengunjunginya. Renata yang baru keluar dari kamar, sama-samar mendengar suara seseorang yang sedang berteleponan. 📞’’Iya, Bi. Pasti aku akan menjaga Renata dengan baik karena aku mencintainya. Bibi tenang saja, aku akan memenuhi semua kebutuhannya,’’ ucap Kenan yang sedang berteleponan dengan Bi Marni. Renata merasa tak enak kepada Kenan. Jika Kenan menolongnya karena rasa cinta kepadanya, lalu bagaimana jika ia tak membalas perasaan itu? Akankah Kenan tetap menolongnya? Renata tahu, seseorang pasti akan menyerah jika perasaannya tak kunjung terbalas. Renata semakin tak enak kepada Kenan, apalagi ia yang memang tak mencintainya. ‘Apa sebaiknya aku pergi saja dari sini. Aku tak mau merepotkan Tuan Kenan. Apalagi aku tak bisa membalas cintanya. Aku tak pantas bersanding dengannya,’ batin Renata. Renata melanjutkan langkahnya menuju ke dapur. Ia m

  • Derita diatas luka   Pergi

    Laura yang baru pulang, terkejut melihat ruang keluarga begitu berantakan. Apalagi saat melihat suaminya sedang duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan berjalan legak-legok Laura mendekati suaminya. "Mas, apa yang terjadi? Kenapa berantakan sekali?" tanya Laura kesal. "Hanya sedikit emosi. Kamu sudah pulang, sayang? Katanya nggak akan pulang secepat ini?" Leon mengalihkan pembicaraannya. "Iya, Mas. Aku mau kasih surprise buat Mas Alex. Ini aku belikan jam tangan keluaran terbaru loh." Lalu Laura memberikan paper bag berukuran kecil kepada suaminya. "Terima kasih, sayang. Sebagai gantinya, bagaimana jika aku memberikan pelayanan untukmu." Alex mengedipkan sebelah matanya. Laura tahu arah pembicaraan suaminya. Namun, ia sedang tak ingin bercinta. Apalagi badannya begitu lelah. "Maaf, Mas. Tapi aku sedang datang bulan," ucapnya berbohong. "Loh kok datang bulan lagi sih, sayang?" Alex sedikit heran. "Iya, Mas. Mungkin karena banyak pikiran jadi datang bulanny

  • Derita diatas luka   Terungkap

    Renata merasakan badannya sangat lemas. Namun, ia masih saja mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba ia merasa kepalanya berputar dan pandangannya menjadi gelap. Renata pingsan dan hendak terjatuh ke lantai. Untung saja ada Kenan yang baru datang. Ia memegangi Renata sehingga tak terjatuh ke lantai. "Rena, kenapa kamu bisa pingsan begini?" Kenan terlihat khawatir. Kenan memanggil Bi Marni dan izin akan membawa Renata ke rumah sakit. Ia takut terjadi sesuatu dengan pujaan hatinya. Untuk urusan Alex biar ia pikirkan belakangan. Kenan mengendari mobilnya dengan perasaan tak tenang. Sesekali ia menoleh ke belakang, melihat Renata yang ia baringkan disana. Untung saja jalanan tidak macet jadi ia bisa sampai ke rumah sakit dengan cepat. Kenan membopong Renata sambil berteriak memanggil dokter. Terlihat seorang perawat mengjampirinya sambil mendorong brankar pasien. Renata di tidurkan disana dan langsung dibawa ke ruang pemeriksaan. Kenan terlihat sangat cemas. Sejak tadi ia mondar-mandir

  • Derita diatas luka   Alex cemburu kepada Kenan

    Setelah dua hari tidak bertemu Renata, hari ini Kenan kembali berkunjung ke rumah Alex untuk menemuinya. Rindu yang ia rasakan begitu besar. Apalagi kalau malam tak bisa tidur karena terus memikirkannya. Kenan mengakui jika dirinya mencintai Renata, tanpa memandang statusnya yang hanya serang pembantu. Alex yang sedang berdiri di balkon kamarnya, melihat sebuah mobil yang menurutnya tak asing berhenti di halaman rumah. Ia melihat Kenan keluar dari mobil, tetapi ia tak berniat sama sekali untuk menyambut kedatangan sepupunya itu. Lima belas menit sudah setelah Kenan datang ke rumahnya, tetapi tidak ada pelayan yang memanggilnya untuk menemui Kenan. Alex memutuskan keluar dari kamarnya. Pandangannya menelisik mencari keberadaan Kenan, tetapi ia sama sekali tak melihatnya. ''Kemana dia,'' gumam Alex, lalu ia memanggil BI Ijah yang kebetulan sedang menyapu di ruang depan. ''Bi, apa Bibi melihat kenan?'' ''Tadi saya melihat Tuan Kenan pergi ke halaman belakang menghampiri Neng Renata y

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status