Share

part 65 ancaman

Penulis: Asnafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-28 21:15:34

"Memangnya aku bisa pergi dari sini?" Vivian menjawab dengan acuh.

Dengan langkah cepat Max mendekati wanita itu, sembari mencengkram kedua tangannya dengan kasar.

"Kau pura-pura bodoh atau bagaimana hah?" Max mendekatkan diri dengan Vivian, bola matanya bahkan terlihat seperti mengeluarkan cahaya merah seperti iblis.

Secepat mungkin Vivian mendorong tubuh suaminya menjauh.

"Lagi-lagi kau seperti ini, bisakah kau memperbaiki perilakumu mendekat secara tiba-tiba!"

Manik coklat yang kerap bersinar kini berbalik arah, enggan melihat Max dalam pandangannya.

"Pergilah, aku sedang tidak ingin melihatmu." Wanita itu kembali menatap jendela dengan kedua tangan dilipat.

Tangan Max perlahan mengepal. Untuk yang kesekian kalinya lagi telinga ini mendengar penolakan dengan sangat jelas. Perlahan tangan pria tampan tersebut mengepal bahkan membuat sekujur tubuhnya mematung ditempat.

"Ah...rupanya kau masih tidak ingin memberitahuku. Baiklah biar pelayan kesayanganmu saja yang akan merasaka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Derita Pernikahan Paksa   part 66 obat

    "Ya cukup begini saja, dia tak akan membenciku hanya karena ini kan?" Vivian baru saja terbangun setelah menghabiskan malam penuh hasrat. Di ruang kamar yang terasa bisu, dilihatnya Max sudah pergi, meninggalkan tumpukan seprai kusut disampingnya. "Sudah pakaian keberapa ini?" Vivian terbangun sambil menjumput dress yang kemarin dia kenakan, tampak koyak tak layak pakai. Selimut yang melekat ditubuhnya tampak begitu hangat dan nyaman, namun berlainan dengan isi pikiran, Vivian merasakan kekhawatiran yang menakutkan. Dia pegang perut yang tak berbalut apapun, tampak khawatir dengan kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya. "Jangan sampai aku mengandung, aku harus segera mencegahnya." Setelah yakin bahwa Max tak ada di ruangan yang sama, segera selimut yang melekat dilepas diganti dengan kaos besar yang tersimpan banyak di lemari. Untuk pertama kalinya Vivian berani memakai pakaian pria, terlebih pakaian tersebut adalah milik Max-suaminya. "Dari pada tak memakai apapun, lebih

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Derita Pernikahan Paksa   part 67 pertemuan tak terduga

    "Sini," pinta Max lalu mengangkat tubuhnya sampai terduduk diatas kasur. Saat surat telah berpindah tangan, Max dengan teliti membaca isi didalamnya. Paham dengan isi surat tersebut lantas Max segera menyimpan surat dalam laci. Bagai kilat, tanpa sedikitpun aba-aba Max langsung menarik tangan kanan Vivian sampai wanita itu duduk di pangkuannya. "Diamlah." Sedari tadi Max telah menahan diri, dan kini saat bibir sang istri nampak nyata didepan mata, tak ada penghalang lagi, Max mencium bibir ranum yang menyilaukan pagi ini seolah terus melambai meminta dikecup berkali-kali. "Hosh..." "Hosh..." Sejenak ciuman panas tersebut terhenti. Max dengan senyum menggoda menarik pinggang Vivian agar menempel sempurna dengannya. "Besok kamu tetaplah disini, jangan keluar selangkahpun mengerti?" Walaupun tak mendapat balasan, Max sudah menyimpulkan jawaban sang istri. Dia mencium bibir Vivian kembali memangutnya lebih ganas lagi. Pagi itu berlangsung panas hingga pagi datang lagi barulah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Derita Pernikahan Paksa   part 68 menyedihkan

    "MAMA!!" River tersungkur di aspal saat mobil polisi melaju begitu saja. "Hosh...hosh...bagaimana ini..." River meremas rambut, sangat terguncang dengan apa yang baru saja terjadi. "Ini salahku...aku yang bersalah." Remasan pada rambutnya semakin menguat. Ibunya telah pergi menyerahkan diri dan itulah saat dimana River merasa menyesal sedalam-dalamnya telah mendorong sang ayah hingga meregang nyawa. Sementara itu sang ayah telah diberi batas penjaga untuk dievakuasi dan saat itu pula ketika kepalanya terangkat dia dapat melihat Max diujung pandangan tengah memandangnya tanpa ekspresi. "Akh...dia," River sempat melamun, namun begitu sadar Max mulai menghampirinya, River lalu berdiri. Pandangannya langsung tertuju pada pakaiannya sendiri, lusuh dan kotor, jauh berbeda dengan pakaian Max yang selalu begitu bersih dan mahal. Bahkan dari alas kaki saja sudah dapat terlihat perbedaannya, sandal yang bisa dibeli oleh beberapa uang logam saja tak akan mampu menyamai sandal yang hany

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Derita Pernikahan Paksa   part 69 aku telah lengah

    Hari ini adalah hari pembagian juara kelas, hari bahagia seluruh siswa mendapatkan laporan hasil belajar mereka. Sementara itu Justin sedang menenteng sebuah Box sebagai tebusan atas permintaan maaf untuk River temannya. "Semoga dia bisa menerima permintaan maaf kita," batin Justin. Bersamaan dengan itu MC mulai berbicara. Juara dari kelas satu dan dua telah diumumkan sampai sorak bahagia terdengar bertebaran disekitarnya. Dan detik ini adalah saat-saat pengumuman kejuaraan untuk kelas 3 A tempat dimana para bintang sekolah berada disana. "Siapkanlah dirimu kau akan kedepan," ucap Max menepuk bahu Justin, sangat percaya diri temannya itu akan menduduki juara pertama seperti dua tahun sebelumnya. "Juara tiga Lovely!" Begitu diumumkan beberapa orang menjerit bahagia terutama Lovely yang merupakan putri sekolah. "Juara dua..." MC mengantungkan kalimat. Sudah tahu juara dua tak ada yang bisa menggeser River dari sana. "Juara dua jatuh kepada... JUSTIN QUINCY." Begitu mendengar nam

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Derita Pernikahan Paksa   part 70 bunuh aku!

    Secepat mungkin Max menarik bahu Vivian agar mendekat padanya. "Bukankah kau harus memeriksa Vila ku? Mengapa kau diam saja?" tanya Max sinis sembari menegaskan Vivian adalah miliknya. Sementara sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara, tak melepas pandangan. Keduanya masih butuh waktu untuk saling menebus rindu satu sama lain. "Sebentar lagi, tunggulah aku menjemputmu," batin River lalu bergegas menjalankan tugas pemeriksaan. Vivian dapat merasakan ketenangan luar biasa saat bertemu sang kekasih. Raut wajahnya tak bisa disembunyikan lagi sampai-sampai Max hanya diam menahan geram yang hampir meledak seketika dari ubun-ubun. Dengan mata elang yang begitu tajam Max melirik istrinya. "Kau ikutilah aku," titah Max dengan tegas. ... Di belakang Vila, tepatnya di tepi danau Max berhadapan dengan sang istri, wajahnya yang tegas semakin sulit dipandang kala timbunan amarah terlihat jelas diwajahnya. "Dimana sapu tangan yang ku berikan waktu itu? JAWAB!" Vivian tertundu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Derita Pernikahan Paksa   part 71 dua garis biru

    Sejak malam itu Max tak lagi menampakkan diri. Satu bulan telah berlalu dan Vivian hanya menghabiskan waktu sepanjang haris didalam kamar. "Ini mustahil kan?" Sambil memegang perut, Vivian merasa cemas saat mendapati dalam satu bulan ini bulan merah tak kunjung datang. "Tapi aku selalu rutin meminum obat ini, mana mungkin aku bisa hamil." Untuk mengurangi kecemasan lantas Vivian bergegas mengambil telepon rumah yang disediakan khusus untuk menghubungi pelayan. "Halo." "Iya ada apa Nona?" "Kau siapa?" tanya Vivian mendengar balasan suara yang terdengar asing. "Saya Mita Nona." "Tolong panggilkan Moa ke kamarku secepatnya, aku butuh bantuannya." "Baik Nona akan segera saya sampaikan pada kepala pelayan." Percakapan langsung ditutup. Vivian kembali duduk ditepi ranjang sambil meraba perutnya. "Ya ini mustahil, mungkin aku sedang sakit saja," batinnya dengan pandangan kosong menatap lantai. Tok...tok... "Nona, saya Moa," ucap Moa mengetuk pintu. Dengan sigap Vivian membuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Derita Pernikahan Paksa   part 72 mama, apa yang harus aku lakukan?

    Pagi menjemput, matahari telah melambai membangunkan wanita cantik diranjang king size. Begitu mata terbuka, Vivian tak menemukan keberadaan suaminya, dan secara bersamaan wanita itu teringat pada janin kecil yang hidup di rahimnya. "Membesarkannya... aku tidak bisa, aku sama sekali tidak bisa." Pikirannya langsung melintas ke lain waktu. River, nama indah tersebut langsung terpatri memenuhi isi kepalanya. "River, aku membutuhkan dia, aku harus menemuinya." Secepat mungkin Vivian bangun menyingkap selimut membiarkannya tergeletak dilantai. Tanpa memikirkan apapun wanita cantik itu membuka pintu kamar lalu berlari menuju lantai bawah. Begitu langkah kaki kecil menapak di ruang tengah, dari luar terdengar suara gemuruh langkah kaki datang. "Vivian!!!" Panggil seseorang dengan suara lantang. Bak! Pintu didobrak hingga nampak lah beberapa manusia berlarian datang. "Vivian kenapa kamu disini, kamu jangan kelelahan, ayo kita ke kamarmu sayang," ucap Sophie antusias. "P

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Derita Pernikahan Paksa   part 73 memuakkan

    Di halaman rumah para orang tua tengah asyik memanggang daging. Jun dan William tampak akrab dengan bahasan bisnis mereka, sementara Sophie dan Evelyn menyiapkan saus dan hidangan pembuka. "Max kemana anak itu? Mama tidak melihat batang hidungnya sejak tadi," celetuk Sophie. Baru saja dibicarakan, suara deru mobil tiba-tiba datang. "Baru saja di bahas, sudah datang saja." Sudah dapat ditebak, Max dan manajer kesayangannya telah datang. Saat kaki jenjang menapak tanah, kantung mata yang hitam dapat terlihat jelas menggelayut di bawah matanya. Kemeja hitam yang dikenakan bahkan terlihat kusut, rambut yang setiap kali terlihat rapih kini tak terlihat lagi. Max benar-benar terlihat berantakan hari ini. "Kau baik-baik saja? Mama sampai tidak mengenalimu lho?" tanya Sophie heran melihat putranya. "Istriku ada dimana?" tanya Max pada kedua ibunya. "Vivian kelelahan, dia tertidur di kamar, mungkin saat ini sudah bangun," jawab Evelyn. "Baiklah terimakasih ma, aku akan menemuinya du

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02

Bab terbaru

  • Derita Pernikahan Paksa   part 87 maafkan papa (END SEASON)

    Sorot mata kosong kerap terlihat. Tubuhnya bersandar pada tembok, sangat putus asa seperti tak memiliki harapan untuk hidup. "Max jangan begini lagi, tolong demi mama, mama tak bisa hidup jika kau pergi juga." Seolah tak bisa mendengar, Max memejamkan mata. Waktu terasa lama sekali, telinganya tak ingin mendengar apapun, hanya ingin menghilang dan menghilang begitulah pikirnya. Justin yang melihat kejadian itu hanya bisa mematung terkejut. Rasanya seperti mendengar kabar kematian River dahulu, seketika membuat ujung kaki sampai ujung kepala dibuat lemas karenanya. "Jangan sampai, dia ikut pergi juga." Justin segera memanggil beberapa pelayan, dan begitu mereka datang "Bersihkan seluruh benda tajam dikamar ini termasuk benda yang mudah pecah, jangan ada yang tersisa!" Justin langsung pergi menuju ruang tamu, dia merebahkan diri sambil berusaha mengangkat ponsel yang terus menerus mengeluarkan nada pesan. "Haa... Dasar anj***," pekik Justin saat beratus pesan muncul setelah mereba

  • Derita Pernikahan Paksa   part 86 putus asa

    Dua hari telah berlalu sejak kepergian sang istri. Sejak itu pula Max tidak pernah menunjukan diri, dia tetap berada di ruang kamar sembari menanti kedatangan Vivian setiap hari. Dalam sunyi, Max memandang foto satu-satunya bersama sang istri. Senyum cantik yang terukir indah itu dia elus dengan lembut. "An... Apakah kau marah? Aku menunggumu sejak kemarin, apakah kau tidak ingin menemui ku lagi?" "Siapa yang perlu ku bunuh agar kau kembali, siapa yang harus ku marahi agar kau senang, tolong beritahu aku agar aku bisa melakukannya untukmu." Dengan pandangan kosong Max tersenyum gila, dan disaat itu tiba-tiba... Cklek... Seorang pria datang dengan nampan berisi makanan. "Max, makanlah kau belum makan apapun sejak kemarin." Justin menyimpan nampan diatas meja sementara Max tak bergerak seolah tak merasakan kehadiran siapapun. Justin melihat setiap sudut kamar yang dipenuhi pecahan kaca dan benda hias lainnya. Padahal baru saja kemarin para pelayan membersihkan kekacauan yang dibu

  • Derita Pernikahan Paksa   part 85 hanya agar dia bahagia

    Dibelahan tempat lain, semua prajurit telah berbaris rapi. Tegap sempurna mendengarkan komando dengan seksama. "Tim satu, persiapkan dari arah Utara. Tim dua awasi dari selatan, dan yang lainnya dengarkan perintah dari komandan mengerti!" "Siap mengerti!" Serentak seluruh prajurit berhamburan, memposisikan diri sesuai arahan. River yang berada di Tim satu segera mengikuti komandan menuju tempat persembunyian di bagian utara. Arah utara merupakan tempat diduganya penyelundupan dan sindikat obat-obatan terlarang berkumpul, maka dari itu jumlah prajurit dikerahkan dalam jumlah banyak dengan para prajurit terpilih saja yang di utus. Begitu sampai, River dan tim satu memposisikan diri. Rencana yang telah dibuat sematang mungkin dijalankan dengan hati-hati. Target mendekat, senapan diangkat dengan pandangan fokus memantau target. "Sekarang!" DOR! DOR! DOR! Penyerangan dilakukan serentak pada beberapa target. Secepat mungkin setelah itu muncul kawan lainnya menyerang dengan membab

  • Derita Pernikahan Paksa   part 84 kembalilah

    Mata berkaca-kaca terlihat tertuju pada wanita di sisinya.“Max,” panggil Vivian.Kata tersebut sangat jernih terdengar hingga rasa haru langsung menembus kalbu hanya dari lantunan suara lembut tersebut. Tangan nan lemah sang istri Max pegang erat, sementara kedua malaikat kecilnya tersimpan di dada sang ibu.Disaat itu anggota keluarga diperbolehkan masuk. Senyum lemah terukir indah dengan susah payah, setelah perjuangan menyelamatkan dua buah hati, dan di saat itu pula sebagaimana rencananya, tugas wanita cantik itu telah selesai. Perlahan Vivian menoleh memberikan seucap kata untuk pria di sampingnya.“Tolong jaga anak kita ya,” ucapnya dengan susah payah dan dibalas dengan genggaman erat penuh keyakinan.“Pasti, aku akan selalu menjaganya.” Haru tak bisa Max bendung lagi, tangis bayi telah meluluhkan hati Max yang teramat keras.Dengan pelan dia mengelus kepala anak-anaknya yang masih merah dan belum bisa membuka mata. Kelahiran mereka benar-benar memberikan kabar bahagia, semua o

  • Derita Pernikahan Paksa   part 83 persalinan

    Sudah genap sembilan bulan dua bayi kembar dikandungnya. Vivian terbaring di ranjang, tubuhnya tertutup selimut, matanya menutup untuk sejenak mengistirahatkan diri.Disamping itu, Max menyiapkan koper dan segala keperluan persalinan bersama Sophie dan Evelyn."Selesai," ucap Sophie sembari menepuk-nepuk tangannya selesai berkemas."Sekarang kita berangkat," lanjut Sophie.Saat Max melihat istrinya tertidur dengan tenang, dia langsung berkata. "Mama boleh pergi dulu membawa barang-barang, aku akan pergi bersama istriku nanti."Sekilas Evelyn dan Sophie melihat Vivian di ranjang sana."Ah baiklah, kami pergi dulu kalau begitu, hati-hati saat pergi nanti ya." Pelayan yang telah sedia didepan pintu untuk membawa barang-barang langsung bergegas menjalankan tugas.Disamping itu Evelyn tak melepas pandangan dari putrinya."Max bagaimana kalau Mama ikut dengan kalian saja nanti?" tawar Evelyn tak tega membiarkan Vivian bersama suaminya berdua.Begitu tawaran itu terdengar, suara dari ranjang

  • Derita Pernikahan Paksa   part 82 bingkai foto

    Usai menghadiri acara penghargaan, Justin menepuk pundak Max berkali-kali setelah Max meraih tropi sebagai most attention received actors of the year pada tahun ini. "Sudah kuduga kau pasti akan mendapatkannya," ucap Justin bangga. "Malam ini sutradara Wang mengajakmu untuk merayakan kemenangan ini, kau akan akan hadir kan?" Justin bertanya sambil terus melangkah menuju parkiran. Piala dengan ukiran bintang cemerlang itu Max tatap sejenak. "Max, kau akan datang kan?" tanya Justin lagi saat Max tak memberi balasan. "Tidak, aku akan pulang saja." Max segera membuka pintu, namun sebelum benar-benar masuk Justin terdengar menyela. "Max, tapi sutradara memintaku..." "Tolong wakilkan aku." Setelah mengucap kalimat terakhir Max mengambil alih kunci mobil dan segera tancap gas meninggalkan Justin sendiri ditempat. "Hah..." Justin mematung ditempat. ... Sunyi menyertai pagi, dengan perut yang semakin membesar Vivian pandang foto satu-satunya bersama kedua keluarga dengan pihak suami.

  • Derita Pernikahan Paksa   part 81 pemeriksaan terkahir

    Tak...tak... Suara langkah kaki begitu jelas memecah hening. Begitu terlihat tas yang tak asing lagi tergeletak di dekat pohon. Dengan cepat pria itu meraih benda tersebut lalu melihat isi di dalamnya. Ketika lembaran kertas terlihat, tangannya yang besar langsung membuka isi kertas tersebut. Pelan namun pasti rangkaian kata berhasil dibaca. Kalimat indah yang disajikan dengan begitu rapi telah berhasil membuatnya menarik nafas sangat dalam. "Haa...pada akhirnya apa yang ku khawatirkan selama ini ternyata tetap terjadi." ... Sementara itu, di Vila Max sedang duduk di sofa ruang tamu, saat Vivian dan Moa memasuki ruangan, terlihat wanita cantik itu menutupi wajah dengan rambutnya menyembunyikan mata sembab akibat menangis sepanjang tadi. "Kemarilah," pinta Max agar duduk di dekatnya. Vivian lalu duduk dan otomatis Moa undur diri setelah melihat tatapan Max yang dingin padanya. "Besok adalah hari pemeriksaan terakhir kandunganmu, sepertinya aku tidak akan bisa mengantarmu, ada

  • Derita Pernikahan Paksa   part 80 surat

    Di klinik kandungan, Vivian dibaringkan untuk melakukan USG melihat jenis kelamin buah hati mereka. "Selamat sepertinya anda berdua dikaruniai buah hati kembar," ucap dokter Oliv terlihat senang. Max fokus melihat gambar dalam layar, terlihat dua bayi tengah meringkuk disana. "Bagaimana dengan jenis kelaminnya?" tanya Max penasaran. "Sebentar, saya akan lihat." Dokter segera memerhatikan lagi. "Sepertinya anak anda laki-laki dan perempuan, anda bisa melihat di gambar ini." Dokter menunjuk letak gambar kelamin bayi. Max menarik nafas pelan. Tak bisa di tutupi hadirnya dua buah hati telah membuatnya teramat senang. "Kedua bayinya sehat kan?" tanya Max lagi. "Alhamdulillah dari hasil USG tak ada kecacatan sedikitpun." Max lalu melirik istrinya, bibirnya seakan ingin mengucapkan kalimat sakral yang mungkin akan mengubah kehidupan mereka, namun sayangnya ego yang besar telah meredam keinginan tersebut jauh dalam dalam, hingga Max hanya bisa memegang tangan Vivian erat-erat, tanp

  • Derita Pernikahan Paksa   part 79 secangkir kopi

    Tanpa terasa langit telah berubah warna, Vivian telah kembali menuju Vila. Langkah lemah menapak menyingkap rerumputan taman yang panjang, dan begitu pandangannya terangkat, disana sosok Max telah berdiri, dia lihat mata biru itu tengah memperhatikan dengan pandangan tak senang. "Kau darimana saja?" Vivian membalas dengan senyuman yang sangat indah, angin yang sengaja bertiup juga semakin mempercantik wajahnya. "Aku melepasnya, seperti keinginanmu aku telah memutuskannya," jawab Vivian dengan mata berkaca-kaca, menahan tangis yang terus bergejolak di dada. Vivian menurunkan pandangan. "Akan tetapi dia belum sepenuhnya melepas ku, jadi tolong biarkan aku membujuknya agar dia tidak menganggu ku lagi." Max tak bisa menjawab, melihat mata coklat bersinar hanya bisa membuatnya diam. "Jika kau memberiku izin, akan ku pastikan sebelum anak ini lahir aku akan meninggalkan dia sepenuhnya, bagaimana bisakah kau mewujudkan permintaanku?" "Baiklah, namun aku akan mengantarmu saat menemui

DMCA.com Protection Status