Beranda / Rumah Tangga / Denyit Ranjang Ibu Tiri / Mulai Tertarik Dengan Ibu Mertua

Share

Mulai Tertarik Dengan Ibu Mertua

Penulis: Gundik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-27 15:04:22

Keesokan pagi seperti biasa aku bangun lebih awal. Jarun jam masih menunjukkan pukul lima pagi. Akan ku mulai hari dengan membersihkan rumah sembari mencuci pakaian, setelah itu lanjut masak nasi dan lanjut membuat bumbu ayam goreng kesukaan mas Darwin. Setelah menolaknya malam tadi rasa bersalah selalu menghantuiku. Pagi ini aku berniat membuatkan masakan kesukaannya, nasi uduk dan ayam goreng. Sejak pertama menikah baru kali pertama aku menolak hasratnya, semua karena badan terlalu lelah, lagi pula percuma jika terpaksa meladeni hasrat mas Darwin yang ada dia tidak merasa senang oleh keterpaksaanku.

"Kalau ingat wajah mas Darwin tadi malam hatiku terasa hancur sekali, akan tetapi mau bagaimana lagi semalam tidak bisa tidur gara-gara suara denyit ranjang ibu Marni, di tambah lagi bafan rasanya capek banget." jika mengingat kejadian semalam sangat membuatku kesal. Setiap malam tidak pernah bisa tidur pulas sedikit saja. Denyit ranjang itu sangat mengganggu tidurku. Entah apa yang di lakukan ibu Marni sampai membuat otak hiling kemana-mana.

"Belum lagi pekerjaan kantor menunpuk sampai kepala serasa meletus...."

Menggerakkan kepala ke kiri dan kanan, pundak terasa berat seperti ditimpa puluhan kilo besi. Sudah seminggu tidak bisa bersantai karena banyak kerjaan menumpuk di kantor. Belum lagi setiap bangun tidur pekerjaan rumah sudah melambaikan tangan. Sungguh melelahkan sekali. Untung saja aku dan mas Darwin memutuskan menunda keturunan sebelum kita merasa mampu dari segi materi. Keputusanku tentu di dukung mas Darwin, sebab dia adalah suami yang sangat pengertian.

Seorang wanita parubaya beru saja keluar dari kamar lalu menyapaku "Pagi Rika...."

Mendengar suara ibu Marni memanggil namaku seketika aku pun berbalik badan "Pagi juga bu. Tumben ibu bangun sepagi ini, sudah mandi keramas pula" Melihat rambut ibu Marni terurai basah menjuntai, tentu membuat mulutku tidak tinggal diam. Anggapan buruk tentangnya selalu terbesit dalam benakku. Sikapnya itu selalu mencurigakan. Hampir setiap hari ku lihat beliau mandi keramas memang tidak takut masuk angin? Memang sungguh mencurigakan.

"Oh....tadi ibu merasa gerah sekali jadi sekalian saja mandi keramas" Meraih gelas kemudian mengambil minum.

Aku masih tidak percaya padanya. Suatu saat nanti aku pasti bisa mengungkap semua kebenaran itu.

"Kamu mau masak apa hari ini?" Ucapan beliau membuatku tersadar dari lamunan.

"Nasi uduk sama ayam goreng bu kesukaan mas Darwin" Jawabku singkat. Sembari kembali fokus pada masakan sebelumnya.

"Ayam goreng? Pasti bagian paha kesukaan suamimu itu, ya?" celetuknya sambil meletakkan gelas.

Aku mengangguk dan kembali menumbuk bumbu ayam goreng.

"Jaman sekarang suami paling suka paha di banding dada, ya? padahal dada jauh lebih enak lho...." Celetuk Marni sembari terkekeh. Ucapan itu sungguh terdengar kurang enak di telinga. Sangat tidak pantas seorang mertua berceloteh pasal sensitive seperti itu. Di mana letak harga dirinya? aku sampai tidak habis pikir bagaimana kalau suamiku mendengar pasti dia akan risih.

Bruk...

Kuhantamkan cobek sedikit lebih keras sehingga membuat beliau terdiam "Tolong jangan bicara sembarangan seperti itu bu. Sangat tidak pantas jika mas Darwin mendengarnya...."

"Loh, emang ibu salah? Emang benar kan suamimu suka paha ayam dari pada dada ayam. Emang ada yang salah sama ucapan ibu?" Beliau masih mengelak meski aku tau apa yang dia maksud.

Berdehem "Ibu Marni tidak salah kok, aku memang suka paha katimbang dada. Tapi terkadang juga dada lebih enak" Melempar tatapan menjijikkan ke arah Marni. Melihat Marni berpenampilan seksi memperlihatkan baha mulusnya dan dada menyembul indah, membuat setan keluar kandang.

Ku tatap mata mas Darwin "Kamu sedang lihat apa mas?" sengaja ku singgung mas Darwin supaya melepaskan pandangan dari ibu Marni.

Mas Darwin terlihat gugup setelah mendengar ucapanku. Dia langsung menghampiriku "Bicara apa kamu sayang? jelas aku melihat istriku ini yang sedang masak makanan kesukaanku dong. Sini biar aku bantu tumbuk bumbunya" Meraih tanganku dan kita berdua menumbuk bumbu bersama. Sikap romantisnya membuat hati meleleh, setiap hari mas Darwin selalu saja membuat jantung berdetak kencang. Meski kami sudah menikah tapi rasanya masih di fase pacaran dulu, dia selalu romantis.

"Oh....sweet sekali pengantin baru. Bikin ibu jadi iri saja" Sambil bergegas meninggalkan kami. Nada suara beliau nampak seperti kesal, entah karena apa kami tidak tau.

Tak lama kemudian bumbu selesai di tumbuk "Mas Darwin lepaskan tanganku malu di lihat ibu..." Entah setan mana yang merasuki suamiku itu sehingga tingkah lakunya begitu manis sekali.

Clack...

Suara mesin cuci berhenti menggiling "Biar mas bantu angkat cuciannya, kamu fokus masak saja. Mas tau kamu pasti sangat kecapean...." Sebelum pergi mas Darwin mengusap kepalaku seperti biasa lalu mencium pelan.

"Emmm....terima kasih suamiku, sayang" Sambil ku cubit hidung mancungnya.

"Sudah lanjut masak sana nanti keburu kesiangan lho" Ujarnya sembari bergegas menuju kamar mandi.

Waktu berputar begitu cepat. Jam menunjukkan pukul enam pagi. Waktunya berangkat kerja. Jarak rumah ke tempat kerja sangat jauh sampai memakan waktu lama, jadi aku memutuskan berangkan pagi sebelum padatnya kendaraan membuatku susah mencapai tempat kerja.

"Mas.....aku pamit berangkat kerja dulu ya, nanti jangan lupa bekal makan siang sudah siap di atas meja makan. Sebelum berangkat kerja mas juga harus sarapan dulu. Semua sudah siap di meja makan" Hari ini terasa waktu bergulir cepat sekali, rasanya sudah tidak tahan lagi harus kerja setiap hari tanpa kenal lelah.

Bangkit dari tempat duduk lalu mengulurkan tangan "Hati hati di jalan sayang, jangan ngebut, bahaya"

Ku raih tangan suamiku lalu mencium tangannya "Jangan khawatir jalan raya sudah menjadi sahabatku sejak lama" ku selipkan senyum di setiap berbicara dengannya. Wajar pernikahan kami masih bisa di bilang baru, jadi wajar saja jika kami bucin.

Mas Darwin mengantarku hingga pintu "Dah sayang.... hati hati, jangan lupa helm di kunci jangan cuma di gantungin begitu"

"Siap bos...." Sambil menyalakan motor matic rekan terbaikku. Tak berselang lama aku mulai mengendarai motor keluar dari pekarangan rumah. Setiap kali meninggalkan rumah hati ini teras gelisah takut jika mas Darwin berbuat sesuatu dengan ibu tiriku. Secepatnya pikiran kotor segara ku tepis "Astaga, sedang memikirkan hal bodoh apa aku ini. Mas Darwin orangnya setia, dia tidak akan pernah tergoda dengan apa pun" Berusaha berpikir positive supaya hati tidak di penuhi kegelisahan.

Brughhh....

Darwin terkejut mendengar suara benda jatuh dari dalam rumah, segera ia berlari menghampiri sumber suara "Ibu Marni? kenapa bisa sampai terjatuh..." Tau-tau marni sudah terjatuh di lantai.

"Lantainya licin sekali ibu jadi jatuh...." ujarnya meringis kesakitan.

Darwin membantunya berdiri. Dan tiba tiba saja Darwin ikut terpeleset hingga tubuh mereka berdua saling tumpang tindih. Darwin merasa deg degan membuat wajahnya memerah. Marni mulai menyadari sesuatu nampak menonjol. Dari situlah Marni mulai sadar sang menantu ternyata mulai tertarik padanya.

"Sampai kapan kamu betah di atas ibu seperti ini..." Ucapan Marni membuat Darwin tersadar "Aduh maaf bu aku tidak sengaja. Niat hati mau bantu ibu tapi malah ikutan jatuh, sekali lagi maaf ya bu" Telinga pria itu terlihat memarah seperti sedang menahan sesuatu.

Marni melihat sesuatu nampak jelas dari celana sang menantu. Dia pun menutup mulutnya manahan tawa sejenak. Lirikan mata tak henti menatap benda mengeras tersebut, gelak tawa tak mampu terbendung sehingga tawa lepas akhirnya terdengar.

"Astaga, Dawin kamu tegang yah...." lirihnya semakin memanas.

Saking tidak tahan lagi Darwin memeluk sang mertua sambil membungkam mulutnya "Emmm....apa yang kamu lakukan?" berpura pura memberontak supaya Darwin tidak tau bahwa dia tau hasrat Darwin mulai menggebu.

"Jangan sok jual mahal bu. Tadi malam aku melihat pak Dono dan ibu di kamar, kalian sedang bercocok tanam. Kenapa ibu menolakmu, sedangkan ibu mau dengan pria tua itu" Seketika Darwin menyumpal mulut Marni dan mereka saling berpagut dalam dosa.

"Emmmm.....emmmm....." Suara tertahan membuat hasrat semakin tinggi.

Mereka melakukan hal tidak senonoh untuk pertama kali. Mereka juga nampak menikmati adegan ranjang sampai lenguhan panjang berulang kali terdengar dari mulut mereka.

Bab terkait

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Timbul Rasa Curiga

    "Astaga, hpku tertinggal di meja kamar" Setelah berjalan tak jauh dari rumah, aku mulai tersadar jika ada sesuatu yang tertinggal di rumah. Melihat jam pada pergelangan tangan, masih menunjukkan pukul setangah tujuh pagi. "Putar balik atau lanjut ya...." Kalau putar balik tentu bisa memakan waktu lebih lama lagi, tapi jika melanjutkan perjalanan, maka bagaimana dengan ponselku jika sewaktu waktu ada panggilan dari atasan. Akhirnya aku pun memutuskan putar balik. Sial sekali pagi ini harus bolak-balik rasanya ingin marah tapi bagaimana lagi semua akibat aku terlalu teledor.Dengan tergesa-gesa aku mulai memarkirkan motor, kemudian berlari kecil masuk ke dalam rumah. Kebetulan pintu tidak tertutup. Langsung saja aku masuk tanpa memberi salam."Rika....kamu kok pulang lagi" Ku lihat mas Darwin berada di depan pintu kamar ibu Marni. Sewaktu pergi pakaian mas Darwin begitu rapi, namun sekarang dua kancing paling atas terbuka lebar, dan keringat bercucuran seperti habis mencangkul saja. Ram

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-27
  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Main Di Dapur

    "Mas....mas, mas Darwin" Ketika tanganku tidak bisa menggapai apa yang ingin kungapai, seketika mata ini mulai terbelalak. Entah kemana perginya mas Darwin. Tidak biasanya dia pergi tanpa pamit lebih dulu. Melihat jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Rasa kantuk terus memberatkan mata ini meski berulang kali berusaha membuka lebar. Setelah sekian lama akhirnya aku bisa tidur pulas tanpa ada gangguan suara denyit ranjang sebelah. Mungkin ibu Marni sedang keluar rumah atau menginap di rumah temannya. Aku tidak perduli mau dia ada atau tiada bagiku sama saja. Sudah lama aku muak dengan keberadaan beliau, bukan tanpa sebab. Pertama gara gara beliau nyawa ayah tidak tertolong, semua karena beliau bersikeras tidak mau membawa ayah ke rumah sakit dengan alasan kami tidak mempunyai cukup uang. Sedangkan pada saat itu ibu Marni punya simpanan perhiasan dari almarhumah ibu kandungku, tapi beliau tidak mau menjualnya dan malah memakainya. Yang kedua setelah kepergian ayah, beliau jadi wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-27
  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Di gerebek Warga

    "Marni.........keluar kamu....Marni" Pagi hari selah seorang warga berteriak kencang di depan rumah. Ada gerangan apa sehingga membuat mereka berbondong-bondong datang ke rumah kami dengan cara tidak sopan. "Sayang, kenapa di luar ribut sekali?" Mas Darwin yang baru saja selesai mandi langsung menghampiriku."Entahlah, mas. Ayo kita lihat....." Seketika kami keluar kamar. Mengintip dari celah jendela ruang tamu "Mas, kenapa di luar ada banyak orang (Kami saling melempar pandang) kira-kira ada apa, ya?" Dari balik tirai jendela kami melihat sekumpulan warga berdiri sambil mengacungkan tongkat yang terbuat dari kayu. Mereka nampak begitu anarkis dengan terus berteriak memanggil nama Ibu Marni. Kebanyakan kaum ibu terus meneriaki nama ibu Marni. Entah kesalahan seperti apa yang telah beliau perbuat sampai para warga berkumpul depan rumah dengan menampilkan wajah kesal.Mas Darwin ikut mengintip "Lebih baik kita jangan keluar dulu tunggu sampai mereka pulang""Marni....keluar kamu jang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-27
  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Marni Di usir Warga

    "Jadi kamu juga mau mengusir ibumu dari rumah ini? Apa kamu tidak mau menjelaskan pada mereka bahwa ibu akan tetap tinggal di rumah ini sesuai pesan terakhir bapakmu? Apa kamu lupa, atau kamu memang ingin ibu keluar dari rumah ini, iya begitu?" ibu Marni menatapku penuh emosi. Matanya seolah tidak terima atas tuntutan warga sekitar. Sejak sidang pagi tadi aku hanya terdiam tanpa bicara sedikit pun padanya. Sungguh, aku pun tidak menyangka begitu tega ibu tiriku merebut suami orang, tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Selama ini benar isu di luar sana bahwa ibu tiriku bukan wanita baik-baik. Sudah banyak orang memberitahu padaku akan tabiat buruk bu Marni, tapi sama sekali tidak ku hiraukan. Cinta kasih ku pada beliau begutu tulus dan besar sehingga mataku di buatnya buta, telinga serasa tuli, dan hati seakan mati rasa. Jujur aku begitu bodoh sampai tidak mengenali siapa ibu tiriku sebenarnya. "Seharusnya kamu membela ibu bukan malah diam sepertin patung, ingat ya tanpa aku mungkin k

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Pura-pura Sakit Demi Bertemu Ibu Mertua

    Tok, tok...."Masuk...." seorang pria berkaca mata melihat seseorang membuka pintu. Menurunkan kaca mata seraya berkata "Pak Darwin? ada hal penting apa sepagi ini menghadap saya?" Dengan wajah di buat seolah merintih kesakitan "Sebelumnya saya minta maaf pak, sepertinya saya tidak dapat mengjar hari ini karena tiba-tiba saja badan terasa tidak enak. Kalau bapak berkenan saya mau minta ijin pulang lebih awal soalnya kepala saya migran, pak." Berharap bapak kepala sekolah percaya dengan aktingnya. Meski bukan hal baru baginya tetapi ijin kepala sekolah sangat di butuhkan.Melepas kaca mata sembari memicingkan mata "Saya lihat akhir-akhir ini pak Darwin kerap minta ijin dengan alasan sakit, apakah itu suatu kebetulan atau ada unsur kesengajaan?" Beberapa hari ini memang Darwin kerap minya ijin dengan alasan sakit. Sekali dua kali tidak menimbulkan kecurigaan, untuk selebihnya timbul rasa curiga.Memijat kepala "Saya tidak berbohong, memang saya pusing, pak. Tapi jika bapak tidak member

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Ketahuan Selingkuh

    Sebulan kemudian...Marni mulai kerap bertemu dengan Darwin di tempat umum. Kali ini Marni meminta Darwin untuk menemaninya belanja di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di tengah kota. Mereka nampak tidak segan memamerkan kedekatan yang terjalin setelah beberapa bulan berpeluh bersama. Entah sihir dan jampi-jampi seperti apa sehingga membuat Darwin begitu bern4fsu pada Marni. Hampir setiap pertemuan pasti akan mereka gunakan peluang dengan sebaik mungkin. Hasrat menggebu memupuk puluhan dosa. Tidak hanya sekali bercInta namun bisa satu, dua hingga, tiga kali dalam sekali pertemuan. Tergantung mood masing-masing. Terkadang badan lelah menjadi faktor utama ej4kulas1 dini. Belum lagi ketika harus memenuhi kewajiban atas istri tentu Darwin butuh banyak waktu memulihkan tenaga. Sepanjang jalan mereka lalui bersama saling bercanda sampai menjurus hal sensitif. Mereka nampak begitu senang. Sering kali membahas adegan ranjang model seperti apa lagi yang akan mereka perankan nantinya, sunggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   xxx

    "Mas....kamu habis belanja, ya? Sebanyak itu?" Baru saja mas Darwin masuk rumah mataku mulai tertuju pada beberapa paper bag di tangannya. Tidak biasanya suamiku itu belanja sendirian. Bahkan jarang sekali dia mau belanja barang sebanyak itu. Ku letakkan sebuah majalah yang baru tadi aku beli di jalan ketika perjalanan pulang, lalu menghampirinya. Melihat wajah mas Darwin sepertinya dia sedang banyak pikiran.Meletakkan paper bag sembari menghempaskan tubuh "Sebentar lagi adalah hari guru, jadi mas berniat beli kemeja baru untuk di kenakan pas peringatan hari guru nanti. Kamu tau sendiri kan semua muridku begitu totalitas memperingati hari besar guru, jadi mau tidak mau harus tampil sempurna." Ucap Darwin berdalih dari kenyataan."Tapi kok tumben tidak mengajak ku?" Menarik nafas berat "Bukannya kamu selalu sibuk setiap hari? mana ada waktu menemani suami belanja," Mendengar ucapan mas Darwin, aku pun jadi merasa bersalah. Memang ku akui akhir-akhir ini banyak sekali tugas kantor me

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Tamparan Mas Darwin

    "Ini lipstik dan parfum milik siapa, mas?" Ku tatap mata suamiku ketika dia baru saja keluar dari kamar mandi. Tangannya masih memegang handuk setelah keramas. Gerindil air masih membasah sebagain wajah. Hati terasa gusar, bagaimana kalau memang kecurigaanku benar? mungkinkah suamiku ada main dengan ibu tiriku? apakah mungkin suamiku tega menyakiti hati ku? dan masih banyak lagi pertanyaan di dalam hati ini. Darwin melihat lipstik dan parfum milik Marni terbawa olehnya, raut wajah gugup terlihat jelas "Oh itu, jelas untuk kamu, sayang. kalau bukan untukmu lalu untuk siapa lagi...." Dengan santai mas Darwin menjawabku. Namun, dari cara bagaimana reaksinya ada hal anahe di matanya."Untukku? Apa kamu yakin, mas?" Berusaha mengulik kebenaran dari balik matanya. Seketika melihat reaksi mas Darwin yang langsung membuang muka dengan menggaruk kepala jelas dia sedang berbohong. Empat tahun sudah kami menjalin cinta, jadi sekecil apa pun reaksi Mas Darwin dalam mengekspresikan mimik wajah da

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01

Bab terbaru

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Hancurnya Hati Aska

    Bagaimana cara menjelaskan semua pada putraku, sungguh tidak bisa melihat harapannya hancur begitu saja. Mata yang tadi di penuhi kebahagiaan seketika sirna penuh air mata. Kaki mulai melemas menitikkan air mata sembari ku raih pusara mas Darwin "Bagaimana caraku menjelaskan semua pada Aska, mas? Andai bisa ku putar waktu aku tidak ingin kau pergi dengan cara seperti ini. Sekarang Aku harus bagaimana? Kenapa harus kamu? Kenapa bukan orang lain saja yang mendonorkan jantung untuk Aska, kenap harus kamu, kenapa? Setelah semua kejadian ini bagaimana caraku menghindari tatapan putraku sendiri, mungkin setelah ini dia akan sangat membenciku. Hati ku sakit melihatnya hancur. Aku takut, mas. Bagaimana jika dia membenci ku setelah ini? Sungguh aku tidak sanggup di benci olehnya," Wajah tertunduk lesu tidak tau harus berbuat apa. Semua memang salah ku, seharunya tidak pernah memberi jarak pada mereka supaya semua tidak seperti sekarang."Kebaikan mu akan selalu ku ingat dalam seumur hidup, tap

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Kesedihan Aska Tumpah Di Atas Pusara

    Dua hari kemudian.Sesuai janji ku pada Aska, tepatnya selasa pagi kami mengajaknya bertemu dengan Mas Darwin. Meski seluruh dunia mengetahui bahwa orang mati tidak bisa bangkit kembali ke dunia manusia. Aku menyadari bahwa harapan besar mereka bertemu sangatlah mustahil. Setiap saat hati terasa gelisah takut putraku kecewa atas kenyataan pahit ini, semua memang bukan mau ku, semua atas keputusan mas Darwin sendiri, sejauh kebencianku terhadapnya sedikit pun tidak pernah menganggapnya benar, sehingga pada saat dia memberikan jantungnya pada putra kandungnya sendiri, di situlah baru aku menyadari bahwa seburuk apa pun seorang mantan suami dia tetap ayah terbaik bagi anak-anak. Sejauh apa pun sakit hati membawa kita, hubungan yang sudah terjalin tidak akan pernah terhapus oleh banyaknya dosa. Masa lalu tetap meninggalkan kenangan walau tidak untuk di perjuangkan. Wahai mantan jadilah masa lalu terbaik jangan kotori masa lalu seseorang dengan penuh kebencian. Merasa jatuh cinta dan menci

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Cemburu Itu Lucu

    Satu minggu kemudian kondisi Aska perlahan mulai membaik. Hari ini Dokter memberi kabar gembira bahwa putra kami sudah di perbolehkan pulang. Dengan kondisi Aska sekarang tentunya ia banyak di batasi oleh dokter, sebelum benar-benar sembuh ia tidak boleh keluar rumah bahkan sekedar sekolah pun belum di ijinkan. Sebagai seorang ibu jelas hati sangat bahagia sekaligus cemas, bagaimana jika Aska bosan ingin bertemu teman-temannya? tidak mungkin dia terus di rumah sepanjang hari di tambah lagi kami juga banyak kerjaan pasti dia sangat kesepian."Jangan lupa di minum obatnya, kamu tidak boleh terlalu beraktifitas dulu. Sementara waktu kamu duduk di kursi roda dulu, baru setelah selesai kamu bisa kembali bersekolah." Jelas Dokter.Mengulurkan tangan "Kami sangat berterima kasih atas segalanya, Dok. Kalau begitu kami pamit pulang"Usai menebus obat kami pun pulang. Sepanjang jalan pukang entah kenap Aska terus diam tanpa kata. Mungkinkah dia memikirkan sesuatu? Coba ku tanyakan pelan padanya

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Kekerasan Fisik

    "Sayang coba lihat itu....." Mas Candra menunjuk sebrang jalan di mana seorang wanita berlari tertatih tanpa busana. Rambut terurai lusuh membuatku sulit mengenalinya, namun setelah mengamati seksama ternyata wanita itu adalah ibu Marni. Tidak jauh dari tempat beliau terlihat dua pria mengejarnya. Pria itu nampak begitu sangar berpenampilan preman dan bertubuh tinggi besar."Mas, itu ibu Marni....." Tanpa ragu kami pun menepi berusaha mengejar beliau sebisa dan sekuat kami. Sempai pada akhirnya bu Marni terjatuh, kedua pria berpenampilan preman tadi berusaha memaksa Bu Marni.Melihat beliau meronta dengan kondisi seperti itu tentu kedua pria itu bukan orang baik "Tolong......maling....." Mencari cara untuk meminta bantuan warga dan orang sekitar dengan berteriak maling. Benar saja beberapa orang berbondong ke arah kami lalu mengejar kedua pria tersebut. Awalnya mereka hendak membawa Ibu Marni, namun karena langkah kaki beliau tertatih membuat mereka memutuskan meninggalkan begitu saja

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Balas Dendan Dono

    "Tidak, jangan, pergi kalian...Tolong..." Marni berteriak kencang ketika ada beberapa preman mengejarnya. Ketika duduk di tepi jalan tiba-tiba tiga orang berpakaian preman menghampiri lalu menyeretnya ke dalam mobil. Sembari meronta Marni terus berharap ada salah satu orang baik bisa menolongnya, namun siapa sangka tidak ada satu pun orang perduli. Mungkin bisa di katakan hukum karma masih berlaku padanya. Salah seorang pria berkulit hitam mata besar langsung membungkam mulutnya sampai tak bersuara. Sesekali terdengar suara dering ponsel dari salah satu preman."Kita sudah berhasil, bos." ucapnya sembari tersenyum girang ke arah Marni.Sejak memutuskan pergi dari Darwin, kini kehidupan Marni semakin sulit. Setiap hari berjalan lontang-lantung tanpa tujuan, semua tempat telah ia datangi demi mencari kerja atau sekedar numpang berteduh, namun hampir semua orang menolak, siapa yang mau menerima orang dengan penampilan compang-camping dan rambut kusut seperti tidak pernah di sisir. Banyak

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Kepergian Mas Darwin

    Operasi berlangsung cukup lama. Setiap detik do'a tak pernah terputus. Mas Candra selalu berada di sampingku berusaha membuatku tenang. Meski ku tau di dalam hati terdalam ia juga rapuh. Aska memang bukan darah dagingnya, tapi dia yang selama ini mencintai, merawat, dan berperan layaknya seorang ayah. Wajar jika hatinya rapuh sama peperti itu pula hati ini."Jangan cemas putraku sangat hebat, dia pasti bisa melewati semua ini." Lirih mas Candra meyakinkan ku. Kalau boleh jujur suamiku tidak sekuat itu, tanpa sadar sejak tadi ku perhatikan ia menyeka air mata. Memaksa kuat sebisa mungkin supaya tidak membuatku semakin lemah.Sembari bersandar pada bahu mas Candra "Semua salahku, mas." Tiap kali mengingat bagaimana kami bertengkar sebelum akhirnya Aska berlari dariku. Andai bisa aku bersedia bertukar posisi, asal putraku baik-baik saja.Genggaman tangan semakin erat kurasakan "Jangan salahkan diri sendiri, kalau tau akan terjadi hal seburuk ini, maka aku pun tidak akan pernah mengajak k

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Petaka Siang Itu

    Brug....."Aska...." Menjerit sekencang mungkin. Dunia seakan berhenti berputar. Gelap terasa menutup hati. Tidak sekali pun terpikir akan terjadi musibah besar pada putraku."Tidak....." Air mata terurai lepas. Jerit tangis mulai mengalihkan banyak pasang mata.Betapa hancur hati ini melihat pemandangan mengerikan baru menimpa putraku. Ketika ia hendak menyebrang dari arah berlawanan ada truk kontainer melintas kencang, sampai akhirnya menghantam putraku. Tubuhnya terpental beberapa meter dari tempat kejadian. Mata ini menyaksikan darah bercucuran sampai tubuh serasa lemas tak bertenaga. Kaki sulit di gerakkan. Tatapanku terus tertuju pada Aska yang sudah tidak sadarkan diri."Ya Tuhan....Aska." Di susul teriakan mas Candra.Air mataku pecah ketika kerumunan orang menutupi pandangan. Mas Candra lantas menghampiriku. Memelukku lalu membawaku ke sebrang jalan."Mas anak kita, mas. Dia...." Mulut bergetar hebat sampai tak sanggup lagi berkata-kata.Tatapan mas Candra tidak seperti biasa

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Pria Misterius

    Beberapa hari kemudian.Bertepatan hari libur kami sekeluarga menyempatkan waktu jogging, demi kesehatan bersama. Mentari mulai menyapu wajah. Sesekali menyeka keringat "Rasanya matahari pagi begitu terik seperti membakar kulit..." Ucapku sembari terus berlari kecil.Cuaca pagi begitu cerah. Langit membiru di sertai gumpalan awan putih. Suara bising kendaraan sedikit menggangu pendengaran, wajar saja hari libur banyak orang keluar rumah sekedar cari makan, jalan-jalan, dan lain sebagainya.Mas Candra menolehku "Baru berapa putran sudah mengeluh. Kasihan matahari jadi takut sama keluhanmu...." Celetuknya semakin mempercepat laju kaki."Ih kok malah ngejek sih, awas kamu mas...." Kami bermain kejar kucing tikus seperti masa kanak-kanak.Tanpa sengaja aku melihat Aska tengah duduk dengan seseorang. Topi bulat warna coklat kusam menghalangi wajah pria di samping putraku itu. Kebetulan hari minggu kami sekeluarga selalu meluangkan waktu berolahraga. Tadinya Aska ikut jogging tapi entah ken

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Di Sangka Penculik

    Tengah hari terlihat Darwin berdiri sembari melihat sebrang jalan. Jam sekolah segera berakhir, ia terus menunggu meski terik membakar kulit. Berulang kali menyeka keringat dengan pandangan terfokus pada sekolah tersebut. Ia tidak berniat berdagang di area sekolah hanya sekedar menunggu seseorang. Melihat jalanan semakin ramai kendaraan berlalu-lalang ia memilih duduk sejenak. Matahari siang sangat panas sekali, keringat bercucuran membasahi wajah. Berulang kaki mengibas topi bututnya untuk mendapat angin.Dari jauh salah seorang pedangan melihatnya. "Itu bukannya tukang jagung serut itu bro...." Bertanya pada salah seorang pedangan juga."Iya. Mau apa dia kemari, kepala sekolah tidak mengijinkan dia berjualan di sini masih mau nekat juga tuh orang...." Sambung salah seorang.Kebetukan pak satpam sedang jajan cilok lalu melihat ke tepi jalan "Sebenarnya dia sudah bisa berjualan di sini bersama kalian, tapi dia menolak. Dua minggu lalu dia menolong salah satu murid di sini, mungkin kal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status