"Ini lipstik dan parfum milik siapa, mas?" Ku tatap mata suamiku ketika dia baru saja keluar dari kamar mandi. Tangannya masih memegang handuk setelah keramas. Gerindil air masih membasah sebagain wajah. Hati terasa gusar, bagaimana kalau memang kecurigaanku benar? mungkinkah suamiku ada main dengan ibu tiriku? apakah mungkin suamiku tega menyakiti hati ku? dan masih banyak lagi pertanyaan di dalam hati ini. Darwin melihat lipstik dan parfum milik Marni terbawa olehnya, raut wajah gugup terlihat jelas "Oh itu, jelas untuk kamu, sayang. kalau bukan untukmu lalu untuk siapa lagi...." Dengan santai mas Darwin menjawabku. Namun, dari cara bagaimana reaksinya ada hal anahe di matanya."Untukku? Apa kamu yakin, mas?" Berusaha mengulik kebenaran dari balik matanya. Seketika melihat reaksi mas Darwin yang langsung membuang muka dengan menggaruk kepala jelas dia sedang berbohong. Empat tahun sudah kami menjalin cinta, jadi sekecil apa pun reaksi Mas Darwin dalam mengekspresikan mimik wajah da
Hari ini adalah hari libur. Aku sengaja bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan dan beberes rumah. Tak berapa lama kemudian aku mendengar suara ibu Marni di luar, sepertinya beliau sedang bicara dengan seseorang. Tanpa tunggu lama ku ayunkan kaki menghampiri sumber suara. Mau apa lagi beliau datang mungkinkah masih ingin membuat keributan lagi? sungguh tidak mengerti ada seorang wanita bermuka tebal sepertinya."Ibu...." Ucapku membuat ibu Marni dan mas Darwin menoleh. Tatapanku tertuju pada tangan mas Darwin yang memegang pergelangan tangan ibu tiriku. Seketika Mas Darwin melepaskan tangan beliau lalu berjalan menghampiriku "Begini sayang tadi ibu Marni maksa mau ketemu kamu, terus aku memberi pengertian untuk tidak datang kesini karena warga masih sangat membencinya. Tadi mas hanya ingin ibu kembali pulang, sebelum warga mulai berdatangan kemari...." Ucap Mas Darwin setengah gugup.Ibu Marni menghampiri kami sembari melempar senyum "Benar kata anak mantuku. Memang ibu salah kalau
"Mau kemana bu Marni?" Seorang pengendara motor tiba-tiba saja berhenti tepan di hadapan Marni, ia lalu menggoda Marni yang tengah berdiri di tepi jalan, menunggu ojek online. Pria bertato itu tidak lain adalah Ridho. Dengan menatap Marni dari ujung kepal hingga ujung kaki, siulan si pria jalanan mulai terdengar tish. Pakaian ketat melekat di badan sintal Marni membuat setiap mata melongo. Bodi Marni jauh lebih bagus di banding wanita seusianya "Bolehlah aku mengantar kamu, sayang" bisik Ridho menawarkan diri. Gelagat kurang baik jelas terlihat dari sorot matanya."Baby...." Kembali ia menggoda seraya mencoel dagu Marni.Marni hanya diam seolah tidak melihat Ridho. Perilaku Ridho membuatnya kesal karena Ridho telah membobol dari depan dan belak4ng sampai ia merasa trauma dengannya. Melihatnya saja tubuh sudah gemetaran apa lagi harus melakukan lagi dan lagi. Lain dengan Darwin yang menawarkan kenikmatan sewajarnya juga tidak neko-neko. Ridho adalah pemuda brandalan suka dengan hal men
"Bapak...." Seorang wanita tengah menggendong bayi berlarian menghampiri Dono, yang tengah beristirahat di parkiran tempat biasa memarkirkan truk. Dono tengah tiduran di bawah pohon bersama salah seorang rekan sesama supir.Terkejut melihat anak sulungnya tiba-tiba mendatanginya "Ada apa kamu datang ke sini?" Seketika Dono bangkit dengan wajah masam. Dari jarak dua meter saja sudah terlihat jelas sang anak berderai air mata. Entah apa yang terjadi sampai membuatnya menangis tanpa perduli anak dalam gendongan. Bayi tersebut juga menangis histeris akibat sang ibu berlarian di teriknya matahari. Semua sudah tidak ia perdulikan oleh karena hatinya sedang penuh kekesalan juga kekecewaan.Tatapan nanar penuh kebencian"Bapak jahat! Kenapa bapak tega sekali menceraikan ibu, hanya demi wanita murahan seperti Marni? Bapak sampai rela meninggalkan keluarga kecil kita untuk cinta palsunya si wanita pelakor iku, sungguh aku sangat membenci bapak." Ia mendorong Dono sampai mundur satu langkah.Mera
Beberapa bulan kemudian. Marni mulai berani seliweran ke rumah Darwin hampir setiap hari. Cepat atau lambat para warga mulai menaruh rasa curiga, dengan gerak gerik mencurigakan dari kedua belah pihak tentu warga mulai berbisik. Di mana mereka kerap berduaan di rumah ketika sedang tidak ada orang lain selain mereka. Alasan meminjam meja menjadi alat bagi Marni untuk selalu bertemu dengan Darwin. Para warga pun mulai curiga setiap kali Marni datang pintu depan selalu tertutup rapat, jelas menimbulkan kecurigaan besar. Meski ketap kali di tegur oleh warga tetap saja Marni mengelak dengan sukses. Marni sendiri bahkan meminta bukti jika dirinya hanya sekedar meminjam meja."Pada jam sekarang pasti warga lagi pada sibuk pergi ke pasar...." Ucap Marni sembari melihat kiri kanan, mengamati situasi sekitar."Gue jadi curiga deh sama mereka setiap kali Marni datang pintu rumah langsung tertutup rapat" Ucap salah seorang warga. Kebetulan seorang tadi melihat Marni clingak-clinguk melihat ke lu
"Marni...berhenti kamu!" Datanglah anak sulung Dono menghampiri Marni dengan kobaran api di matanya. Anak mana tidak emosi melihat perempuan selingkuhan ayahnya bersuka cita di atas penderitaan sang ibu. Pelakor tidak pantas bahagia, harus jatuh sedalam mungkin supaya jera. Ingin rasa mematahkan seluruh tulang namun ia tak berdaya hanya manusia biasa, yang terlahir lemah."Hah....bukankah itu anaknya Sari, mau apa dia kemari?" Lirih Marni sedikit resah. Seketika saja Elis anak sulung Dono menarik kasar rambut Marni dari belakang "Dasar Iblis, perempuan laknat, pelakor murahan, wanita tidak tau malu. Sekarang juga kamu harus ikut denganku, tanggung jawab atas perbuatan buruk mu." Menarik paksa Marni menuju suatu tempat. Tidak perduli pandangan orang luar terhadap sikapnya mata dan hati sudah di penuhi kemarahan. Sembari meringis kesakitan meminta Elis melepaskan rambutnya "Apa yang kamu lakukan lepaskan. Dasar stres...." Meronta berusaha melepaskan diri.Tidak ada lagi belas kasihan
"Mas, cepat datang ke sini ibu masuk rumah sakit" Betapa gugupnya aku ketika melihat ibu Marni terkulai tak sadarkan diri. Beberapa waktu lalu salah seorang warga menghubungiku, mereka memberitahukan bahwa ibu Marni di temukan pingsan di tepi jalan raya. Mendapat kabar tersebut aku pun segara ijin pulang kepada bosku. Untungnya punya bos yang begitu baik, beliau sangat ramah dan bertoleransi tinggi. Aku di perbolehkan pulang lebih awal karena suatu sebab. Meski begitu esok hari aku akan kerja lembur demi tanggung jawab sebagai pegawai. Punya atasan baik tapi jangan di salah artikan. Jadilah manusia yang bertanggung jawab, berjiwa besar, serta hindari sifat aji mumpung. Karena sesuatu kebaikan tidak akan bertahan lama jika di balas keburukan. Yang baik harus di jaga jangan di sia siakan. Usai menghubungi mas Darwin aku pun panik mulai berjalan kesana kemari berharap tidak terjadi hal buruk pada ibu Marni. Biar bagaimana beliau adalah perempuan yang sudah merawatku sejak bayi. Entah
"Marni, bangun. Aku sudah di sini, sekarang katakan siapa yang telah tega melakukan semua itu padamu?" Ucap Dono sembari menggenggam tangan sang istri. Sejak tadi Marni belum juga sadarkan diri. Kekarasan S3ksu4l yang di alami mengakibatkan jaringan saraf dan pembuluh darah pecah, sehingga Marni hilang kesadaran. Para pria brandal itu seolah menguliti habis diri Marni sampai tak bersisa."Buka mata mu! Katakan siapa dalang di balik semua ini? Aku akan membuatnya membayar mahal. Barang siapa berani menyentuh wanita ku, maka dia akan berhadapan langsung dengan ku." Amarah membara terlihat jelas sekali. Semua suami tidak akan rela apa bila pasangan hidup di lukai orang lain.Tak lama kemudian Dono merasa tangan Marni bergerak beberapa kali "Rika.....,tangan ibumu bergerak, cepat panggil Dokter, cepat." Seru Dono dari dalam ruangan.Mendengar suara pak Dono Aku bersama Mas Darwin segera berlari mencari Dokter. Tak lama tim medis pun datang dan memeriksa kondisi ibu Marni. Tak berselang la