Home / Pernikahan / Denyit Ranjang Ibu Tiri / Denyit Ranjang Marni

Share

Denyit Ranjang Ibu Tiri
Denyit Ranjang Ibu Tiri
Author: Gundik

Denyit Ranjang Marni

Author: Gundik
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Krat....

Krat....

"Lagi lagi suara itu membuatku pusing" Setiap malam pasti suara denyit ranjang selalu mengusik telinga. Entah apa yang sedang di lakukan si pemilik kamar sehingga begitu menggangu tidurku.

Suara denyit ranjang sebelah milik ibu tiriku selalu berdenyit keras ketika malam tiba. Suara berisik selalu membangunkan tidurku. Kamar kami sangat dekat hanya bersebelahan dengan sekat papan kayu saja, jadi suara apa pun kami bisa mendengarnya. Hampir setiap malam selalu terdengar suara denyit ranjang berulang kali seperti di goyang dengan keras. Entah apa yang sedang beliau lakukan di dalam sana, setiap kali di tanya tentang denyit ranjang selalu saja mengelak dengan kalimat (Ranjang sudah reot jelas berdenyit kalau buat pindah posisi) Alasan itu sungguh tidak masuk akal. Bagaimana bisa suara ranjang berdenyit begitu keras secara berkala. Seperti ada sesuatu yang sedang beliau lakukan di kamar tersebut. Pernah sekali mengintip kamar ibu tiri, namun ruangan nampak gelap gulita. Tidak memperlihatkan aktivitas di dalam kamar tersebut. Pasti beliau sengaja mematikan lampu supaya orang tidak bisa mengintipnya. Sungguh mencurigakan sekali. Namun, apa boleh buat tidak ada bukti untuk menjadi bukti kuat.

"Menyebalkan sekali...." Desisku sembari menutup telingan kuat-kuat.

Percuma bicara dengan ibu tiriku karena dia paling pintar mengalihkan pembicaraan. Sudah lama sejak kepergian ayah, aku berniat memintanya pergi meninggalkan rumah peninggalan almarhum ayahku, akan tetapi beliau selalu berdalih sebelum menikah lagi maka rumahnya tetap di rumah kami. Beliau hidup sebagai yatim piatu di kota ini, maka dari itu aku pun tak tega membiarkan beliau pergi sebelum mendapatkan tempat tinggal baru. Biar bagaimana beliau juga ibuku meski tidak ada hubungan darah.

Almarhum Ayah pun pernah berpasan sebelum meninggal, jika apa bila ibu tiriku suatu saat nanti mendapat penganti dirinya, maka rumah dan segala isinya akan menjadi milikku seutuhkan. Akan tetapi, beliau juga berpesan selama ibu tiri belum menemukan jodoh lagi maka dia berhak tinggal di rumah kami selama yang dia mau. Ayah tidak tega membiarkan seorang wanita lontang-lantung di kota besar tanpa sanak saudara atau pun tempat tinggal.

Ya, aku adalah anak tunggal dari pernikahan ayah dan ibu kandungku. Sejak bayi aku sudah menjadi piatu. Ibu meninggal saat melahirkanku. Ayah sangat mencintai almarhumah ibu, tapi beliau juga memikirkan masa depanku. Sehingga pada saat usiaku genap satu bulan ayah menikahi wanita lain. Sebelumnya aku tidak tau bahwa wanita yang selalu ku panggil dengan sebutan ibu itu adalah ibu tiriku. Semua baru terungkap ketika ayah mengalami sakit keras. Beliau memberitahukan semua tentang kebenaran ibu kandungku. Sejak awal hatiku selalu bertanya-tanya kenapa kasih sayang seorang ibu Marni lain dari ibu pada umumnya. Ibu Marni selalu memperlakukan aku dengan tidak baik. Sejak kecil beliau selalu mendidik ku dengan keras. Bahkan belum sekali pun beliau membelikanku baju baru atau seragam baru. Pertama kali masuk sekolah beliau memberiku pakaian bekas yang ia beli di pasar loak. Hanya sekali dalam setahun aku mendapatkan baju baru, itu pun karena ayah tidak tega melihatku berpakaian lusuh di kala lebaran tiba. Ayah seorang pedagang cilok keliling, hasil dari berjualan selalu di ambil ibu tiriku. Ayah tidak memegang uang sepeser pun. Kami hidup sangat sederhana, makan pun seadanya. Kadang pula sampai makan nasi putih lauk kerupuk kalau dagangan ayah sepi. Hidup susah sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kami. Kalau hanya menahan lapar itu sudah biasa, menahan secuil keinginan pun sudah biasa. Semua itu mengajariku bagaimana menjalani hidup di dunia. Meski aku hanya anak dari seorang penjual cilok, tapi aku bisa berhasil lulus dengan ketegori terbaik. Pihak sekolah mengirimku kuliah di luar kota sehingga membuat kehidupan ini mulai berubah. Setelah usai mengenyam pendidikan di universitas tinggi akhirnya aku di dekatkan dengan jodohku. Dia adalah Mas Darwin. Kami menikah setahun silam sebelum ayah meninggal. Mas Darwin bekerja sebagai guru di sebuah madrasah, sedangkan aku bekerja di salah satu perusahaan di pusat kota.

Singkat cerita. Setelah kepergian ayah, Ibu tiriku mulai bertingkah aneh. Penampilannya berubah drastis. Baju minim bahan, make up tebal, dan bibir merah merona. Tidak hanya itu beliau juga sering keluar pagi buta lalu pulang ketika tengah malam. Banyak tetangga mengisukan bahwa beliau adalah pekerja komersial. Semua hinaan terus menimpa keluarga kami, tapi apa dayaku hanya seorang anak tiri. sekedar mengingatkan saja aku pun tidak berani.

Brug......

Dari bilik sebelah terdengar suara benda jatuh membuat tidurku kembali terusik. Entah suara apa lagi itu, tentu sangat menggangu waktu istirahat.

Mencoba menutup telinga adalah hal yang kerap kulakukan setiap hari. "Sebenarnya apa yang sedang dia lakukan? Berisik sekali" sembari menekan bantal di telinga.

Mas Darwin melingkarkan tangannya memeluk erat tubuhku "Jangan hiraukan itu lebih baik kita..." Bisik mas Darwin sembari menyapu ujung telinga. Sekarang aku tidak bisa melayani hasrat suamiku sebab terlalu lelah bekerja. Terpaksa aku menolaknya dengan lembut "Maafkan aku mas tapi tidak untuk malam ini"

Melihat wajah mas Darwin begitu kecewa membuatku tidak enak hati. Dalam berhubungan suami istri harus di lakukan atas dasar suka sama suka, jika salah satu ada yang tidak berselera maka tidak akan mencapai kesenangan. "Lagi lagi kamu menolakku" mas Darwin mulai kesal kemudian membelakangiku. Melihatnya begitu kecewa membuat hati tidak tega. Ku usap lengannya sembari berkata "Maafkan aku, mas. Lain waktu saja ya mas badanku capek sekali...." berusaha merayu mas Darwin meski itu tidaklah mudah.

"Lupakan saja. Cepat tidur sudah malam..." Melepas tanganku dengan kasar.

"Mas jangan merah begitu, malam ini badanku benar-benar capek sekali. Banyak kerjaan di kantor, pengen cepat istirahat. Tolong mas ngertiin bagaimana kondisiku...." Mas Darwin tetap saja diam. Tak mau ambil pusing aku pun mulai kembali berbaring di dekatnya.

Beberapa saat kemudian aku merasakan ngantuk berat lalu memejamkan mata.

"Dia sudah tertidur sekarang saatnya beraksi...." Perlahan Darwin turun dari ranjang dengan berjingkrak pelan keluar kamar. Senyumnya mulai mengembang ketika melihat pintu kamar sebelah sedikit terbuka. Perlahan Darwin mengintip ke dalam kamar nan gelap tersebut. Mendengar suara pria dan wanita saling berpacu dalam kenikmatan, membuatnya senang sekali. Setiap malam Darwin mencuri waktu sekedar mengagumi tubuh wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu mertuanya. Tubuh sintal berisi yang ketap memperlihatkan bongkahan kedua gunung kembar itu mencuri perhatian Darwin sejak pertama menginjak rumah ini.

Tak lama kemudian lampu kamar menyala. Darwin terkejut melihat sosok pria yang bersama ibu mertua ternyata adalah suami dari tetangga sebelah rumah. Sekarang Darwin tau bahwa mertuanya suka bercocok tanam dengan suami orang tanpa memikirkan bahaya mengancam.

"Terima kasih sayang" Pak Dono mencium pipi Marni setelah mereka saling berpacu dalam keindahan malam. Keringat bercucuran membanjiri tubuh keduanya.

Marni membalas ciuman itu dengan manja. "Lain kali jangan cuma sekali atau dua saja, tiga kali pun aku pasti sanggup kok...." Sambil menyentuh dada bidang sang pria.

Melihat adegan itu membuat Darwin panas dingin. Nafasnya terdengar menderu dan nampak keringat dingin mulai bertaburan di wajah. Sudah lama Darwin tertarik pada tubuh Marni. Usia tidak membuat hasrat seseorang berkurang, justru semakin bertambah usia semakin besar pula hasrat dalam dirinya.

Pyar...

Tanpa sengaja Darwin menjatuhkan vas bunga dekat kamar Marni.

"Apa itu? Mas Dono cepat pergi lewat jendela, cepat" Marni segara menyuruh Dono pergi sebelum ada yang melihat mereka.

Menarik nafas lalu merapihkan rambut "Nak Darwin....kenapa malam begini masih di luar?" tanya Marni sembari menatap wajah sang menantu. Darwin terlihat begitu gugup sampai terbata bata "Anu....itu, bu, tadi mau ambil minum eh nggak sengaja nabrak vas bunga punya ibu. Maaf ya buk besok saya perbaiki vas bunganya"

Marni menyentuh lengan Darwin "Tidak masalah hanya vas biasa, biarkan saja. Lebih baik kamu cepat masuk kamar nanti Rika mencarimu" Sambil tersenyum manis.

Ketika sentuhan lembut menyentuh lengan Darwin merasakan sesuatu yang berbeda.

"Ah....maaf ibu tidak bermaksud apa-apa. Kalau begitu ibu masuk dulu ya, kamu cepat istirahat besok harus kerja kan"

Tatapan mata Darwin mulai tertuju pada bongkahan gunung kembar itu. Mata terus melototi keindahan tuhan dengan sesekali menelan saliva. Jika di banding dengan wanita sebaya beliau, jelas tubuh sang mertua masih terlihat indah di pandang. Begitu sintal dan mulus. Wajar saja kalau tubuhnya indah. Marni suka merawat tubuhnya dan beberapa kali dalam seminggu melakukan perawatan.

"Astaga jantungku berdetak kencang sekali...." lirih Darwin sambil mengusap dada.

Marni pun segara menutup pintu kamar. Darwin masih teringat bagaimana keindahan itu membuatnya mulai tergila gila.

Related chapters

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Mulai Tertarik Dengan Ibu Mertua

    Keesokan pagi seperti biasa aku bangun lebih awal. Jarun jam masih menunjukkan pukul lima pagi. Akan ku mulai hari dengan membersihkan rumah sembari mencuci pakaian, setelah itu lanjut masak nasi dan lanjut membuat bumbu ayam goreng kesukaan mas Darwin. Setelah menolaknya malam tadi rasa bersalah selalu menghantuiku. Pagi ini aku berniat membuatkan masakan kesukaannya, nasi uduk dan ayam goreng. Sejak pertama menikah baru kali pertama aku menolak hasratnya, semua karena badan terlalu lelah, lagi pula percuma jika terpaksa meladeni hasrat mas Darwin yang ada dia tidak merasa senang oleh keterpaksaanku. "Kalau ingat wajah mas Darwin tadi malam hatiku terasa hancur sekali, akan tetapi mau bagaimana lagi semalam tidak bisa tidur gara-gara suara denyit ranjang ibu Marni, di tambah lagi bafan rasanya capek banget." jika mengingat kejadian semalam sangat membuatku kesal. Setiap malam tidak pernah bisa tidur pulas sedikit saja. Denyit ranjang itu sangat mengganggu tidurku. Entah apa yang di

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Timbul Rasa Curiga

    "Astaga, hpku tertinggal di meja kamar" Setelah berjalan tak jauh dari rumah, aku mulai tersadar jika ada sesuatu yang tertinggal di rumah. Melihat jam pada pergelangan tangan, masih menunjukkan pukul setangah tujuh pagi. "Putar balik atau lanjut ya...." Kalau putar balik tentu bisa memakan waktu lebih lama lagi, tapi jika melanjutkan perjalanan, maka bagaimana dengan ponselku jika sewaktu waktu ada panggilan dari atasan. Akhirnya aku pun memutuskan putar balik. Sial sekali pagi ini harus bolak-balik rasanya ingin marah tapi bagaimana lagi semua akibat aku terlalu teledor.Dengan tergesa-gesa aku mulai memarkirkan motor, kemudian berlari kecil masuk ke dalam rumah. Kebetulan pintu tidak tertutup. Langsung saja aku masuk tanpa memberi salam."Rika....kamu kok pulang lagi" Ku lihat mas Darwin berada di depan pintu kamar ibu Marni. Sewaktu pergi pakaian mas Darwin begitu rapi, namun sekarang dua kancing paling atas terbuka lebar, dan keringat bercucuran seperti habis mencangkul saja. Ram

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Main Di Dapur

    "Mas....mas, mas Darwin" Ketika tanganku tidak bisa menggapai apa yang ingin kungapai, seketika mata ini mulai terbelalak. Entah kemana perginya mas Darwin. Tidak biasanya dia pergi tanpa pamit lebih dulu. Melihat jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Rasa kantuk terus memberatkan mata ini meski berulang kali berusaha membuka lebar. Setelah sekian lama akhirnya aku bisa tidur pulas tanpa ada gangguan suara denyit ranjang sebelah. Mungkin ibu Marni sedang keluar rumah atau menginap di rumah temannya. Aku tidak perduli mau dia ada atau tiada bagiku sama saja. Sudah lama aku muak dengan keberadaan beliau, bukan tanpa sebab. Pertama gara gara beliau nyawa ayah tidak tertolong, semua karena beliau bersikeras tidak mau membawa ayah ke rumah sakit dengan alasan kami tidak mempunyai cukup uang. Sedangkan pada saat itu ibu Marni punya simpanan perhiasan dari almarhumah ibu kandungku, tapi beliau tidak mau menjualnya dan malah memakainya. Yang kedua setelah kepergian ayah, beliau jadi wa

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Di gerebek Warga

    "Marni.........keluar kamu....Marni" Pagi hari selah seorang warga berteriak kencang di depan rumah. Ada gerangan apa sehingga membuat mereka berbondong-bondong datang ke rumah kami dengan cara tidak sopan. "Sayang, kenapa di luar ribut sekali?" Mas Darwin yang baru saja selesai mandi langsung menghampiriku."Entahlah, mas. Ayo kita lihat....." Seketika kami keluar kamar. Mengintip dari celah jendela ruang tamu "Mas, kenapa di luar ada banyak orang (Kami saling melempar pandang) kira-kira ada apa, ya?" Dari balik tirai jendela kami melihat sekumpulan warga berdiri sambil mengacungkan tongkat yang terbuat dari kayu. Mereka nampak begitu anarkis dengan terus berteriak memanggil nama Ibu Marni. Kebanyakan kaum ibu terus meneriaki nama ibu Marni. Entah kesalahan seperti apa yang telah beliau perbuat sampai para warga berkumpul depan rumah dengan menampilkan wajah kesal.Mas Darwin ikut mengintip "Lebih baik kita jangan keluar dulu tunggu sampai mereka pulang""Marni....keluar kamu jang

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Marni Di usir Warga

    "Jadi kamu juga mau mengusir ibumu dari rumah ini? Apa kamu tidak mau menjelaskan pada mereka bahwa ibu akan tetap tinggal di rumah ini sesuai pesan terakhir bapakmu? Apa kamu lupa, atau kamu memang ingin ibu keluar dari rumah ini, iya begitu?" ibu Marni menatapku penuh emosi. Matanya seolah tidak terima atas tuntutan warga sekitar. Sejak sidang pagi tadi aku hanya terdiam tanpa bicara sedikit pun padanya. Sungguh, aku pun tidak menyangka begitu tega ibu tiriku merebut suami orang, tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Selama ini benar isu di luar sana bahwa ibu tiriku bukan wanita baik-baik. Sudah banyak orang memberitahu padaku akan tabiat buruk bu Marni, tapi sama sekali tidak ku hiraukan. Cinta kasih ku pada beliau begutu tulus dan besar sehingga mataku di buatnya buta, telinga serasa tuli, dan hati seakan mati rasa. Jujur aku begitu bodoh sampai tidak mengenali siapa ibu tiriku sebenarnya. "Seharusnya kamu membela ibu bukan malah diam sepertin patung, ingat ya tanpa aku mungkin k

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Pura-pura Sakit Demi Bertemu Ibu Mertua

    Tok, tok...."Masuk...." seorang pria berkaca mata melihat seseorang membuka pintu. Menurunkan kaca mata seraya berkata "Pak Darwin? ada hal penting apa sepagi ini menghadap saya?" Dengan wajah di buat seolah merintih kesakitan "Sebelumnya saya minta maaf pak, sepertinya saya tidak dapat mengjar hari ini karena tiba-tiba saja badan terasa tidak enak. Kalau bapak berkenan saya mau minta ijin pulang lebih awal soalnya kepala saya migran, pak." Berharap bapak kepala sekolah percaya dengan aktingnya. Meski bukan hal baru baginya tetapi ijin kepala sekolah sangat di butuhkan.Melepas kaca mata sembari memicingkan mata "Saya lihat akhir-akhir ini pak Darwin kerap minta ijin dengan alasan sakit, apakah itu suatu kebetulan atau ada unsur kesengajaan?" Beberapa hari ini memang Darwin kerap minya ijin dengan alasan sakit. Sekali dua kali tidak menimbulkan kecurigaan, untuk selebihnya timbul rasa curiga.Memijat kepala "Saya tidak berbohong, memang saya pusing, pak. Tapi jika bapak tidak member

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Ketahuan Selingkuh

    Sebulan kemudian...Marni mulai kerap bertemu dengan Darwin di tempat umum. Kali ini Marni meminta Darwin untuk menemaninya belanja di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di tengah kota. Mereka nampak tidak segan memamerkan kedekatan yang terjalin setelah beberapa bulan berpeluh bersama. Entah sihir dan jampi-jampi seperti apa sehingga membuat Darwin begitu bern4fsu pada Marni. Hampir setiap pertemuan pasti akan mereka gunakan peluang dengan sebaik mungkin. Hasrat menggebu memupuk puluhan dosa. Tidak hanya sekali bercInta namun bisa satu, dua hingga, tiga kali dalam sekali pertemuan. Tergantung mood masing-masing. Terkadang badan lelah menjadi faktor utama ej4kulas1 dini. Belum lagi ketika harus memenuhi kewajiban atas istri tentu Darwin butuh banyak waktu memulihkan tenaga. Sepanjang jalan mereka lalui bersama saling bercanda sampai menjurus hal sensitif. Mereka nampak begitu senang. Sering kali membahas adegan ranjang model seperti apa lagi yang akan mereka perankan nantinya, sunggu

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   xxx

    "Mas....kamu habis belanja, ya? Sebanyak itu?" Baru saja mas Darwin masuk rumah mataku mulai tertuju pada beberapa paper bag di tangannya. Tidak biasanya suamiku itu belanja sendirian. Bahkan jarang sekali dia mau belanja barang sebanyak itu. Ku letakkan sebuah majalah yang baru tadi aku beli di jalan ketika perjalanan pulang, lalu menghampirinya. Melihat wajah mas Darwin sepertinya dia sedang banyak pikiran.Meletakkan paper bag sembari menghempaskan tubuh "Sebentar lagi adalah hari guru, jadi mas berniat beli kemeja baru untuk di kenakan pas peringatan hari guru nanti. Kamu tau sendiri kan semua muridku begitu totalitas memperingati hari besar guru, jadi mau tidak mau harus tampil sempurna." Ucap Darwin berdalih dari kenyataan."Tapi kok tumben tidak mengajak ku?" Menarik nafas berat "Bukannya kamu selalu sibuk setiap hari? mana ada waktu menemani suami belanja," Mendengar ucapan mas Darwin, aku pun jadi merasa bersalah. Memang ku akui akhir-akhir ini banyak sekali tugas kantor me

Latest chapter

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Hancurnya Hati Aska

    Bagaimana cara menjelaskan semua pada putraku, sungguh tidak bisa melihat harapannya hancur begitu saja. Mata yang tadi di penuhi kebahagiaan seketika sirna penuh air mata. Kaki mulai melemas menitikkan air mata sembari ku raih pusara mas Darwin "Bagaimana caraku menjelaskan semua pada Aska, mas? Andai bisa ku putar waktu aku tidak ingin kau pergi dengan cara seperti ini. Sekarang Aku harus bagaimana? Kenapa harus kamu? Kenapa bukan orang lain saja yang mendonorkan jantung untuk Aska, kenap harus kamu, kenapa? Setelah semua kejadian ini bagaimana caraku menghindari tatapan putraku sendiri, mungkin setelah ini dia akan sangat membenciku. Hati ku sakit melihatnya hancur. Aku takut, mas. Bagaimana jika dia membenci ku setelah ini? Sungguh aku tidak sanggup di benci olehnya," Wajah tertunduk lesu tidak tau harus berbuat apa. Semua memang salah ku, seharunya tidak pernah memberi jarak pada mereka supaya semua tidak seperti sekarang."Kebaikan mu akan selalu ku ingat dalam seumur hidup, tap

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Kesedihan Aska Tumpah Di Atas Pusara

    Dua hari kemudian.Sesuai janji ku pada Aska, tepatnya selasa pagi kami mengajaknya bertemu dengan Mas Darwin. Meski seluruh dunia mengetahui bahwa orang mati tidak bisa bangkit kembali ke dunia manusia. Aku menyadari bahwa harapan besar mereka bertemu sangatlah mustahil. Setiap saat hati terasa gelisah takut putraku kecewa atas kenyataan pahit ini, semua memang bukan mau ku, semua atas keputusan mas Darwin sendiri, sejauh kebencianku terhadapnya sedikit pun tidak pernah menganggapnya benar, sehingga pada saat dia memberikan jantungnya pada putra kandungnya sendiri, di situlah baru aku menyadari bahwa seburuk apa pun seorang mantan suami dia tetap ayah terbaik bagi anak-anak. Sejauh apa pun sakit hati membawa kita, hubungan yang sudah terjalin tidak akan pernah terhapus oleh banyaknya dosa. Masa lalu tetap meninggalkan kenangan walau tidak untuk di perjuangkan. Wahai mantan jadilah masa lalu terbaik jangan kotori masa lalu seseorang dengan penuh kebencian. Merasa jatuh cinta dan menci

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Cemburu Itu Lucu

    Satu minggu kemudian kondisi Aska perlahan mulai membaik. Hari ini Dokter memberi kabar gembira bahwa putra kami sudah di perbolehkan pulang. Dengan kondisi Aska sekarang tentunya ia banyak di batasi oleh dokter, sebelum benar-benar sembuh ia tidak boleh keluar rumah bahkan sekedar sekolah pun belum di ijinkan. Sebagai seorang ibu jelas hati sangat bahagia sekaligus cemas, bagaimana jika Aska bosan ingin bertemu teman-temannya? tidak mungkin dia terus di rumah sepanjang hari di tambah lagi kami juga banyak kerjaan pasti dia sangat kesepian."Jangan lupa di minum obatnya, kamu tidak boleh terlalu beraktifitas dulu. Sementara waktu kamu duduk di kursi roda dulu, baru setelah selesai kamu bisa kembali bersekolah." Jelas Dokter.Mengulurkan tangan "Kami sangat berterima kasih atas segalanya, Dok. Kalau begitu kami pamit pulang"Usai menebus obat kami pun pulang. Sepanjang jalan pukang entah kenap Aska terus diam tanpa kata. Mungkinkah dia memikirkan sesuatu? Coba ku tanyakan pelan padanya

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Kekerasan Fisik

    "Sayang coba lihat itu....." Mas Candra menunjuk sebrang jalan di mana seorang wanita berlari tertatih tanpa busana. Rambut terurai lusuh membuatku sulit mengenalinya, namun setelah mengamati seksama ternyata wanita itu adalah ibu Marni. Tidak jauh dari tempat beliau terlihat dua pria mengejarnya. Pria itu nampak begitu sangar berpenampilan preman dan bertubuh tinggi besar."Mas, itu ibu Marni....." Tanpa ragu kami pun menepi berusaha mengejar beliau sebisa dan sekuat kami. Sempai pada akhirnya bu Marni terjatuh, kedua pria berpenampilan preman tadi berusaha memaksa Bu Marni.Melihat beliau meronta dengan kondisi seperti itu tentu kedua pria itu bukan orang baik "Tolong......maling....." Mencari cara untuk meminta bantuan warga dan orang sekitar dengan berteriak maling. Benar saja beberapa orang berbondong ke arah kami lalu mengejar kedua pria tersebut. Awalnya mereka hendak membawa Ibu Marni, namun karena langkah kaki beliau tertatih membuat mereka memutuskan meninggalkan begitu saja

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Balas Dendan Dono

    "Tidak, jangan, pergi kalian...Tolong..." Marni berteriak kencang ketika ada beberapa preman mengejarnya. Ketika duduk di tepi jalan tiba-tiba tiga orang berpakaian preman menghampiri lalu menyeretnya ke dalam mobil. Sembari meronta Marni terus berharap ada salah satu orang baik bisa menolongnya, namun siapa sangka tidak ada satu pun orang perduli. Mungkin bisa di katakan hukum karma masih berlaku padanya. Salah seorang pria berkulit hitam mata besar langsung membungkam mulutnya sampai tak bersuara. Sesekali terdengar suara dering ponsel dari salah satu preman."Kita sudah berhasil, bos." ucapnya sembari tersenyum girang ke arah Marni.Sejak memutuskan pergi dari Darwin, kini kehidupan Marni semakin sulit. Setiap hari berjalan lontang-lantung tanpa tujuan, semua tempat telah ia datangi demi mencari kerja atau sekedar numpang berteduh, namun hampir semua orang menolak, siapa yang mau menerima orang dengan penampilan compang-camping dan rambut kusut seperti tidak pernah di sisir. Banyak

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Kepergian Mas Darwin

    Operasi berlangsung cukup lama. Setiap detik do'a tak pernah terputus. Mas Candra selalu berada di sampingku berusaha membuatku tenang. Meski ku tau di dalam hati terdalam ia juga rapuh. Aska memang bukan darah dagingnya, tapi dia yang selama ini mencintai, merawat, dan berperan layaknya seorang ayah. Wajar jika hatinya rapuh sama peperti itu pula hati ini."Jangan cemas putraku sangat hebat, dia pasti bisa melewati semua ini." Lirih mas Candra meyakinkan ku. Kalau boleh jujur suamiku tidak sekuat itu, tanpa sadar sejak tadi ku perhatikan ia menyeka air mata. Memaksa kuat sebisa mungkin supaya tidak membuatku semakin lemah.Sembari bersandar pada bahu mas Candra "Semua salahku, mas." Tiap kali mengingat bagaimana kami bertengkar sebelum akhirnya Aska berlari dariku. Andai bisa aku bersedia bertukar posisi, asal putraku baik-baik saja.Genggaman tangan semakin erat kurasakan "Jangan salahkan diri sendiri, kalau tau akan terjadi hal seburuk ini, maka aku pun tidak akan pernah mengajak k

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Petaka Siang Itu

    Brug....."Aska...." Menjerit sekencang mungkin. Dunia seakan berhenti berputar. Gelap terasa menutup hati. Tidak sekali pun terpikir akan terjadi musibah besar pada putraku."Tidak....." Air mata terurai lepas. Jerit tangis mulai mengalihkan banyak pasang mata.Betapa hancur hati ini melihat pemandangan mengerikan baru menimpa putraku. Ketika ia hendak menyebrang dari arah berlawanan ada truk kontainer melintas kencang, sampai akhirnya menghantam putraku. Tubuhnya terpental beberapa meter dari tempat kejadian. Mata ini menyaksikan darah bercucuran sampai tubuh serasa lemas tak bertenaga. Kaki sulit di gerakkan. Tatapanku terus tertuju pada Aska yang sudah tidak sadarkan diri."Ya Tuhan....Aska." Di susul teriakan mas Candra.Air mataku pecah ketika kerumunan orang menutupi pandangan. Mas Candra lantas menghampiriku. Memelukku lalu membawaku ke sebrang jalan."Mas anak kita, mas. Dia...." Mulut bergetar hebat sampai tak sanggup lagi berkata-kata.Tatapan mas Candra tidak seperti biasa

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Pria Misterius

    Beberapa hari kemudian.Bertepatan hari libur kami sekeluarga menyempatkan waktu jogging, demi kesehatan bersama. Mentari mulai menyapu wajah. Sesekali menyeka keringat "Rasanya matahari pagi begitu terik seperti membakar kulit..." Ucapku sembari terus berlari kecil.Cuaca pagi begitu cerah. Langit membiru di sertai gumpalan awan putih. Suara bising kendaraan sedikit menggangu pendengaran, wajar saja hari libur banyak orang keluar rumah sekedar cari makan, jalan-jalan, dan lain sebagainya.Mas Candra menolehku "Baru berapa putran sudah mengeluh. Kasihan matahari jadi takut sama keluhanmu...." Celetuknya semakin mempercepat laju kaki."Ih kok malah ngejek sih, awas kamu mas...." Kami bermain kejar kucing tikus seperti masa kanak-kanak.Tanpa sengaja aku melihat Aska tengah duduk dengan seseorang. Topi bulat warna coklat kusam menghalangi wajah pria di samping putraku itu. Kebetulan hari minggu kami sekeluarga selalu meluangkan waktu berolahraga. Tadinya Aska ikut jogging tapi entah ken

  • Denyit Ranjang Ibu Tiri   Di Sangka Penculik

    Tengah hari terlihat Darwin berdiri sembari melihat sebrang jalan. Jam sekolah segera berakhir, ia terus menunggu meski terik membakar kulit. Berulang kali menyeka keringat dengan pandangan terfokus pada sekolah tersebut. Ia tidak berniat berdagang di area sekolah hanya sekedar menunggu seseorang. Melihat jalanan semakin ramai kendaraan berlalu-lalang ia memilih duduk sejenak. Matahari siang sangat panas sekali, keringat bercucuran membasahi wajah. Berulang kaki mengibas topi bututnya untuk mendapat angin.Dari jauh salah seorang pedangan melihatnya. "Itu bukannya tukang jagung serut itu bro...." Bertanya pada salah seorang pedangan juga."Iya. Mau apa dia kemari, kepala sekolah tidak mengijinkan dia berjualan di sini masih mau nekat juga tuh orang...." Sambung salah seorang.Kebetukan pak satpam sedang jajan cilok lalu melihat ke tepi jalan "Sebenarnya dia sudah bisa berjualan di sini bersama kalian, tapi dia menolak. Dua minggu lalu dia menolong salah satu murid di sini, mungkin kal

DMCA.com Protection Status