Share

Bab 3

Penulis: Elvina Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Aku tertegun mendengar permintaan tidak masuk akal ini.

Erina mendorongku, lalu menjambak rambut putra bungsuku dengan tidak sabar dan menyodorkan wajah pucatnya ke hadapanku.

"Jangan terlalu lama, waktumu hampir habis."

Hatiku remuk redam.

Di sekelilingku ada pria-pria kekar yang dibawa kakak Erina, menatapku dengan penuh nafsu. Mata mereka yang menjijikkan terpaku pada dadaku.

Aku memegangi kancing atas bajuku erat-erat, menggelengkan kepala sambil berlinang air mata.

Erina mencibir, "Aku nggak terburu-buru. Tapi entahlah anak sialan ini punya waktu atau nggak menunggumu lepas baju selambat itu."

Tangisku berderai.

Ilham pernah menceritakan Erina kepadaku sebelumnya. Katanya, dia adalah gadis yang baik hati.

Aku menatap wanita berwajah garang di depanku, dan tanpa sadar tubuhku gemetar.

Para pria berbadan besar di sisi ruangan menatap dengan penuh semangat.

"Lepas saja. Kamu memang sudah murahan, malu buat apa?"

"Apa yang kamu sembunyikan di dada membusungmu itu? Buka bajumu, biar kita lihat!"

Erina mengeluarkan ponselnya dan merekam wajahku serta mengancam.

"Bisa ular biasanya menjalar dalam waktu satu jam. Hitung sendiri saja kamu masih bisa menunda-nunda berapa lama."

Demi anakku, aku akan berjuang.

Aku memejamkan mata dan mulai melepas atasanku.

Kakak Erina bersiul. "Wah, pelacur, badanmu lumayan juga."

Aku dibesarkan dengan aturan keluarga yang ketat, menikah dan memiliki anak sesuai aturan, dan tidak pernah mengalami penghinaan seperti ini.

Aku menggigit bibirku sampai muncul rasa amis di lidahku.

"Bisakah kamu menyelamatkan anak aku sekarang?"

Erina masih belum puas. Kameranya membidik dari atas ke bawah. Aku memalingkan muka untuk menghindar.

Tapi dia memegang rahang bawahku agar seluruh wajahku tersorot kamera.

"Kenapa buru-buru sekali? Yang dilepas baru baju luar saja. Pakaian dalamnya belum."

"Kamu nggak ngerti bahasa manusia? Aku bilang, kamu harus telanjang dan teriak ke kamera kalau kamu pelacur dan selingkuhan."

"Sekarang ini baru hidangan pembuka."

Kakak Erina menimpali dengan tertawaan. "Benar, lepas, cepat lepas!"

Erina menyeringai. "Nggak mau? Atau kamu mau tunggu ..."

"Aku lepas sekarang!"

Aku langsung menyela, takut dia melanjutkan kata-katanya.

Tanganku gemetaran, meraih ke belakang untuk membuka kait ....

Di bawah tatapan mata Erina yang berapi-api, aku melihat ke kamera dan perlahan membuka mulut.

"Aku wanita selingkuhan, aku pelacur. Tolong selamatkan anakku ...."

Plak!

Erina menampar kepalaku ke samping.

"Siapa yang suruh kamu tambah satu kalimat lagi? Aku cuma mau membeberkan kejahatanmu, jangan bicara yang lain-lain."

Aku berlutut dan memohon di kakinya. "Dia benar-benar bukan anak haram, dia adik kandung Ilham. Selamatkan dia dulu. Apa pun aku nggak peduli asalkan kamu menyelamatkannya."

Erina tertawa sinis dan menyilangkan lengannya. "Apa pun?"

"Pelacur, kamu nggak berhak minta apa-apa di sini."

"Sudah membodohi orang lain, membodohi diri sendiri juga."

Sambil bicara, dia menjambak rambutku dan membenturkan kepalaku ke dinding.

"Kamu cuma selingkuhan yang hina. Aku ingin muntah lihat wajahmu yang sok itu!"

Seolah belum cukup melampiaskan amarahnya, dia berteriak kepada orang-orang di belakangnya, "Kenapa kalian diam saja? Rekam juga pakai ponsel kalian!"

Lampu kilat membidik kepadaku dari segala arah.

Aku tidak bisa sembunyi sama sekali.

Dalam kepanikan dan keinginan kuat untuk melarikan diri, aku menabrak ranjang putraku.

Aku spontan ingin menggenggam tangan putra bungsuku untuk menenangkannya.

Tapi ....

Jantungku berdegup kencang seketika.

Kenapa tangan putra bungsuku sangat dingin?

Firasat buruk menjalar dalam hatiku. Aku berusaha meyakinkan diri bawa firasat itu salah dan tidak mungkin terjadi. Tapi aku tidak bisa menghentikan jari-jariku yang bergerak menuju ujung hidungnya.

Tidak ada embusan napas.

Kenapa tidak ada embusan napas?

Aku mengguncang putra bungsuku seperti orang gila. Tapi tubuhnya tetap lemas sekeras apa pun aku mengguncangnya, lunglai seakan tidak bertulang.

Putra bungsuku meninggal!

Menyadari kebenaran ini membuat pikiranku dipenuhi kemarahan.

Aku telah merendahkan diri serendah-rendahnya, membiarkan Erina mempermalukanku. Semua agar putra bungsuku bisa dibawa ke ruang gawat darurat lebih cepat. Tapi sekarang, putra bungsuku sudah meninggal.

Jadi, aku tidak perlu menahan diri lagi.

Aku perlahan menjauh dari ranjang rumah sakit, menatap dengan penuh kebencian pada pembunuh di depanku.

Erina tanpa sadar mundur beberapa langkah. "A-apa .... Mau apa kamu?"

Bab terkait

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 4

    Aku berjalan mendekati Erina selangkah demi selangkah. "Anakku sudah mati."Aku menangis dan tertawa, seperti orang gila kerasukan hantu."Kamu harus membayar nyawanya!"Aku menerjang ke arah Erina, tapi saat hendak menyentuhnya, aku merasakan sakit di bagian belakang kepalaku.Aku terjatuh ke lantai.Kakak Erina memegang tongkat baseball di tangannya dan bertanya dengan penuh perhatian, "Erina, kamu nggak apa-apa?"Erina terkejut, menepuk dadanya ketakutan, dan menggelengkan kepalanya.Sesaat kemudian, dia menginjak wajahku."Perempuan murahan, beraninya kamu menyerangku?""Aku akan memberimu pelajaran, biar kamu paham kalau aku nggak gampang dipermainkan."Kepalaku sakit dan kesadaranku perlahan-lahan kabur.Sebelum benar-benar pingsan, aku mendengar pemuda berambut pirang tadi bertanya, "Erina, anaknya beneran mati. Apa nggak masalah?"Erina mendengus. "Kita di ruang gawat darurat rumah sakit, berapa banyak orang yang meninggal setiap harinya? Anak ini bahkan terlambat dilarikan, ng

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 5

    Erina terdiam sejenak dan segera menjawab dengan percaya diri."Aku dan Dokter Chandra yang pakai. Ilham, bukannya sekarang ada banyak ruang operasi?"Aku terbaring di meja operasi dan ingin berteriak.Namun, otot wajahku tertarik saat aku hendak membuka mulut. Luka berdarah di wajahku terasa sangat sakit sampai aku tidak berani bergerak sama sekali.Ilham menjawab, "Nggak apa-apa, cuma cek saja."Erina sangat berbeda saat menghadapi Ilham, tidak searogan tadi. Dia menjelaskan hati-hati dan memberi pesan di akhir."Pulang kerja nanti, temani aku belanja.""Oke, kebetulan aku mau beli Ultraman untuk hadiah."Meski tidak dapat melihat ekspresi Ilham, aku tahu dia saat ini tersenyum.Beberapa hari yang lalu, putra bungsuku memeluk lengan kakaknya dengan manja. Dia mengatakan bahwa dia sebentar lagi tujuh tahun dan sudah besar, jadi dia ingin hadiah untuk anak-anak yang besar.Ilham mengangguk mencolek kening adiknya dengan lembut, menanyakan hadiah apa yang diinginkannya.Putra bungsu san

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 6

    Ilham masuk dan sedikit terkejut melihat Erina sendirian memegang pisau bedah."Kamu perawat, apa kamu berhak melakukan operasi?"Erina tidak menjawab. Sebaliknya, wajahnya seperti mencari pujian. "Ilham, aku menyelesaikan masalah terbesar dalam hatiku, aku hebat 'kan?""Masalah apa?"Erina menunjuk ke arahku dan menyeringai. "Wanita ini ingin merayumu, tapi jangan khawatir, aku sudah membuat pencegahan."Ilham seketika tertegun. "Apa?"Erina memegang tangan Ilham dengan lembut. "Kamu nggak akan marah lagi 'kan? Meskipun dia cinta pertamamu, pacarmu sekarang itu aku. Kamu nggak boleh berpihak padanya.""Kalau nggak, aku nggak akan memaafkanmu seumur hidupku."Hawa di sekitar Ilham berubah dingin. Nada suaranya terdengar tidak sabar. "Aku sudah bilang cinta pertamaku itu kamu. Kenapa kamu nggak percaya kata-kataku?"Erina cemberut dan berkata sedih, "Bohong. Umurmu sudah hampir 30 tahun, mana mungkin kamu belum pernah jatuh cinta sebelumnya?"Apa yang dikatakan putra sulungku itu memang

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 7

    "Ibu?"Dia memanggilku dengan suara ragu-ragu.Aku tidak kuasa membuka mulutku, hanya mengangguk padanya dengan air mata berlinang.Tangisnya pecah seketika dan emosinya lepas kendali. "Bu, siapa menyiksamu seperti ini?"Suaranya bergetar seperti anak kecil yang tak berdaya.Tubuhnya tiba-tiba menegang dan dia menyadari bahwa selingkuhan yang dibicarakan Erina adalah aku.Tapi dia segera menenangkan diri dan mengambil peralatan bedah. "Ibu jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Aku akan merawatmu."Dia mulai memeriksa lukaku sambil bicara. Seiring pemeriksaan berjalan, tubuhnya gemetar semakin hebat.Dia berkata dengan suara gentar, "Bu, Erina yang membuatmu terluka seperti ini? Termasuk jahitan di tubuh bagian bawahmu?"Aku memejamkan mata dan terdiam.Sikapku jelas mengiakan tanpa kata. Ilham sangat marah dan ingin langsung keluar menghajar Erina, tapi Dokter Chandra menghentikannya."Yang terpenting sekarang merawat luka-lukanya dulu."Putra sulungku yang malang. Dia anak ya

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 8

    Kemarahan Ilham sudah tidak terbendung.Dia memberi isyarat kepada dua pengawalnya agar segera menarik tangan Erina untuk mengekangnya di tempat.Wajah Ilham semakin kelam. "Aku tanya sekali lagi, di mana adikku?""Mati."Plak!Satu tamparan lagi. Sudut bibir Erina langsung mengeluarkan darah.Erina semakin menjadi-jadi. "Ilham, apa kamu bukan laki-laki? Umurmu 30 tahun. Anak laki-laki itu masih tujuh atau delapan tahun, mana mungkin dia adikmu.""Betapa jahatnya kamu ingin menipuku.""Bodoh!"Ilham geram dan menendang Erina ke lantai.Dia mengeluarkan ponselnya dan membuka foto keluarga."Lihat baik-baik. Ini ibuku, dan dia adikku."Foto tersebut berisi aku, suamiku yang penuh kasih sayang, putra pertamaku yang rupawan, serta putra terkecilku yang menggemaskan.Saat itulah rasa takut mulai muncul di mata Erina.Para pengawal melepaskannya yang kini telah gemetaran hebat.Dia berteriak, "Ilham, aku salah, maafkan aku!""Maafkan aku, aku nggak tahu dia ibumu.""Tante, aku tahu aku salah

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 1

    Anak bungsuku yang bandel bermain-main dengan ular dan akhirnya tergigit.Suamiku sedang dinas ke luar kota dan putra sulungku sedang shift malam di rumah sakit.Aku tidak menunda-nunda dan segera naik taksi menuju rumah sakit tempat putra sulungku berada.Seorang perawat cantik berlari menghampiriku, menanyakan kondisi putra bungsuku, lalu mengatur tempat tidur untuk dikirim ke ruang gawat darurat.Aku menjelaskan sebab dan akibatnya dengan tangisan tercekat dan memohon padanya untuk menyelamatkan anakku.Dia menatap alat di tangannya dan tidak berhenti bicara dengan orang di sampingnya.Tapi saat hampir tiba di ruang gawat darurat, tempat tidurnya tiba-tiba berhenti.Aku tidak mengerti apa yang terjadi dan bertanya ada masalah apa.Tatapan perawat itu kelam, entah kenapa. Dia menatap wajah anakku dengan saksama, bertanya, "Kamu kenal Ilham Ranuwijaya?"Aku mengangguk. "Tentu saja kenal, dia ...."Sebelum sempat mengucapkan kata "anakku", aku merasakan sebuah tamparan tepat di wajahku

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 2

    Batu delima ini memang pusaka keluarga kami.Jumlahnya ada dua buah.Satu buah aku berikan kepada Ilham untuk diberikan kepada gadis pilihannya.Satunya lagi tadinya akan kuberikan kepada putra bungsuku, tapi karena dia masih terlalu kecil, aku menyimpannya untuk saat ini.Erina jelas salah paham.Dia merenggut kalung batu delima di leherku dan tertawa histeris."Ilham, kamu pembohong. Kamu janji hanya akan mencintaiku, tapi akhirnya kamu selingkuh dengan perempuan tua ini.""Aku membencimu. Aku sangat membencimu.""Hatiku sangat sakit, tapi aku tetap ingin mencintaimu."Dia bergumam pada dirinya sendiri, dan setelah menggila beberapa saat, matanya tiba-tiba suram dan mengerikan."Asal mereka mati, nggak akan ada lagi rintangan di antara kita.""Benar! Itu jawabannya!"Erina mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang. Setelah berdering sebentar, aku mendengarnya berkata, "Kak, kamu harus membantuku mempertahankan hubunganku!"Tapi aku tidak punya waktu untuk menyaksikan kegilaannya

Bab terbaru

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 8

    Kemarahan Ilham sudah tidak terbendung.Dia memberi isyarat kepada dua pengawalnya agar segera menarik tangan Erina untuk mengekangnya di tempat.Wajah Ilham semakin kelam. "Aku tanya sekali lagi, di mana adikku?""Mati."Plak!Satu tamparan lagi. Sudut bibir Erina langsung mengeluarkan darah.Erina semakin menjadi-jadi. "Ilham, apa kamu bukan laki-laki? Umurmu 30 tahun. Anak laki-laki itu masih tujuh atau delapan tahun, mana mungkin dia adikmu.""Betapa jahatnya kamu ingin menipuku.""Bodoh!"Ilham geram dan menendang Erina ke lantai.Dia mengeluarkan ponselnya dan membuka foto keluarga."Lihat baik-baik. Ini ibuku, dan dia adikku."Foto tersebut berisi aku, suamiku yang penuh kasih sayang, putra pertamaku yang rupawan, serta putra terkecilku yang menggemaskan.Saat itulah rasa takut mulai muncul di mata Erina.Para pengawal melepaskannya yang kini telah gemetaran hebat.Dia berteriak, "Ilham, aku salah, maafkan aku!""Maafkan aku, aku nggak tahu dia ibumu.""Tante, aku tahu aku salah

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 7

    "Ibu?"Dia memanggilku dengan suara ragu-ragu.Aku tidak kuasa membuka mulutku, hanya mengangguk padanya dengan air mata berlinang.Tangisnya pecah seketika dan emosinya lepas kendali. "Bu, siapa menyiksamu seperti ini?"Suaranya bergetar seperti anak kecil yang tak berdaya.Tubuhnya tiba-tiba menegang dan dia menyadari bahwa selingkuhan yang dibicarakan Erina adalah aku.Tapi dia segera menenangkan diri dan mengambil peralatan bedah. "Ibu jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Aku akan merawatmu."Dia mulai memeriksa lukaku sambil bicara. Seiring pemeriksaan berjalan, tubuhnya gemetar semakin hebat.Dia berkata dengan suara gentar, "Bu, Erina yang membuatmu terluka seperti ini? Termasuk jahitan di tubuh bagian bawahmu?"Aku memejamkan mata dan terdiam.Sikapku jelas mengiakan tanpa kata. Ilham sangat marah dan ingin langsung keluar menghajar Erina, tapi Dokter Chandra menghentikannya."Yang terpenting sekarang merawat luka-lukanya dulu."Putra sulungku yang malang. Dia anak ya

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 6

    Ilham masuk dan sedikit terkejut melihat Erina sendirian memegang pisau bedah."Kamu perawat, apa kamu berhak melakukan operasi?"Erina tidak menjawab. Sebaliknya, wajahnya seperti mencari pujian. "Ilham, aku menyelesaikan masalah terbesar dalam hatiku, aku hebat 'kan?""Masalah apa?"Erina menunjuk ke arahku dan menyeringai. "Wanita ini ingin merayumu, tapi jangan khawatir, aku sudah membuat pencegahan."Ilham seketika tertegun. "Apa?"Erina memegang tangan Ilham dengan lembut. "Kamu nggak akan marah lagi 'kan? Meskipun dia cinta pertamamu, pacarmu sekarang itu aku. Kamu nggak boleh berpihak padanya.""Kalau nggak, aku nggak akan memaafkanmu seumur hidupku."Hawa di sekitar Ilham berubah dingin. Nada suaranya terdengar tidak sabar. "Aku sudah bilang cinta pertamaku itu kamu. Kenapa kamu nggak percaya kata-kataku?"Erina cemberut dan berkata sedih, "Bohong. Umurmu sudah hampir 30 tahun, mana mungkin kamu belum pernah jatuh cinta sebelumnya?"Apa yang dikatakan putra sulungku itu memang

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 5

    Erina terdiam sejenak dan segera menjawab dengan percaya diri."Aku dan Dokter Chandra yang pakai. Ilham, bukannya sekarang ada banyak ruang operasi?"Aku terbaring di meja operasi dan ingin berteriak.Namun, otot wajahku tertarik saat aku hendak membuka mulut. Luka berdarah di wajahku terasa sangat sakit sampai aku tidak berani bergerak sama sekali.Ilham menjawab, "Nggak apa-apa, cuma cek saja."Erina sangat berbeda saat menghadapi Ilham, tidak searogan tadi. Dia menjelaskan hati-hati dan memberi pesan di akhir."Pulang kerja nanti, temani aku belanja.""Oke, kebetulan aku mau beli Ultraman untuk hadiah."Meski tidak dapat melihat ekspresi Ilham, aku tahu dia saat ini tersenyum.Beberapa hari yang lalu, putra bungsuku memeluk lengan kakaknya dengan manja. Dia mengatakan bahwa dia sebentar lagi tujuh tahun dan sudah besar, jadi dia ingin hadiah untuk anak-anak yang besar.Ilham mengangguk mencolek kening adiknya dengan lembut, menanyakan hadiah apa yang diinginkannya.Putra bungsu san

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 4

    Aku berjalan mendekati Erina selangkah demi selangkah. "Anakku sudah mati."Aku menangis dan tertawa, seperti orang gila kerasukan hantu."Kamu harus membayar nyawanya!"Aku menerjang ke arah Erina, tapi saat hendak menyentuhnya, aku merasakan sakit di bagian belakang kepalaku.Aku terjatuh ke lantai.Kakak Erina memegang tongkat baseball di tangannya dan bertanya dengan penuh perhatian, "Erina, kamu nggak apa-apa?"Erina terkejut, menepuk dadanya ketakutan, dan menggelengkan kepalanya.Sesaat kemudian, dia menginjak wajahku."Perempuan murahan, beraninya kamu menyerangku?""Aku akan memberimu pelajaran, biar kamu paham kalau aku nggak gampang dipermainkan."Kepalaku sakit dan kesadaranku perlahan-lahan kabur.Sebelum benar-benar pingsan, aku mendengar pemuda berambut pirang tadi bertanya, "Erina, anaknya beneran mati. Apa nggak masalah?"Erina mendengus. "Kita di ruang gawat darurat rumah sakit, berapa banyak orang yang meninggal setiap harinya? Anak ini bahkan terlambat dilarikan, ng

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 3

    Aku tertegun mendengar permintaan tidak masuk akal ini.Erina mendorongku, lalu menjambak rambut putra bungsuku dengan tidak sabar dan menyodorkan wajah pucatnya ke hadapanku."Jangan terlalu lama, waktumu hampir habis."Hatiku remuk redam.Di sekelilingku ada pria-pria kekar yang dibawa kakak Erina, menatapku dengan penuh nafsu. Mata mereka yang menjijikkan terpaku pada dadaku.Aku memegangi kancing atas bajuku erat-erat, menggelengkan kepala sambil berlinang air mata.Erina mencibir, "Aku nggak terburu-buru. Tapi entahlah anak sialan ini punya waktu atau nggak menunggumu lepas baju selambat itu."Tangisku berderai.Ilham pernah menceritakan Erina kepadaku sebelumnya. Katanya, dia adalah gadis yang baik hati.Aku menatap wanita berwajah garang di depanku, dan tanpa sadar tubuhku gemetar.Para pria berbadan besar di sisi ruangan menatap dengan penuh semangat."Lepas saja. Kamu memang sudah murahan, malu buat apa?""Apa yang kamu sembunyikan di dada membusungmu itu? Buka bajumu, biar ki

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 2

    Batu delima ini memang pusaka keluarga kami.Jumlahnya ada dua buah.Satu buah aku berikan kepada Ilham untuk diberikan kepada gadis pilihannya.Satunya lagi tadinya akan kuberikan kepada putra bungsuku, tapi karena dia masih terlalu kecil, aku menyimpannya untuk saat ini.Erina jelas salah paham.Dia merenggut kalung batu delima di leherku dan tertawa histeris."Ilham, kamu pembohong. Kamu janji hanya akan mencintaiku, tapi akhirnya kamu selingkuh dengan perempuan tua ini.""Aku membencimu. Aku sangat membencimu.""Hatiku sangat sakit, tapi aku tetap ingin mencintaimu."Dia bergumam pada dirinya sendiri, dan setelah menggila beberapa saat, matanya tiba-tiba suram dan mengerikan."Asal mereka mati, nggak akan ada lagi rintangan di antara kita.""Benar! Itu jawabannya!"Erina mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang. Setelah berdering sebentar, aku mendengarnya berkata, "Kak, kamu harus membantuku mempertahankan hubunganku!"Tapi aku tidak punya waktu untuk menyaksikan kegilaannya

  • Dendamku kepada Pacar Anakku   Bab 1

    Anak bungsuku yang bandel bermain-main dengan ular dan akhirnya tergigit.Suamiku sedang dinas ke luar kota dan putra sulungku sedang shift malam di rumah sakit.Aku tidak menunda-nunda dan segera naik taksi menuju rumah sakit tempat putra sulungku berada.Seorang perawat cantik berlari menghampiriku, menanyakan kondisi putra bungsuku, lalu mengatur tempat tidur untuk dikirim ke ruang gawat darurat.Aku menjelaskan sebab dan akibatnya dengan tangisan tercekat dan memohon padanya untuk menyelamatkan anakku.Dia menatap alat di tangannya dan tidak berhenti bicara dengan orang di sampingnya.Tapi saat hampir tiba di ruang gawat darurat, tempat tidurnya tiba-tiba berhenti.Aku tidak mengerti apa yang terjadi dan bertanya ada masalah apa.Tatapan perawat itu kelam, entah kenapa. Dia menatap wajah anakku dengan saksama, bertanya, "Kamu kenal Ilham Ranuwijaya?"Aku mengangguk. "Tentu saja kenal, dia ...."Sebelum sempat mengucapkan kata "anakku", aku merasakan sebuah tamparan tepat di wajahku

DMCA.com Protection Status