Share

Bab 8

Kemarahan Ilham sudah tidak terbendung.

Dia memberi isyarat kepada dua pengawalnya agar segera menarik tangan Erina untuk mengekangnya di tempat.

Wajah Ilham semakin kelam. "Aku tanya sekali lagi, di mana adikku?"

"Mati."

Plak!

Satu tamparan lagi. Sudut bibir Erina langsung mengeluarkan darah.

Erina semakin menjadi-jadi. "Ilham, apa kamu bukan laki-laki? Umurmu 30 tahun. Anak laki-laki itu masih tujuh atau delapan tahun, mana mungkin dia adikmu."

"Betapa jahatnya kamu ingin menipuku."

"Bodoh!"

Ilham geram dan menendang Erina ke lantai.

Dia mengeluarkan ponselnya dan membuka foto keluarga.

"Lihat baik-baik. Ini ibuku, dan dia adikku."

Foto tersebut berisi aku, suamiku yang penuh kasih sayang, putra pertamaku yang rupawan, serta putra terkecilku yang menggemaskan.

Saat itulah rasa takut mulai muncul di mata Erina.

Para pengawal melepaskannya yang kini telah gemetaran hebat.

Dia berteriak, "Ilham, aku salah, maafkan aku!"

"Maafkan aku, aku nggak tahu dia ibumu."

"Tante, aku tahu aku salah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status