Share

Mimpi Terburuk

Penulis: Asy'arie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-16 10:26:33

Aku yang masih mematut diri di depan cermin rias terkesiap saat mendengar bunyi langkah mendekat. Terlebih saat menyadari pemilik langkah yang ternyata telah memasuki kamar dan berdiri tepat di belakang.

“Ini di luar kesepakatan kita sebelumnya,” keluhku yang mengingat bahwa malam ini bukanlah saat yang tepat untuk dia datang.

“Aku gak suka kalau ada bekas sentuhan tangan lain,” ungkapnya berjalan semakin mendekat dan memegangi kedua bahu, sedikit meremas pelan seolah tengah memijat. Meski begitu, aku cukup merasakan ketidaksukaannya yang tersampaikan.

“Dari awal aku memang hanya barang bekas, kan? Kakak sendiri berani melewati batas karena mengetahui hal itu, kan?” Aku bertanya datar, walau pandangan hanya tertuju pada pantulan bayang wajahku sendiri.

Sigap, pria itu beralih ke samping, tanpa izin mengangkat dan membawa tubuhku ke ranjang. Tak seperti biasanya, sikapnya kali ini terasa lebih kasar saat melepaskan satu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Wanita Simpanan   Misi Dimulai

    Aku termenung menatap foto yang sempat diambil dari isi pesan pada ponsel Kak Makmur.Apa arti yang selama ini kulakukan? Sebuah kesalahan fatal berdalih pertahanan hidup? Atau, hanya kebodohan dari pendeknya pemikiran?Aku mengakui sepenuhnya kalau semua ini terjadi karena aku begitu cepat mempercayai ucapan Kak Makmur yang sama sekali tanpa bukti dan tak berdasar. Aku terlalu segan untuk menanyai Kak Yuni perihal biaya sewa rumah, aku pun dengan cepat menyimpulkan sebuah ketakutan hidup di jalanan. Aku sama sekali tak berpikir panjang dalam mengambil keputusan.Namun, lagi-lagi penyesalan sama sekali takkan berguna. Setiap mengingat bagaimana liciknya Kak Makmur menipuku, bahkan menipu Kak Aulia, perasaan benci itu menggelegak dengan sangat hebat. Lalu menghasilkan letup-letupan amarah yang terus mengantarkan aroma menyesakkan dada. Terbesit pemikiran bahwa orang sepertinya tak pantas bersama Kak Aulia lebih lama dengan menimbun segunung dusta.Kak Auli

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Dendam Wanita Simpanan   Manusia

    Tubuh yang bergerak di teratur di atasku terus mempercepat ritme permainannya. Setiap entakan kuterima dengan terus menggigit bibir bawah, sesekali meremas sprei yang dijadikan pegangan.Dibanding dua hari lalu, Kak Makmur terasa semakin memperlakukanku dengan beringas. Suasana malam yang pasti akan pecah dengan suara sekecil apa pun membuatku terpaksa menahan napas serta desahan. Saat gerakannya semakin keras mengguncangkan tubuh, bisa kurasakan saraf-saraf yang turut menggila. Kenikmatan itu serupa berhamburannya kertas-kertas kecil dari terompet yang ditiupkan, pecah, juga mengundang rasa lemas pada kedua tungkai setelahnya.Namun, jika biasanya Kak Makmur akan segera melepas dan menumpahkan cairan kental itu di dada, kali ini dia malah semakin memasukkan miliknya yang terasa menegang lebih dalam. Perlahan, tubuhnya yang bergerak memutus jarak di antara kami berdua mulai memelukku erat teriring rasa hangat dari basah yang mengalir membasahi sprei.“Nay,

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Dendam Wanita Simpanan   Usai

    Perlu keberanian sekaligus persiapan untuk kemungkinan terburuk. Bukti yang sudah ada di genggaman akan membalikkan keadaanku dan dengan Kak Makmur. Rasanya, aku seperti mengangkat beban dari pundak satu per satu. Hanya saja, masih tertinggal perasaan kasihan sekaligus bersalah pada Kak Aulia yang bagaimanapun juga dia sudah terasa seperti saudara kandungku. Aku sengaja membuat akun baru. Tanpa nama maupun foto profil yang akan digunakan untuk mengirimkan bukti yang sudah kukumpulkan tentang perselingkuhan Kak Makmur. Sekian foto panas bahkan video tak pantas. Tidak hanya itu, isi chat Kak Makmur dan selingkuhannya yang membahas tentang hal-hal kotor takkan kulewatkan satu pun. Jantungku berpacu layaknya selesai lari berkilo-kilo meter, tangan mulai berkeringat dan entah sudah berapa kali kuembuskan napas kasar hanya untuk meredakan gemuruh dalam dada. “Aku harap dengan ini, semuanya bisa lekas membaik.” Maksudku, sepandai-pandainya tupai melompat, dia akan j

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-06
  • Dendam Wanita Simpanan   Mirip

    Usai pertengkaran Kak Makmur dengan Kak Aulia, tak terdengar lagi suara apa-apa dari rumah mereka. Aku sendiri memilih bersiap pergi karena Je telah mengirimkan pesan bahwa akan segera menjemput sesuai janjinya. Saat berniat ke toilet, aku sedikit terkejut melihat pintu rumah belakang yang terbuka. Ketakutan yang sempat menyinggahi pun sedikit mereda saat melihat sosok Kak Aulia-lah yang berada di dalamnya.“Nay!” Kak Aulia yang juga melihatku tanpa ragu memanggil.Setelah menoleh dan memastikan sekitar, kulangkahkan kaki masuk mendekatinya. Meski dalam kondisi cahaya yang tak terlalu terang, aku masih bisa melihat mata sembabnya. Kuamati kedua pipinya yang bagaimanapun bekas tamparan dari Kak Makmur seakan hampir-hampir tak berjejak.“Kamu pasti denger keributan tadi? Maaf.” Tawa kecil bercampur nada getir terdengar darinya.Aku terdiam, tak bisa menjawab atau membalas apa pun. Rasa bersalah itu semakin meraksasa saat kami h

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • Dendam Wanita Simpanan   Delusi

    Setelah melajukan kembali sepeda motor, Je berniat mengajak untuk ke pantai sebelum makan malam. Aku mengiyakan karena hanya berpikir kalau tujuannya adalah siring pantai yang memang selalu ramai pengunjung. Namun, ternyata dia malah melaju cukup jauh meninggalkan perbatasan kota, kemudian baru berhenti pada pantai yang suasananya lebih sepi.Aku hanya terdiam memandangi air laut yang terus menghantam pasir di pinggiran pantai. Langit lagi-lagi sedang terang meski belum bulan purnama.Je terlebih dahulu menuruni sepeda motornya. Terpa angin yang sejuk malah mengantarkan sesak di dadaku.“Apa kita perlu pergi ke tempat lain saja, Nay?” tanya Je yang menyadarkanku.Aku yang segera menoleh, mendapati tangan Je masih menggantung terulur padaku.Kuanggukkan kepala pelan. “Apa boleh?”Je malah tersenyum, tangan yang semula terulur dilipatkannya di bawah dada, kemudian tubuh dan wajahnya membungkuk. “Tentu,&rdquo

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-08
  • Dendam Wanita Simpanan   Topeng Sebenarnya

    Kuakhiri lambaian tangan setelah bayang dan bunyi sepeda motor benar-benar telah menghilang. Kutengadahkan kepala, menarik napas panjang dan mengempaskannya. Langit tampak semakin gelap karena awan mendung yang berarak. Padahal, masih musim kemarau, apakah hujan akan benar-benar datang?Kuraba dada, kemudian perlahan kembali menundukkan wajah. Perasaan hangat ini, sudah lama sekali sejak terakhir singgah. Apa sekarang aku akan bisa mempertahankannya sedikit lebih lama dibanding sebelumnya? Degup-degup keras yang menggila, tapi aku malah diliputi ketenangan yang begitu nyaman.Langkah pun terasa lebih ringan saat mulai memasuki rumah. Yang sedari tadi berputar di kepala hanya bagaimana kami terasa begitu dekat, saling bercanda dan tertawa. Apa aku merindukan sosoknya, atau hanya merindukan bagaimana bersamanya bisa menjadi manusia yang apa adanya?Kuempaskan tubuh ke ranjang setelah melemparkan tas sembarang arah. Pandangan masih mengedar pada langit-langit kamar

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Dendam Wanita Simpanan   Apa Itu Keadilan?

    Semua seakan begitu cepat. Suara berdebum yang diiringi melemahnya tekanan bantal pada wajah hingga aku bisa segera menyingkirkan dan bangkit berduduk. Napasku masih tersengal saat pandangan samar-samar melihat Kak Makmur yang meringis di lantai.“Jangan mendekat! Kalau mendekat, saya tidak akan segan-segan melapor ke polisi!” ancam Je.“Nay, kita melakukannya suka sama suka. Kamu melayaniku secara sukarela demi uang ….” Belum selesai Kak Makmur berucap dengan tawa sinis, Je terlebih dahulu menghampiri dan menutup kedua telingaku rapat-rapat.“A-ayo pergi, Je,” pintaku pelan.Je masih bergeming, amarahnya bisa kurasakan dari empasan napas bahkan detak dari dadanya yang sama keras hingga terasa.“Aku mohon, Je! Kita pergi saja!” desakku yang mengalihkan kedua tangannya dari telinga, kemudian menatap sepasang matanya yang tampak nanar.Je yang mengalah akhirnya membantuku untuk berdi

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Dendam Wanita Simpanan   Jalan yang Terbuka

    Usai menenangkanku, baru Je menepati janji untuk pergi ke tempat fotokopi yang maksud. Aku sedikit tak menduga karena tempatnya benar-benar tak jauh dari SMA 1. Jika berdiri pada jalanan di sisi SMA 1 yang menghubungkan langsung pada pantai, menuju rumah adalah belok kiri, sedang menuju tempat fotokopi tersebut adalah ke kanan.Saat berhenti di depan, Je yang memarkir sepeda motornya kemudian turun terlebih dahulu. Aku memilih berjalan tetap di belakangnya dengan menjaga jarak. Kami disambut oleh seorang wanita paruh baya yang tampak masih bugar. Wanita yang semula tampak sibuk merapikan beberapa alat tulis pada etalase itu tersenyum ramah.Je memperkenalkan diri sebelum kemudian turut mengenalkanku juga, baru setelahnya mempertanyakan perihal lowongan yang sempat dia ketahui. Mendengar hal itu, wanita tersebut juga memberitahu bahwa nama beliau adalah Bu Dama. Kami dipersilakan masuk dan duduk.Tempat ini tak terlalu besar, tapi harus kuakui saat memindainya ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-11

Bab terbaru

  • Dendam Wanita Simpanan   Kekhawatiran yang Sebenarnya

    "Ah, Nay. Aku tidak memaksa kalau kamu tidak ingin menceritakannya." Je kembali menambahkan setelah menyadari jeda diamku yang cukup lama.Sejenak, aku menghela napas kasar. Menutupinya pun, Je telah terlalu banyak melihat sisi burukku.Tampak Je telah kembali fokus dengan jalanan di depan.Aku menunduk, menautkan jari jemari, sesekali melepas dan menggenggami kedua jempol bergantian. "Overdosis alkohol ... aku pindah karena dikeluarkan dari sekolah sebelumnya," ungkapku.Je menoleh. Raut wajahnya tak banyak berubah. Sepertinya, dia memang pandai mengaturnya untuk menghargaiku meski pun sebenarnya hal itu tak perlu dilakukan."Itu juga pertama kalinya. Aku masih ingat jelas teman-teman yang lain berada di sekelilingku, dengan penasaran terus menyuruhku minum. Ternyata, senyum puji mereka palsu. Yang benar-benar jujur, hanya tatap kecewa yang Kak Anoy layangkan waktu itu." Kembali mengenang hal itu, rasanya ada sesuatu yang menjerat dada hingga terasa berat dan sesak.Tanpa ragu, Je me

  • Dendam Wanita Simpanan   Kembali

    Setelah merasa berlari cukup jauh, kuhentikan langkah dan bersandar pada tembok tinggi yang sepertinya adalah pagar dari bangunan di sebelah. Gang ini sepi, sejak pertama memasuki, hampir tak terlihat rumah satu pun selain bangunan-bangunan berpagar tinggi di sisi kanan dan kirinya. Rerumputan di pinggiran pun membuat gang ini seolah semakin sempit.Perlahan, tubuhku merosot hingga berjongkok. Wajah yang menunduk, kubenamkan pada kedua lutut yang juga berada dalam lingkar peluk.Sebenarnya, apa yang sedang terjadi padaku? Apakah aku benar-benar sudah gila hingga berhalusinasi seperti itu? Aku pun sama sekali tak bisa mempercayai bahwa ini mimpi terpanjang sekali pun. Rasa sakit, seluruh apa-apa yang kualami benar-benarlah nyata, tetapi ….Derap langkah yang terdengar semakin mendekat disusul tepukan pelan pada pundak. Aku terkesiap mengangkat wajah, sesosok pria bertopi yang masih memakai tas pinggang tampak perlahan berjongkok di hadapan. Saat pandangan

  • Dendam Wanita Simpanan   Mimpi yang Gila

    Aku tak mengerti kenapa pria itu begitu mendesak untuk pulang. Setelah bersiap dan memberi kabar pada Kak Amran agar diberitahukan pada Bu Dama, dia segera melajukan mobil yang kami naiki. Selain pakaian ganti dan beberapa keperluan lain, dia juga membelikanku sarapan tak lupa cemilan.Ternyata, dia masih tak sedikit pun alpa dalam memperhatikanku. Banyak tanya terbesit yang terpaksa kutepis saja. Apa pun itu caranya, bagaimanapun, aku hanya sedang merasa kembali bahagia. Dan, jika lagi-lagi pertemuan kami hanya sementara, bagaimana bisa aku mengakhirinya dengan penyesalan karena tak berani menyatakan perasaan? Aku yang telah kotor dan hina, apa pantas bersama pria tak bersalah sepertinya?Sosok itu tampak hanya terus diam dalam fokusnya menyetir. Aku sendiri, hanya berani mencuri pandang tanpa berani mengganggu apalagi mengajak sedikit bicara. Hanya suara musik yang diputar dalam volume rendah yang menemani perjalanan panjang kami.“Jangan biasakan menggi

  • Dendam Wanita Simpanan   Hadirnya Sosok Lama(?)

    “Nay! Dengarkan aku!” Suara panggilan itu terdengar di antara dengungan-dengungan keras yang memenuhi telinga.Aku masih memegangi dada yang terasa sesak, degup yang sangat kencang di dalam menimbulkan rasa sakit. Seluruh otot terus terasa menegang hingga pada beberapa titik aku mulai merasa seolah mati rasa. Keringat semakin membasahi.Uluran tangan itu memberikan bantal, kemudian mengalihkan kedua tanganku sendiri untuk memeluknya. Aku meremas keras bagian ujung-ujung bantal, berusaha mengalihkan perasaan-perasaan sakit yang seperti menerjang seluruh tubuh.“Tarik napas, lalu keluarkan pelan-pelan,” instruksinya yang kemudian diiring hitungan berulang. Kuikuti apa yang bisa kudengar, hingga satu per satu rasa sesak itu seperti diurai.“Aku sangat mengerti keadaan kamu sekarang, Nay. Kamu gak sendirian,” ucapnya yang terasa seperti tetes-tetes air menghujani, mendinginkan, dan sangat menenangkan.Aku yang mulai

  • Dendam Wanita Simpanan   Tak Selalu Baik

    Satu hari lagi telah terlewati, dengan kuanggap cukup baik. Mesin yang masih belum selesai diperbaiki, menandakan besok pun aku masih harus bertemu dengan Kak Amran. Je yang menjemputku sebelum toko benar-benar tutup pun, terlihat kurang menyukai keberadaan pria itu. Dia hanya menyapa seperlunya, dan segera mengajakku pergi.“Dia orang baru, Nay? Tapi Bu Dama gak kasih tau kalau bakal nyari orang lagi,” tanya Je beberapa saat setelah sepeda motor melaju meninggalkan toko.“Bukan. Ada mesin yang bermasalah, jadi dia itu teknisi yang datang buat service aja,” sahutku.Je hanya berdeham, kemudian menambah kecepatan hingga kami lebih cepat meninggalkan perkampungan. Kurapatkan sweater yang menjadi salah satu dari isi tote bag pemberian Je. Saat sepeda motor dibelokkan ke arah jembatan yang menghubungkan antar kota pun, aku hanya berpiikir bahwa Je akan mengajak makan malam seperti biasa. Namun, dugaanku salah karena dia malah berhenti pada se

  • Dendam Wanita Simpanan   Sangat Berbeda

    Aku menghitung satu per satu jumlah lembaran dari setiap berkas, lalu menuliskan di kertas kecil dan turut menyelipkannya saat menjepit agar mudah mentotalkan harganya. Kak Amran yang sibuk membongkar bagian-bagian mesin, tapi tak jarang dia melirik ke arahku lalu tertawa kecil. Aku berusaha tetap mengabaikan dengan menganggapnya tak ada.“Kamu gak cape ngitung, Nay?” tanyanya meski tangan terus berkutat memegang obeng.“Mau cape juga, ya, gimana lagi,” jawabku sekenanya.Kak Amran kembali fokus pada pekerjaannya. Belum aku selesai menghitung, seorang bapak berperut buncit yang tampak sudah cukup berumur memanggil dan meletakkan sebuah plastik besar

  • Dendam Wanita Simpanan   Tak Terduga

    Je menghentikan sepeda motornya di depan toko. “Kamu yakin bisa kerja, Nay? Mata kamu masih bengkak, wajah kamu juga keliatan pucat,” tanyanya khawatir setelah aku turun. Tak lupa dia memberikan makanan yang sebelumnya dibeli untuk sarapanku.“Kamu terlalu berlebihan mengkhawatirkanku. Sudah, pergi sana. Makasih!” usirku setelah memegangi kantong plastik. Pagi ini, aku sengaja hanya meminta nasi bungkus agar Je tak memilih apalagi membelikan sesuatu yang mahal.“Kunci toko mana? Biar aku yang bukain!” tagihnya.“Aku mau belajar sendiri!” tolakku yang tak ingin lebih ketergantungan padanya.“Kenapa? Itu berat, memangnya kuat?”“Je, biarin aku belajar sendiri. Aku … pasti bakal minta bantu kalau kesulitan nanti.” Aku memohon dengan tegas.Sejak kejadian tadi malam, tak ada sedikit pun yang berubah dari sikap Je terhadapku. Sepertinya, hanya aku yang merasa malu seka

  • Dendam Wanita Simpanan   Nekat

    “A-ada apa, Je?” tanyaku tak bisa menyembunyikan getar pada suara yang keluar.Je menuntunku untuk turun dan berdiri menghadapku. Tangannya menggenggam kedua tanganku dengan erat. “Nay, apa pun yang terjadi, jangan takut. Kamu gak sendiri,” ucapnya tanpa bisa kumengerti untuk apa, dan juga kenapa.Tak lama berselang, sepeda motor lain berhenti menghampiri kami. Je melepaskan genggaman tangannya dan berdiri membelakangiku untuk menghadap orang itu.“Lama tidak bertemu di luar rumah, ya, Nay. Akhir-akhir ini, kita hanya menghabiskan waktu di kamar tanpa bisa banyak bicara,” sapa pemilik sepeda motor yang lebih tepatnya tengah menghinaku itu.“Apalagi yang kamu inginkan? Berhenti mengganggu Nayla!” potong Je.“Kamu benar-benar akan mengakhiri hubungan kita seperti ini, Nay? Aku sama Aulia sudah memutuskan buat cerai, jadi gak akan ada yang menghalangi atau perlu kamu takuti lagi sekarang,” bu

  • Dendam Wanita Simpanan   Kebenaran yang Tak Sampai

    Kuteruskan langkah menuju rumah belakang tanpa berniat memedulikan sosok itu. Aku yang menunduk, hanya bisa merasakan keberadaan Je serta melihat sepasang kaki kami yang beriringan melangkah. Begitu menaiki pelatar rumah belakang, tergesa kuketuk pintu tempat Kak Aulia tinggal. Tak lama, wanita itu membukakan, sedikit terkejut saat melihatku dan segera menyambut masuk.“Malam banget, Nay. Dari mana aja?” tanya Kak Aulia.“Aku udah dapat kerjaan, Kak. Kost juga, semua karena bantuan Je,” sahutku menjelaskan.Serta merta Kak Aulia mengucap syukur dengan senyum penuh yang mengembang sempurna di bibirnya.“A-aku udah mulai kerja, trus juga dua atau tiga hari lagi pindah ke kost, Kak. Malam ini, aku juga bakal nginep di rumah temen. Dia temen paling akrab aku di sekolah, mau pindah ke kota lain juga. Apa aku boleh habisin waktu sama dia dulu, Kak?” jelasku sebelum meminta izin dengan teramat hati-hati.Tampak Kak Auli

DMCA.com Protection Status