Suara kicauan burung menandakan kalau hari sudah pagi. Richard yang baru bangun dari tidurnya langsung disambut satu gelas teh dan sepotong roti bakar yang terletak di atas meja. Ia menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur lalu melangkah menuju sofa. Tangan kekarnya meraih satu lembar kertas yang dijepit di bawah gelas.*Tuan pagi ini aku sengaja mengantar sarapan dan teh ke kamar tuan, karena pagi ini aku harus menemui ibuku yang sedang sakit. Maaf, aku pergi tanpa minta izin terlebih dahulu kepada tuan* isi dalam kertas putih. Richard hanya tersenyum membacanya, ia merasa lucu dengan sikap Helea. Untuk apa Helea repot-repot menulis surat, sementara ia memiliki ponsel. Dia bisa mengirim pesan atau menghubungi Richard melalui ponselnya.Tok....tok....tok..... Seseorang mengetuk pintu kamar Richard."Masuk" sahut dari dalam sana."Selamat pagi sayang" sapa Michella sambil menjulurkan kepala dari balik pintu. Wanita berambut pirang itu melangkah menuju Richard yang duduk di sofa. I
“Aw......” jerit seorang wanita cantik, tubuh tinggi, kulit putih mulus di sebuah kamar yang berukuran 7 kali 8 persegi. Dia adalah Helena Yesseline yang saat ini baru berusia 25 tahun. Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Indonesia setelah 25 tahun berlalu. Namun kedatangannya ke Indonesia saat ini kurang beruntung, ia terjebak masuk ke dalam sarang serigala. “Ternyata kamu masih hidup ! aku pikir kamu sudah mati dan aku tidak menyangka kalau kamu masih berani untuk datang ke rumah ini. Dasar jalang” cibir seorang wanita paruh baya yang rambutnya sudah mulai memutih sambil menarik rambut Helena dengan kasar. “Kamu sudah gila. Bagaimana kamu bisa memanggilku jalang sedangkan kita baru pertama kali bertemu” bantah Helena. Tentu saja ia tidak mau disebut jalang, karena dia adalah wanita baik-baik dan terhormat. Bahkan seluruh pengusaha di Amerika mengenalnya dengan baik. Hahahaha.... kedua wanita itu tertawa terbahak-bahak “Helea, Helea. Kamu tidak perlu berpura-pura seperti
Satu hari satu malam Helena terkurung di dalam gudang tanpa makan dan minum. Ia sudah berkali-kali mendobrak pintu dengan sekuat tenaga dan berteriak meminta tolong. Tetapi tidak satupun yang mendengar dan membuka pintu. Helena hanya bisa pasrah dan berdoa di dalam sana untuk meminta pertolongan dari yang kuasa. Rasa lelah membuat Helena tertidur di dalam gudang hanya beralaskan kain bekas yang sudah tidak digunakan lagi. Matanya baru saja terpejam, tetapi tiba-tiba telinganya mendengar suara pintu terbuka. Ia refleks membuka mata untuk melihat siapa yang datang. Tetapi wajahnya kembali kesal setelah melihat Michella berdiri di bibir pintu. "Hay, bagaimana tidurmu satu malam ini ? Apa kamu merasa nyaman bersama para tikus dan kecoak ?" ucap Michella untuk mencibir Helena. "Dasar wanita gila" Helena bangkit dari lantai, ia melangkah menuju pintu, tetapi langkahnya terhenti karena seorang pria bertubuh tinggi dan gagah berdiri di bibir pintu untuk menghalanginya ke luar. "Nyoya tid
Setelah membersihkan tubuhnya, Helena melangkah ke luar dari kamar mandi, ia sedikit bingung saat melihat sebuah bantal dan selimut terletak di atas sofa. "Kamu kenapa berdiri di situ ?" Tanya Richard dengan wajah dinginnya "minggir, aku mau masuk" lanjutnya. Helena memberikan jalan untuk Richard masuk ke dalam kamar mandi *sabar, sabar Helena. Sepertinya kamu harus bertahan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini* ucap dalam batin Helena. Tadinya ia ingin segera bebas dari rumah itu, tetapi keinginannya berubah dalam sekejap saat mendengar Rati berbicara. Dengan santai Helena naik ke atas tempat tidur, ia baru saja membaringkan tubuhnya yang terasa remuk dan tidak berdaya itu ! Tetapi ia harus bangkit karena Richard mengusirnya. "Kamu kenapa tidur di sini ? Kamu tidur di sana" ucap Richard sambil menunjuk ke arah sofa. "Baik tuan" Helena menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur, ia melangkah menuju sofa dan membaringkan tubuhnya. Waktu sudah menunjukk
Satu Minggu telah berlalu, Helena belum juga mengetahui seperti apa perempuan yang disebut Helea itu. Justru ia dalam satu Minggu ini mendapat siksaan dari Michella dan Saras. Kedua wanita yang disebut serigala itu bersikap sesuka hati terhadap Helena karena sudah 5 hari Richard pergi ke luar kota. Rencana Helena selalu gagal karena Michella dan Saras, bahkan Helena tidak bisa ke luar dari rumah atau bertemu dengan para pelayan. Tentu hal itu membuat ia tidak mendapatkan apapun tentang Helea. Bibir Helena tersenyum saat melihat mobil sport berwarna hitam masuk dari gerbang. Mobil siapa lagi kalau bukan mobil Richard. Ia berlari menuruni anak tangga untuk menyambut Richard di pintu utama. "Tuan sudah pulang" ucapnya sambil meraih tangan Richard lalu mencium punggungnya. Ia bersikap layaknya seorang istri. Hal itu membuat para pelayan terkejut begitu juga dengan Richard. Selama dua tahun Helea menjadi istri dan tinggal di kediaman Gordon ! Wanita polos itu tidak pernah mencium tanga
Sebelum matahari terbit, Helena sudah meninggalkan kediaman Gordon, ia meminta izin kepada security untuk bertemu dengan ibunya dan berjanji akan segera kembali sebelum penghuni mansion megah itu bangun dari tidurnya. Helena menaiki taksi menuju alamat yang sudah dikirimkan orang suruhannya. Ia sangat berharap bisa bertemu dengan Helea. Butuh waktu satu jam 30 menit untuk ia tiba di alamat itu. Setelah turun dari taksi, Helena melihat sebuah rumah sederhana dengan cat berwarna hijau muda tepat di hadapannya. Nomor yang menempel sempurna di dinding rumah itu sama dengan nomor yang ada di ponselnya. Helena yakin kalau ini adalah alamat yang ia cari. Sebelum melangkah mendekati rumah itu, ia terlebih dahulu mengenakan masker, dan kacamata berwarna putih bening, agar tidak ada yang mengenalinya.Tok....tok....tok... "Permisi, apa ada orang" ucap Helena sambil mengetuk pintu. Sudah beberapa kali ia mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Namun Helena tidak langsung meninggalkan tempat
Sepanjang perjalanan menuju kediaman Gordon, Helena tidak berhenti memikirkan Helea. Ia benar-benar bingung kenapa wajah mereka mirip dan bisa dikatakan sama. Detak jantungnya juga berubah saat di dekat Susanti, ia merasa nyaman dan tidak ingin jauh darinya. "Nona, kita sudah sampai" ucap sopir taksi yang membuat Helena sadar dari lamunannya. "Ha, iya pak" Helena meraih uang dari dalam tas lalu memberikannya kepada sopir taksi, ia berlari terburu-buru agar tidak ada yang melihatnya, karena waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan sudah pasti penghuni mansion megah itu sudah bangun dari tidurnya. "Maaf pak, saya terlambat" ucap Helena kepada penjaga gerbang sambil berlari tanpa alas kaki, Helena sengaja membuka sendalnya agar lebih bebas untuk berlari. Ia masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang khusus pelayan. "Nyonya dari mana ?" Tanya Rati saat melihat Helena masuk dari pintu. "A...a....aku habis dari luar menikmati angin pagi, bi" jawab Helena dengan gugup. "Oh iya, tadi
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, tetapi Helena tidak juga ke luar dari kamar, bahkan makan siangnya di antar Rati ke kamar. Luka di bibir dan bekas benturan di keningnya membuat tubuh wanita cantik itu meriang dan terbaring di atas tempat tidur. Par..... Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kasar. Hal itu membuat Helena terkejut dan refleks bangkit dari tidurnya. "Apa aku membuat nyonya terkejut ?" Ucap Michella dengan nada yang mencibir sambil tersenyum jijik. Ia melangkah menghampiri Helena dan duduk di sisi ranjang. "Untuk apa kamu datang kemari ?" Ucap Helena. Ia melihat Michella dengan tatapan tajam. "Ow....santai saja nyonya. Aku datang kemari untuk melihat keadaan kamu. Aku tahu kalau kamu sedang tidak enak badan" sahut Michella sambil tersenyum lebar. Ia benar-benar puas melihat Helena yang terluka akibat kekerasan dari Richard. Memang inilah yang dia inginkan. Helena tersenyum sinis menanggapi ucapan Michella. Ia menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur, la