Setelah membersihkan tubuhnya, Helena melangkah ke luar dari kamar mandi, ia sedikit bingung saat melihat sebuah bantal dan selimut terletak di atas sofa.
"Kamu kenapa berdiri di situ ?" Tanya Richard dengan wajah dinginnya "minggir, aku mau masuk" lanjutnya.
Helena memberikan jalan untuk Richard masuk ke dalam kamar mandi *sabar, sabar Helena. Sepertinya kamu harus bertahan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini* ucap dalam batin Helena. Tadinya ia ingin segera bebas dari rumah itu, tetapi keinginannya berubah dalam sekejap saat mendengar Rati berbicara.
Dengan santai Helena naik ke atas tempat tidur, ia baru saja membaringkan tubuhnya yang terasa remuk dan tidak berdaya itu ! Tetapi ia harus bangkit karena Richard mengusirnya.
"Kamu kenapa tidur di sini ? Kamu tidur di sana" ucap Richard sambil menunjuk ke arah sofa.
"Baik tuan" Helena menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur, ia melangkah menuju sofa dan membaringkan tubuhnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi, tetapi Helena belum bisa tertidur, ia hanya miring ke kiri dan miring ke kanan. Sungguh matanya tidak bisa diajak bersahabat. Sementara pria tampan yang berbaring di atas tempat tidur sedang memperhatikannya sejak tadi.
"Kamu kenapa belum tidur" ucap Richard seiring dengan menyalanya lampu.
"Maaf jika aku membuat tuan merasa terganggu" ucap Helena. Sebenarnya ia bukanlah wanita yang lugu dan polos, Helena adalah wanita yang tegas dan pemberani, tetapi demi mengetahui rasa penasarannya ! Ia berusaha untuk merubah sikapnya.
"Aku tidak meminta kamu untuk minta maaf. Yang aku tanya, kenapa kamu belum tidur ?" Sahut Richard dari atas tempat tidur.
*Ya Tuhan, dia benar-benar pria yang mengesalkan. Bagaimana ada manusia seperti dia di dunia ini ?" Ucap dalam batin Helena.
"Kamu kenapa menatapku seperti itu ?" Protes Richard.
"Hm, ti...tidak tuan. Maaf saya tidak bisa tidur karena belum mengganti pakaian" ucapnya.
"Kamu kan punya banyak baju di kamar. Ambil sana" perintah Richard.
Helena melangkah ke luar, ia benar-benar memiliki kesempatan untuk masuk ke kamar, di mana ia meninggalkan tas dan pakaiannya. Yang pertama ia cari adalah ponsel miliknya. Helena segera menghubungi kedua orang tuanya yang berada di Amerika. Ia mengatakan kalau dirinya baik-baik saja agar kedua orang tuanya tidak mengkhawatirkannya.
Tadinya Helena ingin mengenakan baju tidur yang ia bawa dari Amerika, tetapi ia mengurungkan niat lalu membuka lemari pakaian yang ada di dalam kamar itu.
"Baju apa ini. Oh my God" ucap Helena sambil memeriksa satu persatu baju yang tergantung rapi di dalam lemari. Mau tidak mau ! Ia harus mau. Akhirnya Helena mengenakan kaus lengan pendek berwarna putih dan celana training panjang berwarna hitam. Ia melangkah terburu-buru kembali ke kamar Richard sebelum pria tampan itu marah.
Mimpi indah masih menyelimuti tidurnya, tetapi Helena harus membuka mata karena seseorang menyiramnya dengan air.
"AW...." Teriak Helena. Seluruh tubuhnya basah dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Bagaimana nyonya, apa tidurmu satu malam ini begitu menyenangkan ?" Ucap Michella "apa kamu sudah merasa nyonya di rumah ini karena Richard membawamu tidur di kamar ini ?" Lanjutnya.
"Kamu sudah gila" ucap Helena. Ia baru saja ingin melangkah menuju kamar mandi, tetapi tubuhnya kembali terjatuh di atas sofa karena Michella mendorongnya dengan kasar.
"Aku memang sudah gila semenjak kamu pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini" sahut Michella sambil mencengkram kedua pipi Helena dengan kasar.
Hem...Hem... Richard berdehem dari pintu, ia sejak tadi sudah berdiri di sana dan melihat perdebatan antara Helena dan Michella.
Michella refleks melepaskan cengkeramannya dari pipi Helena. Ia melangkah menghampiri Richard ke pintu "sayang, aku hanya membangunkannya untuk sarapan, tetapi dia membentak aku" gerutu Michella untuk melimpahkan kesalahannya kepada Helena.
"Hm....." Sahut singkat Richard "pergilah"lanjutnya.
Sebelum Michella pergi, ia terlebih dahulu melemparkan tatapan tajam dan memayungkan bibir untuk mencibir Helena. Ia ingin menunjukkan kalau Richard selalu percaya dengan apa yang ia katakan. Sementara Richard melangkah menghampiri Helena yang masih berdiri di sisi sofa "ganti pakaianmu dan turunlah untuk sarapan" ucapnya tanpa melihat Helena.
Setelah membersihkan tubuhnya, Helena melangkah menuruni tangga menuju meja makan. Ia merasa gugup karena Michella dan Saras melihatnya dengan tatapan tajam. Mereka terlihat seperti serigala yang sedang mengintai mangsanya. Tetapi Helena berusaha untuk tetap tenang dan tidak peduli. Ia menarik kursi yang berjarak 3 kursi dari Michella lalu menjatuhkan bokongnya.
"Apa kamu sudah lupa di mana tempatmu ?" Ucap Richard.
"Dia benar-benar ingin mencari masalah sayang. Kembalikan saja dia kepada orang tuanya" sahut Michella untuk memancing emosi Richard.
"Lanjutkan makan kalian" ucap Richard sambil bangkit dari kursinya. Ia meraih tas kantor dari tangan pelayan dan pergi meninggalkan kediaman Gordon. Richard memang pria yang sensitif, dia pasti meninggalkan meja makan jika ada yang tidak sesuai dengan hatinya.
Saras bangkit dari kursinya setelah Richard tidak terlihat lagi di pintu. Kelima jari tangannya menarik rambut hitam Helena "pergilah dari rumah ini sebelum aku meminta mereka untuk melakukannya lagi" ucapnya setengah berbisik lalu pergi meninggalkan meja makan tanpa sarapan terlebih dahulu. Begitu juga dengan Michella, ia menuangkan satu gelas air minum di ujung kepala Helena sebelum ia pergi.
Kejadian itu tidak membuat Helena menjadi takut. Justru ia semakin penasaran dan ingin tahun apa yang sebenarnya terjadi.
"Nyonya baik-baik saja kan ?" Ucap Rati sang pelayan yang selama ini menjadi teman dekat sang nyonya rumah yang disebut Helea, namun wanita yang ada di hadapannya saat ini bukanlah Helea melainkan Helena.
"Iya bi, aku enggak apa-apa" sahut Helena sambil tersenyum ramah.
"Nyonya Helea seharusnya tida mau diperlakukan seperti ini. Nyonya juga kan memiliki hak yang sama seperti nyonya Michella. Nyonya kan istri kedua tuan Richard dan menantu kesayangan almarhum tuan besar" ucap pelayan yang satu lagi.
"St...jangan bicara keras-keras, jika mereka mendengarnya ! Habislah kita" tegur Rati kepada temannya.
Ucapan pelayan itu membuat pikiran Helena bercabang. Ia merasa penghuni rumah itu memiliki rahasia masing-masing. Seperti kata pelayan, Helea adalah istri kedua Richard dan menantu kesayangan almarhum ayahnya, tetapi Richard tidak mencintai Helea dan kenapa Richard menikah lagi sedangkan ia sudah memiliki istri yaitu Michella. Jika Michella membenci Helea, itu hal yang wajar. Tetapi kenapa Rati ibunya Richard ikut membenci Helea. Sementara para pelayan banyak yang menyukai dan menyayangi Helea. Itu artinya Helea adalah wanita yang baik. Sungguh masalah yang begitu rumit dan sulit untuk dijelaskan.
................Satu hari penuh hanya berdiam diri di dalam kamar, membuat Helena merasa bosan. Ia meraih kardigan yang ada di dalam lemari lalu melangkah menuruni anak tangga menuju pintu utama.Helena berjalan mengelilingi taman bunga dan kolam renang yang ada di samping mansion megah itu. Ia baru saja menjatuhkan bokongnya di kursi yang terbuat dari batu di samping kolom renang, tiba-tiba seorang lelaki bertubuh tinggi mengenakan pakaian kantor berjalan ke arahnya.
"Selamat sore manis, sudah lama kita tidak bertemu" ucap pria itu sambil menyeringai licik "bagaimana keadaan kamu" lanjutnya.
"Aku baik" sahut singkat Helena. Walaupun ia tidak mengenal pria yang ada di hadapannya saat ini ! Tetapi ia berusaha bersikap sopan.
"Aku sudah menduga kalau kamu baik-baik saja, terbukti dari tubuh kamu yang semakin aduhai dan wajah kamu yang terlihat lebih cantik dari pada yang dulu" sahut pria itu sambil melihat tubuh Helena dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Dada kamu juga terlihat lebih berisi dan menantang" lanjutnya sambil menjilat bibir dengan lidahnya.
Sikap pria itu membuat Helena terpancing emosi, ia bangkit dari kursinya "bicaralah yang sopan" ucapnya.
"St....jangan keras-keras manis. Aku tahu kalau kamu menginginkan sentuhan dariku, itu sebabnya kamu kembali lagi setelah sekian lama menghilang" ucap pria itu sambil mencengkram pergelangan tangan Helena.
"Lepaskan tanganku" ucap Helena dengan nada yang lembut sambil menatap tajam pria itu.
"Oke..." Pria itu melepaskan tangan Helena lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Helena dan berbisik "aku merindukan tubuhmu yang polos" ucapnya sebelum melangkah meninggalkan Helena.
*Ya Tuhan, siapa lagi pria itu ? Mengapa Helea dikelilingi orang-orang yang kejam. Aku harus mencaritahunya* ucap dalam batin Helena.
Ia melangkah masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur. Helena berpura-pura membantu para pelayan yang sedang menyiapkan makan malam. Ia berharap akan mendapat sedikit tentang Helea. Ia sudah tidak sabar lagi untuk mengetahui tentang Helea dan seperti apa Helea itu dan kenapa semua orang yang ada di sana menganggapnya Helea. Mungkinkah Helea itu mirip dengannya atau wajah mereka sama persis ! Yang membuat orang-orang tidak bisa membedakannya.
"Apa nyonya butuh sesuatu ?" Tanya Rati.
"Oh, tidak bi. Aku hanya merasa bosan di dalam kamar, itu sebabnya aku datang ke sini" jawab Helena.
"Nyonya memang tidak pernah berubah, dari dulu selalu suka membantu para pelayan, dan masakan nyonya selalu enak-enak, tapi kenapa tuan tidak suka ya ?" Sahut pelayan yang satu lagi.
"Aku juga tidak tahu. Penghuni rumah ini memang aneh. Hanya almarhum tuan besar yang normal dan sehat, selebihnya kurang sehat semua" sahut pelayan yang satu lagi.
"Sudah, tidak baik membicarakan majikan kita" protes Rati "jangan karena kesalahan kita, nyonya Helea yang jadi korban" lanjutnya.
Hehehehe Helena terkekeh mendengar ucapan para pelayan, sebenarnya ia bingung harus bersikap seperti apa karena dia bukanlah Helea.
*****Satu Minggu telah berlalu, Helena belum juga mengetahui seperti apa perempuan yang disebut Helea itu. Justru ia dalam satu Minggu ini mendapat siksaan dari Michella dan Saras. Kedua wanita yang disebut serigala itu bersikap sesuka hati terhadap Helena karena sudah 5 hari Richard pergi ke luar kota. Rencana Helena selalu gagal karena Michella dan Saras, bahkan Helena tidak bisa ke luar dari rumah atau bertemu dengan para pelayan. Tentu hal itu membuat ia tidak mendapatkan apapun tentang Helea. Bibir Helena tersenyum saat melihat mobil sport berwarna hitam masuk dari gerbang. Mobil siapa lagi kalau bukan mobil Richard. Ia berlari menuruni anak tangga untuk menyambut Richard di pintu utama. "Tuan sudah pulang" ucapnya sambil meraih tangan Richard lalu mencium punggungnya. Ia bersikap layaknya seorang istri. Hal itu membuat para pelayan terkejut begitu juga dengan Richard. Selama dua tahun Helea menjadi istri dan tinggal di kediaman Gordon ! Wanita polos itu tidak pernah mencium tanga
Sebelum matahari terbit, Helena sudah meninggalkan kediaman Gordon, ia meminta izin kepada security untuk bertemu dengan ibunya dan berjanji akan segera kembali sebelum penghuni mansion megah itu bangun dari tidurnya. Helena menaiki taksi menuju alamat yang sudah dikirimkan orang suruhannya. Ia sangat berharap bisa bertemu dengan Helea. Butuh waktu satu jam 30 menit untuk ia tiba di alamat itu. Setelah turun dari taksi, Helena melihat sebuah rumah sederhana dengan cat berwarna hijau muda tepat di hadapannya. Nomor yang menempel sempurna di dinding rumah itu sama dengan nomor yang ada di ponselnya. Helena yakin kalau ini adalah alamat yang ia cari. Sebelum melangkah mendekati rumah itu, ia terlebih dahulu mengenakan masker, dan kacamata berwarna putih bening, agar tidak ada yang mengenalinya.Tok....tok....tok... "Permisi, apa ada orang" ucap Helena sambil mengetuk pintu. Sudah beberapa kali ia mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Namun Helena tidak langsung meninggalkan tempat
Sepanjang perjalanan menuju kediaman Gordon, Helena tidak berhenti memikirkan Helea. Ia benar-benar bingung kenapa wajah mereka mirip dan bisa dikatakan sama. Detak jantungnya juga berubah saat di dekat Susanti, ia merasa nyaman dan tidak ingin jauh darinya. "Nona, kita sudah sampai" ucap sopir taksi yang membuat Helena sadar dari lamunannya. "Ha, iya pak" Helena meraih uang dari dalam tas lalu memberikannya kepada sopir taksi, ia berlari terburu-buru agar tidak ada yang melihatnya, karena waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan sudah pasti penghuni mansion megah itu sudah bangun dari tidurnya. "Maaf pak, saya terlambat" ucap Helena kepada penjaga gerbang sambil berlari tanpa alas kaki, Helena sengaja membuka sendalnya agar lebih bebas untuk berlari. Ia masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang khusus pelayan. "Nyonya dari mana ?" Tanya Rati saat melihat Helena masuk dari pintu. "A...a....aku habis dari luar menikmati angin pagi, bi" jawab Helena dengan gugup. "Oh iya, tadi
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, tetapi Helena tidak juga ke luar dari kamar, bahkan makan siangnya di antar Rati ke kamar. Luka di bibir dan bekas benturan di keningnya membuat tubuh wanita cantik itu meriang dan terbaring di atas tempat tidur. Par..... Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kasar. Hal itu membuat Helena terkejut dan refleks bangkit dari tidurnya. "Apa aku membuat nyonya terkejut ?" Ucap Michella dengan nada yang mencibir sambil tersenyum jijik. Ia melangkah menghampiri Helena dan duduk di sisi ranjang. "Untuk apa kamu datang kemari ?" Ucap Helena. Ia melihat Michella dengan tatapan tajam. "Ow....santai saja nyonya. Aku datang kemari untuk melihat keadaan kamu. Aku tahu kalau kamu sedang tidak enak badan" sahut Michella sambil tersenyum lebar. Ia benar-benar puas melihat Helena yang terluka akibat kekerasan dari Richard. Memang inilah yang dia inginkan. Helena tersenyum sinis menanggapi ucapan Michella. Ia menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur, la
Malam yang sunyi dan cuaca yang dingin akibat hujan deras, sepasang suami istri sedang bercumbu di dalam sebuah kamar yang cukup luas. Keduanya saling bermandikan air keringat akibat pertempuran yang cukup lama dan luar biasa. Richard yang sedang berada di atas tubuh Michella ! Tiba-tiba menghentikan gerakannya."Ada apa sayang ?" Tanya Michella dengan nada yang mendayung."Tidak apa-apa" sahut Richard. Pria tampan itu kembali melanjutkan gerakannya. Tetapi hanya beberapa menit, ia kembali menghentikan gerakannya, bahakan ia bangkit dari atas tubuh Michella dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.Hal itu membuat Michella kesal dan marah, bagaimana ia tidak marah ? Hasratnya masih dalam perjalanan dari selatan menuju Utara, tetapi harus terhenti di Sumatera. Michella menghempas kaki sambil melangkah masuk ke dalam kamar mandi mengikuti Richard."Sayang kamu kenapa ?" Ucap Michella dengan lembut. Ia masih berusaha untuk membujuk Richard."Aku sedang tidak enak badan" sahut singkat Ric
Setelah mobil Richard tidak terlihat lagi ! Helena meraih ponsel dari saku celana jeansnya, ia segera menghubungi orang suruhannya yang ia minta untuk mengikuti mobil Michella. Karena sebelum ia dan Richard meninggalkan kediaman Gordon ! Helena sudah terlebih dahulu menghubungi orang suruhannya dan meminta untuk mengikuti mobil Michella."Bagaimana ?" Ucap Helena kepada seseorang melalui ponsel."Semuanya beres bos. Akan saya kirimkan lokasinya" jawab dari seberang sana."Baiklah. Jangan pergi sebelum aku tiba" perintah Helena."Siap bos"Setelah memutuskan sambungan teleponnya ! Helena mengenakan masker dan kaca mata putih bening. Lalu ia melangkah menuju rumah Helea. Tangannya baru saja terangkat, tetapi pintu tiba-tiba terbuka. Keduanya saling terperanjat karena terkejut."AW..." Jerit Helena dan Susanti secara bersamaan."Selama pagi buk ?" Sapa Helena terlebih dahulu."Pagi nak. Ada apa pagi-pagi datang kemari ?" Sahut Susanti sambil bertanya. Tentu ia bertanya untuk apa Helena d
Helena duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya, ia pusing memikirkan rencananya yang gagal mengikuti Michella hari ini. Tapi satu yang pasti, kalau Saras tidaklah sakit dan kontrol setiap Minggu ke rumah sakit.Ting-nong ting-nong. Suara dering ponsel menyadarkan Helena yang hayalannya."Iya pah" sahut Helena setelah mengusap layar ponselnya."Bagaimana kabarmu sayang ? Apa kamu sudah bertemu dengan ibumu" tanya dari seberang sana."Aku baik pah. Aku belum bertemu dengan ibu. Aku sudah pergi ke alamat ya papa berikan, tetapi warga di sana mengatakan, kalau ibu sudah lama pindah. Dan tidak ada satupun yang mengetahui alamat barunya" jawab Helena dengan jujur. Ia memang sudah pergi ke alamat yang diberikan ayahnya. Tetapi ternyata alamat itu adalah, alamat Susanti 20 tahun yang lalu."Bagaimana jika papa menghubungi teman papa yang ada di Indonesia, untuk membantu kamu menemukan ibumu ?""Enggak usah pah. Helena pasti bisa menemukan ibu. Terima kasih papa sudah perhatian kepada Helen
Michella mondar mandir di depan pintu kamar Richard. Ia penasaran kenapa Helena belum ke luar dari sana, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Michella yang sudah tidak sabar lagi ! Lantas membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Mata Michella membulat ketika pintu terbuka dan melihat dua mahluk Tuhan yang paling sempurna, sedang tertidur pulas di atas tempat tidur dengan posisi berpelukan tanpa mengenakan pakaian.Dengan hati yang kesal, Michella ke luar dari sana, ia kembali menutup pintu kamar Richard dengan rapat. Ia tidak langsung ke kamarnya, melainkan melangkah menuju kamar Saras.Tok....tok....tok.... Michella mengetuk pintu kamar Saras."Iya sebentar" sahut dari dalam sana.Saat pintu terbuka ! Michella langsung menerobos masuk tanpa Saras mempersilahkannya terlebih dahulu. "Ini gawat, ini gawat. Benar-benar gawat" ucapnya sambil mondar mandir di dalam kamar."Gagat apa ? Aku tidak mengerti maksud kamu" desak Saras."Ini gawat. Mama tahu tidak, apa yang baru
Suara kicauan burung menandakan kalau hari sudah pagi. Richard yang baru bangun dari tidurnya langsung disambut satu gelas teh dan sepotong roti bakar yang terletak di atas meja. Ia menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur lalu melangkah menuju sofa. Tangan kekarnya meraih satu lembar kertas yang dijepit di bawah gelas.*Tuan pagi ini aku sengaja mengantar sarapan dan teh ke kamar tuan, karena pagi ini aku harus menemui ibuku yang sedang sakit. Maaf, aku pergi tanpa minta izin terlebih dahulu kepada tuan* isi dalam kertas putih. Richard hanya tersenyum membacanya, ia merasa lucu dengan sikap Helea. Untuk apa Helea repot-repot menulis surat, sementara ia memiliki ponsel. Dia bisa mengirim pesan atau menghubungi Richard melalui ponselnya.Tok....tok....tok..... Seseorang mengetuk pintu kamar Richard."Masuk" sahut dari dalam sana."Selamat pagi sayang" sapa Michella sambil menjulurkan kepala dari balik pintu. Wanita berambut pirang itu melangkah menuju Richard yang duduk di sofa. I
Satu Minggu telah berlalu, suasana di kediaman Gordon terlihat baik-baik saja, namun berbeda dengan Helea. Wanita cantik berusia 25 tahun itu kembali mengubah sikapnya sama seperti saudara kembarnya. Helea bersikap persis seperti adiknya, ia selalu menuruti perintah Michella dan Saras, bahkan setiap malam ia menjelma sebagai tukang pijat pribadi Saras. Entah apa yang ada di pikiran wanita cantik itu, bukankah dia ingin balas dendam terhadap apa yang terjadi kepada adiknya ? Terus kenapa dia menjadi penurut dan tidak mau membantah ?"Pijat yang benar" perintah Saras. Wanita tua itu sedang duduk di kursi kerajaannya sambil membaca buku."Baik nyonya" sahut Helea dengan lembut. Ia memijat kaki Saras dengan lembut."Selesai ini, buatkan aku kopi" lanjut Saras memerintah Helea."Iya nyonya" Setelah selesai memijat kedua kaki Saras, Helea melangkah menuju dapur untuk membuatkan kopi. Namun saat menuruni anak tangga, ia bertemu dengan Richard yang baru pulang dari luar kota."Kenapa kamu b
Keduanya berlari menuju tempat tidur. "Helea, Helea" panggil Helena dengan nada yang cemas dan khawatir. Ia menepuk wajah saudara kembarnya itu dengan lembut, berharap kalau wanita cantik itu akan sadar dan membuka mata."Sayang, sayang. Buka matamu" Susanti memeluk tubuh Helea yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Entah apa yang terjadi kepada Helea sehingga wanita cantik itu pingsan dan mulutnya mengeluarkan busa.Helena meraih ponsel dari dalam tas, lalu memesan taksi untuk membawa Helea ke rumah sakit."Buruan pak" ucap Helena untuk mendesak sopir taksi. Sedangkan Susanti sedang menagis tersedu-sedu sambil memeluk putrinya.Butuh waktu 57 menit untuk mereka tiba di rumah sakit. Pihak medis langsung membawa Helea masuk ke ruangan UGD, sedangkan Helena dan Susanti menunggu di depan pintu."Ibu yang tenang ya ! Helea pasti baik-baik saja" Helena memeluk ibunya untuk memberikan kekuatan, ia tahu bagaimana perasaan ibunya saat ini."Hm....." Sahut Susanti bersama anggukan kepala.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Richard langsung menerobos masuk ke dalam kamar ibunya. Untung saja Saras tidak pingsan karena terkejut."Kamu....." Ucap Saras."Apa mama yang membuat berita bohong itu" todong Richard tanpa basa-basi. Ia langsung bicara pada intinya."Berita bohong apa maksud kamu ? Mama tidak mengerti" "Bukankah selama ini mama sangat membenci Helea ?" Tanya Richard yang membuat Saras semakin bingung dan tidak mengerti.Saras tersenyum sinis. "Kamu bicara apa sih ?" Ucapnya."Mama tidak perlu berpura-pura seperti ini. Katakan saja yang sebenarnya" sentak Richard. Ia semakin kesal karena Saras tidak menjawab, justru balik bertanya.Saras terpaku karena sentakan Richard, butiran bening satu persatu mulai mengalir di pipinya. "Kamu berani meninggikan suara seperti ini, karena aku bukan ibu kandungmu" ucapnya.Richard mengacak rambut. "Maafkan aku" ucapnya, lalu bergegas ke luar dari kamar Saras dan kembali ke kamarnya. Richard tidak tega melihat Saras meneteskan
"nyonya, nyonya" panggil Rati sambil mengetuk pintu.Cek...lek... pintu terbuka. "Ada apa bi ?" Ucap Helena.Rati tidak tidak menjawab pertanyaan Helena. Matanya fokus melihat tangan Helena yang berlumur darah, hingga menetes ke lantai. "Ada apa dengan tangan nyonya ?" Ucapnya."Oh, ini hanya luka sedikit" jawab santai Helena."Tidak, tidak. Ini bukan luka sedikit, tetapi luka parah" Rati berlari menuju kamarnya, ia menghubungi dokter pribadi keluarga Gordon dan memintanya untuk segera datang."Obatnya diminum tiga kali sehari nyonya. Tangan nyonya bisa infeksi jika tidak rutin atau teratur meminum obat" ucap dokter sebelum meninggalkan kediaman Gordon.Setelah mengantar dokter ke pintu utama, Rati kembali ke kamar Helena. Ia tidak percaya dengan alasan yang dikatakan Helena. Rati merasa curiga karena Helena sudah banyak berubah dan sangat berbeda dengan yang dulu.Rati mengunci pintu dari dalam, lalu menghampiri Helena yang duduk di sisi ranjang sambil termenung. "Nyonya, apa yang se
Tepat pukul 8 pagi, Richard sudah meninggalkan kediaman Gordon. Saat ini pria tampan itu sudah dalam pesawat menuju Amerika. Sementara Helena sedang bersiap-siap di dalam kamarnya, ia tidak perlu bersembunyi untuk ke luar dari sana. Karena sebelum Richard pergi, ia sudah terlebih dahulu meminta izin, dan pria tampan itu mengizinkannya.Pak...pak....pak.... Michella bertepuk tangan saat melihat Helena menuruni tangga."Richard pergi, dia juga akan pergi" ucap Michella. "Apa kamu ingin menemui pria itu ?" Lanjutnya."Aku tidak mengerti maksud kamu" jawab Helena.Hahahaha Michella tertawa. "Sekali jalang, ya akan tetap jalang" sindir Michella."Biarkan dia pergi memuaskan hasratnya. Selama ini kan dia tidak pernah disentuh Richard" sahut Saras dari lantai dua."Maaf aku buru-buru" Helena melewati Michella. Ia langsung masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan dari ponselnya.Sepanjang perjalanan, Helena memperhatikan mobil yang ada di belakang, ia takut jika Michella atau Saras mengikutin
Helena terkejut ketika membuka paper bag dan melihat isinya . Ia bingung kenapa Richard tiba-tiba memberikan baju lingerie berwana merah kepadanya. Bukankah Richard sudah mengetahui bagaimana cara berpakaian istrinya Helea ? Tetapi kenapa dia masih memberikan baju seksi seperti ini ?"Dia sudah gila, dia pikir aku ini budak nafsunya" gerutu Helena. Ia kembali memasukkan baju lingerie ke dalam paper bag. Pikiran Helena sudah terbang ke mana-mana setelah melihat baju yang diberikan Richard.Setelah 30 menit berlalu, Alex masuk ke dalam kamar. pria tampan itu sudah mengenakan baju santai dan bukan berpakaian formal seperti yang ia kenakan tadi pagi."Kamu sudah mandi ?" Ucap Richard sambil menjatuhkan bokongnya di atas sofa."Hm..." Jawab singkat Helena yang berdiri di kaca jendela dengan posisi memunggungi Richard."Apa kamu sudah menerima sesuatu dari pelayan ?" Richard kembali bertanya.Helena memutar tubuh menghadap Richard. "Iya, tetapi aku tidak menyukainya tuan" ucap Helena. Seben
Michella mondar mandir di depan pintu kamar Richard. Ia penasaran kenapa Helena belum ke luar dari sana, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Michella yang sudah tidak sabar lagi ! Lantas membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Mata Michella membulat ketika pintu terbuka dan melihat dua mahluk Tuhan yang paling sempurna, sedang tertidur pulas di atas tempat tidur dengan posisi berpelukan tanpa mengenakan pakaian.Dengan hati yang kesal, Michella ke luar dari sana, ia kembali menutup pintu kamar Richard dengan rapat. Ia tidak langsung ke kamarnya, melainkan melangkah menuju kamar Saras.Tok....tok....tok.... Michella mengetuk pintu kamar Saras."Iya sebentar" sahut dari dalam sana.Saat pintu terbuka ! Michella langsung menerobos masuk tanpa Saras mempersilahkannya terlebih dahulu. "Ini gawat, ini gawat. Benar-benar gawat" ucapnya sambil mondar mandir di dalam kamar."Gagat apa ? Aku tidak mengerti maksud kamu" desak Saras."Ini gawat. Mama tahu tidak, apa yang baru
Helena duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya, ia pusing memikirkan rencananya yang gagal mengikuti Michella hari ini. Tapi satu yang pasti, kalau Saras tidaklah sakit dan kontrol setiap Minggu ke rumah sakit.Ting-nong ting-nong. Suara dering ponsel menyadarkan Helena yang hayalannya."Iya pah" sahut Helena setelah mengusap layar ponselnya."Bagaimana kabarmu sayang ? Apa kamu sudah bertemu dengan ibumu" tanya dari seberang sana."Aku baik pah. Aku belum bertemu dengan ibu. Aku sudah pergi ke alamat ya papa berikan, tetapi warga di sana mengatakan, kalau ibu sudah lama pindah. Dan tidak ada satupun yang mengetahui alamat barunya" jawab Helena dengan jujur. Ia memang sudah pergi ke alamat yang diberikan ayahnya. Tetapi ternyata alamat itu adalah, alamat Susanti 20 tahun yang lalu."Bagaimana jika papa menghubungi teman papa yang ada di Indonesia, untuk membantu kamu menemukan ibumu ?""Enggak usah pah. Helena pasti bisa menemukan ibu. Terima kasih papa sudah perhatian kepada Helen