Sebelum matahari terbit, Helena sudah meninggalkan kediaman Gordon, ia meminta izin kepada security untuk bertemu dengan ibunya dan berjanji akan segera kembali sebelum penghuni mansion megah itu bangun dari tidurnya. Helena menaiki taksi menuju alamat yang sudah dikirimkan orang suruhannya. Ia sangat berharap bisa bertemu dengan Helea.
Butuh waktu satu jam 30 menit untuk ia tiba di alamat itu. Setelah turun dari taksi, Helena melihat sebuah rumah sederhana dengan cat berwarna hijau muda tepat di hadapannya. Nomor yang menempel sempurna di dinding rumah itu sama dengan nomor yang ada di ponselnya. Helena yakin kalau ini adalah alamat yang ia cari. Sebelum melangkah mendekati rumah itu, ia terlebih dahulu mengenakan masker, dan kacamata berwarna putih bening, agar tidak ada yang mengenalinya.
Tok....tok....tok... "Permisi, apa ada orang" ucap Helena sambil mengetuk pintu.Sudah beberapa kali ia mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Namun Helena tidak langsung meninggalkan tempat itu. Ia menjatuhkan bokongnya di kursi usang yang terletak di teras rumah.
Setelah 30 menit menunggu ! Helena kembali mengetuk pintu.
Tok....tok...tok.... Namun hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban. Ketika ia akan pergi ! Ia bertemu dengan seorang wanita.
"Maaf buk, apa aku bisa meminta waktunya sebentar ?" Ucap Helena.
Sebelum menjawab, wanita itu terlebih dahulu memperhatikan Helena dari ujung kaki hingga ujung rambut "iya. Kamu siapa ?" Ucapnya.
Helena menyodorkan tangan "kenalkan, nama saya Calista buk" ucapnya sambil berjabat tangan dengan wanita itu. Ia sengaja berbohong tentang dirinya, karena namanya terlalu dekat dengan nama Helea.
"Maaf buk. Aku mau bertanya, di mana ya pemilik rumah ini ?" Lanjutnya.
Baru saja wanita itu akan membuka mulut, tetapi pintunya tiba-tiba terbuka dan seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu.
"Nah, itu orangnya" ucap wanita itu sambil menunjuk ke arah wanita yang berdiri di bibir pintu.
"Terima kasih buk" ucap Helena sebelum ia melangkah menghampiri wanita yang berdiri di bibir pintu.
"Maaf buk" ucap Helena.
"Ka....ka...kamu siapa ?" Ucap wanita itu dengan gugup. Dari raut wajah yang pucat dan cara bicara yang gugup ! Wanita itu sudah bisa ditebak kalau ia saat ini sedang ketakutan.
Helena membuka kacamata tetapi tidak dengan maskernya "kenalkan nama saya Calista buk" sahut Helena dengan tersenyum ramah.
"Saya Susanti" sahut wanita itu.
"Apa benar ini rumahnya nona Helea ?" Tanya Helena yang membuat wanita itu semakin takut, bahkan ia hampir menutup pintu jika Helena tidak menahannya.
"Ibu, saya bukan orang jahat" ucap Helena.
"Pergilah, di sini tidak ada yang bernama Helea" sahut wanita itu sambil berusaha menutup pintu.
"Ibu, saya bukan orang jahat, percayalah" bujuk Helena "izinkan aku masuk dan bertemu dengan Helea sebentar saja" lajut Helena dengan wajah yang memohon.
"Aku sudah katakan, di sini tidak ada yang bernama Helea" Susanti masih tetap bertahan dengan ucapannya yang mengatakan kalau Helea tidak ada di rumah itu.
"Aku tahu kalau ibu berbohong" todong Helena "aku datang untuk membantu Helea, bukan untuk menyakitinya" ucap jujur Helena yang membuat wanita itu berhenti berusaha untuk menutup pintu rumahnya.
"Bagaimana kamu tahu tentang putriku" ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia melangkah masuk ke dalam rumah dan diikuti Helena. Keduanya duduk sambil berhadap-hadapan.
"Aku tidak banyak tahu tentang putrimu, tetapi aku tahu kalau Helea memiliki masalah dengan keluarga suaminya" jawab jujur Helena "apa aku bisa mengetahui lebih banyak lagi tentang putri ibu ?" Lanjutnya.
Wanita itu menggelengkan kepala "aku tidak ingin mengigat masa lalu putriku. Bahkan aku berusaha untuk melupakannya" ucapnya dengan berurai air mata.
Helena bangkit dari tempatnya, ia meletakkan kedua lutut di atas lantai lalu menggenggam kedua tangan wanita itu dengan erat "aku akan membantumu. Aku berjanji" ucapnya. Entah mengapa hatinya terasa pedih saat melihat Susanti meneteskan air mata. Walaupun baru pertama kali ia bertemu dengannya, tetapi Helena merasa dekat dan sudah lama kenal. Bahkan tanpa ia sadari kalau jari lentiknya mengusap butiran bening yang menetes di pipi wanita paruh baya itu.
Helena berusaha membujuknya agar ia bisa bertemu dengan Helea. Ia benar-benar ingin bertemu dengan Helea dan bicara langsung secara 4 mata. Namun Susanti masih saja menolak, ia tidak percaya dengan ucapan Helena. Ia takut jika Helena akan membuat kondisi putrinya semakin kacau dan parah.
"Baiklah, jika ibu tidak mengizinkan aku bertemu dengan Helea" ucapnya. Ia meletakkan satu lembar kertas kecil di atas meja "jika ibu butuh sesuatu, hubungi aku" lanjutnya. Ia memutar tubuhnya dan melangkah untuk pergi. Tetapi sebelum ke luar dari pintu, Helena menghentikan langkah kakinya karena mendengar ucapan Susanti.
"Tunggu sebentar" ucapnya. Ia melangkah menghampiri Helena yang berdiri di bibir pintu "ikuti aku" ucapnya.
Helena mengikuti langkah Susanti menuju sebuah kamar. Ia begitu terkejut saat pintu terbuka dan melihat seorang wanita meringkuk di atas tempat tidur dengan kondisi kedua tangan terikat tali. Helena berlari menghampirinya, dan yang paling mengejutkan lagi ! Ketika wanita itu menunjukkan wajahnya.
*Ya Tuhan, kenapa wajahnya mirip sekali denganku. Bahkan tidak ada bedanya. Wajar saja jika mereka menganggap aku sebagai Helea* ucap dalam batin Helena.
"Pergi....pergi...jangan ganggu aku" teriak Helea yang membuat Helena tersadar dari hayalannya.
"Tenang, tenang sayang. Dia orang baik, dia tidak akan menyakitimu" bujuk Susanti kepada putrinya
"Tidak, tidak, suru dia pergi dari sini" teriak Helea sambil menyembunyikan wajahnya.
Dengan ragu-ragu, Helena mendekati Helea. Tangannya gemetar saat menyentuh pundak wanita malang itu "kamu jangan takut, aku datang bukan untuk menyakiti kamu. Percayalah" ucap Helena untuk membujuk Helea.
"Tidak, tidak. Kamu pasti ingin memberikanku kepada mereka" bantah Helea "kamu wanita jahat, kamu tidak memiliki hati dan perasaan" lanjutnya dengan nada yang tinggi sambil menagis meraung-raung.
Kondisi Helea yang semakin tidak bisa dikendalikan, membuat Susanti meminta Helena ke luar dari sana. Ia kembali menemui Helena setelah berhasil menenangkan putri kesayangannya.
"Bagaimana keadaannya buk ?" Tanya Helena dengan rasa khawatir. Ia benar-benar tidak tega melihat kondisi Helea yang begitu memprihatinkan, selain wajahnya yang pucat, rambutnya acak-acakan, tubuh Helea juga sudah kurus kering seperti tinggal belulang.
"Dia sudah tidur, kamu tidak perlu khawatir. Helea memang begitu, dia pasti marah saat bertemu dengan orang lain" ucap Susanti
"Apa dia sudah lama seperti ini ?" Tanya Helena.
"Putriku bertingkah aneh seperti ini, semenjak 5 bulan yang lalu. Dan aku tidak tahu apa penyebabnya" Susanti menceritakan tentang rumah tangga putrinya, ia mengatakan kalau Helea menikah karena terpaksa dan suaminya tidak pernah mencintainya, hingga kondisi Helea seperti saat ini, dan yang paling menyakitkan ! Selama Helea tinggal di rumah ibunya, Richard Gordon tidak pernah datang menemuinya, bahkan menelepon untuk bertanya kabarnya saja tidak pernah.
*****Sepanjang perjalanan menuju kediaman Gordon, Helena tidak berhenti memikirkan Helea. Ia benar-benar bingung kenapa wajah mereka mirip dan bisa dikatakan sama. Detak jantungnya juga berubah saat di dekat Susanti, ia merasa nyaman dan tidak ingin jauh darinya. "Nona, kita sudah sampai" ucap sopir taksi yang membuat Helena sadar dari lamunannya. "Ha, iya pak" Helena meraih uang dari dalam tas lalu memberikannya kepada sopir taksi, ia berlari terburu-buru agar tidak ada yang melihatnya, karena waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan sudah pasti penghuni mansion megah itu sudah bangun dari tidurnya. "Maaf pak, saya terlambat" ucap Helena kepada penjaga gerbang sambil berlari tanpa alas kaki, Helena sengaja membuka sendalnya agar lebih bebas untuk berlari. Ia masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang khusus pelayan. "Nyonya dari mana ?" Tanya Rati saat melihat Helena masuk dari pintu. "A...a....aku habis dari luar menikmati angin pagi, bi" jawab Helena dengan gugup. "Oh iya, tadi
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, tetapi Helena tidak juga ke luar dari kamar, bahkan makan siangnya di antar Rati ke kamar. Luka di bibir dan bekas benturan di keningnya membuat tubuh wanita cantik itu meriang dan terbaring di atas tempat tidur. Par..... Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kasar. Hal itu membuat Helena terkejut dan refleks bangkit dari tidurnya. "Apa aku membuat nyonya terkejut ?" Ucap Michella dengan nada yang mencibir sambil tersenyum jijik. Ia melangkah menghampiri Helena dan duduk di sisi ranjang. "Untuk apa kamu datang kemari ?" Ucap Helena. Ia melihat Michella dengan tatapan tajam. "Ow....santai saja nyonya. Aku datang kemari untuk melihat keadaan kamu. Aku tahu kalau kamu sedang tidak enak badan" sahut Michella sambil tersenyum lebar. Ia benar-benar puas melihat Helena yang terluka akibat kekerasan dari Richard. Memang inilah yang dia inginkan. Helena tersenyum sinis menanggapi ucapan Michella. Ia menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur, la
Malam yang sunyi dan cuaca yang dingin akibat hujan deras, sepasang suami istri sedang bercumbu di dalam sebuah kamar yang cukup luas. Keduanya saling bermandikan air keringat akibat pertempuran yang cukup lama dan luar biasa. Richard yang sedang berada di atas tubuh Michella ! Tiba-tiba menghentikan gerakannya."Ada apa sayang ?" Tanya Michella dengan nada yang mendayung."Tidak apa-apa" sahut Richard. Pria tampan itu kembali melanjutkan gerakannya. Tetapi hanya beberapa menit, ia kembali menghentikan gerakannya, bahakan ia bangkit dari atas tubuh Michella dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.Hal itu membuat Michella kesal dan marah, bagaimana ia tidak marah ? Hasratnya masih dalam perjalanan dari selatan menuju Utara, tetapi harus terhenti di Sumatera. Michella menghempas kaki sambil melangkah masuk ke dalam kamar mandi mengikuti Richard."Sayang kamu kenapa ?" Ucap Michella dengan lembut. Ia masih berusaha untuk membujuk Richard."Aku sedang tidak enak badan" sahut singkat Ric
Setelah mobil Richard tidak terlihat lagi ! Helena meraih ponsel dari saku celana jeansnya, ia segera menghubungi orang suruhannya yang ia minta untuk mengikuti mobil Michella. Karena sebelum ia dan Richard meninggalkan kediaman Gordon ! Helena sudah terlebih dahulu menghubungi orang suruhannya dan meminta untuk mengikuti mobil Michella."Bagaimana ?" Ucap Helena kepada seseorang melalui ponsel."Semuanya beres bos. Akan saya kirimkan lokasinya" jawab dari seberang sana."Baiklah. Jangan pergi sebelum aku tiba" perintah Helena."Siap bos"Setelah memutuskan sambungan teleponnya ! Helena mengenakan masker dan kaca mata putih bening. Lalu ia melangkah menuju rumah Helea. Tangannya baru saja terangkat, tetapi pintu tiba-tiba terbuka. Keduanya saling terperanjat karena terkejut."AW..." Jerit Helena dan Susanti secara bersamaan."Selama pagi buk ?" Sapa Helena terlebih dahulu."Pagi nak. Ada apa pagi-pagi datang kemari ?" Sahut Susanti sambil bertanya. Tentu ia bertanya untuk apa Helena d
Helena duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya, ia pusing memikirkan rencananya yang gagal mengikuti Michella hari ini. Tapi satu yang pasti, kalau Saras tidaklah sakit dan kontrol setiap Minggu ke rumah sakit.Ting-nong ting-nong. Suara dering ponsel menyadarkan Helena yang hayalannya."Iya pah" sahut Helena setelah mengusap layar ponselnya."Bagaimana kabarmu sayang ? Apa kamu sudah bertemu dengan ibumu" tanya dari seberang sana."Aku baik pah. Aku belum bertemu dengan ibu. Aku sudah pergi ke alamat ya papa berikan, tetapi warga di sana mengatakan, kalau ibu sudah lama pindah. Dan tidak ada satupun yang mengetahui alamat barunya" jawab Helena dengan jujur. Ia memang sudah pergi ke alamat yang diberikan ayahnya. Tetapi ternyata alamat itu adalah, alamat Susanti 20 tahun yang lalu."Bagaimana jika papa menghubungi teman papa yang ada di Indonesia, untuk membantu kamu menemukan ibumu ?""Enggak usah pah. Helena pasti bisa menemukan ibu. Terima kasih papa sudah perhatian kepada Helen
Michella mondar mandir di depan pintu kamar Richard. Ia penasaran kenapa Helena belum ke luar dari sana, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Michella yang sudah tidak sabar lagi ! Lantas membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Mata Michella membulat ketika pintu terbuka dan melihat dua mahluk Tuhan yang paling sempurna, sedang tertidur pulas di atas tempat tidur dengan posisi berpelukan tanpa mengenakan pakaian.Dengan hati yang kesal, Michella ke luar dari sana, ia kembali menutup pintu kamar Richard dengan rapat. Ia tidak langsung ke kamarnya, melainkan melangkah menuju kamar Saras.Tok....tok....tok.... Michella mengetuk pintu kamar Saras."Iya sebentar" sahut dari dalam sana.Saat pintu terbuka ! Michella langsung menerobos masuk tanpa Saras mempersilahkannya terlebih dahulu. "Ini gawat, ini gawat. Benar-benar gawat" ucapnya sambil mondar mandir di dalam kamar."Gagat apa ? Aku tidak mengerti maksud kamu" desak Saras."Ini gawat. Mama tahu tidak, apa yang baru
Helena terkejut ketika membuka paper bag dan melihat isinya . Ia bingung kenapa Richard tiba-tiba memberikan baju lingerie berwana merah kepadanya. Bukankah Richard sudah mengetahui bagaimana cara berpakaian istrinya Helea ? Tetapi kenapa dia masih memberikan baju seksi seperti ini ?"Dia sudah gila, dia pikir aku ini budak nafsunya" gerutu Helena. Ia kembali memasukkan baju lingerie ke dalam paper bag. Pikiran Helena sudah terbang ke mana-mana setelah melihat baju yang diberikan Richard.Setelah 30 menit berlalu, Alex masuk ke dalam kamar. pria tampan itu sudah mengenakan baju santai dan bukan berpakaian formal seperti yang ia kenakan tadi pagi."Kamu sudah mandi ?" Ucap Richard sambil menjatuhkan bokongnya di atas sofa."Hm..." Jawab singkat Helena yang berdiri di kaca jendela dengan posisi memunggungi Richard."Apa kamu sudah menerima sesuatu dari pelayan ?" Richard kembali bertanya.Helena memutar tubuh menghadap Richard. "Iya, tetapi aku tidak menyukainya tuan" ucap Helena. Seben
Tepat pukul 8 pagi, Richard sudah meninggalkan kediaman Gordon. Saat ini pria tampan itu sudah dalam pesawat menuju Amerika. Sementara Helena sedang bersiap-siap di dalam kamarnya, ia tidak perlu bersembunyi untuk ke luar dari sana. Karena sebelum Richard pergi, ia sudah terlebih dahulu meminta izin, dan pria tampan itu mengizinkannya.Pak...pak....pak.... Michella bertepuk tangan saat melihat Helena menuruni tangga."Richard pergi, dia juga akan pergi" ucap Michella. "Apa kamu ingin menemui pria itu ?" Lanjutnya."Aku tidak mengerti maksud kamu" jawab Helena.Hahahaha Michella tertawa. "Sekali jalang, ya akan tetap jalang" sindir Michella."Biarkan dia pergi memuaskan hasratnya. Selama ini kan dia tidak pernah disentuh Richard" sahut Saras dari lantai dua."Maaf aku buru-buru" Helena melewati Michella. Ia langsung masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan dari ponselnya.Sepanjang perjalanan, Helena memperhatikan mobil yang ada di belakang, ia takut jika Michella atau Saras mengikutin