Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, tetapi Helena tidak juga ke luar dari kamar, bahkan makan siangnya di antar Rati ke kamar. Luka di bibir dan bekas benturan di keningnya membuat tubuh wanita cantik itu meriang dan terbaring di atas tempat tidur.
Par..... Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kasar. Hal itu membuat Helena terkejut dan refleks bangkit dari tidurnya.
"Apa aku membuat nyonya terkejut ?" Ucap Michella dengan nada yang mencibir sambil tersenyum jijik. Ia melangkah menghampiri Helena dan duduk di sisi ranjang.
"Untuk apa kamu datang kemari ?" Ucap Helena. Ia melihat Michella dengan tatapan tajam.
"Ow....santai saja nyonya. Aku datang kemari untuk melihat keadaan kamu. Aku tahu kalau kamu sedang tidak enak badan" sahut Michella sambil tersenyum lebar. Ia benar-benar puas melihat Helena yang terluka akibat kekerasan dari Richard. Memang inilah yang dia inginkan.
Helena tersenyum sinis menanggapi ucapan Michella. Ia menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur, lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan wajahnya, setelah itu ia pergi ke luar dari kamar dan meninggalkan Michella sendirian. Bagi Helena, ia tidak perlu menanggapi kata-kata murahan dari bibir wanita licik itu. Saat ia menuruni tangga ! Helena bertemu dengan Richard yang baru pulang dari kantor. Pria tampan itu masih terlihat berpakaian formal dan menjinjing tas kantornya. Sebenarnya Helena ingin memundurkan langkah kakinya, tetapi karena Richard sudah melihatnya ! Ia terpaksa melanjutkan langkahnya menuju dapur.
*Ya ampun, kenapa aku jadi takut seperti ini ? Aku jadi seperti orang yang benar-benar melakukan kesalahan saat bertemu dengannya* ucap dalam batin Helena sambil melangkah melewati Richard.
Sementara Richard hanya diam mematung melihat Helena melangkah ke dapur hingga tubuh wanita cantik itu menghilang di balik tembok pemisah antara ruangan yang satu dengan ruangan yang lain. Ia sedikit bingung melihat keberanian wanita cantik itu, biasanya Helea tidak akan berani menunjukkan wajahnya jika Richard marah.
"Wanita aneh, kadang dia bersikap pembantu, kadang bersikap nyonya" gerutu Richard sambil kembali melanjutkan langkah kakinya.
"Ah sayang ! Kamu sudah pulang ?" Sapa Michella dengan ramah dan tersenyum manis.
"Hm..." Sahut singkat Richard tanpa menghentikan langkahnya. Memang seperti itulah Richard Gordon setiap harinya. Ia tidak pernah bersikap manis atau lembut kepada istri atau orang lain, dia pria yang sulit untuk tersenyum. Bukan hanya di kediaman Gordon saja ia bersikap tegas seperti itu, di kantor bahkan ia lebih tegas lagi.
Michella yang sudah terbiasa menghadapi sikap suaminya, lantas tidak merasa tersinggung atau sakit hati. Ia mengikuti Richard hingga ke kamar pribadinya.
"Sayang, malam ini kita tidur di kamar kan ?" Ucap Michella sambil memeluk tubuh kekar Richard dari belakang. Walaupun mereka sudah menikah selama 5 tahun ! Tetapi mereka lebih sering tidur terpisah. Richard lebih memilih tidur di kamar pribadinya yang ia tempati sejak kecil, daripada tidur di kamarnya dengan Michella.
"Hm... Nanti aku akan tidur di sana" Jawab Richard dengan santai.
"Terima kasih sayang, terima kasih" Michella mencium kedua pipi Richard dan mengecup bibirnya sekilas.
...................Waktu menunjukkan pukul 7 malam, di mana semua keluarga Gordon saat ini sedang berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Hanya Helena yang tidak ikut berkumpul bersama mereka, wanita cantik itu lebih memilih makan malam di meja makan pelayan yang berada di dapur. Ia merasa jijik makan bersama dengan para manusia yang berhati iblis. Tetapi di saat suapan yang kedua ! Tiba-tiba terdengar suara pecahan piring dari arah ruang makan.Par......
Helena bangkit dari kursi, ia melangkah menuju ruang makan untuk melihat apa yang terjadi, dan benar saja, piring yang tadinya berada di atas meja, kini berantakan di atas lantai marmer. Dan yang paling membuat Helena terkejut adalah ! Saat manik matanya bertemu dengan mata Richard. Pria tampan itu melihatnya dengan tatapan tajam, seperti serigala yang sedang bersiap untuk menerkam mangsanya. Ia menelan salivanya dengan kasar sambil melangkah mundur.
"Jika kamu berani melangkah sekali lagi ! Akan kupatahkan kakimu" ucap Richard dengan tiba-tiba, yang membuat Helena menghentikan gerakan kakinya.
*Ya Tuhan ada apa dengan pria ini ? Kenapa dia marah tanpa sebab, emangnya aku salah apa lagi ? Wajahnya memang tampan, tetapi otaknya tidak beres* gerutu dalam hati Helena. Jika dia bukan bersandiwara menjadi Helea ! Mungkin ia sudah menghajar Richard tanpa ampun, secara Helena wanita yang ahli di dalam bela diri. Sejak ia masih kecil, ayahnya sudah mengajari Helena tentang bela diri.
"Jika kamu sudah tidak merasa bagian dari keluarga ini ! Silahkan pergi dan tinggalkan rumah ini" ucap Richard dengan tegas, yang membuat Michella dan Saras tersenyum bahagia. Mereka saling melempar tatapan sambil mengedikkan sebelah alis matanya ke atas.
Tentu saja Helena tidak merasa bagian dari keluarga Gordon, karena dia memang bukan Helea istri kedua Richard. Melihat begitu rumitnya masalah di rumah ini ! Helena sebenarnya sudah ingin menyerah dan pergi. Tetapi bayangan wajah Helea membuat ia tetap bertahan, ia ingin Helea dan ibunya mendapat keadilan.
Tanpa rasa malu dan ragu, Helena berlari ke arah Richard, ia bersujud di kaki pria angkuh itu agar dia bisa tetap tinggal di sana, sampai semua kebenaran terungkap.
"Aku minta maaf tuan. Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya takut jika tuan hilang selera saat melihat wajahku" ucap Helena. Ia berpura-pura memohon dan meneteskan air mata untuk mendapat simpati dari Richard.
"Aku memang sudah hilang selera" ucap Richard dengan angkuh sambil melepaskan cengkeraman tangan Helena dari kakinya. Ia melangkah meninggalkan meja makan dan kembali ke ruang kerjanya.
"Kamu memang wanita sial. Kamu yang selalu membuat kekacauan di rumah ini" geram Saras ibu tiri Gordon. Wanita tua itu pun pergi mengikuti jejak Richard yang meninggalkan meja makan.
"Helea, Helea, samapi kapan kamu bisa bertahan seperti ini" ucap Michella. Wanita cantik itu tidak meninggalkan meja makan, bahkan ia duduk santai sambil menikmati buah yang sudah disiapkan pelayan.
"Sampai kamu mendapat semua balasan atas perbuatanmu" jawab Helena dengan sigap.
Huk...huk...huk... Michella tiba-tiba batuk mendengar jawaban Helena. Ia benar-benar tidak menyangka kalau kata-kata itu akan ke luar dari mulut manis wanita polos seperti Helea.
"Kamu benar-benar sudah berubah, aku harus bekerja lebih keras lagi" ucap Michella sambil menaikkan pisau kecil di tangannya.
Helena melangkah mendekati Michella, ia sama sekali tidak takut walaupun saat ini di tangan Michella ada pisau "bekerja keraslah, sebelum aku yang bekerja terlebih dahulu" bisik Helena tepat di telinga Michella. Setelah itu ia pergi menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Sementara Michella hanya diam mematung di tempatnya, sambil memandang punggung Helena yang semakin jauh. Ia bagaikan mimpi ketika mendengar ancaman dari Helena, bahkan ia mencubit pipinya sendiri untuk memastikan kalau saat ini, dia tidak sedang tidur.
"Setan apa yang sudah merasukinya, sehingga dia beruban 100 persen dan tidak takut lagi kepadaku. Ini benar-benar bencana" ucap Michella kepada dirinya sendiri.
................Di tunggu bab selanjutnya ya kakak. Tekan vote dan komen untuk mendukung cerita ini, biar author makin semangat lagi untuk ngehalu.Baca juga ceritaku yang berjudul SUGAR DADDY AKU KANGEN, NAFSU ISTRI MUDA dan TERPAKSA MENIKAH DENGAN GADIS DESA. Terima kasih kakak.*****Malam yang sunyi dan cuaca yang dingin akibat hujan deras, sepasang suami istri sedang bercumbu di dalam sebuah kamar yang cukup luas. Keduanya saling bermandikan air keringat akibat pertempuran yang cukup lama dan luar biasa. Richard yang sedang berada di atas tubuh Michella ! Tiba-tiba menghentikan gerakannya."Ada apa sayang ?" Tanya Michella dengan nada yang mendayung."Tidak apa-apa" sahut Richard. Pria tampan itu kembali melanjutkan gerakannya. Tetapi hanya beberapa menit, ia kembali menghentikan gerakannya, bahakan ia bangkit dari atas tubuh Michella dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.Hal itu membuat Michella kesal dan marah, bagaimana ia tidak marah ? Hasratnya masih dalam perjalanan dari selatan menuju Utara, tetapi harus terhenti di Sumatera. Michella menghempas kaki sambil melangkah masuk ke dalam kamar mandi mengikuti Richard."Sayang kamu kenapa ?" Ucap Michella dengan lembut. Ia masih berusaha untuk membujuk Richard."Aku sedang tidak enak badan" sahut singkat Ric
Setelah mobil Richard tidak terlihat lagi ! Helena meraih ponsel dari saku celana jeansnya, ia segera menghubungi orang suruhannya yang ia minta untuk mengikuti mobil Michella. Karena sebelum ia dan Richard meninggalkan kediaman Gordon ! Helena sudah terlebih dahulu menghubungi orang suruhannya dan meminta untuk mengikuti mobil Michella."Bagaimana ?" Ucap Helena kepada seseorang melalui ponsel."Semuanya beres bos. Akan saya kirimkan lokasinya" jawab dari seberang sana."Baiklah. Jangan pergi sebelum aku tiba" perintah Helena."Siap bos"Setelah memutuskan sambungan teleponnya ! Helena mengenakan masker dan kaca mata putih bening. Lalu ia melangkah menuju rumah Helea. Tangannya baru saja terangkat, tetapi pintu tiba-tiba terbuka. Keduanya saling terperanjat karena terkejut."AW..." Jerit Helena dan Susanti secara bersamaan."Selama pagi buk ?" Sapa Helena terlebih dahulu."Pagi nak. Ada apa pagi-pagi datang kemari ?" Sahut Susanti sambil bertanya. Tentu ia bertanya untuk apa Helena d
Helena duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya, ia pusing memikirkan rencananya yang gagal mengikuti Michella hari ini. Tapi satu yang pasti, kalau Saras tidaklah sakit dan kontrol setiap Minggu ke rumah sakit.Ting-nong ting-nong. Suara dering ponsel menyadarkan Helena yang hayalannya."Iya pah" sahut Helena setelah mengusap layar ponselnya."Bagaimana kabarmu sayang ? Apa kamu sudah bertemu dengan ibumu" tanya dari seberang sana."Aku baik pah. Aku belum bertemu dengan ibu. Aku sudah pergi ke alamat ya papa berikan, tetapi warga di sana mengatakan, kalau ibu sudah lama pindah. Dan tidak ada satupun yang mengetahui alamat barunya" jawab Helena dengan jujur. Ia memang sudah pergi ke alamat yang diberikan ayahnya. Tetapi ternyata alamat itu adalah, alamat Susanti 20 tahun yang lalu."Bagaimana jika papa menghubungi teman papa yang ada di Indonesia, untuk membantu kamu menemukan ibumu ?""Enggak usah pah. Helena pasti bisa menemukan ibu. Terima kasih papa sudah perhatian kepada Helen
Michella mondar mandir di depan pintu kamar Richard. Ia penasaran kenapa Helena belum ke luar dari sana, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Michella yang sudah tidak sabar lagi ! Lantas membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Mata Michella membulat ketika pintu terbuka dan melihat dua mahluk Tuhan yang paling sempurna, sedang tertidur pulas di atas tempat tidur dengan posisi berpelukan tanpa mengenakan pakaian.Dengan hati yang kesal, Michella ke luar dari sana, ia kembali menutup pintu kamar Richard dengan rapat. Ia tidak langsung ke kamarnya, melainkan melangkah menuju kamar Saras.Tok....tok....tok.... Michella mengetuk pintu kamar Saras."Iya sebentar" sahut dari dalam sana.Saat pintu terbuka ! Michella langsung menerobos masuk tanpa Saras mempersilahkannya terlebih dahulu. "Ini gawat, ini gawat. Benar-benar gawat" ucapnya sambil mondar mandir di dalam kamar."Gagat apa ? Aku tidak mengerti maksud kamu" desak Saras."Ini gawat. Mama tahu tidak, apa yang baru
Helena terkejut ketika membuka paper bag dan melihat isinya . Ia bingung kenapa Richard tiba-tiba memberikan baju lingerie berwana merah kepadanya. Bukankah Richard sudah mengetahui bagaimana cara berpakaian istrinya Helea ? Tetapi kenapa dia masih memberikan baju seksi seperti ini ?"Dia sudah gila, dia pikir aku ini budak nafsunya" gerutu Helena. Ia kembali memasukkan baju lingerie ke dalam paper bag. Pikiran Helena sudah terbang ke mana-mana setelah melihat baju yang diberikan Richard.Setelah 30 menit berlalu, Alex masuk ke dalam kamar. pria tampan itu sudah mengenakan baju santai dan bukan berpakaian formal seperti yang ia kenakan tadi pagi."Kamu sudah mandi ?" Ucap Richard sambil menjatuhkan bokongnya di atas sofa."Hm..." Jawab singkat Helena yang berdiri di kaca jendela dengan posisi memunggungi Richard."Apa kamu sudah menerima sesuatu dari pelayan ?" Richard kembali bertanya.Helena memutar tubuh menghadap Richard. "Iya, tetapi aku tidak menyukainya tuan" ucap Helena. Seben
Tepat pukul 8 pagi, Richard sudah meninggalkan kediaman Gordon. Saat ini pria tampan itu sudah dalam pesawat menuju Amerika. Sementara Helena sedang bersiap-siap di dalam kamarnya, ia tidak perlu bersembunyi untuk ke luar dari sana. Karena sebelum Richard pergi, ia sudah terlebih dahulu meminta izin, dan pria tampan itu mengizinkannya.Pak...pak....pak.... Michella bertepuk tangan saat melihat Helena menuruni tangga."Richard pergi, dia juga akan pergi" ucap Michella. "Apa kamu ingin menemui pria itu ?" Lanjutnya."Aku tidak mengerti maksud kamu" jawab Helena.Hahahaha Michella tertawa. "Sekali jalang, ya akan tetap jalang" sindir Michella."Biarkan dia pergi memuaskan hasratnya. Selama ini kan dia tidak pernah disentuh Richard" sahut Saras dari lantai dua."Maaf aku buru-buru" Helena melewati Michella. Ia langsung masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan dari ponselnya.Sepanjang perjalanan, Helena memperhatikan mobil yang ada di belakang, ia takut jika Michella atau Saras mengikutin
"nyonya, nyonya" panggil Rati sambil mengetuk pintu.Cek...lek... pintu terbuka. "Ada apa bi ?" Ucap Helena.Rati tidak tidak menjawab pertanyaan Helena. Matanya fokus melihat tangan Helena yang berlumur darah, hingga menetes ke lantai. "Ada apa dengan tangan nyonya ?" Ucapnya."Oh, ini hanya luka sedikit" jawab santai Helena."Tidak, tidak. Ini bukan luka sedikit, tetapi luka parah" Rati berlari menuju kamarnya, ia menghubungi dokter pribadi keluarga Gordon dan memintanya untuk segera datang."Obatnya diminum tiga kali sehari nyonya. Tangan nyonya bisa infeksi jika tidak rutin atau teratur meminum obat" ucap dokter sebelum meninggalkan kediaman Gordon.Setelah mengantar dokter ke pintu utama, Rati kembali ke kamar Helena. Ia tidak percaya dengan alasan yang dikatakan Helena. Rati merasa curiga karena Helena sudah banyak berubah dan sangat berbeda dengan yang dulu.Rati mengunci pintu dari dalam, lalu menghampiri Helena yang duduk di sisi ranjang sambil termenung. "Nyonya, apa yang se
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Richard langsung menerobos masuk ke dalam kamar ibunya. Untung saja Saras tidak pingsan karena terkejut."Kamu....." Ucap Saras."Apa mama yang membuat berita bohong itu" todong Richard tanpa basa-basi. Ia langsung bicara pada intinya."Berita bohong apa maksud kamu ? Mama tidak mengerti" "Bukankah selama ini mama sangat membenci Helea ?" Tanya Richard yang membuat Saras semakin bingung dan tidak mengerti.Saras tersenyum sinis. "Kamu bicara apa sih ?" Ucapnya."Mama tidak perlu berpura-pura seperti ini. Katakan saja yang sebenarnya" sentak Richard. Ia semakin kesal karena Saras tidak menjawab, justru balik bertanya.Saras terpaku karena sentakan Richard, butiran bening satu persatu mulai mengalir di pipinya. "Kamu berani meninggikan suara seperti ini, karena aku bukan ibu kandungmu" ucapnya.Richard mengacak rambut. "Maafkan aku" ucapnya, lalu bergegas ke luar dari kamar Saras dan kembali ke kamarnya. Richard tidak tega melihat Saras meneteskan
Suara kicauan burung menandakan kalau hari sudah pagi. Richard yang baru bangun dari tidurnya langsung disambut satu gelas teh dan sepotong roti bakar yang terletak di atas meja. Ia menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur lalu melangkah menuju sofa. Tangan kekarnya meraih satu lembar kertas yang dijepit di bawah gelas.*Tuan pagi ini aku sengaja mengantar sarapan dan teh ke kamar tuan, karena pagi ini aku harus menemui ibuku yang sedang sakit. Maaf, aku pergi tanpa minta izin terlebih dahulu kepada tuan* isi dalam kertas putih. Richard hanya tersenyum membacanya, ia merasa lucu dengan sikap Helea. Untuk apa Helea repot-repot menulis surat, sementara ia memiliki ponsel. Dia bisa mengirim pesan atau menghubungi Richard melalui ponselnya.Tok....tok....tok..... Seseorang mengetuk pintu kamar Richard."Masuk" sahut dari dalam sana."Selamat pagi sayang" sapa Michella sambil menjulurkan kepala dari balik pintu. Wanita berambut pirang itu melangkah menuju Richard yang duduk di sofa. I
Satu Minggu telah berlalu, suasana di kediaman Gordon terlihat baik-baik saja, namun berbeda dengan Helea. Wanita cantik berusia 25 tahun itu kembali mengubah sikapnya sama seperti saudara kembarnya. Helea bersikap persis seperti adiknya, ia selalu menuruti perintah Michella dan Saras, bahkan setiap malam ia menjelma sebagai tukang pijat pribadi Saras. Entah apa yang ada di pikiran wanita cantik itu, bukankah dia ingin balas dendam terhadap apa yang terjadi kepada adiknya ? Terus kenapa dia menjadi penurut dan tidak mau membantah ?"Pijat yang benar" perintah Saras. Wanita tua itu sedang duduk di kursi kerajaannya sambil membaca buku."Baik nyonya" sahut Helea dengan lembut. Ia memijat kaki Saras dengan lembut."Selesai ini, buatkan aku kopi" lanjut Saras memerintah Helea."Iya nyonya" Setelah selesai memijat kedua kaki Saras, Helea melangkah menuju dapur untuk membuatkan kopi. Namun saat menuruni anak tangga, ia bertemu dengan Richard yang baru pulang dari luar kota."Kenapa kamu b
Keduanya berlari menuju tempat tidur. "Helea, Helea" panggil Helena dengan nada yang cemas dan khawatir. Ia menepuk wajah saudara kembarnya itu dengan lembut, berharap kalau wanita cantik itu akan sadar dan membuka mata."Sayang, sayang. Buka matamu" Susanti memeluk tubuh Helea yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Entah apa yang terjadi kepada Helea sehingga wanita cantik itu pingsan dan mulutnya mengeluarkan busa.Helena meraih ponsel dari dalam tas, lalu memesan taksi untuk membawa Helea ke rumah sakit."Buruan pak" ucap Helena untuk mendesak sopir taksi. Sedangkan Susanti sedang menagis tersedu-sedu sambil memeluk putrinya.Butuh waktu 57 menit untuk mereka tiba di rumah sakit. Pihak medis langsung membawa Helea masuk ke ruangan UGD, sedangkan Helena dan Susanti menunggu di depan pintu."Ibu yang tenang ya ! Helea pasti baik-baik saja" Helena memeluk ibunya untuk memberikan kekuatan, ia tahu bagaimana perasaan ibunya saat ini."Hm....." Sahut Susanti bersama anggukan kepala.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Richard langsung menerobos masuk ke dalam kamar ibunya. Untung saja Saras tidak pingsan karena terkejut."Kamu....." Ucap Saras."Apa mama yang membuat berita bohong itu" todong Richard tanpa basa-basi. Ia langsung bicara pada intinya."Berita bohong apa maksud kamu ? Mama tidak mengerti" "Bukankah selama ini mama sangat membenci Helea ?" Tanya Richard yang membuat Saras semakin bingung dan tidak mengerti.Saras tersenyum sinis. "Kamu bicara apa sih ?" Ucapnya."Mama tidak perlu berpura-pura seperti ini. Katakan saja yang sebenarnya" sentak Richard. Ia semakin kesal karena Saras tidak menjawab, justru balik bertanya.Saras terpaku karena sentakan Richard, butiran bening satu persatu mulai mengalir di pipinya. "Kamu berani meninggikan suara seperti ini, karena aku bukan ibu kandungmu" ucapnya.Richard mengacak rambut. "Maafkan aku" ucapnya, lalu bergegas ke luar dari kamar Saras dan kembali ke kamarnya. Richard tidak tega melihat Saras meneteskan
"nyonya, nyonya" panggil Rati sambil mengetuk pintu.Cek...lek... pintu terbuka. "Ada apa bi ?" Ucap Helena.Rati tidak tidak menjawab pertanyaan Helena. Matanya fokus melihat tangan Helena yang berlumur darah, hingga menetes ke lantai. "Ada apa dengan tangan nyonya ?" Ucapnya."Oh, ini hanya luka sedikit" jawab santai Helena."Tidak, tidak. Ini bukan luka sedikit, tetapi luka parah" Rati berlari menuju kamarnya, ia menghubungi dokter pribadi keluarga Gordon dan memintanya untuk segera datang."Obatnya diminum tiga kali sehari nyonya. Tangan nyonya bisa infeksi jika tidak rutin atau teratur meminum obat" ucap dokter sebelum meninggalkan kediaman Gordon.Setelah mengantar dokter ke pintu utama, Rati kembali ke kamar Helena. Ia tidak percaya dengan alasan yang dikatakan Helena. Rati merasa curiga karena Helena sudah banyak berubah dan sangat berbeda dengan yang dulu.Rati mengunci pintu dari dalam, lalu menghampiri Helena yang duduk di sisi ranjang sambil termenung. "Nyonya, apa yang se
Tepat pukul 8 pagi, Richard sudah meninggalkan kediaman Gordon. Saat ini pria tampan itu sudah dalam pesawat menuju Amerika. Sementara Helena sedang bersiap-siap di dalam kamarnya, ia tidak perlu bersembunyi untuk ke luar dari sana. Karena sebelum Richard pergi, ia sudah terlebih dahulu meminta izin, dan pria tampan itu mengizinkannya.Pak...pak....pak.... Michella bertepuk tangan saat melihat Helena menuruni tangga."Richard pergi, dia juga akan pergi" ucap Michella. "Apa kamu ingin menemui pria itu ?" Lanjutnya."Aku tidak mengerti maksud kamu" jawab Helena.Hahahaha Michella tertawa. "Sekali jalang, ya akan tetap jalang" sindir Michella."Biarkan dia pergi memuaskan hasratnya. Selama ini kan dia tidak pernah disentuh Richard" sahut Saras dari lantai dua."Maaf aku buru-buru" Helena melewati Michella. Ia langsung masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan dari ponselnya.Sepanjang perjalanan, Helena memperhatikan mobil yang ada di belakang, ia takut jika Michella atau Saras mengikutin
Helena terkejut ketika membuka paper bag dan melihat isinya . Ia bingung kenapa Richard tiba-tiba memberikan baju lingerie berwana merah kepadanya. Bukankah Richard sudah mengetahui bagaimana cara berpakaian istrinya Helea ? Tetapi kenapa dia masih memberikan baju seksi seperti ini ?"Dia sudah gila, dia pikir aku ini budak nafsunya" gerutu Helena. Ia kembali memasukkan baju lingerie ke dalam paper bag. Pikiran Helena sudah terbang ke mana-mana setelah melihat baju yang diberikan Richard.Setelah 30 menit berlalu, Alex masuk ke dalam kamar. pria tampan itu sudah mengenakan baju santai dan bukan berpakaian formal seperti yang ia kenakan tadi pagi."Kamu sudah mandi ?" Ucap Richard sambil menjatuhkan bokongnya di atas sofa."Hm..." Jawab singkat Helena yang berdiri di kaca jendela dengan posisi memunggungi Richard."Apa kamu sudah menerima sesuatu dari pelayan ?" Richard kembali bertanya.Helena memutar tubuh menghadap Richard. "Iya, tetapi aku tidak menyukainya tuan" ucap Helena. Seben
Michella mondar mandir di depan pintu kamar Richard. Ia penasaran kenapa Helena belum ke luar dari sana, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Michella yang sudah tidak sabar lagi ! Lantas membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Mata Michella membulat ketika pintu terbuka dan melihat dua mahluk Tuhan yang paling sempurna, sedang tertidur pulas di atas tempat tidur dengan posisi berpelukan tanpa mengenakan pakaian.Dengan hati yang kesal, Michella ke luar dari sana, ia kembali menutup pintu kamar Richard dengan rapat. Ia tidak langsung ke kamarnya, melainkan melangkah menuju kamar Saras.Tok....tok....tok.... Michella mengetuk pintu kamar Saras."Iya sebentar" sahut dari dalam sana.Saat pintu terbuka ! Michella langsung menerobos masuk tanpa Saras mempersilahkannya terlebih dahulu. "Ini gawat, ini gawat. Benar-benar gawat" ucapnya sambil mondar mandir di dalam kamar."Gagat apa ? Aku tidak mengerti maksud kamu" desak Saras."Ini gawat. Mama tahu tidak, apa yang baru
Helena duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya, ia pusing memikirkan rencananya yang gagal mengikuti Michella hari ini. Tapi satu yang pasti, kalau Saras tidaklah sakit dan kontrol setiap Minggu ke rumah sakit.Ting-nong ting-nong. Suara dering ponsel menyadarkan Helena yang hayalannya."Iya pah" sahut Helena setelah mengusap layar ponselnya."Bagaimana kabarmu sayang ? Apa kamu sudah bertemu dengan ibumu" tanya dari seberang sana."Aku baik pah. Aku belum bertemu dengan ibu. Aku sudah pergi ke alamat ya papa berikan, tetapi warga di sana mengatakan, kalau ibu sudah lama pindah. Dan tidak ada satupun yang mengetahui alamat barunya" jawab Helena dengan jujur. Ia memang sudah pergi ke alamat yang diberikan ayahnya. Tetapi ternyata alamat itu adalah, alamat Susanti 20 tahun yang lalu."Bagaimana jika papa menghubungi teman papa yang ada di Indonesia, untuk membantu kamu menemukan ibumu ?""Enggak usah pah. Helena pasti bisa menemukan ibu. Terima kasih papa sudah perhatian kepada Helen