Waktu demi waktu mereka lalui bersama, membuat David dan Ayna semakin dekat. Kebaikan dan perhatian David membuat Ayna tidak bisa jauh dari pria tampan itu.
"Vid," panggil Ayna saat mereka berduaan di teras belakang rumah David."Hem?" ucap David menoleh ke arah Ayna."Kapan kamu akan ke rumah mama untuk meminta aku darinya?" tanya Ayna menatap serius."Kapan kamu siap ... Aku akan datang ke rumah mama kamu," jawab David, "selain ke rumah mama kamu, kita harus ke rumah ayah kamu, karena biar bagaimanapun dia yang akan menjadi wali nikah kamu," kata David bersungguh-sungguh.Ayna terdiam, rasa sakit hatinya terhadap sang ayah begitu dalam hingga sulit sekali untuk memaafkan."Aku tahu kamu sangat membenci ayah kamu, Ay, tapi ... Apa kamu tahu alasan ayah kamu meninggalkan kamu dan mama kamu?" tanya David membuat Ayna menatapnya."Aku tidak membenci ayah, Vid, aku hanya kecewa sama ayah karena sudah meningalkan kSeorang pria paruh baya dengan tubuh gemetar, air mata terus mengalir saat melihat siapa yang datang ke rumahnya. Meski langkahnya terasa berat, bibirnya tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Namun, ia terus melangkah mendekati putri kesayangannya.“Ay,” ucap Ayah Ayna dengan bibir gemetar menahan air mata.Ayah Ayna mengangkat tangannya untuk mengelus puncak kepala sang putri, meski pada akhirnya Ayna menghindarinya. Ayah Ayna menunduk dan mengusap sudut matanya saat mengetahui Ayna masih membencinya.
"Suatu saat kamu nanti kamu akan tahu," jawab David enggan menceritakan tentang Dara pada Ayna.Ayna hanya diam pasrah saat David enggan menjawab rasa penasarannya. Meskipun ada banyak pertanyaan yang bergelanyut didalam benaknya."Sekarang semua sudah jelas. Sekarang aku ingin bicara dengan anda!" kata David menatap ayah Ayna."Silahkan!" balas Fardhan."Aku ingin meminta izin menikahi putri anda!" kata David mengatakan tujuannya."Asal putriku suka, aku sama sekali tidak keberatan," balas Fardhan dengan senyum dan menoleh pada Ayna."Tapi, apa kamu sudah yakin dengan pilihan kamu?" tanya Fardhan tidak ingin anaknya dipermainkan."Tentu saja!" jawab David tanpa ragu."Kamu, Nak?" tanya Fardhan pada putrinya."Aku sudah yakin dengan pilihanku," jawab Ayna.Fardhan mengangguk mendengar jawaban dari keduanya. Lusa, aku meminta kehadiran anda untuk menjadi wali putri anda," kata David dengan serius."Pasti, ak
"Kamu kenapa, Sayang?" Adijaya bertanya pada Dara yang hanya diam menatap kosong."Semua gara-gara kamu, Mas!" ucap Dara membentak Adijaya.“Mengapa kamu menyalahkanku?” tanya Adijaya tidak mengerti.“Karena kamulah yang mengizinkan Ayna keluar dari rumah ini, Mas,” jawab Dara dengan tatapan tajam."Bukankah aku sudah bilang kalau Ayna butuh waktu untuk
Di sebuah ruangan yang cukup besar. Dua orang wanita serta beberapa orang kepercayaan sedang duduk membicarakan rencana selanjutnya yang memang sudah mereka susun dengan begitu matang."Nyonya, hari ini anak tiri Adijaya akan menikah dengan seorang pria biasa," kata seorang pengawal wanita pada perempuan itu."Caritahu tentang mereka!" perintah wanita itu."Sudah Nyonya, saya siap mengantar jika Nyonya ingin ke tempat itu," kata pengawal perempuan itu.Wanita yang dipanggil Nyonya itu mengangguk menyetujui ajakan pengawal wanitanya."Apalagi yang kamu tahu tentang dia?" tanya wanita itu."Dia sedang bertengkar dengan istrinya, karena dia membiarkan anak tirinya keluar dari rumah," jawab pengawal wanitanya."Bagus, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini," kata wanita itu tersenyum penuh arti.Di tempat lain, David sedang bersiap-siap dibantu oleh Riko yang memang selalu ada untuknya."Aku gugup," kata David men
Ayna tersipu saat David memanggilnya sayang. Bibirnya tak henti mengukir senyum bahagia. Sungguh Ayna belum pernah merasakan bahagia seperti saat ini."Ay, apapun yang terjadi nanti, kamu harus percaya padaku," kata David entah mengapa dia merasa akan ada sesuatu yang membuat dirinya dan Ayna berpisah.Ayna menatap wajah tampan yang saat ini menatapnya. Ayna bisa melihat wajah cemas sang suami yang dia cintai."Kenapa Aa bicara seperti itu?" tanya Ayna tidak mengerti."Ada banyak rahasia yang kamu tidak tahu, Ay," jawab David mengusap pipi sang istri."Apa?""Nanti, jika sudah waktunya kamu akan tahu dengan sendirinya," jawab David enggan memberitahu Ayna apa yang sebenarnya terjadi antara mereka."A," panggil Ayna menyandarkan kepalanya di dada David."Ay akan selalu mempercayai kamu, A," ucap Ayna mengusap dada bidang sang suami.David mengangguk dengan senyum teduh. David mencium puncak kepala Ayna dengan penuh kasih sayang. "Aku mencintai kamu, Ay, tapi aku membenci mama kamu," ka
"Nyonya!" ucap Marni dengan bibir bergetar menahan tangis. Marni tidak menyangka jika majikan yang selama ini dia anggap sudah tidak ada lagi di dunia ini, kini datang menemuinya."Bi," ucap Hanum memeluk Marni."Ma'afkan aku sudah menyusahkan Bibi," kata Hanum tak kuasa menahan tangis.Marni diam tanpa membalas pelukan Hanum. Marni masih syok saat melihat wanita yang saat ini memeluknya. "Siapa, Bu?" tanya David menghampiri Marni. Tubuh David membeku saat melihat Hanum memeluk Marni. David menggeleng tidak percaya dengan apa yang dia lihat."Mom," gumam David nyaris tanpa suara.Hanum mengangkat wajahnya menatap sang putra yang juga menatap tidak percaya ke arahnya. Hanum melepaskan pelukannya pada Marni dan menghampiri David yang berdiri di belakang Marni."Kamu sudah dewasa, Nak!" kata Hanum membingkai wajah anaknya. Hanum menatap wajah itu dengan tangis pilu. Sungguh dia sangat bahagia bisa bertemu dengan sang anak. Namun, ada rasa sedih karena dia tidak bisa merawat sang buah h
Usai bercengkrama dengan sang anak, Hanum pulang usai pamit pada Marni dan yang lainnya, meski dia masih sangat rindu pada David. Namun, Hanum harus menjalankan rencana selanjutnya yang sudah dia susun dengan matang."A," panggil Ayna mengusap punggung suaminya yang saat ini berdiri melihat langit malam dari balkon kamar mereka."Iya," jawab David membalikkan tubuhnya menghadap sang istri."Gak jadi, A,"kata Ayna takut jika pertanyaan nanti menyinggung suaminya. "Hari ini Aa senang sekali, Sayang," ucap David memeluk tubuh kecil sang istri. Sedangkan Ayna mengangguk dengan senyum saat mendengar apa yang suaminya katakan. "Sudah malam A, sebaiknya kita istirahat," kata Ayna saat David enggan melepas pelukannya. "Iya, tapi ... ." David menggantung ucapnnya membuat Ayna semakin penasaran."Tapi apa A?" tanya Ayna mengurai pelukannya menatap serius pada sang suami."Aa mau itu," jawab David menatap sang istri dengan penuh harap, membuat Ayna kesusahan menelan salivanya."Mau apa?" tan
Suara adzan subuh berkumandang. David mengerjabkan mata berusaha mengumpulkan kesadarannya. "Sayang, sudah waktu subuh," kata David mengusap kepala sang istri yang menggeliat saat sang suami menyentuhnya. "Iya, A," ucap Ayna membuka matanya yang masih terasa berat. "Mandi yuk!" ajak David. "Berdua?" tanya Ayna dengan polosnya. "Iya, Sayang, biar Aa bisa bantu kamu saat kamu kalau masih sakit," jawab David menatap gemas sang istri. "Iya, A." David bangkit membantu Ayna untuk berdiri karena bagian inti tubuhnya masih terasa perih. "Kok gak ada darah, A?" tanya Ayna saat melihat sprai yang menutupi ranjang mereka. "Memangnya kenapa kalau gak ada darah, Sayang?" tanya David. "Ay, takut kalau Aa menyangka jika Ay sudah tidak perawan lagi. Padahal Ay memang belum pernah melakukan hubungan intim dengan siapapun," jawab Ayna membuat David mengulum senyum. "Kok malah senyum?" tanya Ayna tidak mengerti kenapa suaminya tidak marah seperti pria yang lain. Ayna merasa heran kerena Ayna per
"Sayang, Aa pulang dulu ya, Riko udah balik," pamit David menghampiri Ayna."Iya, A," balas Ayna. David mengusap lembut kepala sang istri dan mencium puncak kepala Ayna dengan penuh cinta sebelum meninggalkan istrinya. "Nis, aku titip Ayna ya," kata David."Iya," balas Nisa. "Kmau gak balik?" tanya Nisa saat David akan melangkah pergi."Balik kok, aku akan tidur di sini," jawab David. Nisa mengangguk mendengar ucapan David.Setelah David pergi, Nisa masuk ke kamar menemani Ayna. "Ay, apa David sudah tahu kalau kamu mengandung anaknya?" tanya Nisa."Sudah," jawab Ayna. "Memangnya kenapa, Nis?" tanya Ayna."Gak apa, semoga kalian selalu bahagia, jangan kabur - kabur lagi, kasihan David," kata Nisa menasehati sahabatnya."Iya," balas Ayna.***"Kamu darimana saja, Nak?" tanya Marni saat melihat kedua anaknya baru pulang."Dari rumah Nisa, Bu," jawab Riko."Siapa Nisa?" tanya Marni."Temen Ayna, Bu," jawab David."Ngapain kamu ke rumah temen Ayna?" tanya Marni."Ayna ada di sana," jawab
"Apaan sih?" tanya Nisa merasa kesal pada sahabatnya. "Emangnya ada apa? aku salah ya ngomongnya?" tanya Adel."Iya," jawab Nisa."Kamu aja yang terlalu sensitif, Nis, siapa tahu beneran Rayhan menemukan cinta sejati, meski bukan kamu kan bisa saja, Lisa mungkin," kata Adel menoleh pada Lisa. Nisa pun terdiam, dia membuang nafas panjang."Kenapaaku selalu pengen marah - marah setiap bertemu dengan Rayhan," kata Nisa memijat pelipisnya. "Kamu terlalu menanggapi Rayhan, karena itu kamu merasa tertekan dan membuat kamu emosi setiap kali bertemu dengannya," kata David."Mungkin, entahlah, aku sendiri tidak faham," balas Nisa."Silahkan," ucap Rayhan meletakkan pesanan mereka di atas meja."Terima kasih," ucap David."Sama - sama," balas Rayhan."Ray, Abang tunggu kamu di ruangan Abang," kata Azlan membuat semua yang berada di meja itu menoleh ke arah pria tampan idaman setiap wanita itu."Tampan sekali, pantas saja Nisa jatuh cinta pada pandangan pertama," ucap Riko tanpa sadar membuat
Tak berselang lama, David dan Ayna keluar dari kamar menghampiri mereka. "Kalian kenapa?" tanya Ayna dengan polosnya."Haish! Kami nungguin kamu sampai lemes, Ay," jawab Adel."Maaf, ibu hamil lagi sensitif banget," kata David."Kok bisa?" tanya Nisa karena selama tinggal dengan dia Ayna tidak pernah aneh - aneh."Gak tahu, istriku takut jika ada wanita yang deketin aku, dia bilang katanya dia tidak menarik lagi, padahal menurut aku, dia lebih memesona saat berbadan dua seperti ini," kata David."Iya sih, kamu lebih cantik sekarang lho, Ay," kata Nisa setuju dengan apa yang David katakan."Kamu jangan bohong deh, Ay," kata Ayna."Gak kok, serius, kamu cantik!" balas Nisa, "dan kamu David, sepertinya kamu jangan deket - deket sama wanita manapun kecuali kita, karena Ayna bisa cemburu kalau kamu deket sama yang lain, meski yang lain tidak cantik tetap saja itu sakit," kata Nisa."Iya, Kalian memang selalu kompak," balas David membuang nafas kasar."Berangkat yuk, sudah laper banget ini,
"Laper," kata Ayna."Tu Nisa suruh beli makanan di cafe Bang Azlan, biar ketemu abang ganteng lagi," kata Adel."Kamu jangan ngomporin deh, Del, kasihan Nisa tahu, dia tu sudah dikejar - kejar sama adiknya dah gitu kamu suruh sama abangnya," sahut Lisa.'Habisnya gimana ya, aku juga lebih setuju kalau Nisa sama abangnya," balas Adel."Tapi bagaimana dengan Rayhan?" tanya Ayna."Maksud kamu apa, Sayang?" tanya David." Maksud Ay, bagaimana kalau Rayhan tudak terima Nisa sama Bang Azlan, pasti urusannya akan semakin rumit, A," jawab Ayna."Biarkan saja, lagipula dia pria yang menyebalkan," sahut Nisa tidak peduli."Kamu tenang saja, Ay, nanti aku akan berusaha menjadi obat buat Rayhan," sahut Lisa."Ah, serius kamu, kamu mau sama Rayhan?" tanya Ayna."Memangnya kenapa? Apa salah jika aku suka sama dia?" tanya Lisa menatap semua orang."Jadi kamu punya rasa gitu sama dia?" tanya Adel tidak percaya. "Entahlah, meski menyebalkan aku sedikit tertarik sama dia, lagian kalian semua sudah pu
Ayna mengerjabkan mata begitu juga dengan David saat mereka mendengar suara dari luar kamar."Sepertinya Nisa, Adel dan Lisa sudah pulang, A," kata Ayna."Sepertinya iya, kayaknya Riko juga ikut ke sini," balas David beranjak dari tempatnya. David dan Ayna keluar dari kamar menuju ke ruangan tempat Nisa dan yang lainnya berada."Yang dijagain sama suami, pules banget tidurnya," kata Adel menggoda Ayna."Apaan sih, Del?" tanya Ayna pura - pura tidak mengerti. "Del, kek nya kamu juga sudah gak sabar ingin nikah, ya?" tanya Lisa."Eh, apaan sih, gak kok!" jawab Adel mengelak."Siapa sih yang mau sama dia?" tanya Nisa, "cewek setengah cowok," lanjut Nisa. "Aku mau kalau Adel juga mau sama aku," sahut Riko. "Ha, apa? aku gak dengar!" tanya David."Aku serius, Vid, jika Adel mau aku gak bakal nolak walau dia minta aku untuk ke rumah orang tuanya sekarang juga," kata Riko tanpa pikir panjang."Kamu serius?" tanya David. "Iya," jawab Riko."Eh, wajah kamu kenapa, Del, kepanasan ya?" tanya
"Ay," gumam David berjalan mendekati sang istri yang masih terlelap. David mengusap puncak kepala Ayna hingga membuat Ayna terganggu dan mengerjabkan mata."Apa sih, Nis?" tanya Ayna belum sadar jika itu adalah sang suami."Apa kamu sedang sakit, Sayang?" tanya David membuat Ayna membuka mata lebar - lebar."Aa, darimana Aa tahu aku tinggal di sini?" tanya Ayna."Nisa yang membawaku ke sini," jawab David jujur."Kamu kenapa pergi dari rumah, Sayang? Kamu tahu tidak Aa sangat mengkhawatirkan kamu!" kata David duduk di samping sang istri."Maaf, Mas, Ay-""Lupakan masa lalu, Ay, kita harus membuka lembaran baru," kata David memotong ucapan Ayna. Ayna terdiam mendengar ucapan sang suami. Dasa bersalah masih memenuhi hatinya. Namun, dia tidak bisa memungkiri dirinya jika ia juga ingin selalu berada di samping suaminya. "Ay, apa kamu tidak rindu sama aku?" tanya David menatap sang istri dengan penuh rindu. "Tentu saja aku sangat merindukan kamu, A," jawab Ayna menatap dalam wajah tampan
"Kamu kenapa, Ray? Sepertinya bahagia sekali?" tanya Azlan saat melihat sang adik senyum - senyum sendiri."Sangat, Bang!" kata Rayhan tersipu saat Azlan menegurnya."Apa yang membuat kamu sebahagia saat ini?" tanya Azlan menatap sang adik. "Macam habis jadian saja!" kata Azlan meledek sang adik."Belum sih, Bang, doain saja semoga cepat jadian," balas Rayhan."Belum jadian, tapi bahagia banget!" kata Azlan."Iya, karena Nisa mau aku panggil, Sayang, jelas aku sangat bahagia," balas Rayhan."Uhuk!" Azlan tersedak salivanya sendiri saat mendengar apa yang Rayhan katakan."Wah, yang sudah mendapat lampu hijau! Semoga saja kalian berjodoh!" kata Raya mendoakan sang anak."Amin, jika memang itu doa mama, insyaallah akan dikabulkan," kata Rayhan menghampiri sang mama dan memeluknya.Azlan hanya diam menanggapi ucapan mamanya. Jujur dia juga mengagumi Nisa meskipun baru pertama kali mereka bertemu."Kok diam saja, abang gak suka ya kalau Rayhan berjodoh sama Nisa?" tanya Rayhan."Gak gitu R
"A, aku rindu," ucap Ayna menatap langit sore dari balkon kamar. Kerinduan yang begitu dalam membuat dada Ayna terasa sesak hingga tanpa ia sadari air mata jatuh membasahi wajah cantiknya."Ay," panggil Nisa mengusap punggung Ayna."Aku rindu, Aa, Nis," kata Ayna menoleh ke arah Nisa."Apa kamu masih mau bertahan atau pulang?" tanya Nisa."Aku masih ingin tinggal di sini," jawab Nisa."Apa aku bilang sama David, dan aku memintanya untuk datang ke sini?" tanya Nisa tidak tega melihat Ayna."Aku malu, Nis," jawab Ayna."Kenapa harus malu? Ay, aku yakin David juga sangat merindukan kamu, karena Adel dan Lisa bilang David selalu mencari kamu usai kuliah," kata Nisa memberitahu Ayna."Turunkan egomu, hilangkan rasa bersalah kamu karena kamu tidak salah! Kamu tidak tahu apa - apa tentang apa yang mama kamu lakukan," kata Nisa mencoba membuat Ayna mengerti dimana posisinya."Jadi aku harus menemui Aa?" tanya Ayna."Tidak! Aku akan minta David untuk datang ke sini," jawab Nisa dengan pasti."
"Kenapa itu kuka kasut sekali? Kayak baju lupa disetrika saja?" kata Adel meledek Nisa."Bukan urusan kamu!" balas Nisa sebenarnya, karena dia sudah kesal dengan Rayhan kali ini dia dibuat kesal lagi oleh Adel yang terus saja menggodanya."Kamu kenapa sih, Nis? Gak ada angin gak ada hujan pengennya marah mulu!" tanya Adel merasa heran pada sahabatnya yang sekarang lebih sensitif. Maaf, aku hanyalagi kesal sama Rayhan, eh kamu malah nambahin," jawab Nisa."Kesel kenapa?" tanya Adel penasaran."Masak iya dia panggil aku, Sayang," jawab Nisa membuat ketiga sahabatnya tertawa."Wih, ada yang bucin ini," kata Adel melirik ke arah Nisa."Tahu! Aneh dan gak jelas! Aku tu mikirnya gimana kalau dia panggil aku Sayang di depan banyak orang?" tanya Nisa, "pasti mereka bakalan ngira kalau aku pacaran sama tu anak," kata Nisa lagi."Buwahahaha, pasti seisi kampus bakalan gempar, banyak yang suka sama kamu, tapi kamu tolak, nah ini baru ketemu sudah pacaran, mereka pasti kecewa," kata Adel menebak