"Apaan sih?" tanya Nisa merasa kesal pada sahabatnya. "Emangnya ada apa? aku salah ya ngomongnya?" tanya Adel."Iya," jawab Nisa."Kamu aja yang terlalu sensitif, Nis, siapa tahu beneran Rayhan menemukan cinta sejati, meski bukan kamu kan bisa saja, Lisa mungkin," kata Adel menoleh pada Lisa. Nisa pun terdiam, dia membuang nafas panjang."Kenapaaku selalu pengen marah - marah setiap bertemu dengan Rayhan," kata Nisa memijat pelipisnya. "Kamu terlalu menanggapi Rayhan, karena itu kamu merasa tertekan dan membuat kamu emosi setiap kali bertemu dengannya," kata David."Mungkin, entahlah, aku sendiri tidak faham," balas Nisa."Silahkan," ucap Rayhan meletakkan pesanan mereka di atas meja."Terima kasih," ucap David."Sama - sama," balas Rayhan."Ray, Abang tunggu kamu di ruangan Abang," kata Azlan membuat semua yang berada di meja itu menoleh ke arah pria tampan idaman setiap wanita itu."Tampan sekali, pantas saja Nisa jatuh cinta pada pandangan pertama," ucap Riko tanpa sadar membuat
"Sayang, Aa pulang dulu ya, Riko udah balik," pamit David menghampiri Ayna."Iya, A," balas Ayna. David mengusap lembut kepala sang istri dan mencium puncak kepala Ayna dengan penuh cinta sebelum meninggalkan istrinya. "Nis, aku titip Ayna ya," kata David."Iya," balas Nisa. "Kmau gak balik?" tanya Nisa saat David akan melangkah pergi."Balik kok, aku akan tidur di sini," jawab David. Nisa mengangguk mendengar ucapan David.Setelah David pergi, Nisa masuk ke kamar menemani Ayna. "Ay, apa David sudah tahu kalau kamu mengandung anaknya?" tanya Nisa."Sudah," jawab Ayna. "Memangnya kenapa, Nis?" tanya Ayna."Gak apa, semoga kalian selalu bahagia, jangan kabur - kabur lagi, kasihan David," kata Nisa menasehati sahabatnya."Iya," balas Ayna.***"Kamu darimana saja, Nak?" tanya Marni saat melihat kedua anaknya baru pulang."Dari rumah Nisa, Bu," jawab Riko."Siapa Nisa?" tanya Marni."Temen Ayna, Bu," jawab David."Ngapain kamu ke rumah temen Ayna?" tanya Marni."Ayna ada di sana," jawab
"Mom, jangan tinggalin aku Mom!" suara tangis seorang anak yang begitu menyayat hati saat sang ibu meninggalkannya untuk selamanya."Sudahlah Tuan Muda, ikhlaskan ... biarkan Nona besar tenang," ucap Marni membujuk anak majikannya."Tapi Bi-""Tuan, Bibi tahu memang berat kehilangan seseorang yang sangat kita sayangi. Tapi kita harus berusaha untuk mengiklaskannya," kata Marni mengusap air mata anak majikannya.David terdiam, suara tangisnya pun sudah mulai mereda. "Tuan Muda jangan sedih lagi ya, ada Bibi, Bibi janji akan menyayangi Tuan Muda seperti anak Bibi sendiri," kata Marni memeluk tubuh kecil anak majikannya.Setelah David sudah lebih tenang. Marni mengajak anak majikannya itu pulang. Senja sore itu, menjadi saksi seorang anak yang kehilangan ibunya. "Kalian sudah pulang? baguslah aku gak perlu repot-repot jemput kalian di pemakaman," kata seorang wanita menatap dengan senyum sinis."Kamu bantu dia kemasi barangnya, aku ingin malam ini juga dia angkat kaki dari rumah ini!"
"Aaarrrggg." David berteriak saat mengingat masalalunya. Kehancuran yang dia rasakan juga harus dirasakan oleh ayah dan ibu tirinya. David sudah berjanji akan membalas perbuatan keji ayah dan ibu tirinya. "Nak," panggil Marni mengetuk kamar David."Iya Bu," jawab David berjalan membuka pintu kamarnya. "Kamu kenapa?" tanya Marni dengan wajah cemas."David tidak kenapa - napa, Bu. David hanya mengingat orang jahat itu," kata David dengan wajah memerah penuh amarah."Apa kamu sudah tahu tempat tinggal baru mereka?" tanya Marni dengan begitu serius."Iya, anak wanita itu satu kampus dengan David dan Riko," jawab David."Lalu, apa yang akan kamu lakukan, Nak?" tanya Marni begitu penasaran. "David akan mendekati anaknya agar David bisa masuk kedalam keluarga mereka, Bu," jawab David menatap kosong kemudian menatap Marni yang mengangguk. "Semoga kamu berhasil Nak," kata Marni."Terima kasih doanya, Bu," ucap David memeluk Marni."Sama-sama Nak," balas Marni mengusap punggung David yang m
Setelah cukup lama menunggu akhir mereka merasa lega saat dokter keluar dan memindahkan David di kamar rawat. Luka David tak begitu parah, pisau itu tidak terlalu dalam menembus perut David. Namun, David harus rawat inap sampai luka itu membaik. "Maafkan aku," kata wanita itu tidak berani menatap David."Sudah menjadi kewajiban kita menolong sesama," balas David, "sepertinya aku pernah lihat kamu! apa kamu kulian di universitas Wijaya?" tanya David."Iya," jawab wanita itu."Siapa nama kamu?" tanya David."Ayna azkayra," jawab Ayna."Nama yang cantik, secantik orangnya," puji David membuat Ayna tersipu."Kamu bisa saja! semua wanita pasti cantik," balas Ayna."Tapi kamu beda," kata David yang ingin semakin dekat dengan Ayna.Ayna menunduk dan tersenyum. Ayna tidak berani menatap David. Ayna terlalu malu menatap wajah pria tampan yang ada dihadapannya.Takut jika Ayna merasa tidak nyaman. David segera mengganti topik pembicaraan mereka.Hingga tak lama kemudian seorang pria dan wanita
Satu minggu sudah berlalu. David tidak sabar menunggu dokter memeriksanya. David sudah sangar rindu dengan sang ibu yang menunggu kepulangannya."Ay?" tanya David saat Ayna masuk ke ruang rawatnya.Ayna tersenyum berjalan menghampiri David. "Aku akan mengantar kamu pulang," Ayna menatap David yang tersenyum padanya."Terima kasih, harusnya kamu tidak perlu repot-repot seperti ini Ay," kata David."Aku tidak pernah merasa kamu merepotkan aku," kata Ayna menatap pria tampan yang mampu membuat jantungnya berdetak tak menentu. "Ehem," suara deheman dari arah pintu membuat Ayna tersadar dan membuang pandangannya menatap kearah lain. Ayna salah tingkah saat Riko masuk ke ruangan itu."Apa kamu sudah siap Vid?" tanya Riko saat sudah berdiri disamping ranjang David."Sudah, dokter juga sudah memeriksa. Luka jahitannya juga sudah kering, kamu tidak perlu khawatir lagi," jawab David membuka sedikit pakaiannya memperlihatkan luka yang sudah mengering itu pada Riko.Ayna menoleh kearah lain saa
Marni lari dari dalam rumahnya ketika mendengar suara mobil memasuki pekarangannya. Tak lama kemudian, Ayana keluar dari mobil diikuti David dan Riko. "David!" panggil Marni berlari ke arah anak itu. "Bu," kata David sambil memeluk Marni. Marni memeluk anak itu erat-erat. Marni menangis, dia sangat merindukan David. Padahal David bukan anak kandungnya. "Dari mana saja kamu, Nak? Tiap kali Riko pulang dan mama nanyain kamu.. Riko selalu bilang kamu numpang di rumah teman karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan," kata Marni menirukan apa yang Riko ceritakan padanya. "Iya bu, apa yang dikatakan Riko memang benar," jawab David membuka pelukannya. “Tapi lama-lama, sampai – sampai ibu kangen banget sama saya,” kata Marni sambil mengelus pipi David. "David juga merindukan ibu," jawab David sambil tersenyum pada sang ibu. Saat Marni mengalihkan pandangannya ke Riko. Tatapan Marni tertuju pada Ayna yang berdiri di samping Riko dan tersenyum padanya. "Siapa dia, Nak?" tanya M
"Vid!" panggil Ayna saat melihat David terdiam menatap kosong. Entah apa yang ada dalam pikiran David saat ini, Ayna pun tidak tahu.Beberapa kali Ayna memanggil David. Namun, David sama sekali tidak merespon panggilannya. "Hallo, Vid!" panggilnya lagi dengan menjentikan jari tangannya di depan wajah David."I ... iya, Ay," jawab David tersadar dari lamunannya.Ayna tersenyum menatap wajah tampan yang terlihat salah tingkah saat Ayna memperhatikannya. David mengangkat wajahnya menatap Ayna. David semakin salah tingkah saat tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat.Senyum manis yang terbit dengan sempurna dibibir indah Ayna. Membuat jantung David berdetak tidak menentu. Ada desiran aneh yang menjalar keseluruh tubuhnya, yang David sendiri tidak mengerti rasa apa itu."Kamu dipanggil ibu dari tadi, Vid," kata Ayna dengan lembut."O iya?" tanya David karena dari tadi dia tidak mendengar suara seseorang memanggilnya. "Iya, ibu memanggil kamu dari tadi untuk makan siang," jawab Ayna."M