"Mom, jangan tinggalin aku Mom!" suara tangis seorang anak yang begitu menyayat hati saat sang ibu meninggalkannya untuk selamanya.
"Sudahlah Tuan Muda, ikhlaskan ... biarkan Nona besar tenang," ucap Marni membujuk anak majikannya.
"Tapi Bi-"
"Tuan, Bibi tahu memang berat kehilangan seseorang yang sangat kita sayangi. Tapi kita harus berusaha untuk mengiklaskannya," kata Marni mengusap air mata anak majikannya.
David terdiam, suara tangisnya pun sudah mulai mereda. "Tuan Muda jangan sedih lagi ya, ada Bibi, Bibi janji akan menyayangi Tuan Muda seperti anak Bibi sendiri," kata Marni memeluk tubuh kecil anak majikannya.
Setelah David sudah lebih tenang. Marni mengajak anak majikannya itu pulang. Senja sore itu, menjadi saksi seorang anak yang kehilangan ibunya.
"Kalian sudah pulang? baguslah aku gak perlu repot-repot jemput kalian di pemakaman," kata seorang wanita menatap dengan senyum sinis.
"Kamu bantu dia kemasi barangnya, aku ingin malam ini juga dia angkat kaki dari rumah ini!" kata wanita itu dengan penekanan.
"Maksud Nyonya apa?" tanya Marni tak mengerti.
"Aku tidak ingin anak ini tinggal disini. Kalian lihat ini, semua yang Hanum miliki sudah menjadi milikku," kata wanita itu dengan bangga.
"Tapi Nyonya-"
"Tidak ada tapi, kalian harus pergi dari rumah ini saat ini juga!" Potong Dara tidak menerima alasan apapun dari Marni.
"Tega sekali anda Nyonya," kata Marni menggelengkan kepalanya. Tatapan mata Marni beralih pada ayah David yang hanya diam tak peduli apa yang terjadi kada anaknya.
"Cepat! sebelum aku meminta pengawal untuk mengusir kalian tanpa membawa apapun!" bentak Dara menatap tajam.
Dengan terpaksa, Marni membawa David menuju kamarnya untuk berkemas.
"Tuan, Tuan Muda tinggal sama Bibi gak apa kan?" tanya Marni merasa kasihan pada anak Nyonya itu.
"Tidak apa Bi," jawab David.
David dan Marni kembali ke bawah membawa koper dan ransel berisikan pakaian mereka.
"Sayang, terima kasih kamu sudah menepati janji kamu untuk menyingkirkan istri kamu itu," ucap Dara yang saat ini duduk dipangkuan Adijaya.
"Sama-sama Sayang, kamu tahu, bagiku kamulah segalanya. Aku tidak peduli dengan wanita juga anakku, yang aku inginkan hanya kamu," kata Adijaya tanpa dia sadari David dan Marni mendengarkan pembicaraan mereka.
Marni membekap mulutnya saat dia mendengar apa yang adijaya katakan pada Dara. Marni tidak menyangka jika Dara dan Adijaya lah dalang dari pembunuhan nyonyanya.
"Bi," panggil David tak kuasa menahan amarahnya.
"Jangan sekarang Tuan, Tuan masih kecil ... mereka bisa dengan mudah mengalahkan Tuan. Tuan harus menunggu waktu yang tepat untuk membalas perbuatan mereka," kata Marni seolah tahu apa yang David pikirkan.
David hanya mengangguk sebagai jawaban jika dia setuju dengan rencana Marni.
"Tuan, Nyonya, kami permisi," ucap Marni membawa David meninggalakan rumah itu.
"Tuan," panggil Marni.
"Bi, tolong panggil saya David saja, sekarang saya bukan Tuan Muda lagi," kata David menatap Marni yang juga menatapnya.
"Baiklah, jika memang itu yang Tuan inginkan, Bibi akan panggil Tuan, Nak ... seperti Bibi memanggil anak Bibi," balas Marni.
"Iya Bi ... Bolehkah David panggil Bibi dengan panggilan ibu?" tanya David penuh harap.
"Tentu saja," jawab Marni tersenyum penuh haru.
"Sekarang David anak ibu, jadi jangan pernah panggil David Tuan Muda lagi," kata David menatap dalam.
"Iya Nak," balas Marni, "mulai malam ini kamu tinggal di rumah ibu gak apa kan?" tanya Marni merasa tidak yakin jika David akan betah tinggal di rumahnya.
"Tidak apa Bu," jawab David.
Marni pun tersenyum mendengar jawaban David. Marni membawa David ke rumahnya untuk memulai kehidupan baru. Dimana dia adalah seorang anak dari wanita biasa. Bukan seorang Nyonya besar yang memiliki segalanya.
"Ibu," ucap anak Marni saat membuka pintu dan melihat sang ibu berdiri de depan pintu.
"Iya," balas Marni memeluk anaknya.
"Ini siapa?" tanya anak kecil itu.
"Ini David, dia saudara kamu," kata Marni mengusap kepala sang anak.
"Hai David, aku Riko," kata Riko memperkenalkan dirinya.
"Aku David, senang berkenalan dengan kamu," balas David tersenyum pada Riko.
"Riko, mulai malam ini, David akan tinggal bersama kita," kata Marni dengan hati-hati.
"O iya, asyik ... akhirnya Riko punya teman bermain," kata Riko dengan penuh semangat.
"Masuk yuk sudah malam, kasihan David pasti capek. Besok Riko bisa main sama David, untuk sekarang ... biarkan David istirahat dulu ya," kata Marni.
"Iya bu," patuh Riko.
Marni masuk ke rumah diikuti oleh David. Marni membawa barang-barang keperluan David ke kamar Riko.
"Nak, mulai malam ini David tidur sama kamu ya," kata Marni.
"Iya bu," balas Riko yang sama sekali tidak keberatan.
Marni tersenyum mengusap puncak kepala kedua anaknya sebelum meninggalkan kamar sang anak.
"Anak siapa yang kamu bawa, Mar?" tanya ibu Marni yang selama ini merawat Riko.
"Anak majikan Marni, bu," jawab Marni.
"Kenapa kamu bawa kesini?" tanya Ibu Marni menatap serius.
"Dia tinggal sebatang kara bu, ibu tirinya mengusirnya dan ayahnya sama sekali tidak peduli dengannya, Bu. Ayahnya lebih memilih selingkuhannya dibandingkan dengan darah dagingnya sendiri," jawab Marni mengingat perlakuan Dara dan Adijaya pada David.
Ibu Marni terdiam. Dia tidak lagi bertanya pada anaknya. Ibu Marni bisa merasakan bagaimana hancurnya David saat ini.
"Bu, izinkan aku merawatnya sampai dia dewasa. Aku ingin dia membalas kejahatan yang sudah ayah dan ibu tirinya lakukan pada ibunya," kata Marni dengan wajah mengiba.
"Iya, ibu izinkan kamu merawatnya. Ibu harap dia betah tinggal dilingkungan kita. Lingkungan yang jauh dari kemewahan," balas ibu Marni.
"Iya bu, dia sudah janji akan ikut dengan Marni apapun keadaan Marni," kata Marni.
Ibu Marni mengangguk. Dia tak lagi bertanya pada Marni maupun berbicara sesuatu. Ibu Marni memilih untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat.
Marni membuang nafas saat sang ibu meninggalkannya. Marni tahu dia sudah mengecewakan ibunya. Namun, Marni tidak punya pilihan lain selain membawa David bersamanya.
"Maafkan Marni, Bu," ucap Marni berlalu menuju kamarnya.
Sementara itu di dalam kamar Riko. David mbaringkan tubuhnya menatap langit-langit kamar Riko. Ingatannya berputar saat pertama kali wanita selingkuhan ayahnya datang ke rumahnya. Hingga dia melihat kehancuran yang mamanya rasakan.
"Mom, David janji ... David akan membalas semua perbuatan mereka pada Mommy. David tidak akan membiarkan mereka bahagia diatas penderitaan kita Mom," kata David dengan kebencian yang mendalam.
David terus mengingat kejadian demi kejadian hingga akhirnya dia kehilangan sang ibu tercinta. Dendam didalam hati David semakin membuncah saat dia mengingat perkataan Dara pada Adijaya.
David tidak menyangka jika ayah yang selama ini dia hormati tega membunuh ibunya. Sang ayah juga yang membuatnya kehilangan kasih sayang seorang ibu.
"Aaarrrggg." David berteriak saat mengingat masalalunya. Kehancuran yang dia rasakan juga harus dirasakan oleh ayah dan ibu tirinya. David sudah berjanji akan membalas perbuatan keji ayah dan ibu tirinya. "Nak," panggil Marni mengetuk kamar David."Iya Bu," jawab David berjalan membuka pintu kamarnya. "Kamu kenapa?" tanya Marni dengan wajah cemas."David tidak kenapa - napa, Bu. David hanya mengingat orang jahat itu," kata David dengan wajah memerah penuh amarah."Apa kamu sudah tahu tempat tinggal baru mereka?" tanya Marni dengan begitu serius."Iya, anak wanita itu satu kampus dengan David dan Riko," jawab David."Lalu, apa yang akan kamu lakukan, Nak?" tanya Marni begitu penasaran. "David akan mendekati anaknya agar David bisa masuk kedalam keluarga mereka, Bu," jawab David menatap kosong kemudian menatap Marni yang mengangguk. "Semoga kamu berhasil Nak," kata Marni."Terima kasih doanya, Bu," ucap David memeluk Marni."Sama-sama Nak," balas Marni mengusap punggung David yang m
Setelah cukup lama menunggu akhir mereka merasa lega saat dokter keluar dan memindahkan David di kamar rawat. Luka David tak begitu parah, pisau itu tidak terlalu dalam menembus perut David. Namun, David harus rawat inap sampai luka itu membaik. "Maafkan aku," kata wanita itu tidak berani menatap David."Sudah menjadi kewajiban kita menolong sesama," balas David, "sepertinya aku pernah lihat kamu! apa kamu kulian di universitas Wijaya?" tanya David."Iya," jawab wanita itu."Siapa nama kamu?" tanya David."Ayna azkayra," jawab Ayna."Nama yang cantik, secantik orangnya," puji David membuat Ayna tersipu."Kamu bisa saja! semua wanita pasti cantik," balas Ayna."Tapi kamu beda," kata David yang ingin semakin dekat dengan Ayna.Ayna menunduk dan tersenyum. Ayna tidak berani menatap David. Ayna terlalu malu menatap wajah pria tampan yang ada dihadapannya.Takut jika Ayna merasa tidak nyaman. David segera mengganti topik pembicaraan mereka.Hingga tak lama kemudian seorang pria dan wanita
Satu minggu sudah berlalu. David tidak sabar menunggu dokter memeriksanya. David sudah sangar rindu dengan sang ibu yang menunggu kepulangannya."Ay?" tanya David saat Ayna masuk ke ruang rawatnya.Ayna tersenyum berjalan menghampiri David. "Aku akan mengantar kamu pulang," Ayna menatap David yang tersenyum padanya."Terima kasih, harusnya kamu tidak perlu repot-repot seperti ini Ay," kata David."Aku tidak pernah merasa kamu merepotkan aku," kata Ayna menatap pria tampan yang mampu membuat jantungnya berdetak tak menentu. "Ehem," suara deheman dari arah pintu membuat Ayna tersadar dan membuang pandangannya menatap kearah lain. Ayna salah tingkah saat Riko masuk ke ruangan itu."Apa kamu sudah siap Vid?" tanya Riko saat sudah berdiri disamping ranjang David."Sudah, dokter juga sudah memeriksa. Luka jahitannya juga sudah kering, kamu tidak perlu khawatir lagi," jawab David membuka sedikit pakaiannya memperlihatkan luka yang sudah mengering itu pada Riko.Ayna menoleh kearah lain saa
Marni lari dari dalam rumahnya ketika mendengar suara mobil memasuki pekarangannya. Tak lama kemudian, Ayana keluar dari mobil diikuti David dan Riko. "David!" panggil Marni berlari ke arah anak itu. "Bu," kata David sambil memeluk Marni. Marni memeluk anak itu erat-erat. Marni menangis, dia sangat merindukan David. Padahal David bukan anak kandungnya. "Dari mana saja kamu, Nak? Tiap kali Riko pulang dan mama nanyain kamu.. Riko selalu bilang kamu numpang di rumah teman karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan," kata Marni menirukan apa yang Riko ceritakan padanya. "Iya bu, apa yang dikatakan Riko memang benar," jawab David membuka pelukannya. “Tapi lama-lama, sampai – sampai ibu kangen banget sama saya,” kata Marni sambil mengelus pipi David. "David juga merindukan ibu," jawab David sambil tersenyum pada sang ibu. Saat Marni mengalihkan pandangannya ke Riko. Tatapan Marni tertuju pada Ayna yang berdiri di samping Riko dan tersenyum padanya. "Siapa dia, Nak?" tanya M
"Vid!" panggil Ayna saat melihat David terdiam menatap kosong. Entah apa yang ada dalam pikiran David saat ini, Ayna pun tidak tahu.Beberapa kali Ayna memanggil David. Namun, David sama sekali tidak merespon panggilannya. "Hallo, Vid!" panggilnya lagi dengan menjentikan jari tangannya di depan wajah David."I ... iya, Ay," jawab David tersadar dari lamunannya.Ayna tersenyum menatap wajah tampan yang terlihat salah tingkah saat Ayna memperhatikannya. David mengangkat wajahnya menatap Ayna. David semakin salah tingkah saat tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat.Senyum manis yang terbit dengan sempurna dibibir indah Ayna. Membuat jantung David berdetak tidak menentu. Ada desiran aneh yang menjalar keseluruh tubuhnya, yang David sendiri tidak mengerti rasa apa itu."Kamu dipanggil ibu dari tadi, Vid," kata Ayna dengan lembut."O iya?" tanya David karena dari tadi dia tidak mendengar suara seseorang memanggilnya. "Iya, ibu memanggil kamu dari tadi untuk makan siang," jawab Ayna."M
"Dari mana kamu?" tanya Dara saat melihat putri semata wayangnya masuk ke rumah.Ayna membuang nafas berat sebelum menjawab pertanyaan sang mama. "Bukan urusan mama," jawab Ayna menoleh ke arah sang mama.Wajah Dara semakin memerah penuh amarah saat mendengar jawaban sang anak yang semakin berani melawannya. "Maksud kamu apa? Hah!" tanya Dara dengan nada meninggi."Apa ada gang salah dengan perkataan Ay? bukankah selama ini mama tidak pernah peduli dengan Ayna! Lalu mengapa sekarang mama tiba - tiba perhatian?'' tanya Ayna tanpa rasa takut.Dara terdiam, jujur apa yangAyna katakan memang benar adanya. Meskipun Dara tahu jika dia memang salah. Namun, Dara tidak suka Agna melawannya."Mulai berani kamu sama mama, ya! Ini pasti karena pria miskin itu!" kata Dara tidak terima hingga menyalahkan David."Ma, ini semua tidak ada hububgannya sama David. Ayna seperti jni karena Ay capek! Ay capek karena mama selalu mengengkang Ay," balas Ayna."Itu semua mama lakukan demi kebaikan kamu, Ay!" be
Di sisi lain, Ayna masih betah berada di dalam kamarnya. Ayna sama sekali tidak ingin keluar. Ayna malas bertemu dengan sang mama untuk menghilangkan penat, Ayna membaca novel disebuah aplikasi baca online. Jari lentik Ayna begitu lincah mencari novel kesayangannya. Ayna tersenyum saat menemukan novel yang dia suka. ' *Selir kesayangan suamiku karya Secilia Abigail Hariono'* ada juga *'Dewa Dewi Kerajaan Sanggabumi karya Afifah maulida'* tak lupa *'Kamila Cinta yang Hilang karya Nasreen Lim'* Tiga novel itu selalu menemani hari - hari Ayna.Saat Ayna sedang asyik membaca novel, Dara memanggilnya dari balik pintu. Ayna berdecak kesal saat mendengar suara mamanya. Dengan malas Ayna berjalan menuju pintu dan membukanya. "Kamu ngapain saja? Dari tadi mama panggil Kamu kenapa gak jawab? Apa kamu suka kalau mama marah - marah terus sama kamu?" tanya Dara merasa kesal pada sang anak.Ayna hanya diam saat mendengar mamanya memgomel. Ayna tidak peduli, toh sudah setiap hari dia selalu menden
"Kamu, ngapain kamu kesini?" tanya Dara saat melihat David berdiri di depan pintu. Dara menatap tidak suka pada David.David terdiam sejenak sebelum dia menjawab pertanyaan Dara. David menatap penuh kebencian pada wanita yang sudah menghancurkan keluarga kecilnya.Rasa benci membuncah dihati David. Namun, David berusaha bersikap sewajarnya. David tidak ingin Dara semakin membencinya dan menjauhkannya dari Ayna. "Maaf, tan, apa Ayna ada?" tanya David dengan begitu sopan."Ayna tidak ada di rumah. Ayna pergi dengan pacarnya," jawab Dara berbohong."Ooo, terima kasih, Tan, kalau gitu ... saya pulang," pamit David ingin mencium tangan Dara sebelum dia meninggalkan rumah itu. Namun, Dara segera menepis tangan David, hingga membuat David mengurungkqn niatnya. David tersenyum saat Dara melipat tangannya di depan dada. Dara menatap tidak suka saat David tersenyum menatapnya. David membalikan tubuhnya melangkah meninggalkan rumah itu. Namun, saat David akan naik keatas motornya. Ayna berter