"Aaarrrggg." David berteriak saat mengingat masalalunya. Kehancuran yang dia rasakan juga harus dirasakan oleh ayah dan ibu tirinya. David sudah berjanji akan membalas perbuatan keji ayah dan ibu tirinya.
"Nak," panggil Marni mengetuk kamar David.
"Iya Bu," jawab David berjalan membuka pintu kamarnya.
"Kamu kenapa?" tanya Marni dengan wajah cemas.
"David tidak kenapa - napa, Bu. David hanya mengingat orang jahat itu," kata David dengan wajah memerah penuh amarah.
"Apa kamu sudah tahu tempat tinggal baru mereka?" tanya Marni dengan begitu serius.
"Iya, anak wanita itu satu kampus dengan David dan Riko," jawab David.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan, Nak?" tanya Marni begitu penasaran.
"David akan mendekati anaknya agar David bisa masuk kedalam keluarga mereka, Bu," jawab David menatap kosong kemudian menatap Marni yang mengangguk.
"Semoga kamu berhasil Nak," kata Marni.
"Terima kasih doanya, Bu," ucap David memeluk Marni.
"Sama-sama Nak," balas Marni mengusap punggung David yang memeluknya dengan begitu erat.
Sementara itu, di depan rumah. Riko sedang menunggu David untuk berangkat kuliah bersama. Dengan wajah gelisah Riko menoleh kedalam rumah. Namun, dia belum juga melihat David keluar dari rumah.
"Ngapain aja sih ni anak?"
Riko beranjak dari tempatnya hendak menyusul David ke dalam rumah. Namun, saat di akan masuk, David sudah keluar dari rumah.
"Kamu ngapain sih Vid? kamu tahu gak aku tu capek nungguin kamu dari tadi!" omel Riko yang merasa kesal pada saudaranya itu.
"Ma'af Rik, tadi aku ada urusan sedikit," jawab David dengan santai tak terlalu mempedulikan omelan Riko.
"Ya sudah, sekarang sudah selesai kan urusannya? berangkat yuk!" ajak Riko.
"Iya Rik."
"Buruan naik!" pinta Riko saat David hanya diam tak kunjung naik motornya.
"Iya," balas David.
Setelah David naik, Riko melajukan motornya meninggalkan halaman rumahnya menuju kampus. Saat dalam perjalanan David hanya diam menatap jalanan yang mereka lewati. Namun, saat mereka mengambil jalan pintas yang cukup sepi. Mereka melihat ada seorang wanita yang sedang dihadang tiga orang pria.
"Kita tidak bisa lewat Rik, kamu lihat itu!" kata David menunjuk kearah tiga pria itu.
"Mereka ngapain?" tanya Riko begitu penasaran.
"Bukan urusan kita!" jawab David tak peduli.
"Baiklah kalau gitu kita putar balik saja," kata Riko memutar kembali motornya.
Namun, saat mereka akan pergi meninggalkan tempat itu. Wanita itu berteriak meminta tolong padanya.
"Dia minta tolong Vid," kata Riko merasa bimbang. Riko takut menghadapi tiga orang pria itu. Namun, Riko juga tidak tega melihat gadis itu disakiti.
"Kamu pergilah, cari bantuan ... biar aku yang hadapi mereka sampai kamu kembali," kata David tanpa ekspresi.
"Baiklah," setuju Riko.
David turun dari motor Riko. Sementara Riko melajukan motornya meninggalkan tempat itu untuk mencari bantuan.
"Banci!" teriak David menghampiri tiga pria itu.
"Rupanya ada yang sok jadi pahlawan," kata salah satu pria itu tersenyum meremeh menatap David.
"Aku tidak ingin menjadi pahlawan. Aku hanya tidak tega melihat seorang wanita disakiti," balas David tanpa rasa takut.
"Begitu! kalau begitu kamu harus diberi pelajaran agar gak sok jadi pahlawan," kata orang itu yang langsung menyerang David.
Dengan sigap David menghindar. Namun, satu tendangan berhasil mengenai perutnya saat dia fokus melawan dua dari tiga orang itu. David mundur beberapa langkah saat tendangan yang cukup kuat itu mengenai perutnya.
"Kemampuan hanya segitu saja sudah sok mau jadi pahlawan," kata orang itu mengangkat sebelah bibirnya penuh dengan keangkuhan.
David tak menjawab. Dia memasang pertahanan jika orang itu kembali menyerangnya. Dan benar saja, satu diantara mereka kembali menyerang. David pun sigap menangkis pukulan orang itu. David terus bertahan dan menghindar tanpa membalas serangan.
Hingga saat orang itu mulai lelah dan sedikit lengah. David memutar tubuhnya dan memukul tepat dibagian pelipis orang itu hingga orang itu tidak sadarkan diri.
Kedua temannya yang melihat pun begitu marah pada David. Mereka membabi buta menyerang David hingga membuat David kuwalahan. Meski pada akhirnya David mampu melumpuh kembali satu diantara mereka.
Namun, tanpa David sangka. Satu orang yang tersisa mengeluarkan pisau dan menusuk perut David saat David lengah. Wanita itu menjerit saat pisau itu mengenai tubuh David.
"Makanya jangan sok jadi pahlawan," kata orang itu saat melihat David yang masih bisa berdiri meski tangannya memegang bagian perutnya yang terluka.
Orang itu tersenyum licik dan ingin kembali menyerang David yang tidak berdaya. Namun, siapa sangka jika David mampu menghindar. David mencengkeram tangan orang itu dan memutar hingga pisau itu menusuk perut orang itu sendiri.
"Orang jahat tidak akan menang!" kata David pada orang itu.
Tak berselang lama Riko datang membawa beberapa orang juga penjaga keamanan.
"Mereka orang yang sama, mereka orang yang memang selalu membuat masalah ditempat ini," kata salah satu orang yang Riko bawa.
"Iya, terima kasih bang, kamu sydah membebaskan kami dari orang jahat seperti mereka," kata yang lainnya. Mereka tidak menyadari jika David terluka, begitu juga dengan Riko.
"Sama-sama, sekarang kalian urus mereka," kata David.
"Iya bang."
Mereka pun membawa tubuh ketiga orang itu pergi dari tempat itu.
"Kamu terluka," kata wanita itu menghampiri David.
Air matanya menetes saat menyentuh bagian tubuh David yang terluka.
"Kamu terluka Vid?" tanya Riko baru menyadarinya.
"Hanya luka kecil, jangan bilang sama ibu, aku gak mau ibu sedih!" pinta David.
"Iya, tapi lukamu harus segera diobati Vid," kata Riko.
"Kita ke rumah sakit sekarang," ajak wanita itu membantu David berdiri.
"Bantu aku bawa dia ke mobil, aku akan antar dia ke rumah sakit," pinta wanita itu pada Riko.
"Iya," balas Riko.
Riko membantu wanita itu menuju mobil milik wanita itu. Riko membantu David kedalam mobil sebelum dia mengambil motornya.
"Kalian duluan aku akan susul dengan motor," kata Riko. Wanita itupun mengangguk melajukan mobilnya meninggalkan Riko.
Wanita itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, wanita itu membantu David turun dari mobil. Wanita itu memapah tubuh David masuk ke rumah sakit.
"Tolong teman saya terluka, dia butuh pertolongan segera!" teriak wanita itu dengan suara bergetar.
Dua orang perawat mendorong brankar membawa David yang terluka menuju ruang IGD. Sementara itu wanita itu duduk diluar ruangan menunggu David yang sedang ditangani oleh dokter.
"Bagaimana keadaan David?" tanya Riko saat sampai di rumah sakit.
"Masih ditangani dokter," jawab wanita itu dengan wajah cemas.
"Semoga saja dia baik-baik saja, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada ibu jika dia terluka parah," kata Riko membuat wanita itu semakin cemas.
Riko duduk dikursi tunggu dengan perasaan cemas. Sedangkan wanita itu tak bisa diam. Dia merasa gelisah, wanita itu merasa bersalah, biar bagaimanapun David terluka karena menolongnya.
Setelah cukup lama menunggu akhir mereka merasa lega saat dokter keluar dan memindahkan David di kamar rawat. Luka David tak begitu parah, pisau itu tidak terlalu dalam menembus perut David. Namun, David harus rawat inap sampai luka itu membaik. "Maafkan aku," kata wanita itu tidak berani menatap David."Sudah menjadi kewajiban kita menolong sesama," balas David, "sepertinya aku pernah lihat kamu! apa kamu kulian di universitas Wijaya?" tanya David."Iya," jawab wanita itu."Siapa nama kamu?" tanya David."Ayna azkayra," jawab Ayna."Nama yang cantik, secantik orangnya," puji David membuat Ayna tersipu."Kamu bisa saja! semua wanita pasti cantik," balas Ayna."Tapi kamu beda," kata David yang ingin semakin dekat dengan Ayna.Ayna menunduk dan tersenyum. Ayna tidak berani menatap David. Ayna terlalu malu menatap wajah pria tampan yang ada dihadapannya.Takut jika Ayna merasa tidak nyaman. David segera mengganti topik pembicaraan mereka.Hingga tak lama kemudian seorang pria dan wanita
Satu minggu sudah berlalu. David tidak sabar menunggu dokter memeriksanya. David sudah sangar rindu dengan sang ibu yang menunggu kepulangannya."Ay?" tanya David saat Ayna masuk ke ruang rawatnya.Ayna tersenyum berjalan menghampiri David. "Aku akan mengantar kamu pulang," Ayna menatap David yang tersenyum padanya."Terima kasih, harusnya kamu tidak perlu repot-repot seperti ini Ay," kata David."Aku tidak pernah merasa kamu merepotkan aku," kata Ayna menatap pria tampan yang mampu membuat jantungnya berdetak tak menentu. "Ehem," suara deheman dari arah pintu membuat Ayna tersadar dan membuang pandangannya menatap kearah lain. Ayna salah tingkah saat Riko masuk ke ruangan itu."Apa kamu sudah siap Vid?" tanya Riko saat sudah berdiri disamping ranjang David."Sudah, dokter juga sudah memeriksa. Luka jahitannya juga sudah kering, kamu tidak perlu khawatir lagi," jawab David membuka sedikit pakaiannya memperlihatkan luka yang sudah mengering itu pada Riko.Ayna menoleh kearah lain saa
Marni lari dari dalam rumahnya ketika mendengar suara mobil memasuki pekarangannya. Tak lama kemudian, Ayana keluar dari mobil diikuti David dan Riko. "David!" panggil Marni berlari ke arah anak itu. "Bu," kata David sambil memeluk Marni. Marni memeluk anak itu erat-erat. Marni menangis, dia sangat merindukan David. Padahal David bukan anak kandungnya. "Dari mana saja kamu, Nak? Tiap kali Riko pulang dan mama nanyain kamu.. Riko selalu bilang kamu numpang di rumah teman karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan," kata Marni menirukan apa yang Riko ceritakan padanya. "Iya bu, apa yang dikatakan Riko memang benar," jawab David membuka pelukannya. “Tapi lama-lama, sampai – sampai ibu kangen banget sama saya,” kata Marni sambil mengelus pipi David. "David juga merindukan ibu," jawab David sambil tersenyum pada sang ibu. Saat Marni mengalihkan pandangannya ke Riko. Tatapan Marni tertuju pada Ayna yang berdiri di samping Riko dan tersenyum padanya. "Siapa dia, Nak?" tanya M
"Vid!" panggil Ayna saat melihat David terdiam menatap kosong. Entah apa yang ada dalam pikiran David saat ini, Ayna pun tidak tahu.Beberapa kali Ayna memanggil David. Namun, David sama sekali tidak merespon panggilannya. "Hallo, Vid!" panggilnya lagi dengan menjentikan jari tangannya di depan wajah David."I ... iya, Ay," jawab David tersadar dari lamunannya.Ayna tersenyum menatap wajah tampan yang terlihat salah tingkah saat Ayna memperhatikannya. David mengangkat wajahnya menatap Ayna. David semakin salah tingkah saat tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat.Senyum manis yang terbit dengan sempurna dibibir indah Ayna. Membuat jantung David berdetak tidak menentu. Ada desiran aneh yang menjalar keseluruh tubuhnya, yang David sendiri tidak mengerti rasa apa itu."Kamu dipanggil ibu dari tadi, Vid," kata Ayna dengan lembut."O iya?" tanya David karena dari tadi dia tidak mendengar suara seseorang memanggilnya. "Iya, ibu memanggil kamu dari tadi untuk makan siang," jawab Ayna."M
"Dari mana kamu?" tanya Dara saat melihat putri semata wayangnya masuk ke rumah.Ayna membuang nafas berat sebelum menjawab pertanyaan sang mama. "Bukan urusan mama," jawab Ayna menoleh ke arah sang mama.Wajah Dara semakin memerah penuh amarah saat mendengar jawaban sang anak yang semakin berani melawannya. "Maksud kamu apa? Hah!" tanya Dara dengan nada meninggi."Apa ada gang salah dengan perkataan Ay? bukankah selama ini mama tidak pernah peduli dengan Ayna! Lalu mengapa sekarang mama tiba - tiba perhatian?'' tanya Ayna tanpa rasa takut.Dara terdiam, jujur apa yangAyna katakan memang benar adanya. Meskipun Dara tahu jika dia memang salah. Namun, Dara tidak suka Agna melawannya."Mulai berani kamu sama mama, ya! Ini pasti karena pria miskin itu!" kata Dara tidak terima hingga menyalahkan David."Ma, ini semua tidak ada hububgannya sama David. Ayna seperti jni karena Ay capek! Ay capek karena mama selalu mengengkang Ay," balas Ayna."Itu semua mama lakukan demi kebaikan kamu, Ay!" be
Di sisi lain, Ayna masih betah berada di dalam kamarnya. Ayna sama sekali tidak ingin keluar. Ayna malas bertemu dengan sang mama untuk menghilangkan penat, Ayna membaca novel disebuah aplikasi baca online. Jari lentik Ayna begitu lincah mencari novel kesayangannya. Ayna tersenyum saat menemukan novel yang dia suka. ' *Selir kesayangan suamiku karya Secilia Abigail Hariono'* ada juga *'Dewa Dewi Kerajaan Sanggabumi karya Afifah maulida'* tak lupa *'Kamila Cinta yang Hilang karya Nasreen Lim'* Tiga novel itu selalu menemani hari - hari Ayna.Saat Ayna sedang asyik membaca novel, Dara memanggilnya dari balik pintu. Ayna berdecak kesal saat mendengar suara mamanya. Dengan malas Ayna berjalan menuju pintu dan membukanya. "Kamu ngapain saja? Dari tadi mama panggil Kamu kenapa gak jawab? Apa kamu suka kalau mama marah - marah terus sama kamu?" tanya Dara merasa kesal pada sang anak.Ayna hanya diam saat mendengar mamanya memgomel. Ayna tidak peduli, toh sudah setiap hari dia selalu menden
"Kamu, ngapain kamu kesini?" tanya Dara saat melihat David berdiri di depan pintu. Dara menatap tidak suka pada David.David terdiam sejenak sebelum dia menjawab pertanyaan Dara. David menatap penuh kebencian pada wanita yang sudah menghancurkan keluarga kecilnya.Rasa benci membuncah dihati David. Namun, David berusaha bersikap sewajarnya. David tidak ingin Dara semakin membencinya dan menjauhkannya dari Ayna. "Maaf, tan, apa Ayna ada?" tanya David dengan begitu sopan."Ayna tidak ada di rumah. Ayna pergi dengan pacarnya," jawab Dara berbohong."Ooo, terima kasih, Tan, kalau gitu ... saya pulang," pamit David ingin mencium tangan Dara sebelum dia meninggalkan rumah itu. Namun, Dara segera menepis tangan David, hingga membuat David mengurungkqn niatnya. David tersenyum saat Dara melipat tangannya di depan dada. Dara menatap tidak suka saat David tersenyum menatapnya. David membalikan tubuhnya melangkah meninggalkan rumah itu. Namun, saat David akan naik keatas motornya. Ayna berter
Tubuh Ayna membeku, hingga tidak sanggup berkata - kata. Ayna tidak percaya jika seseorang yang sudah begitu lama meninggalkannya kini kembali lagi di hadapannya. "Iya Nak, kamu masih ingat ayah, bukan?" tanya pria yang menyebut dirinya ayah Ayna.Ayna menggeleng, Ayna tidak percaya jika dirinya akan kembali bertemu dengan sang ayah setelah puluhan tahun sang ayah meninggalkannya. "Aku tidak punya ayah!" ucap Ayna dengan lantang."Nak," ucap ayah Ayna berusaha membujuk sang anak."Apa? kamu? kamu bukan ayahku! kalau kamu ayahku ... kamu tidak akan pernah meningalkan aku!" kata Ayna dengan tubuh bergetar."Ayah bisa jelaskan padamu alasan ayah meninggalkan kamu, Nak!" balas ayah Ayna. "Jika kamu ada waktu, ayah ingin kita bicara dari hati ke hati. Jika kamu sudah siap, kamu bisa tentukan tempatnya, ayah akan menemui kamu," kata ayah Ayna tersenyum penuh kasih pada sang anak."Ayah pamit, ini nomor ponsel ayah, hubungi ayah jika kamu sudah siap bertemu dengan pria tua ini," ucap ayah A