Sementara April, di tengah-tengah acara pesta penyambutan Angga, April memilih untuk pulang lebih awal bersama Leo. Karena Camilla yang sedang kritis dinyatakan sudah sembuh dan boleh pulang hari ini. Ya, sejak Camilla sakit, April baru menjenguknya satu kali. Jadi setidaknya dia harus menemuinya satu kali atau lebih, bukan? sebelum rencananya berlanjut. Tapi salahnya April, dia hanya meminta izin kepada Zayn saja. Tanpa memperhitungkan resikonya dari pria tersebut. “Kalau begitu, ayo masuk mobilku,” kata Leo sambil mempersilahkan wanita cantik ini masuk. Namun jahatnya seorang Leo, dia malah memanfaatkan momen ini untuk lebih dekat dengan April. Tidak sepenuhnya untuk menemui istrinya itu. Tapi kali ini, April cukup serius untuk menemui Camilla. Dia menginginkan rencana ini berlanjut. Tiba mereka di Rumah Sakit tempat Camilla dirawat. Mirisnya, belum ada siapa-siapa disana. Wanita dengan rambut lepek itu hanya bisa menatap kosong jendela yang memamerkan keindahan kota. Tatapan pe
Angga sudah menemukan April yang sedang meminum susu stroberi di pinggir jalan. Senyum Angga terangkat naik begitu melihat gadis yang kabur di malam pesta penyambutannya. Tentu saja, Angga pikir bahwa dia harus memberikan hukuman kecil. “Hah, kau akhirnya datang juga rupanya,” kata April lalu naik ke dalam mobil itu. April menatap setiap kursi, takut jika ada Mawar yang berada disana. Namun, semuanya aman.“Kamu mencari apa, sih? Pria tampan yang mencintaimu disini, lho. Duduk dan berpegangan dengan benar, ya. Karena aku akan membawamu dengan kecepatan diatas rata-rata,” ungkapnya. Angga menancap gas kendaraan roda empat itu dengan keras, dan jantung April pun rasanya seperti terbang hampir meninggalkan tubuhnya. Gila! Angga benar-benar kurang ajar, pikir April. “Aish! Aku mau rasanya mau muntah. Kenapa kamu melaju mobil secepat ini? Terlebih kamu baru pulih dari sa-sakitmu. Aku yakin jika ka-kamu itu Monster!” teriak April. Gadis yang tengah mendapatkan hukuman kecil dari Angga i
“Ibu, berhenti bersikap kekanak-kanakan. Apa Ibu ingin membuat April tidak nyaman?” tegas Angga. Angga bahkan menyudahi suapannya itu karena langsung tidak enak jika ada kejadian yang mengganggu seperti ini. Dia bahkan meletakan sendok dan garpunya dengan kasar. Semua mata menatap ke arah mata yang sedang marah itu. “Angga, setelah aku membesarkanmu, apakah sikapmu akan seperti ini padaku?” tegas Haira kepadanya. “Sudahlah, Bu. Angga baru saja keluar dari Rumah Sakit, bukankah ini yang kamu mau? Makan bersama berempat? Keluarga yang harmonis?” ujar Janu. “Angga, lanjutkan makanmu. Jangan membuat keributan di meja makan. Kita harus bersyukur dengan apa kenikmatan makan ini,” sambungnya. April tetap makan dengan pelan. Berusaha mendengarkan pertengkaran karenanya ini yang datang dari telinga kanan, keluar dari telinga kiri. Tapi sangat sulit baginya, untuk tidak merasa tidak nyaman dan sakit hati. “April, bagaimana pekerjaanmu menjadi Sekretaris kemarin? Apa ada kendala?” tanya Hai
“Apakah kamu mencintai anak saya?” tanya Haira. Bengisnya kata, yang membuat hati April terluka. Beberapa kali, gadis yatim piatu itu hanya bisa menghela nafas dengan sabar. Menahan amarahnya agar tidak meledak di tempat yang salah. Tapi rasa sakit hati, sudah jelas terukir di hatinya. “Apakah sulit bagimu untuk menjawabnya ketika saya bertanya langsung seperti ini? Saya ingin sekali mendengar jawaban Anda dengan lantang seperti tadi,” ungkap Haira. Hati ini rasanya seperti tercabik dan hampir meledak karena sakit tak tertahan. Keringat dingin tiba-tiba bercucuran tanpa diundang. Ya, benar kata Haira. April kesulit a untuk menjawabnya ketika ditanya langsung seperti ini. Karena hatinya berlawanan dengan ucapan tadi. “Tidak. Saya tidak mencintainya, sedikitpun.” Pada akhirnya, April menjawab dengan pernyataan yang sama. Walau dua kali, dia sudah berbohong pada mereka, termasuk Angga. “Apa? April, haruskah kamu mengatakannya dengan terang-terangan seperti ini? Aku tahu jika kamu t
Bunga yang layu, kini mekar kembali. Sayap yang patah, kini lebih baik dan dapat mengepakan sayapnya lagi. Lalu keraguan Ratu, kini mulai sedikit menunduk seperti padi. Semua pertanyaan dan keraguan Angga beserta keluarganya hilang terhadap April. Cekcok seperti ini sebenarnya sering terjadi, pada anak yatim yang tidak tahu asalnya bagaimana dan dimana. Namun akhirnya mereka dapat mengerti April, walau tak sedalam sampai mengetahui luka-lukanya. Sudah lebih dari satu bulan keluarga Angga mengenal April. April juga sedikit terbuka tentang masa kecilnya bersama sang orang. Lalu hubungan April dan Angga, mulai membaik, akibat kejujuran perasaan April padanya. “Sayang, apakah kamu sudah siap? Kita akan bertemu disana, ya. Tunggu kami.” Sebuah pesan hangat dari sang kekasih. April tersenyum saat membalasnya. Dia masih tidak menyangka, jika keluarga paling sukses di Negara ini, dapat menerima orang biasa sepertinya. Walaupun belum menjadi bagian keluarganya secara sah, tapi jika April
Selang beberapa minggu, Haira dan Janu mengundang keluarga Mawar ke rumahnya untuk makan malam. “Bu, keluarga Nona Mawar sudah tiba di depan rumah,” kata seorang ART di rumahnya. “Apakah hidangan favorit mereka sudah siap?” tanya Haira. “Sudah, Bu. Semuanya masih panas dan ada di meja makan.” “Baiklah, biarkan mereka masuk, Bi,” perintahnya. Mereka segera masuk pada kediaman Endaru yang mewah. Seperti biasa, penampilan Teni selalu mewah dan bersinar dengan warna yang tidak pernah elegan melekat di tubuhnya. Riasan yang tebal dan buruk, tidak pernah padam. Kemudian Johan—Ayah Mawar, yang selalu datang tanpa basa basi membahas bisnis, dan memamerkan pencapaiannya berkat keluarga Endaru. Tapi dia tidak pernah menyadarinya, dan malah berbangga diri. Terakhir, Mawar—Tunangan Angga. Dia selalu datang dengan pakaian yang menunjukkan belah dadanya. Pakaiannya memang tidak seheboh Ibunya, tapi tetap saja. Mawar selalu berpenampilan seksi demi menggoda Angga yang tidak pernah tergoda den
“Ah, begitu, ya. Mawar, saya mengerti dengan perasaanmu kepada anak saya. Tapi cinta sepihak malah kana menimbulkan keamanan atau bahkan pertengkaran kedepannya,” ungkap Haira. Mawar mengerti dengan yang dikatakan oleh Haira. Perkara Angga yang tidak pernah mencintai Mawar sejak dulu. Tapi tak pernah Mawar sangka, jika Haira tahu tentang hal ini. Namun Mawar akan berpura-pura tidak mengerti. “Ah, Tante. Maksudnya apa, ya?” katanya sambill menyelipkan rambut ke belakang telinga. “Ada apa Haira? Kami tidak mengerti dengan apa yang Anda katakan,” seru Teni. Ya, Teni tidak tahu apa-apa. Jadi dia benar-benar bingung dengan yang dikatakan Haira. Siapa yang bertepuk sebelah tangan? Anaknya atau anak Haira. Teni selalu mengetahui dari Mawar, bahwa hubungan anaknya itu berjalan baik. “Perjodohan enam tahun yang lalu, terjadi karena Anda,” katanya sambill menunjuk Johan. “Menginginkan bantuan dari kami, agar usahamu tidak bangkrut. Walaupun beberapa kali kami menolaknya, Anda tetap berpega
Ada hitungan waktu yang ditunggu dapat dihitung dengan jari. Salah satu keinginan April yang terpendam di hatinya sendiri adalah, bisa diterima baik oleh keluarga. Ya, setidaknya, dia tidak perlu khawatir tentang satu hal ini. Setidaknya, dia memiliki orang dewasa yang menariknya dalam kesedihan yang akan datang. Seperti mendiang orang tuanya. Tapi, detik ini, April dikejutkan dengan sesuatu. Sebuah pengkhianatan di kehidupan keduanya. Di kehidupan setelah keinginan untuk mati, pengkhianat itu masih ada, ternyata. April memegang layar ponselnya tanpa bergeming. Lututnya lemas, tangannya juga tak sengaja menjatuhkan layar ponsel itu. Bagaimana tidak, jika April yang senang dengan kewarasannya sedikit kembali, kini harus benar-benar gila karena kepercayaannya direnggut kembali. “Padahal hanya mereka satu-satunya harapanku. Ah, seharusnya aku tidak senang dulu saat mereka menerimaku dengan mudah. Aku ini, kan, hanya sebatas anak yatim piatu yang tidak bisa dibanggakan. Mereka adalah p
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak