Share

Delia (Gadis Pengagum Senja)
Delia (Gadis Pengagum Senja)
Penulis: Lina Hakim

1. Menunggu Senja

Penulis: Lina Hakim
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-05 17:36:46

Langkah kecil itu menapaki trotoar dia bergegas menuju ke tepi Laut untuk melihat keindahan senja, lalu lalang kendaraan tidak di hiraukan. Dia duduk di antara bebatuan dan menunjuk dengan penuh kekaguman. Gadis kecil itu tersenyum matanya berbinar-binar dan sesekali menatap wajah sahabatnya. Anak laki-laki di sampinya hanya sedikit heran kenapa dia begitu mengagumi senja.

“Apa yang kamu kagumi dari senja?” Tanya anak laki-laki itu dengan serius.

“Lihatlah senja tak ingin melihatmu sedih, tetapi ketika Kamu sedih, kamu bisa melihat senja!” Ucap gadis itu penuh kagum.

Anak laki-laki itu hanya terdiam dan terus menatap ke arah sahabatnya. Dia ikut tersenyum ketika sahabatnya tersenyum. Mereka mulai menikmati suasana petang dengan penuh ketenangan. Suara desiran ombak Laut seperti menyapa tatkala sang mentari mulai menyusup.

"Delia!sudah sore ayo pulang!” Teriakan seorang ibu dari kejauhan.

“Damar aku pulang dulu besok main lagi ya?” Ucap Delia sambil berlari.

"Iya besok kita kesini lagi!” Seru Damar lantas berlari ke arah berlawanan.

Mereka saling berpisah karena datangnya malam, Damar berlari menuju ke rumahnya begitu pun dengan Delia. Mereka berdua sudah berteman sejak tk sampai sekarang yang sudah memasuki kelas 5 sd. Ketika Damar mendapat masalah, Delia akan menolongnya. Begitupun dengan Delia persahabatan mereka begitu erat.

Sesampainya di Rumah Delia mengatakan pada Ayahnya, bahwa ia sangat bahagia bisa melihat senja. Ayahnya langsung mengelus lembut pipi putrinya. Rona merah tampak membuat wajah gadis itu begitu menggemaskan. Ketika kecil Delia sering di ajak ke tepi Laut untuk melihat senja. Sejak saat itulah dia  mulai suka melihat senja karna senja membawa kedamaian.

"Ayah senja begitu indah bukan?” Ucap Delia menatap wajah sang Ayah yang tersenyum.

Ayahnya menatap lembut putri kecil yang terus bertanya, lantas dia berkata.“Delia sudah makan Nak?” Ucap Ayahnya karena tak ingin jika putri kecilnya telat makan.

Gadis itu hanya menggelengkan kepala.“Iya, Delia sekarang makan ya? Biar gaK sakit terus besok bisa lihat senja lagi!” Ucap sang Ayah seraya mengelus rambut panjang putrinya yang terurai.Delia yang mendengarkan perkataan Ayahnya sontak tersenyum dan bergegas ke meja makan. Gadis itu terlalu asyik bermain hingga lupa waktu tuk makan.

Di sisi lain Delia sangat suka berimajinasi, dengan menyalurkannya pada sebuah gambar. Delia akan menggambar apa pun yang terlintas dalam pikirannya. Seperti saat ini Gadis itu menggambar senja bersama Damar dan Delia di sampingnya. Ia mencampur beberapa krayon agar memunculkan gradasi warna yang cantik. Delia menatap lama sebuah karya seni yang di buatnya, sebuah lukisan yang memiliki makna yang tersirat di dalamnya. Namun belum juga selesai melukis gadis kecil itu sudah mulai bosan berada di dalam kamar. Lalu dengan cepat  dia membuka jendela kayu yang membuat hembusan angin langsung masuk meniupi rambut panjangnya. Gadis itu lantas duduk di kursi kayu sambil melihat pemandangan dari jendela.

“Malam ini begitu sejuk!” batin Delia dalam hati, ia melihat langit yang mulai gelap penuh dengan bintang. Delia mulai menghirup panjang udara malam yang begitu segar. Dan sesekali mengacungkan tangannya menghitung satu persatu bintang di langit. Gadis kecil itu berpikir kenapa bintang sangat sulit di hitung apakah begitu banyak? "Bagaimana langit mampu menampungnya” ucap Delia dengan polosnya.

Delia terus berpikir yang membuat kepalanya tersa pening, entah apa yang membuat dia begitu tertarik dengan semua yang di lihatnya. Pikiran-pikiran itu terus menyelinap yang membuat kepalanya terasa berat dan sampai tanpa tersadar matanya mulai lelah ia menyandarkan kepalanya hingga terlelap.

“Tok…tok...tok!” Suara ketukan pintu terdengar, ibunya yang tak mendengar suara putri kecilnya menyahut lantas segera membuka pintu dengan perlahan.

“Delia udah bobo Nak?” Tanya sang Ibu sembari membuka pintu.

Seperti biasa Ibu Delia selalu mengecek ke kamar putrinya untuk memeriksa, namung langsung geleng-geleng kepala dengan tingkah anaknya yang tertidur menyandar di jendela. Ibu lantas menyuruh Ayah Delia untuk membopong nya ke atas kasur dan langsung menyelimuti tubuh gadis kecil itu. Tak lupa kecupan manis di dahi oleh kedua orang tuanya.

***

Keesokan harinya

Pagi mulai datang sinar mentari masuk hingga menyilaukan mata Deliayang langsung menyipit. Ia pun segera mengusap mata seraya melihat jam di dinding. Gadis itu sangat terkejut karena jam menunujukkan pukul tujuh pagi. “Aku akan terlambat sekolah!”  Batinnya dalam hati.

Delia pun langsung bergegas  ke kamar mandi sembari cepat-cepat membersihkan tubuhnya lalu memakai seragam sekolah dan beranjak pergi. Ibu delia yang melihat sedikit menahan tawa rasanya ingin mengatakan pada putrinya kalau hari ini tanggal merah, tapi Delia sangat buru-buru pergi. Delia lantas menaiki sepeda warna merah muda favoritnya dan mengayuh secepat mungkin. Ketika dia melewati tepi Pantai  terlihat Damar  yang lantas menyapa Delia dari kejauhan.

“Delia mau kemana?” tanya Damar.

“Sekolah!’’ Ucap Delia menjelaskan.

“Kenapa hari minggu sekolah?” Sahut Damar sambil tertawa.

Delia langsung terhenti dan mulai tersadar kalau hari ini tanggal merah. Ia pun bergegas kembali dan menghampiri Damar. Mereka tertawa bersama melihat kelakuan sahabatnya yang sangat konyol.

“Delia melihat pemandangan dari sana pasti indah bukan?” Seru Damar menunjuk sebuah bukit.

“Wah benar juga ayo kita ke sana Damar!” Seru gadis itu dengan semangat.

Akhirnya kedua anak itu pergi menuju Bukit tepi Laut dan Damar menumpang sepeda Delia, di sepanjang jalan mereka melihat pemandangan yang begitu indah langit biru, pasir putih dan tumbuhan bakau berjajar di tepi Laut. Damar menunjuk salah satu pohon bakau ia melihat ada sarang burung di sana. Delia pun mengehentikan sepedanya dan mereka mengecek sarang burung itu, ternyata ada 5 anak burung kecil di dalamnya.

Delia menyuruh Damar untuk menaruh kembali sarang burung itu karena induknya pasti akan sedih jika anaknya menghilang. Damar pun mengiyakan perintah Delia ia langsung menaruh sarang burung itu di pohon yang tadi. Dan mereka mulai meneruskan perjalannya, ketika sampai di bukit Delia mulai memarkirkan sepedanya di dekat pohon. Mereka berdua berlari dan cepat-cepatan naik ke atas bukit, akhirnya Damar lebih dulu sampai. Delia melihat takjub ke sekeliling yang penuh dengan pohon yang rindang, ia melihat banyak bunga berwarna ungu tumbuh liar di antara rumput belukar.

Damar pun memiliki ide lantas memetik beberapa tangkai bunga dan di rangkainya menjadi mahkota yang cantik. Lalu memakaikannya pada Delia yang membuatnya tersipu malu hingga membuat pipinya yang chubby mulai memerah. Damar langsung menarik tangan Delia mereka berdua berlari dan menuju ke ujung bukit. Pemandangan yang sangat cantik terlihat seperti keindahan Laut dari atas bukit.

“Damar lihat Laut sangat indah di lihat dari sini!” ucap Delia menunjuk ke arah Laut.

“Wah benar delia,” sahut Damar

Tiba-tiba tetesan air jatuh dari langit mereka berdua mulai panik dan berteduh di sebuah gubuk kecil. Delia menadahkan tetesan air hujan di tanganya ia mencipratkan air itu pada wajah Damar. Anak laki-laki itu pun berbalik mencipratkan air pada wajah Delia, mereka berdua tertawa bersama di bawah rintikan air hujan. Dan sesekali termenung melihat air hujan yang tak hentinya turun, Delia bertanya pada Damar “kenapa air itu selalu turun apakah langit tidak lelah? Ia menumpahkan airnya begitu banyak!” Tanya Delia penuh penasaran.

Damar yang mendengarkan perkataan Delia langsung mencubit pipi sahabatnya hingga merah. Sontak Delia langsung kesal dengan perlakuan sahabatnya itu bibirnya yang cemberut membuat ia semakin lucu. Damar terpaku melihat wajah Delia sontak terdiam, tersipu malu. Entah mengapa wajah Delia begitu menawan hingga membuat sahabatnya tak berani menatap. Tak lama gerimis itu mulai reda mereka secepatnya meninggalkan pondok dan bergegas pulang. Damar pun bergantian mengayuh sepeda dan Delia yang menumpang di belakang. Di tengah perjalanan mereka bernyanyi-nyanyi, mendendangkan lagu yang menarik. Dan delia terkejut ia menunjuk ke atas langit memberitahu Damar bahwa ada pelangi.

“Lihat ada pelangi!” Ucap Delia penuh kagum.

“Wah iya,” sahut Damar lantas menghentikan sepedanya.

Damar langsung mengehentikan sepedanya ia melihat pemandangan pelangi bersama Delia di tepi jalan. Delia sangat kagum dengan warna pelangi yang berwarna–warni.

“Kenapa warna pelangi tidak menyatu seperti krayon yang di timpa warna lain." Tanya Delia serius.

“Entahlah kata Bu Guru pelangi terbentuk karena pembiasan cahaya matahari.”

“Iya benar Damar! Aku hanya berpikir bagaimana jika warna pelangi tercampur pasti sangat aneh!” Celetuk Delia tertawa.

Damar hanya terpana menatap Delia, dia selalu bertanya dengan hal-hal yang aneh dan tak masuk akal. Delia memang suka berimajinasi saat ini pasti dia sedang berpikir untuk mencampurkan warna pelangi itu.

Di rumah Ibu Delia mulai cemas ia bergegas mencari putrinya karena sudah begitu lama pergi dan tak kunjung pulang. Ketika ibu ingin membuka pintu lantas tersenyum melihat sang putri ternyata sudah berada di depan gerbang rumah sembari menuntun sepeda kecilnya. Hal itu membuat Ibu Delia bernafas lega.

Bab terkait

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   2. Malam Yang Sama

    Delia lantas masuk ke kamar untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian. Ia menatap wajah dirinya di kaca, gadis itu tersenyum karena mahkota bunga masih berada di kepalanya. Ia membayangkan menjadi seorang putri kecil yang cantik. Lalu menari-nari di kamar memutari setiap sudut ruangan.“Bruk!.”Dirinya terjatuh karena lantai begitu licin, Delia pun tartawa dengan tingkahnya sendiri. Lalu ia beranjak berdiri dan merebahkan badan nya di atas kasur. Sambil menatap langit-langit atap kamar, petualangan tadi pagi membuat ia begitu lelah mata nya tak bisa tertahankan lagi. Delia terkantuk-kantuk akhirnya tak sadar mulai terlelap. Ibu Delia yang membawa makanan hanya geleng-geleng kepala melihat putri kecilnya tertidur, ia lantas pergi sembari menutup pintu.Hari semakin sore awan di langit tampak hitam dan suara gemuruh mulai terdengar sontak membuat Delia terbangun. Ia sangat murung karena

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   3. Aku Pemenangnya

    Setelah puas melihat senja ke lima anak sd itu bergegas pulang ke rumahnya masing-masing. Sambil mengayuh sepeda dengan penuh cemas hatinya gelisah Damar tak ingin pulang ke rumah. Begitu sampai di muka pintu, benar saja sudah terdengar suara bising pecahan benda yang jatuh. Damar sangat benci dengan suara itu ia menutup kedua telinganya berharap semua itu cepat hilang. Keributan ke dua orang tuanya terdengar jelas dari luar. Tangisan adik kecil membuat ia tak tega, anak malang itu tak hiraukan apapun dan masuk ke dalam rumah. Papa damar yang melihat anaknya seketika marah karena pulang telat.“Kemana saja kamu?” Tanya Papa Damar penuh kemarahan.Damar hanya terdiam dan langsung pergi menemui adiknya Papa Damar pun kesal dengan tingkah laku anaknya ia terus menyalahkan Mama Damar karena tak becus mendidik anak.“Lihat anakmu! tak punya sopan santun!’’ Ucap Papa Damar penuh kesal.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   4. Momen Kita

    Dengan menaiki sepeda nya masing-masing ke dua anak itu tak langsung pulang ke rumah. Mereka pergi ke sebuah pasar malam yang baru buka di samping lapangan bola dekat sekolah. Karena baru buka pasar malam ini menggratiskan pengunjung untuk masuk, hal ini menjadi kesempatan emas untuk kedua anak itu. Walau masih siang tempat ini sudah begitu ramai dengan pengunjung yang masuk. Berjajar pedagang kaki lima di depan pasar malam dengan menawarkan berbagai macam daganganya. Setelah masuk sontak mereka berlari dengan penuh kegembiraan melihat segala macam permainan di tempat itu. Seperti biang lala, kora-kora,ombak banyu, rumah hantu dan masih banyak lagi.“Damar lihat aku ingin menaiki semua itu!” Ucap Delia sambil menunjuk semua permainan yang ada di sana.“Kamu ingin naik yang mana Delia yang itu?” Sahut damar menunjuk sebuah permainan biang lala.“Iya Damar seperti sarang burung yang menggantun

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   5. Papa Jangan Pergi

    Di perjalanan pulang Damar begitu bahagia ia terus tersenyum dan ingin secepatnya sampai ke rumah. Anak itu melihat warna langit yang mulai gelap dan suara hembusan angin yang berderu. Ia mengayuh sepedanya untuk berpacu dengan waktu . Sesekali menelentangkan satu tangan agar bisa meraih rumput di tepi jalan. Dari kejauhan mukanya berseri melihat rumah yang mulai dekat. Dengan berhati-hati damar lantas memarkirkan sepedanya di dekat gerbang.Damar melepas ikatan balon di sepedanya untuk di berikan pada Adik yang paling ia sayang. Baru ingin membuka pintu seketika wajah yang berseri itu hilang, berubah menjadi muram melihat apa yang ada di depannya. Keributan itu tak benar-benar berakhir anak itu menyangka Papanya tak akan pernah pulang ketika terakhir kali ia pergi. Ya itu terakhir kalinya dia melihat sosok Papa yang dulu pernah jadi indolanya.Dengan muka gusar Papa Damar langsung pergi membawa beberapa barang. Damar mencoba menghalan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   6. Mencari Putri Duyung

    Mama Damar mulai merapihkan semua dokumen lalu ia pergi untuk mencari pekerjaan, sebenarnya Mama Damar tak tega menitipkan putri kecilnya pada tetangga. Namun karena sebuah tuntutan dan memiliki kewajiban untuk menafkahi ke dua anaknya lantas ia harus mencari pekerjaan. Tetangga nya pun dengan senang hati mau menjaga Gistara. Wanita itu mencari lowongan pekerjaan di manapun tetapi tidak ada satu pun yang mau menerimanya. Apalagi karena Mama Damar yang tak memiliki pengalaman kerja hal ini membuat beberapa tempat tak begitu tertarik. Mama Damar yang begitu letih ia terus berjalan di tepi jalan raya dan akan menyebrang. Namun ia tak begitu fokus ada kendaraan besar yang melaju kencang dari kejauhan, seseorang wanita dari kejauhan mencoba berteriak untuk menyadarkan Mama Damar agar segera menepi. “ Mba awas!” ucap seorang wanita dari kejauhan.Sontak mama Damar langsung tersadar namun kaki nya begitu kaku ia lan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   7. Dongeng Sebelum Tidur

    Sesampainya di depan rumah Delia lantas mengendap-endap ia berjalan berjinjit-jinjit agar tak mengeluarkan suara. Di dalam rumah tampak begitu sepi dan bajunya yang basah membuat tetesan air di lantai. “Bruk! Aduh!” Erangan suara gadis kecil itu terdengar lirih mencoba menahan sakit. Genangan air di lantai membuat ia jatuh terpleset. Delia takut jika Ibu atau Ayahnya tau pasti bisa di marahi. Setelah masuk ke dalam rumah gadis itu menelusuri setiap ruangan namun tak ada siapapun di sana. Dari kejauhan matanya menyorot ke depan terlihat Ibunya yang sedang memasak, sontak ia pun sedikit lega dengan hati-hati delia langsung pergi ke kamar mandi, namun tiba-tiba ada suara yang mengagetkannya. “Delia kenapa bajunya basah?” Dengan memegang pundak Delia yang gemetar, Ibunya sontak marah karena Delia sudah membasahi lantai. Delia berusaha berpikir mencari alasan agar Ibunya mau percaya,dengan m

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   8. Peta Harta Karun

    “Tet tet tet!" Suara bel mulai berbunyi semua murid sekolah dasar berkumpul di Lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. “Ayo Anak-anak kumpul di Lapangan!” Teriak seorang guru mengingatkan bahwa upacara bendera segera di mulai. “Delia ayo,!” pekik Ayuna mengajak Delia cepat-cepat menuju ke Lapangan. Kedua gadis itu lantas berlari ke barisan paling belakang. Suasana pagi begitu cerah para murid fokus melaksanakan upacara bendera. “Ayuna” Bisik Delia ingin mengatakan sesuatu pada teman dekatnya. “Ssst!” Delia lantas diam dengan mulut mayun ia ingin sekali bercerita pada Ayuna, sungguh saat ini Delia merasa sangat bosan sekali. Tiba-tiba Pak Kepala Sekolah mulai berpidato di Lapangan dan menjelaskan bahwa sebentar lagi akan di laksanakan ujian akhir semester. Maka para murid di beri amanat untuk belajar guna mempersiapkan ujian akhir semest

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   9. Saling Mengenal

    "Baik Anak-anak semua. Untuk materi di pagi hari ini adalah Matematika Bu Guru yakin kalian semua sudah mempersiapkan dengan sebaik mungkin?" Bu Guru mulai membagikan lembar soal dan jawaban pada tiap-tiap bangku siswa. Di ruang kelas semua murid mulai bersiap-siap melaksanakan ujian akhir semester. Tak lupa seorang gadis kecil berdoa dan berharap agar di mudahkan dalam mengerjakan ujian. Sudah beberapa hari ujian ini berlangsung, dan di hari ini semua murid tampak tegang mengerjakan soal matematika yang di sajikan. Namun ada satu anak laki-laki yang begitu tenang ia mulai mengerjakan satu per satu soal seperti tak ada kesulitan. Gadis itu tampak gelisah selalu saja memegangi kepalanya, sesekali memutar-mutar pensil yang ia punya. Betapa sulit soal yang di berikan ia hanya melihat sebuah angka-angka saling berputar dalam kepalanya. Satu jam telah berlalu Ibu Guru menjelaskan kalau ujian tinggal 15 menit lagi. Sontak para murid mulai geli

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11

Bab terbaru

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   54. Cemburu

    Sinar rembulan begitu terang menyorot permukaan air laut yang tampak bergelombang, suara tawa terus terdengar bersamaan serangga malam yang ikut bergeming. Wajah dua sosok manusia yang saling menatap seraya tersenyum menikmati hamparan laut yang begitu tenang. Sesekali mereka bersenda gurau untuk memecah keheningan malam yang tak terasa mulai larut. Delia mengecek jam yang pada ponsel genggamnya tampak waktu menunjuk sepuluh malam. Namun suasana laut masih begitu ramai, banyak orang berlalu lalang untuk sekedar bersantai sembari menikmati indahnya bintang-bintang di langit.“Gimana Kamu jadi cari model untuk promosiin baju kamu?” Ucap Romi dengan menatap lama mata Delia yang tampak bersinar terkena cahaya rembulan.Delia terdiam sebentar dia masih asyik sendiri tatkala bola matanya menyorot ke ujung hamparan air laut yang tampak tenang. Bibirnya sedikit tersenyum dengan menggaguk dia berkata “Iya Rom, Tapi…!” D

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   53. Kembali

    “Kring….Kring…”Suara lonceng sepeda terdengar begitu nyaring Ibu Delia menoleh,menatap ke luar kaca dan tampak putri cantiknya yang baru sampai mengantar bunga pesanan dari pelanggan. Wanita itu hanya tersenyum kecil, dengan kelakuan putrinya yang membuatnya cemas.“Ibu… Delia pulang!” Ucap gadis itu dengan begitu riang, lalu segera berlari menuju sang ibu yang terdiam seraya menatap tajam.“Ya ampun Delia! Ke mana aja tadi?”“He he.. Maaf Ibu, tadi Delia istirahat sebentar di Taman, suasananya asyik sih! Jadi kelupaan deh!”“Hmm… Kebiasaan deh Kamu!” Seru Ibunya lalu mencubit lembut pipi sang putri yang memerah.“Iya maaf.. Terus pesanan bunganya gimana Bu?”“Udah dianterin sama karyawan Ibu tadi! Kalau nungguin Kamu dulu, nanti pelanggan p

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   52. Pesanan Bunga

    Keesokan harinya“Ini pesanan bunganya jangan lupa ya? Rumahnya dekat lapangan bola samping taman itu!” Ucap ibunya lalu segera mengemas dengan begitu cantik, sebuah rangkaian bunga mawar merah pesanan seorang pelanggan.“Iya Ibu! Alamatnya sudah di tulis kan ya?”“Sudah sayang! Kamu memangnya gak repot? kalau harus mengantar pesanan sebanyak ini?” Ibunya bertanya pada Delia karena dia tak ingin merepotkan sang putri.“Ngga kok! Delia masih sanggup, nanti kalau susah bawanya Delia kan bisa nganterin satu persatu Bu!” Ucap Delia meyakinkan ibunya, jikalau dia memang tak direpotkan sedikit pun.“Kamu lagi gak sibuk nih? Nanti gimana butik Kamu?”“Ngga Ibu, Delia sengaja mau bantu Ibu! Sudah lama Delia gak ke Toko. Delia senang kok!” Ujar Delia mengagut seraya tersenyum manis pada sang ibu yang t

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   51. Sepi

    Delia termenung menatap suasana yang tak asing baginya, suara desiran laut begitu syahdu. Dengan gelombang air yang nampak tenang, Delia menatap lama matanya tertuju pada jernihnya air yang berwarna hijau kebiruan. Perasannya tampak heran dia seperti tak asing dengan tempat ini sebelumnya. Ada rasa rindu yang terpendam begitu dalam, entah mengapa tiba-tiba air matanya jatuh hingga membasahi pipinya yang merah. Dia teringat akan sahabatnya dulu yang telah lama pergi, entah ke mana tak ada kabar sedikit pun darinya. Kepalanya langsung tertunduk Delia mencoba menahan untuk tidak menangis namun air matanya tak bisa dibendung lagi. Tangisnya begitu pilu hingga membuat dadanya sakit karena menahan napas yang tersengal-sengal. Delia ingin berteriak sekencang mungkin namun suaranya tak bisa keluar seperti tertahan.“Delia” Suara panggilan yang begitu jelas membuat gadis itu terkejut, dia langsung menoleh ke arah belakang dan terlihat sosok laki-laki kecil ya

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   50. 12 tahun kemudian

    12 tahun kemudian“Tok…tok…tok”Suara ketukan pintu di depan terdengar keras Bibi Susi dengan terburu-buru berlari kecil untuk membukakannya. “Iya tunggu sebentar!”Dari kejauhan sosok laki-laki muda sedang berdiri mematung menghadap ke pintu, senyuman kecil nampak terlihat di bibir Bibi Susi yang merah. “Eh Mas Romi! Cari Mba Delia ya?” Romi tersenyum lebar seraya mengangguk tubuhnya semakin tinggi hingga melampaui Bibi Susi. Anak laki-laki itu sudah beranjak dewasa. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Bibi Susi tak menyangka pertumbuhan anak-anak itu yang amat cepat. Sejak lulus sd Romi selalu bersama Delia, mereka begitu dekat hingga kedua orang tuanya saling mengenal satu sama lain. Romi selalu bersama Delia sejak smp sampai sma mereka berada di sekolahnya yang sama, hanya saja mereka tak berada di satu kelas.“Delia…Ini a

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   49. Ulang Tahun

    Satu bulan kemudian….“Selamat ulang tahun kami ucapkan…Selamat panjang umur Kita kan doakan!” Suara nyanyian ulang tahun menggema hingga ke setiap sudut ruang tamu. Anak-anak itu tampak bahagia penuh senyum sembari mendendangkan sebuah lagu untuk Delia. Namun gadis kecil itu tampak terdiam lesu hanya sesekali tersenyum kecil.“Delia selamat ya?” Ucap Romi lalu memberikan sebuah hadiah yang sudah terbungkus rapih dalam kertas kado berwarna cokelat.Delia tersenyum lalu memanggut menerima hadiah dari Romi, entah hadiah apa yang anak laki-laki itu berikan, Begitu pun dengan Ayuna dan teman-teman lain mereka semua cukup gembira bisa berkumpul bersama kembali. Ada perasaan rindu yang terselip di relung hati terdalamnya, gadis kecil itu mengingkan Damar juga, agar dapat mengucapkan selamat di hari ulang tahunnya saat ini. Namun semua itu tak bisa dia rasakan lagi, karena sejak Damar pergi dia

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   48. Terlepas

    Di atas ranjang tidur sesosok gadis kecil terbaring lemas, wajahnya pucat pasi bibirnya terus bergetar. Dia berkomat-kamit seperti mengatakan sesuatu, tetapi suaranya yang lirih tak begitu terdengar. Sang Ibu hanya menatap dengan penuh sendu kedua tangannya menggengam erat tangan kecil putinya yang tak berdaya. Sudah beberapa jam sang putri tak sadarkan diri karena demam tinggi akibat kelelahan dan tak mau makan seharian. Sang Dokter menyarankan agar ibunya bisa beristirahat, namun wanita itu tetap bersih kukuh untuk menemani putri kecilnya duduk di samping ranjang.“Ibu…ibu...!” Suara lirih gadis kecil itu membuat Ibunya tersadar, lantas segera mengusap lembut rambut putrinya yang berantakan.“Kenapa sayang?” Ucap Ibunya dengan begitu lembut, hatinya sakit melihat kondisi putrinya yang menyedihkan.“Damar mana? Delia pengin ketemu Damar!” Ucap Delia dengan suara parau, air mata

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   47. Pergi

    “Delia ayo ke luar Nak! Makan dulu ya? Nanti Kamu sakit.” Ucap ibunya dengan raut wajah begitu cemas, sejak kemarin sore Delia bertingkah sangat aneh. Dia terus saja terdiam membisu dan tak mau ke luar dari kamar. Ibunya paham pasti Delia baru saja bertemu dengan Damar untuk yang terakhir kalinya. Karena gadis kecil itu masih tak percaya dengan apa yang terjadi kemarin, dia belum siap menghadapi perpisahan yang begitu cepat hingga membuatnya sedih."Iya Mba Delia! Ayok makan dulu Bibi masakin makanan yang enak." Bibi Ikut cemas dengan apa yang di lakukan Delia, gadis kecil itu sangat marah hingga tak menghiraukan siapa pun yang memanggilnya."Sayang! Keluar yuk, nanti Ibu kasih hadiah apa pun yang Delia inginkan!"Ibu Delia terus saja membujuk putrinya untuk keluar, entah berapa kali dia terus memanggil namanya. Hingga membuat tenggorokannya kering dan serak, begitu pun dengan Bibi Susi dan Ayah Delia, mereka m

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   46. Melanggar Janji

    Beberapa hari kemudian“Damar tumben Kamu ajak akau kesini?” Ucap Delia begitu senang karena sudah beberapa hari ini dia tak pernah bertemu dengan Damar.Kedua kakinya tak memakai alas kaki berlari-lari kecil di antara pasir putih Pantai yang tenang. Delia menggenggam erat tangan Damar seraya mengajaknya untuk bermain. Anak laki-laki itu hanya tertegun menatap wajah manis sahabatnya yang begitu ceriya. Bibirnya tak bisa berkata-kata membungkam rasanya ingin mengatakan semuanya pada Delia namun hatinya sungguh sulit tuk mengatakannya.“Delia memang Kamu belum tahu?” Ucap Damar tertunduk, dia berusaha menarik napas yang berat. Damar lantas melepas genggaman tangannya yang membuat Delia kebingungan. Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Kenapa sahabatnya begitu serius saat ini. Pertanyaan tersebut terus berkecamuk di dalam hati.“Memang apa yang sedang terjadi Damar?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status