Share

Bab 3

Penulis: Lela W.Y
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-17 16:44:59

Sienna berjalan lesu menuju ke arah pintu. Xander masih memperhatikan wanita itu sambil sesekali mengusap wajah dengan gusar.

Sial, harusnya dia bisa lebih mengontrol dirinya semalam. Tapi yang terjadi dia malah membuat kesalahan yang sangat sangat fatal.

Sienna akhirnya masuk ke kamarnya, membersihkan diri di dalam kamar mandi dengan menggosok keras seluruh bagian tubuhnya. Jejak jejak yang diberikan pria itu masih tampak segar dimana mana. Sienna jijik dengan dirinya sendiri.

Jejak itu kembali menyeret ingatannya tentang kejadian semalam.

"Tidak! Tidaaakkk!" tangis Sienna kembali pecah. Tubuhnya merosot jatuh ke arah lantai.

Sienna meringkuk di bawah sambil memeluk kedua kakinya sendiri. Dia tak menyangka mahkotanya akan hilang dengan cara seperti ini. Sekarang dia harus bagaimana? Meminta pertanggung jawaban pria itu? Tidak mungkin!

Sienna sangat tahu siapa pria itu.

Seorang Xander Lauther. Puta kedua keluarga terpandang. Tidak mungkin sudi bertanggung jawab atas kehormatannya yang telah terambil. Apalagi Xander melakukannya dalam keadaan tidak sadar. Pria itu pasti hanya akan menertawakannya saja pada akhirnya.

Sienna masih butuh pekerjaan ini, bagaimana pun ibunya harus tetap melanjutkan pengobatannya sampai sembuh. Demi ibunya, Sienna akhirnya mencoba mengenyahkan perasaannya yang sedang hancur. Dia melanjutkan kegiatannya membersihkan tubuhnya. Lalu setelah itu Sienna harus segera bersiap untuk melakukan pekerjaannya seperti biasa.

**

"Darimana saja kamu Sienna? Kamu tidak ingat kata kataku semalam? Lihat, ini sudah jam berapa!?" bentak Cathy saat melihat Sienna yang baru muncul di dapur.

Para pelayan lain hanya melirik sekilas, kemudian kembali sibuk dengan pekerjaan masing masing. Sienna mendekat ke arah Cathy sambil menundukkan kepalanya.

Cathy sempat mengernyit melihat pergelangan tangan Sienna yang membiru juga wajahnya yang terlihat sembab.

"Kau sakit?" tanya Cathy, melembutkan suaranya.

"Tidak nyonya. Saya hanya terlambat bangun tadi. Maafkan saya. Tidak akan saya ulangi lagi." Sienna masih menunduk sambil meremat jari jemarinya sendiri.

Cathy menghela nafas.

"Kau tetap harus dihukum karena kau sudah melanggar peraturan disini. Tapi aku akan memberi hukuman setelah kau mengerjakan tugas utamamu."

Cathy menyodorkan sebuah troli yang sudah diisi dengan berbagai hidangan di atasnya.

"Antar ini ke kamar Tuan Jack. Kamarnya ada di lantai atas. Dia tidak sarapan di luar pagi ini karena kondisinya kesehatannya kembali memburuk. Kau harus mengantarkan sarapan ini ke kamarnya agar ia bisa segera meminum obat setelah ini," ujar Cathy.

"Baik." Sienna mengangguk patuh. Kemudian Cathy meminta tolong Pierre salah seorang pengawal disana untuk mengantar Sienna menuju kamar Jack.

"Apa dia bersikap terlalu keras padamu?" Pierre mencoba mengajak bicara wanita yang sedang berjalan di sebelahnya. Pierre canggung karena Sienna sejak tadi hanya diam seperti mumi hidup.

"Siapa maksud anda Tuan? Nona Cathy?" Sienna barulah mengangkat kepalanya menatap pria di sebelahnya.

"Ya, dia. Walau dia kelihatan sedikit galak, tapi percayalah. Dia orang yang sangat pengertian." Pierre menyunggingkan senyum di ujung agar suasana diantara mereka mencair.

"Saya tahu dia orang yang baik," jawab Sienna.

"Aku Pierre. Aku baru melihatmu disini, kau orang baru?" mengulurkan tangan ke arah Sienna. Sienna menyambutnya walau ragu.

"Heum, aku baru dua hari bekerja disini, aku Sienna."

"Baiklah Sienna, mulai sekarang beradaptasi lah dengan baik."

Sienna mengangguk. Kemudian mereka naik lift khusu menuju lantai dua. Pierre menghentikan langkahnya saat mereka telah sampai di depan sebuah pintu bercat putih.

"Ini kamar Tuan Jack, dia putera pertama di keluarga ini. Kau sudah tahu bukan soal silsilah keluarga Lauther?" Pierre menatapnya sejenak sebelum membuka pintu ruangan di depannya.

Sienna mengangguk. "Saya tahu, tapi bolehkah saya bertanya satu hal?"

"Apa? Katakan saja Sienna"

"Tuan Jack memangnya sakit apa Tuan, aku dengan dari Nyonya Cathy tadi kesehatannya sedang memburuk."

Pierre menghela napas panjang.

"Dia menderita kanker darah. Kesehatannya sering drop akhir akhir ini," jawab Pierre dengan raut sedih.

Sienna termangu. Merasa ikut prihatin mendengar kondisi anak pertama di keluarga ini.

"Masuklah, dan bawa makanannya segera. Tuan Jack mungkin sudah menunggu sarapannya."

"Baik, terima kasih Pierre."

Pierre hanya mengangguk sambil menyunggingkan senyum. Setelah Sienna masuk ke dalam. Pierre langsung menutup pintunya dan pergi dari sana.

Sienna menarik napas dalam dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia mulai mendorong troli maju ke arah ranjang. Begitu mendapati pemandangan di depannya. Sienna langsung tersentak. Ia buru buru menundukkan kepalanya.

"Ah, maafkan saya Tuan." Sienna hendak berbalik, namun laki laki yang sedang memakai kemejanya itu dengan cepat langsung mencegahnya.

"Jangan pergi, sebentar lagi aku sudah selesai. Tunggulah disini."

Sienna akhrinya menunduk. Bisa ia dengar derap langkah pria itu yang semakin mendekat.

"Aku baru melihatmu, apa kau pelayan baru disini?"

Sienna hanya mengangguk.

"Angkat kepalamu, aku sedang bicara denganmu, tidak sopan." Pria itu terkekeh. Membuat Sienna yang tegang akhirnya mau mengangkat kepalanya.

Seketika Jack terpana melihat wajah cantik di depannya. Irish cokelat bening yang memancarkan kemurnian, juga bibir tipis yang sangat sedap di pandang.

"Maaf Tuan, saya tidak tahu anda sedang ganti baju. Harusnya saya mengetuk pintu lebih dulu."

Jack menggeleng sambil tersenyum hangat. Sienna bisa merasakan pria ini sepertinya sangat ramah. Caranya menatap dan berbicara terkesan sangat menghargai lawan bicaranya.

"Tidak apa apa, aku sudah tahu ada maid yang akan datang mengantar sarapan."

Sienna langsung teringat pada troli yang ia bawa.

"Ah, ini sarapan anda. Silahkan dinikmati Tuan." Sienna mendorong troli itu ke arah meja. Jack duduk di sofa sambil memperhatikan gerak gerik Sienna yang sedang sibuk meletakkan berbagai hidangan ke hadapannya.

Saat mata Jack menangkap memar di pergelangan tangan Sienna Jack langsung menarik tangan mungil itu tanpa sadar.

"Luka apa ini? Apa ini bekas cengkeraman?" tanya Jack.

Belum sempat menjawab, tiba tiba seseorang hadir memecah adegan diantara mereka.

"Ku sedang apa disini?!" Suara serak yang membuat Sienna ketakutan semalam kembali terdengar.

Sienna menoleh dan terkejut saat mendapati sosok Xander kini tengah berdiri tepat di belakangnya.

Jack bisa merasakan perubahan pada tubuh Sienna, tangan Sienna yang masih digenggamnya terasa gemetar sekarang.

"Anda!" Sienna langsung menarik tangannya dari genggaman Jack. Ia langsung berdiri tegak dengan muka tegang.

Xander menyipitkan matanya, tatapan tajam dan dinginnya selalu berhasil membuat Sienna merasa terancam.

Xander mendekatinya dan melirik tajam ke arah pergelangan tangannya. Buru buru Xienna menyembunyikan lukanya di belakang punggungnya.

"Sedang apa kau disini?" Xander mengulangi pertanyaannya ketika tak mendapat jawaban apapun.

"Aku... hanya sedang mengantar sarapan untuk Tuan Jack."

"Sudah selesai dengan pekerjaanmu bukan? Sekarang pergilah!" Xander menatap sekilas jejeran makanan yang telah tersaji di atas meja. Kemudian ia kembali membawa pandangannya pada wanita yang semalam telah membuatnya khilaf itu.

Sienna mengangguk sambil membuang muka ke arah lain. Tangan Xander terkepal. Beraninya wanita ini tak mau menatap ke arahnya saat ia sedang bicara.

"Tuan, saya permisi, saya akan kembali nanti untuk membereskan semua ini." Sienna menatap Jack. Kemudian hendak berlalu pergi, tapi Jack langsung berdiri dan mencegat tangannya.

"Tunggu!" Jack memperhatikan pergelangan tangan Sienna dengan raut cemas.

Xander menatap ke arah tangan Sienna yang dipegang Jack dengan kerlingan mata tajam. Entah kenapa dia tidak suka kakaknya memegang tangan wanita itu.

"Tanganmu terluka, kau harus mengoleskan salep segera," kata Jack pada Sienna.

"Ba.. baik, saya akan segera mengobatinya, permisi Tuan."

Sienna menarik tangannya, lalu buru buru pergi dari kamar itu.

Xander sempat terpaku menatap kepergian Sienna. Jangan jangan luka itu bekas perbuatannya semalam. Sial, kenapa tiba tiba ia merasa tidak nyaman seperti ini.

Bab terkait

  • Dekapan Hangat sang Majikan   Bab 4

    "Duduklah, dia sudah pergi. Kenapa terus menatap ke arah pintu?" Jack menepuk bahu adiknya yang terus termenung setelah kepergian Sienna. Xander tersadar. "Aku tidak sedang memperhatikannya!" Xander menolak tuduhan tersebut. Jack menghela napas. "Bersikaplah lebih lembut pada orang lain. Kenapa kau selalu ketus begitu sih?" Xander tak menyahut. Dia ikut duduk di sebelah kakaknya. Memperhatikan kondisi Jack dengan seksama. "Kata mamah penyakitmu kumat lagi. Kau tidak ingin melakukan kemoterapi Kak? Ayolah, kali ini turuti permintaan kami semua. Jangan egois!" Xander mendesah gelisah dan menatap kakaknya penuh permohonan. Sudah dua bulan ini Jack mengidap sakit kanker, kondisinya semakin melemah karena pria itu menolak pengobatan yang dikhususkan untuk penyakitnya. "Aku baik baik saja Xander. Tak perlu cemas berlebihan, lihatlah aku masih bisa bernafas sampai sekarang!" Jack mengacak ngacak rambut Xander. Xander langsung menepis kesal. "Kak.." "Ayolah, Xander. Kau tahukan aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Dekapan Hangat sang Majikan   Bab 5

    Sienna masih mengumpat meski mobil Xander telah menghilang dari pandangannya. Dia menatap sekeliling dengan wajah bingung."Bagaimana ini?" gumamnya sambil mengusap pipi basahnya. Kepanikan mulai melanda saat Sienna sadar kini ia tengah berada di tempat asing yang sama sekali tak ia kenal.Sialan pria itu, dia harus kemana sekarang? Sienna buta arah. Dia baru di kota ini. Tidak terbiasa berjalan di tempat keramaian seperti ini.Sienna merogoh saku bajunya, tidak ada ponsel yang terbawa."Arghhh!" Sienna mendesah frustasi.Lengkap sudah penderitaannya. Harusnya dari awal tadi dia menolak ajakan Xander untuk mengantarnya. Harusnya dia tahu pria itu hanya akan membawa masalah baru di hidupnya. Sejak bertemu Xander, Sienna merasa hidupnya penuh dengan kesialan. Pria itu bukan hanya punya sifat arogan yang tinggi, tapi juga sangat tidak punya hati!Akhirnya dengan perasan takut yang menyelubungi hati. Sienna memaksakan membawa langkahnya menyusuri jalan trotoar di hadapannya. Tak apa dia t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Dekapan Hangat sang Majikan   Bab 1

    Langit malam semakin terasa menakutkan saat kilatan cahaya petir terlihat saling menyambar dari luar jendela. Saat ini, hujan tengah turun dengan sangat deras memeluk salah satu sudut bumi. Sienna baru saja selesai dengan semua pekerjaanya. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja menjadi salah satu pelayan di rumah besar keluarga Lauther. Dia menggantikkan posisi ibunya yang saat ini sedang sakit keras. Sienna terpaksa mengambil cuti kuliah dan memutuskan untuk bekerja disini karena desakan keadaan. "Sienna, jika semua pekerjaanmu sudah selesai. Kembalilah beristirahat di kamarmu. Ingat, besok kamu harus bangun pagi pagi sekali sebelum para penghuni rumah ini terjaga, kita punya banyak pekerjaan yang menanti," ujar Cathy, kepala pelayan yang bertugas mengatur semua pekerja rumah tangga di rumah itu. "Baik Nyonya Cathy." Sienna melepas apronnya, lalu bergegas pergi meninggalkan dapur besar itu. Sienna melewati lorong panjang tempat dimana kamarnya berada. Dia berjalan santai sebel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Dekapan Hangat sang Majikan   Bab 2

    Melihat Sienna tak akan lagi melalukan perlawanan. Xander mulai menggerakkan diri dengan tidak sabar.Sienna yang belum terbiasa kembali melengkungkan punggungnya ke atas saat dorongan demi dorongan terus diberikan menimbulkan sengatan aneh di tubuh.Tekanan yang pas dan kehangatan yang memeluk miliknya mampu membuat Xander semakin melayang."Sherly, kau akan jadi milikku.." Xander mengusap air yang meniti jatuh di sudut mata wanita di bawahnya. Sienna hanya bisa menatapnya dengan sorot mata kosong."Aku.. bukan Sherly Tuan!"Sienna menahan dada bidang itu saat lagi lagi Xander hendak mengambil apa yang diinginkannya dari wajahnya. Namun untuk kesekian kalinya tenaganya tak sebanding. Pergelangan tangan Sienna digenggam lalu di letakan kembali di samping kepalanya."Kau sangat cantik bila sedang resah begini," puji Xander tanpa sadar. Wanita di depannya sangat berkilau seperti berlian.Xander terkekeh melihat Sienna yang kepayahan. Dengan leluasa ia kembali melepaskan sapuan lembut di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • Dekapan Hangat sang Majikan   Bab 5

    Sienna masih mengumpat meski mobil Xander telah menghilang dari pandangannya. Dia menatap sekeliling dengan wajah bingung."Bagaimana ini?" gumamnya sambil mengusap pipi basahnya. Kepanikan mulai melanda saat Sienna sadar kini ia tengah berada di tempat asing yang sama sekali tak ia kenal.Sialan pria itu, dia harus kemana sekarang? Sienna buta arah. Dia baru di kota ini. Tidak terbiasa berjalan di tempat keramaian seperti ini.Sienna merogoh saku bajunya, tidak ada ponsel yang terbawa."Arghhh!" Sienna mendesah frustasi.Lengkap sudah penderitaannya. Harusnya dari awal tadi dia menolak ajakan Xander untuk mengantarnya. Harusnya dia tahu pria itu hanya akan membawa masalah baru di hidupnya. Sejak bertemu Xander, Sienna merasa hidupnya penuh dengan kesialan. Pria itu bukan hanya punya sifat arogan yang tinggi, tapi juga sangat tidak punya hati!Akhirnya dengan perasan takut yang menyelubungi hati. Sienna memaksakan membawa langkahnya menyusuri jalan trotoar di hadapannya. Tak apa dia t

  • Dekapan Hangat sang Majikan   Bab 4

    "Duduklah, dia sudah pergi. Kenapa terus menatap ke arah pintu?" Jack menepuk bahu adiknya yang terus termenung setelah kepergian Sienna. Xander tersadar. "Aku tidak sedang memperhatikannya!" Xander menolak tuduhan tersebut. Jack menghela napas. "Bersikaplah lebih lembut pada orang lain. Kenapa kau selalu ketus begitu sih?" Xander tak menyahut. Dia ikut duduk di sebelah kakaknya. Memperhatikan kondisi Jack dengan seksama. "Kata mamah penyakitmu kumat lagi. Kau tidak ingin melakukan kemoterapi Kak? Ayolah, kali ini turuti permintaan kami semua. Jangan egois!" Xander mendesah gelisah dan menatap kakaknya penuh permohonan. Sudah dua bulan ini Jack mengidap sakit kanker, kondisinya semakin melemah karena pria itu menolak pengobatan yang dikhususkan untuk penyakitnya. "Aku baik baik saja Xander. Tak perlu cemas berlebihan, lihatlah aku masih bisa bernafas sampai sekarang!" Jack mengacak ngacak rambut Xander. Xander langsung menepis kesal. "Kak.." "Ayolah, Xander. Kau tahukan aku

  • Dekapan Hangat sang Majikan   Bab 3

    Sienna berjalan lesu menuju ke arah pintu. Xander masih memperhatikan wanita itu sambil sesekali mengusap wajah dengan gusar.Sial, harusnya dia bisa lebih mengontrol dirinya semalam. Tapi yang terjadi dia malah membuat kesalahan yang sangat sangat fatal.Sienna akhirnya masuk ke kamarnya, membersihkan diri di dalam kamar mandi dengan menggosok keras seluruh bagian tubuhnya. Jejak jejak yang diberikan pria itu masih tampak segar dimana mana. Sienna jijik dengan dirinya sendiri.Jejak itu kembali menyeret ingatannya tentang kejadian semalam."Tidak! Tidaaakkk!" tangis Sienna kembali pecah. Tubuhnya merosot jatuh ke arah lantai.Sienna meringkuk di bawah sambil memeluk kedua kakinya sendiri. Dia tak menyangka mahkotanya akan hilang dengan cara seperti ini. Sekarang dia harus bagaimana? Meminta pertanggung jawaban pria itu? Tidak mungkin!Sienna sangat tahu siapa pria itu.Seorang Xander Lauther. Puta kedua keluarga terpandang. Tidak mungkin sudi bertanggung jawab atas kehormatannya yang

  • Dekapan Hangat sang Majikan   Bab 2

    Melihat Sienna tak akan lagi melalukan perlawanan. Xander mulai menggerakkan diri dengan tidak sabar.Sienna yang belum terbiasa kembali melengkungkan punggungnya ke atas saat dorongan demi dorongan terus diberikan menimbulkan sengatan aneh di tubuh.Tekanan yang pas dan kehangatan yang memeluk miliknya mampu membuat Xander semakin melayang."Sherly, kau akan jadi milikku.." Xander mengusap air yang meniti jatuh di sudut mata wanita di bawahnya. Sienna hanya bisa menatapnya dengan sorot mata kosong."Aku.. bukan Sherly Tuan!"Sienna menahan dada bidang itu saat lagi lagi Xander hendak mengambil apa yang diinginkannya dari wajahnya. Namun untuk kesekian kalinya tenaganya tak sebanding. Pergelangan tangan Sienna digenggam lalu di letakan kembali di samping kepalanya."Kau sangat cantik bila sedang resah begini," puji Xander tanpa sadar. Wanita di depannya sangat berkilau seperti berlian.Xander terkekeh melihat Sienna yang kepayahan. Dengan leluasa ia kembali melepaskan sapuan lembut di

  • Dekapan Hangat sang Majikan   Bab 1

    Langit malam semakin terasa menakutkan saat kilatan cahaya petir terlihat saling menyambar dari luar jendela. Saat ini, hujan tengah turun dengan sangat deras memeluk salah satu sudut bumi. Sienna baru saja selesai dengan semua pekerjaanya. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja menjadi salah satu pelayan di rumah besar keluarga Lauther. Dia menggantikkan posisi ibunya yang saat ini sedang sakit keras. Sienna terpaksa mengambil cuti kuliah dan memutuskan untuk bekerja disini karena desakan keadaan. "Sienna, jika semua pekerjaanmu sudah selesai. Kembalilah beristirahat di kamarmu. Ingat, besok kamu harus bangun pagi pagi sekali sebelum para penghuni rumah ini terjaga, kita punya banyak pekerjaan yang menanti," ujar Cathy, kepala pelayan yang bertugas mengatur semua pekerja rumah tangga di rumah itu. "Baik Nyonya Cathy." Sienna melepas apronnya, lalu bergegas pergi meninggalkan dapur besar itu. Sienna melewati lorong panjang tempat dimana kamarnya berada. Dia berjalan santai sebel

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status