"Cih, dia benar benar merepotkan!" decak Xander sambil melirik sekilas ke arah tubuh Sienna yang terbaring lemah di sebelah jok kemudinya.
Mobilnya baru saja sampai di dalam basement apartemen mewahnya. Xander memutuskan tak pulang ke mensionnya, dia malah membawa Sienna ke sini. Entah apa yang Xander pikirkan. Dia memang sedang malas pulang ke mension karna kedatangan Sherly hari ini. Xander belum siap melihat kemesraan kakaknya dengan wanita yang sangat dicintainya itu. Akhirnya ia malah memilih pulang ke apartemennya sendiri.
Apartemen mewah ini jarang ia tempati. Hanya sesekali saja Xander tinggal disini ketika ia sedang penat atau sedang ada masalah dengan keluarganya. Tempat inilah yang akan jadi pelariannya.
Xander keluar dari mobil, berjalan memutar ke sisi lain. Dia membuka pintu mobil untuk mengeluarkan Sienna dari sana. Xander menggendongnya tubuh yang sudah tak berdaya itu masuk ke dalam lift.
"Sial, kenapa aku melakukan ini? Harusnya ku biarkan saja dia pingsan di kelab tadi." Laki laki itu menyesali perbuatannya menjadi pahlawan kesiangan. Kini dia harus kerepotan mengurus wanita ini di apartemennya.
Setelah meletakkan tubuh Sienna di ranjangnya. Xander berdiri merenggangkan sendi sendinya yang kaku. Sebelum memutuskan membersihkan dirinya di kamar mandi. Xander menelepon dokter pribadinya untuk datang ke mension ini.
"Ya, Smith. Datanglah kemari. Seperti biasa, aku butuh bantuanmu."
Setelah sambungan terputus. Laki laki itu pun pergi ke kamar mandi.
Xander tak bisa menikmati ritual berendam air hangatnya kali ini karna suara bel apartemen tiba tiba mengganggu.indera pendengarannya. Xander sudah tahu siapa yang datang.
Setelah mengenakan celana pendek dan tubuh atas yang dibiarkan terbuka. Xander keluar kamar dengan langkah gagah. Dia membuka pintu dan menemukan Smith sahabatnya sudah berdiri tegap di luar.
"Masuklah. Bukankah kau sudah tahu sandi apartemenku, kenapa masih bertingkah seperti orang lain, kenapa tidak langsung masuk saja!" Xander menggerutu sambil membawa laki laki itu ikut ke kamarnya untuk mengecek kondisi Sienna.
Tawa renyah terdengar keluar dari bibir Smith. "Meskipun sahabat, kau butuh privasi dude, aku tidak akan masuk sembarangan. Bagaimana kalau kau sedang itu..."
"Dasar konyol, kalau aku sedang melakukannya. Aku tidak akan meneleponmu untuk segera kemari!"
Lagi lagi Smith tertawa. Ya, dia suka sekali menggoda Xander yang kesabarannya memang sangat tipis setipis tisu dibagi tujuh.
"Dia terluka, tolong periksa keadaannya," pinta Xander sambil menunjuk Sienna dengan dagunya.
Smith yang baru mendekat ke arah ranjang sedikit syok mendapati pemandangan di depannya.
"Kau melukainya Xander?"
"No! That's impossible! Bukan aku. Dan aku tidak punya kepentingan untuk melukainya."
Ya, kecuali kejadian pada malam itu.
"Oke oke, ceritakan padaku apa yang terjadi."
Xander akhirnya menceritakan semuanya pada Smith. Laki laki itu mulai terlihat telaten memeriksa kondisi Sienna sambil mendengarkan Xander yang masih berbicara.
"Kasihan sekali gadis ini. Dia terluka tapi untunglah bukan luka yang serius."
"Apa perlu membawanya ke rumah sakit?"
"Tidak perlu Xander, tapi omong omong aku menemukan banyak tanda emhh.." Smith sepertinya ragu melanjutkan kalimatnya.
Xander masih menatap Smith lurus sambil mengerutkan alisnya.
"Tanda apa?"
"Tanda merah di sekujur tubuhnya. Terutama bagian dada. Terlihat banyak kiss mark disana. Apa kau benar benar datang tepat waktu untuk menyelamatkannya? Sepertinya tanda merah bukan sesuatu yang baik, aku khawatir kalau pria yang menyerangnya itu telah..."
"Tanda itu aku yang telah memberikannya," potong Xander, membuat Smith langsung membeku dengan wajah syok.
"Kemarin malam aku pulang dalam keadaan tidak sadar, dan aku telah melakukan kesalahan padanya."
"Apa? Itu bukan kabar baik Xander!" Smith menutup mulutnya sendiri saking terkejutnya.
"Apa kau menggunakan pengaman saat melakukannya?" Smith beralih menatap tubuh Sienna yang masih tak sadarkan diri.
"Tidak, aku bahkan yakin aku telah mengeluarkan banyak saat itu." Xander ikut menatap ke arah Sienna.
"Ouh, shit! Kau dalam masalah besar kalau begitu," ujar Smith.
Xander malah berjalan ke arah walk in closet miliknya dengan wajah tenang. Tak lama ia keluar dengan stelan kemeja hitam yang terlihat sangat cocok ditubuhnya.
"Aku akan mengurusnya. Akan ku pastikan dia tidak akan sampai hamil. Dia bukan masalah besar bagiku." Xander sudah memikirkan rencana untuk membereskan kesalahan yang dibuatnya pada malam itu bersama Sienna. Dia akan mengajak Sienna menemui Dokter kandungan setelah wanita itu sadar nanti.
"Xander, kamu akan menekan seorang wanita dengan kekuasanmu?"
"Mau bagaimana lagi, dia tidak boleh menjadi kerikil dalam hidupku. Dia hanya seorang maid rendahan, sama seperti perempuan lain dalam hidupku, tidak ada artinya sama sekali. Lagi pula kau tahu bukan selama ini perasaanku hanya tertuju untuk siapa?"
Smith mengusap wajahnya sendiri. Dia tak menyangka Xander masih saja terjebak pada perasaannya yang tak pernah berbalas pada sahabatnya Sherly.
"Ayolah Xander. Sherly sudah memiliki Jack. Dia dan kakakmu saling mencintai." Smith berusaha membuat mata Xander terbuka. Cintanya pada wanita bernama Sherly itu dirasa Smith sudah tidak masuk di akal. Sudah bertahun tahun Xander menyimpan perasaanya itu sendirian. Dan Smith tidak mengerti kenapa Xander tidak pernah lelah mencintai sendirian.
"Aku tahu, makanya aku hanya akan mencintai Sherly-ku diam diam. Tidak ada yang akan mengetahui perasaan ini. Aku tidak akan mengganggu hubungan kakak ku, Smith. Aku juga sangat menyayangi kakaku Jack!"
Smith menggeleng gelengkan kepala. Merasa bingung dengan cara berpikir Xander. Xander dangat tampan dan juga dia sudah sangat mapan secara finansial. Jika ingin mendapatkan pasangan, Xander tinggal menunjuk saja ke arah gadis gadis yang selama ini sering mengejar ngejarnya.
"Baiklah terserah kau saja. Aku sudah mengobati luka di wajahnya. Jika dia sudah bangun, lebih baik kau ajak dia makan. Tubuhnya lemas. Dia butuh asupan makan untuk memulihkan tenaganya."
"Hem, kau akan pergi sekarang?" tanya Xander sambil memperhatikan Smith yang tengah membereskan kembali peralatan medis ke tas kerjanya.
"Ya, aku ada jadwal praktek hari ini."
"Baiklah, aku akan mengantarmu ke depan pintu."
**
Sienna bangun dengan kepala yang terasa berputar putar. Dia mengendarkan pandangannya dan terkejut saat menyadari ruangan yang sedang ia tempati saat ini terasa begitu asing.
"Dimana ini?" Sienna langsung duduk meski tubuhnya masih sangat lemah.
"Kau sudah bangun?"
"Tuan..." Sienna terperangah saat melihat Xander tiba tiba masuk dengan wajah dingin. Dia membawa nampan berisi makanan di tangannya.
Pria itu mendekat membawa langkahnya ke sisi ranjang. "Makan ini, aku memesan makanan di luar. Setelah itu minum obatmu!"
Tanpa basa basi apalagi suara yang lembut. Xander meletakan nampan itu ke atas pangkuan Sienna.
"Kenapa aku bisa disini?"
"Cerewet! Lebih baik makan dulu. Dasar merepotkan!"
Sienna langsung mengatupkan bibir menahan jengkel. Dia hanya bertanya, kenapa harus menjawab seketus itu.
Sambil menyuap bubur ke dalam mulutnya, Sienna mencoba mengingat ingat kejadian yang terjadi padanya hari ini. Wajah Sienna menegang dan matanya melebar seketika. Akhirnya di berhasil mengingat kejadian mengerikan itu.
"Tuan yang menyelamatkanku?" tanya Sienna memastikan ingatannya tidak salah. Sebelum pingsan, Sienna masih sempat melihat apa yang dilakukan Xander pada laki laki yang membawanya ke toilet.
Sienna bergidig ngeri menatap ke arah Xander. Ternyata laki laki ini bisa jadi sangat berbahaya.
"Kamu pikir siapa lagi yang bisa menyelamatkanmu?" Xander duduk menyilangkan sayu kakinya ke atas paha, sementara satu tangannya ia rentangkan di bahu sofa. Dengan wajah yang masih terlihat dingin, Xander menyesap rokok, lalu tak lama mengeluarkan kepulan awan putih dari bibirnya.
"Apa yang terjadi pada laki laki itu? Apa dia selamat?"
"Dia hanya kritis!" Xander menjawab tanpa embel embel kelihatan bersalah. Meski Sienna tahu laki laki yang menyerangnya itu sudah melakukan kesalahan besar. Tapi sikap Xander juga tak bisa dibenarkan.
Tak ada lagi perbincangan di antara mereka setelahnya. Xander sibuk dengan rokoknya sementara Sienna sendiri sibuk dengan kegelisahannya berada di tempat ini.
"Aku ingin pulang ke rumah keluarga Lauther, nona Cathy pasti mencariku," ucap Sienna akhirnya.
Xander menekan ujung asbak dan meletakan puntung rokok yang sudah pendek ke atasnya.
"Kita akan pulang ke sana, tapi sebelum itu kau harus ikut denganku ke suatu tempat." Xander berdiri lalu menghampiri Sienna.
Tatapan tajam Sienna memaksa wanita itu menundukan kepalanya karna takut.
"Kemana?" Lirih Sienna tak berani bertatapan lagi dengan laki laki itu.
"Dokter kandungan."
"Kenapa kita harus kemari?" tanya Sienna saat Xander baru saja mematikan mesin mobilnya.Sienna masih tak mengerti karna di apartemen tadi Xander benar benar tak menjelaskan gamblang padanya mengenai alasan ia memaksanya untuk kemari. Xander hanya mengatakan Sienna harus ikut dengannya untuk menemui dokter kandungan.Xander menghela nafas sambil membuka sabuk pengaman di tubuhnya."Kau akan tahu jawabannya di dalam. Ayo kita turun," ujar Xander.Sienna masih diam, dia meremas kedua tangannya yang mulai terasa dingin. Rumah sakit selalu menjadi tempat mengerikan bagi Sienna. Dia sangat takut pada tempat ini. Ayah dan adiknya meninggal di tempat ini, dan sekarang ibunya pun harus setiap minggu datang ke tempat ini untuk mengobati sakit yang di alaminya."Kau tuli? Kenapa masih diam?" Xander menyerongkan tubuh ke arah Sienna saat melihat wanita itu hanya diam mematung di atas joknya.Sienna mengangkat wajah dan memberanikan diri menatap laki laki itu. "Aku takut rumah sakit Tuan," jawabn
Setelah selesai dengan tugasnya. Dokter Siska akhirnya kembali meletakan alat alat yang baru saja digunakannya ke tempat semula.Sienna masih menutup rapat matanya ketika sebuah bisikan terdengar lirih di samping telinganya."Buka matamu, dokter sudah selesai menyuntikmu Sienna." Xander menegakkan kembali tubuh besarnya. Genggamannya di tangan Sienna juga terlepas begitu saja.Dengan wajah yang masih sedikit ketakutan. Sienna akhirnya bangun dan turun dari bed pemeriksaan.Xander menarik kursi dan menyuruh Sienna untuk kembali duduk di sebelahnya. Dokter Siska mulai menerangkan semua yang perlu diterangkannya pada Xander dan Sienna."KB darurat ini hanya digunakan disaat saat genting, saya harap kedepannya hal ini tidak akan terulang lagi. Karna Kb seharusnya dilakukan sebelum pasangan melakukan kegiatan itu. Bukan malah sebaliknya.""Heum, akan ku pastikan hal ini tidak akan terulang lagi." Xander berujar dengan wajah santai.Sienna menguatkan remasan di ujung seragam maid yang diken
Dua hari berlalu sejak kejadian hari itu. Xander menepati ucapannya. Sejumlah uang dengan nominal fantastis mendarat di rekening milik Sienna.Sienne tersenyum lebar. Ada harapan besar yang semakin bertahan di dadanya untuk melihat ibunya sehat kembali seperti sediakala. Sienna akan menggunakan uang dari Xander itu untuk membawa ibunya berobat ke rumah sakit yang fasilitas dan pelayanannya jauh lebih bagus dari sebelumnya."Bibi Nuke, tolong jaga ibu dengan baik. Aku mungkin akan kembali sebulan lagi untuk menjenguknya." Sienna berjalan di sekitar taman belakang, waktu istirahat siangnya kali ini ia manfaatkan untuk bercengkerama sebentar dengan sang bibi yang bernama Nuke.Nuke adalah adik kandung dari ibu Sienna yang Sienna mintai tolong untuk membantu merawat ibunya selama ia bekerja di rumah kediaman Lauther."Iya sayang, kamu tidak perlu khawatir. Ibu mu sekarang sudah berada di tempat yang seharusnya. Bibi akan menjaganya dengan baik selama beliau melakukan pengobatan disini."S
Suara peralatan dapur yang beradu memenuhi dapur, saat ini Sienna tengah merapihkan piring dan gelas yang baru saja selesai dicucinya. Jamuan makan malam baru saja selesai dilakukan keluarga besar Lauther."Sienna, apa kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu?" tanya Cathy yang tiba tiba muncul dari arah belakang tubuh Sienna."Sedikit lagi Nyonya.""Setelah semuanya selesai. Kamu bawa cemilan ini ke kamar tuan Jack ya, dia tadi meminta di bawakan cemilan ke atas kamarnya." Cathy menyodorkan sepiring biskuit dan segelas susu hangat yang sudah di tata di atas sebuah nampan."Baik, saya akan membawanya ke atas.""Terima kasih Sienna." Cathy berlalu setelah melepas apronnya dan menggantungnya di tempatnya.Setelah mengantarkan cemilan ini. Sienna bisa langsung istirahat di kamarnya. Hari ini cukup melelahkan dengan segudang pekerjaan yang menyita cukup tenaganya.Sienna membawa langkahnya pergi menaiki tangga menuju kamar Jack yang berada di lantai kedua rumah besar itu.Ketukan kedua setel
Xander terus membawa Sienna turun menjejaki tangga panjang di hadapannya. Pontang panting Sienna harus menyelaraskan langkahnya dengan langkah Xander yang lebar lebar."Tuan tunggu, kita mau kemana?" tanya Sienna panik saat Xander terus membawanya pergi ke luar lewat pintu belakang rumah keluarga Lauther. Keadaan saat itu cukup gelap karna hari memang sudah mulai menampakan pesona langit malam yang pekat."Tuan, berhenti. Aku tidak mau ikut denganmu!" Sienna masih berusaha memberontak saat ia melihat Xander mulai membawanya masuk ke sebuah bangunan kecil yang terpisah cukup jauh dari bangunan utama rumah besar.Xander mendobrak paksa pintu di depannya dengan kakinya. Satu dua kali hentakan pintu itu akhirnya terbuka lebar. Melihat dari barang barang yang ada di dalamnya. Sienna bisa menduga kalau tempat itu adalah gudang penyimpanan bahan bahan makanan. Terlihat banyak kardus kardus besar dengan tulisan bahan makanan di depannya tersusun rapih memenuhi setiap sudut ruangan disana."Ma
Wanita dalam ruang freezer terlihat bergerak gelisah dalam tidurnya. Dia terbangun ketika merasakan perubahan esktrim pada suhu ruangan yang sedang ditinggalinya."Kenapa dingin sekali..." Sienna mengusap usap tengkuknya sendiri saat merasakan hawa di sekitarnya kian mencekam. Sienna akhirnya bangun dan memaksakan diri untuk berjalan ke arah pintu besi yang masih terkunci.Tangannya terulur dan mulai menarik kuat handel pintu di depannya. "Sialan, masih terkunci. Buka pintunya. Tolong siapapun yang ada di luar sana, tolong buka pintunya!" Teriakan Sienna menggema di dalam ruangan.Air matanya kembali jatuh saat Sienna menyadari tidak ada siapapun yang akan menolongnya kali ini. Tempat ini jauh dari bangunan rumah utama. Mustahil rasanya jika seseorang akan masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan makanan malam malam begini."Tuan Xander, buka pintunya!" Sienna tahu usaha dan teriakannya sia sia. Tapi dia masih belum mau menyerah. Dia tidak mau mati konyol disini. Dia masih ingin hidup
Xander berlari cepat menuruni anak tangga. Dia melesat keluar dari rumah besar itu melalui pintu di bagian belakang.Dengan langkah yang sangat lebar dan terlihat tergesa. Xander akhirnya sampai di tempat tujuan."Pierre, kenapa belum dibuka?" Dengan nafasnya yang terlihat terengah-engah, Xander menatap panik ke arah Pierre."Pintunya macet Tuan!""Dasar tidak becus, minggir!" Tangan Xander menyentak tubuh Peter yang berada di depan pintu dengan tak sabar.Sekuat tenaga Xander menarik pegangan pintu di depannya. Nadi nadi di lehernya sampai tertarik keluar saat Xander mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menggeser pintu besi itu."Brengsek! Ayo terbukalah!" Makinya kesal.Brak!Akhirnya pintu terbuka setelah perjuangan keras yang dilakukannya. Xander masuk dan langsung tercengang hebat menemukan pemandangan memilukan di hadapannya. Tubuh wanita yang sejak tadi ia khawatirkan tampak sedang terbujur kaku mencium dinginnya lantai di dalam ruangan itu."Sienna!!" Xander langsung mengham
Setelah mematikan panggilan. teleponnya. Xander langsung meninggalkan area rumah sakit.Dia memacu cepat kendaraannya membelah jalanan lengang di hadapannya. Dada Xander bergemuruh hebat, wajah tampannya menunjukkan kemarahan dan rasa gelisah yang pekat. Xander terlihat tak sabar ingin segera sampai di tempat yang dituju.Setelah mendengar langsung betapa fatalnya keadaan Sienna. Xander jadi tak bisa tenang. Dia ingin mencaritahu sendiri kebenaran tentang siapa sebenarnya orang yang sudah berani menaikan suhu di ruang freezer sampai menjadi minus seperti itu."Sial, jika memang ada yang sengaja mencelakai Sienna, aku tidak akan pernah memaafkannya!" dengusnya marah sambil mengepalkan tangannya kuat kuat di pegangan kemudi.Tak lama mobil yang Xander bawa pun akhirnya sampai di kediamannya. Xander turun dengan tergesa dari mobilnya dan langsung berjalan masuk ke arah teras rumah."Dimana Pierre?" tanyanya pada pengawal yang membantu membukakan pintu rumah untuknya."Tadi saya melihat P
"Sherly!!" Xander langsung membeku dengan wajah tegang."Apa yang sedang kamu lakukan, Xander!?" Lagi pertanyaan yang sama kembali meluncur dari bibir Sherly. Wanita itu mendekat dan semakin mempertipis jarak diantara dirinya dan laki laki yang masih memeluk Sienna di atas ranjang.Sejenak tatapan Sherly sempat tertuju pada baju pasien Sienna yang terbuka di bagian atas. Terdapat tanda kecup merah mengitari leher jenjang wanita itu. Sherly langsung mengepalkan tangan dengan dada yang mulai bergemuruh."Aku..." Xander langsung kehilangan kata. Dia hanya bisa melengoskan wajah ke arah lain saat menyadari tatapan penuh selidik dari Sherly."Turun Xander, ini sangat tidak pantas dilihat!" Sherly hampir menjerit saking kesalnya melihat Xander malah tetap bertahan di tempatnya setelah ia kepergok basah."Pelankan suaramu Sherly, kamu akan membangunkan tidur Sienna!" desis Xander sambil membawa arah pandangannya kembali ke arah sahabatnya itu. Bisa ia lihat wajah Sherly sudah memerah seperti
Tangan besar Xander mengusap pipi, pelan seringan kapas. Sienna bukannya tak menyadari usapan itu, hanya saja dia terlalu lemah untuk hanya sekedar melawan sentuhan yang diberikan Xander."Masih dingin, heum?" bisikan parau di dapat Sienna setelah laki laki itu merendahkan sedikit kepalanya.Xander menarik pelan dagu mungil, hingga wajah wanita itu kini terlihat lebih jelas. Mata itu masih terpejam rapat, tangannya yang meremat baju Xander semakin menguat. Tanpa perlu menjawab. Xander bisa merasakan tubuh itu masih menggigil karna kedinginan."Buka matamu, Sienna." titah Xander dengan suara yang sudah berubah serak.Mata cantik itu terbuka perlahan sesuai permintaannya. Xander terpaku, mengikat netranya pada setiap goresan ciptaan Tuhan di hadapannya. Sienna sangat cantik, dan dia sudah menyadari itu dari awal pertemuan.Bibir mungil yang pucat itu masih saja terlihat menggoda, bahkan ketika Sienna menggerakkannya pelan untuk menciptakan ruang di sela selanya. Xander hanya mampu menegu
"Kenapa kamu hanya diam, hah?!" Sherly tersentak ketika gelegar suara laki laki itu terdengar begitu nyaring sampai memekakan kedua telinganya. "Xander ka..mu..." Terbata Sherly mengatupkan bibirnya rapat rapat, berusaha menahan nyeri yang mendatanginya saat melihat sikap Xander yang begitu emosional. Air mata Sherly jatuh tanpa bisa dibendung lagi. Untuk pertama kali dalam sejarah persahabatan mereka. Xander telah berani meninggikan suara kepadanya. Dan lagi yang membuatnya muak adalah alasannya pun sama seperti yang Jack lakukan sebelumnya. Wanita bernama Sienna. Wanita sialan itu lah penyebab utama perubahan sikap Xander ini! Sherly sekarang sadar, Sienna sudah menjadi duri yang nyata dalam hubungannya dengan kakak beradik keluarga Lauther. Lihatlah, Xander atau pun Jack sampai bisa memarahinya hanya untuk membela wanita itu. "Aku sudah melihat semuanya lewat cctv, kenapa kamu mengubah temperatur suhu di ruangan freezer? Kamu pasti tahu kan Sienna ada disana? Aku ingat bet
Setelah mematikan panggilan. teleponnya. Xander langsung meninggalkan area rumah sakit.Dia memacu cepat kendaraannya membelah jalanan lengang di hadapannya. Dada Xander bergemuruh hebat, wajah tampannya menunjukkan kemarahan dan rasa gelisah yang pekat. Xander terlihat tak sabar ingin segera sampai di tempat yang dituju.Setelah mendengar langsung betapa fatalnya keadaan Sienna. Xander jadi tak bisa tenang. Dia ingin mencaritahu sendiri kebenaran tentang siapa sebenarnya orang yang sudah berani menaikan suhu di ruang freezer sampai menjadi minus seperti itu."Sial, jika memang ada yang sengaja mencelakai Sienna, aku tidak akan pernah memaafkannya!" dengusnya marah sambil mengepalkan tangannya kuat kuat di pegangan kemudi.Tak lama mobil yang Xander bawa pun akhirnya sampai di kediamannya. Xander turun dengan tergesa dari mobilnya dan langsung berjalan masuk ke arah teras rumah."Dimana Pierre?" tanyanya pada pengawal yang membantu membukakan pintu rumah untuknya."Tadi saya melihat P
Xander berlari cepat menuruni anak tangga. Dia melesat keluar dari rumah besar itu melalui pintu di bagian belakang.Dengan langkah yang sangat lebar dan terlihat tergesa. Xander akhirnya sampai di tempat tujuan."Pierre, kenapa belum dibuka?" Dengan nafasnya yang terlihat terengah-engah, Xander menatap panik ke arah Pierre."Pintunya macet Tuan!""Dasar tidak becus, minggir!" Tangan Xander menyentak tubuh Peter yang berada di depan pintu dengan tak sabar.Sekuat tenaga Xander menarik pegangan pintu di depannya. Nadi nadi di lehernya sampai tertarik keluar saat Xander mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menggeser pintu besi itu."Brengsek! Ayo terbukalah!" Makinya kesal.Brak!Akhirnya pintu terbuka setelah perjuangan keras yang dilakukannya. Xander masuk dan langsung tercengang hebat menemukan pemandangan memilukan di hadapannya. Tubuh wanita yang sejak tadi ia khawatirkan tampak sedang terbujur kaku mencium dinginnya lantai di dalam ruangan itu."Sienna!!" Xander langsung mengham
Wanita dalam ruang freezer terlihat bergerak gelisah dalam tidurnya. Dia terbangun ketika merasakan perubahan esktrim pada suhu ruangan yang sedang ditinggalinya."Kenapa dingin sekali..." Sienna mengusap usap tengkuknya sendiri saat merasakan hawa di sekitarnya kian mencekam. Sienna akhirnya bangun dan memaksakan diri untuk berjalan ke arah pintu besi yang masih terkunci.Tangannya terulur dan mulai menarik kuat handel pintu di depannya. "Sialan, masih terkunci. Buka pintunya. Tolong siapapun yang ada di luar sana, tolong buka pintunya!" Teriakan Sienna menggema di dalam ruangan.Air matanya kembali jatuh saat Sienna menyadari tidak ada siapapun yang akan menolongnya kali ini. Tempat ini jauh dari bangunan rumah utama. Mustahil rasanya jika seseorang akan masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan makanan malam malam begini."Tuan Xander, buka pintunya!" Sienna tahu usaha dan teriakannya sia sia. Tapi dia masih belum mau menyerah. Dia tidak mau mati konyol disini. Dia masih ingin hidup
Xander terus membawa Sienna turun menjejaki tangga panjang di hadapannya. Pontang panting Sienna harus menyelaraskan langkahnya dengan langkah Xander yang lebar lebar."Tuan tunggu, kita mau kemana?" tanya Sienna panik saat Xander terus membawanya pergi ke luar lewat pintu belakang rumah keluarga Lauther. Keadaan saat itu cukup gelap karna hari memang sudah mulai menampakan pesona langit malam yang pekat."Tuan, berhenti. Aku tidak mau ikut denganmu!" Sienna masih berusaha memberontak saat ia melihat Xander mulai membawanya masuk ke sebuah bangunan kecil yang terpisah cukup jauh dari bangunan utama rumah besar.Xander mendobrak paksa pintu di depannya dengan kakinya. Satu dua kali hentakan pintu itu akhirnya terbuka lebar. Melihat dari barang barang yang ada di dalamnya. Sienna bisa menduga kalau tempat itu adalah gudang penyimpanan bahan bahan makanan. Terlihat banyak kardus kardus besar dengan tulisan bahan makanan di depannya tersusun rapih memenuhi setiap sudut ruangan disana."Ma
Suara peralatan dapur yang beradu memenuhi dapur, saat ini Sienna tengah merapihkan piring dan gelas yang baru saja selesai dicucinya. Jamuan makan malam baru saja selesai dilakukan keluarga besar Lauther."Sienna, apa kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu?" tanya Cathy yang tiba tiba muncul dari arah belakang tubuh Sienna."Sedikit lagi Nyonya.""Setelah semuanya selesai. Kamu bawa cemilan ini ke kamar tuan Jack ya, dia tadi meminta di bawakan cemilan ke atas kamarnya." Cathy menyodorkan sepiring biskuit dan segelas susu hangat yang sudah di tata di atas sebuah nampan."Baik, saya akan membawanya ke atas.""Terima kasih Sienna." Cathy berlalu setelah melepas apronnya dan menggantungnya di tempatnya.Setelah mengantarkan cemilan ini. Sienna bisa langsung istirahat di kamarnya. Hari ini cukup melelahkan dengan segudang pekerjaan yang menyita cukup tenaganya.Sienna membawa langkahnya pergi menaiki tangga menuju kamar Jack yang berada di lantai kedua rumah besar itu.Ketukan kedua setel
Dua hari berlalu sejak kejadian hari itu. Xander menepati ucapannya. Sejumlah uang dengan nominal fantastis mendarat di rekening milik Sienna.Sienne tersenyum lebar. Ada harapan besar yang semakin bertahan di dadanya untuk melihat ibunya sehat kembali seperti sediakala. Sienna akan menggunakan uang dari Xander itu untuk membawa ibunya berobat ke rumah sakit yang fasilitas dan pelayanannya jauh lebih bagus dari sebelumnya."Bibi Nuke, tolong jaga ibu dengan baik. Aku mungkin akan kembali sebulan lagi untuk menjenguknya." Sienna berjalan di sekitar taman belakang, waktu istirahat siangnya kali ini ia manfaatkan untuk bercengkerama sebentar dengan sang bibi yang bernama Nuke.Nuke adalah adik kandung dari ibu Sienna yang Sienna mintai tolong untuk membantu merawat ibunya selama ia bekerja di rumah kediaman Lauther."Iya sayang, kamu tidak perlu khawatir. Ibu mu sekarang sudah berada di tempat yang seharusnya. Bibi akan menjaganya dengan baik selama beliau melakukan pengobatan disini."S