"Kenapa kamu hanya diam, hah?!" Sherly tersentak ketika gelegar suara laki laki itu terdengar begitu nyaring sampai memekakan kedua telinganya. "Xander ka..mu..." Terbata Sherly mengatupkan bibirnya rapat rapat, berusaha menahan nyeri yang mendatanginya saat melihat sikap Xander yang begitu emosional. Air mata Sherly jatuh tanpa bisa dibendung lagi. Untuk pertama kali dalam sejarah persahabatan mereka. Xander telah berani meninggikan suara kepadanya. Dan lagi yang membuatnya muak adalah alasannya pun sama seperti yang Jack lakukan sebelumnya. Wanita bernama Sienna. Wanita sialan itu lah penyebab utama perubahan sikap Xander ini! Sherly sekarang sadar, Sienna sudah menjadi duri yang nyata dalam hubungannya dengan kakak beradik keluarga Lauther. Lihatlah, Xander atau pun Jack sampai bisa memarahinya hanya untuk membela wanita itu. "Aku sudah melihat semuanya lewat cctv, kenapa kamu mengubah temperatur suhu di ruangan freezer? Kamu pasti tahu kan Sienna ada disana? Aku ingat bet
Tangan besar Xander mengusap pipi, pelan seringan kapas. Sienna bukannya tak menyadari usapan itu, hanya saja dia terlalu lemah untuk hanya sekedar melawan sentuhan yang diberikan Xander."Masih dingin, heum?" bisikan parau di dapat Sienna setelah laki laki itu merendahkan sedikit kepalanya.Xander menarik pelan dagu mungil, hingga wajah wanita itu kini terlihat lebih jelas. Mata itu masih terpejam rapat, tangannya yang meremat baju Xander semakin menguat. Tanpa perlu menjawab. Xander bisa merasakan tubuh itu masih menggigil karna kedinginan."Buka matamu, Sienna." titah Xander dengan suara yang sudah berubah serak.Mata cantik itu terbuka perlahan sesuai permintaannya. Xander terpaku, mengikat netranya pada setiap goresan ciptaan Tuhan di hadapannya. Sienna sangat cantik, dan dia sudah menyadari itu dari awal pertemuan.Bibir mungil yang pucat itu masih saja terlihat menggoda, bahkan ketika Sienna menggerakkannya pelan untuk menciptakan ruang di sela selanya. Xander hanya mampu menegu
"Sherly!!" Xander langsung membeku dengan wajah tegang."Apa yang sedang kamu lakukan, Xander!?" Lagi pertanyaan yang sama kembali meluncur dari bibir Sherly. Wanita itu mendekat dan semakin mempertipis jarak diantara dirinya dan laki laki yang masih memeluk Sienna di atas ranjang.Sejenak tatapan Sherly sempat tertuju pada baju pasien Sienna yang terbuka di bagian atas. Terdapat tanda kecup merah mengitari leher jenjang wanita itu. Sherly langsung mengepalkan tangan dengan dada yang mulai bergemuruh."Aku..." Xander langsung kehilangan kata. Dia hanya bisa melengoskan wajah ke arah lain saat menyadari tatapan penuh selidik dari Sherly."Turun Xander, ini sangat tidak pantas dilihat!" Sherly hampir menjerit saking kesalnya melihat Xander malah tetap bertahan di tempatnya setelah ia kepergok basah."Pelankan suaramu Sherly, kamu akan membangunkan tidur Sienna!" desis Xander sambil membawa arah pandangannya kembali ke arah sahabatnya itu. Bisa ia lihat wajah Sherly sudah memerah seperti
Langit malam semakin terasa menakutkan saat kilatan cahaya petir terlihat saling menyambar dari luar jendela. Saat ini, hujan tengah turun dengan sangat deras memeluk salah satu sudut bumi. Sienna baru saja selesai dengan semua pekerjaanya. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja menjadi salah satu pelayan di rumah besar keluarga Lauther. Dia menggantikkan posisi ibunya yang saat ini sedang sakit keras. Sienna terpaksa mengambil cuti kuliah dan memutuskan untuk bekerja disini karena desakan keadaan. "Sienna, jika semua pekerjaanmu sudah selesai. Kembalilah beristirahat di kamarmu. Ingat, besok kamu harus bangun pagi pagi sekali sebelum para penghuni rumah ini terjaga, kita punya banyak pekerjaan yang menanti," ujar Cathy, kepala pelayan yang bertugas mengatur semua pekerja rumah tangga di rumah itu. "Baik Nyonya Cathy." Sienna melepas apronnya, lalu bergegas pergi meninggalkan dapur besar itu. Sienna melewati lorong panjang tempat dimana kamarnya berada. Dia berjalan santai sebel
Melihat Sienna tak akan lagi melalukan perlawanan. Xander mulai menggerakkan diri dengan tidak sabar.Sienna yang belum terbiasa kembali melengkungkan punggungnya ke atas saat dorongan demi dorongan terus diberikan menimbulkan sengatan aneh di tubuh.Tekanan yang pas dan kehangatan yang memeluk miliknya mampu membuat Xander semakin melayang."Sherly, kau akan jadi milikku.." Xander mengusap air yang meniti jatuh di sudut mata wanita di bawahnya. Sienna hanya bisa menatapnya dengan sorot mata kosong."Aku.. bukan Sherly Tuan!"Sienna menahan dada bidang itu saat lagi lagi Xander hendak mengambil apa yang diinginkannya dari wajahnya. Namun untuk kesekian kalinya tenaganya tak sebanding. Pergelangan tangan Sienna digenggam lalu di letakan kembali di samping kepalanya."Kau sangat cantik bila sedang resah begini," puji Xander tanpa sadar. Wanita di depannya sangat berkilau seperti berlian.Xander terkekeh melihat Sienna yang kepayahan. Dengan leluasa ia kembali melepaskan sapuan lembut di
Sienna berjalan lesu menuju ke arah pintu. Xander masih memperhatikan wanita itu sambil sesekali mengusap wajah dengan gusar.Sial, harusnya dia bisa lebih mengontrol dirinya semalam. Tapi yang terjadi dia malah membuat kesalahan yang sangat sangat fatal.Sienna akhirnya masuk ke kamarnya, membersihkan diri di dalam kamar mandi dengan menggosok keras seluruh bagian tubuhnya. Jejak jejak yang diberikan pria itu masih tampak segar dimana mana. Sienna jijik dengan dirinya sendiri.Jejak itu kembali menyeret ingatannya tentang kejadian semalam."Tidak! Tidaaakkk!" tangis Sienna kembali pecah. Tubuhnya merosot jatuh ke arah lantai.Sienna meringkuk di bawah sambil memeluk kedua kakinya sendiri. Dia tak menyangka mahkotanya akan hilang dengan cara seperti ini. Sekarang dia harus bagaimana? Meminta pertanggung jawaban pria itu? Tidak mungkin!Sienna sangat tahu siapa pria itu.Seorang Xander Lauther. Puta kedua keluarga terpandang. Tidak mungkin sudi bertanggung jawab atas kehormatannya yang
"Duduklah, dia sudah pergi. Kenapa terus menatap ke arah pintu?" Jack menepuk bahu adiknya yang terus termenung setelah kepergian Sienna. Xander tersadar. "Aku tidak sedang memperhatikannya!" Xander menolak tuduhan tersebut. Jack menghela napas. "Bersikaplah lebih lembut pada orang lain. Kenapa kau selalu ketus begitu sih?" Xander tak menyahut. Dia ikut duduk di sebelah kakaknya. Memperhatikan kondisi Jack dengan seksama. "Kata mamah penyakitmu kumat lagi. Kau tidak ingin melakukan kemoterapi Kak? Ayolah, kali ini turuti permintaan kami semua. Jangan egois!" Xander mendesah gelisah dan menatap kakaknya penuh permohonan. Sudah dua bulan ini Jack mengidap sakit kanker, kondisinya semakin melemah karena pria itu menolak pengobatan yang dikhususkan untuk penyakitnya. "Aku baik baik saja Xander. Tak perlu cemas berlebihan, lihatlah aku masih bisa bernafas sampai sekarang!" Jack mengacak ngacak rambut Xander. Xander langsung menepis kesal. "Kak.." "Ayolah, Xander. Kau tahukan aku
Sienna masih mengumpat meski mobil Xander telah menghilang dari pandangannya. Dia menatap sekeliling dengan wajah bingung."Bagaimana ini?" gumamnya sambil mengusap pipi basahnya. Kepanikan mulai melanda saat Sienna sadar kini ia tengah berada di tempat asing yang sama sekali tak ia kenal.Sialan pria itu, dia harus kemana sekarang? Sienna buta arah. Dia baru di kota ini. Tidak terbiasa berjalan di tempat keramaian seperti ini.Sienna merogoh saku bajunya, tidak ada ponsel yang terbawa."Arghhh!" Sienna mendesah frustasi.Lengkap sudah penderitaannya. Harusnya dari awal tadi dia menolak ajakan Xander untuk mengantarnya. Harusnya dia tahu pria itu hanya akan membawa masalah baru di hidupnya. Sejak bertemu Xander, Sienna merasa hidupnya penuh dengan kesialan. Pria itu bukan hanya punya sifat arogan yang tinggi, tapi juga sangat tidak punya hati!Akhirnya dengan perasan takut yang menyelubungi hati. Sienna memaksakan membawa langkahnya menyusuri jalan trotoar di hadapannya. Tak apa dia t
"Sherly!!" Xander langsung membeku dengan wajah tegang."Apa yang sedang kamu lakukan, Xander!?" Lagi pertanyaan yang sama kembali meluncur dari bibir Sherly. Wanita itu mendekat dan semakin mempertipis jarak diantara dirinya dan laki laki yang masih memeluk Sienna di atas ranjang.Sejenak tatapan Sherly sempat tertuju pada baju pasien Sienna yang terbuka di bagian atas. Terdapat tanda kecup merah mengitari leher jenjang wanita itu. Sherly langsung mengepalkan tangan dengan dada yang mulai bergemuruh."Aku..." Xander langsung kehilangan kata. Dia hanya bisa melengoskan wajah ke arah lain saat menyadari tatapan penuh selidik dari Sherly."Turun Xander, ini sangat tidak pantas dilihat!" Sherly hampir menjerit saking kesalnya melihat Xander malah tetap bertahan di tempatnya setelah ia kepergok basah."Pelankan suaramu Sherly, kamu akan membangunkan tidur Sienna!" desis Xander sambil membawa arah pandangannya kembali ke arah sahabatnya itu. Bisa ia lihat wajah Sherly sudah memerah seperti
Tangan besar Xander mengusap pipi, pelan seringan kapas. Sienna bukannya tak menyadari usapan itu, hanya saja dia terlalu lemah untuk hanya sekedar melawan sentuhan yang diberikan Xander."Masih dingin, heum?" bisikan parau di dapat Sienna setelah laki laki itu merendahkan sedikit kepalanya.Xander menarik pelan dagu mungil, hingga wajah wanita itu kini terlihat lebih jelas. Mata itu masih terpejam rapat, tangannya yang meremat baju Xander semakin menguat. Tanpa perlu menjawab. Xander bisa merasakan tubuh itu masih menggigil karna kedinginan."Buka matamu, Sienna." titah Xander dengan suara yang sudah berubah serak.Mata cantik itu terbuka perlahan sesuai permintaannya. Xander terpaku, mengikat netranya pada setiap goresan ciptaan Tuhan di hadapannya. Sienna sangat cantik, dan dia sudah menyadari itu dari awal pertemuan.Bibir mungil yang pucat itu masih saja terlihat menggoda, bahkan ketika Sienna menggerakkannya pelan untuk menciptakan ruang di sela selanya. Xander hanya mampu menegu
"Kenapa kamu hanya diam, hah?!" Sherly tersentak ketika gelegar suara laki laki itu terdengar begitu nyaring sampai memekakan kedua telinganya. "Xander ka..mu..." Terbata Sherly mengatupkan bibirnya rapat rapat, berusaha menahan nyeri yang mendatanginya saat melihat sikap Xander yang begitu emosional. Air mata Sherly jatuh tanpa bisa dibendung lagi. Untuk pertama kali dalam sejarah persahabatan mereka. Xander telah berani meninggikan suara kepadanya. Dan lagi yang membuatnya muak adalah alasannya pun sama seperti yang Jack lakukan sebelumnya. Wanita bernama Sienna. Wanita sialan itu lah penyebab utama perubahan sikap Xander ini! Sherly sekarang sadar, Sienna sudah menjadi duri yang nyata dalam hubungannya dengan kakak beradik keluarga Lauther. Lihatlah, Xander atau pun Jack sampai bisa memarahinya hanya untuk membela wanita itu. "Aku sudah melihat semuanya lewat cctv, kenapa kamu mengubah temperatur suhu di ruangan freezer? Kamu pasti tahu kan Sienna ada disana? Aku ingat bet
Setelah mematikan panggilan. teleponnya. Xander langsung meninggalkan area rumah sakit.Dia memacu cepat kendaraannya membelah jalanan lengang di hadapannya. Dada Xander bergemuruh hebat, wajah tampannya menunjukkan kemarahan dan rasa gelisah yang pekat. Xander terlihat tak sabar ingin segera sampai di tempat yang dituju.Setelah mendengar langsung betapa fatalnya keadaan Sienna. Xander jadi tak bisa tenang. Dia ingin mencaritahu sendiri kebenaran tentang siapa sebenarnya orang yang sudah berani menaikan suhu di ruang freezer sampai menjadi minus seperti itu."Sial, jika memang ada yang sengaja mencelakai Sienna, aku tidak akan pernah memaafkannya!" dengusnya marah sambil mengepalkan tangannya kuat kuat di pegangan kemudi.Tak lama mobil yang Xander bawa pun akhirnya sampai di kediamannya. Xander turun dengan tergesa dari mobilnya dan langsung berjalan masuk ke arah teras rumah."Dimana Pierre?" tanyanya pada pengawal yang membantu membukakan pintu rumah untuknya."Tadi saya melihat P
Xander berlari cepat menuruni anak tangga. Dia melesat keluar dari rumah besar itu melalui pintu di bagian belakang.Dengan langkah yang sangat lebar dan terlihat tergesa. Xander akhirnya sampai di tempat tujuan."Pierre, kenapa belum dibuka?" Dengan nafasnya yang terlihat terengah-engah, Xander menatap panik ke arah Pierre."Pintunya macet Tuan!""Dasar tidak becus, minggir!" Tangan Xander menyentak tubuh Peter yang berada di depan pintu dengan tak sabar.Sekuat tenaga Xander menarik pegangan pintu di depannya. Nadi nadi di lehernya sampai tertarik keluar saat Xander mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menggeser pintu besi itu."Brengsek! Ayo terbukalah!" Makinya kesal.Brak!Akhirnya pintu terbuka setelah perjuangan keras yang dilakukannya. Xander masuk dan langsung tercengang hebat menemukan pemandangan memilukan di hadapannya. Tubuh wanita yang sejak tadi ia khawatirkan tampak sedang terbujur kaku mencium dinginnya lantai di dalam ruangan itu."Sienna!!" Xander langsung mengham
Wanita dalam ruang freezer terlihat bergerak gelisah dalam tidurnya. Dia terbangun ketika merasakan perubahan esktrim pada suhu ruangan yang sedang ditinggalinya."Kenapa dingin sekali..." Sienna mengusap usap tengkuknya sendiri saat merasakan hawa di sekitarnya kian mencekam. Sienna akhirnya bangun dan memaksakan diri untuk berjalan ke arah pintu besi yang masih terkunci.Tangannya terulur dan mulai menarik kuat handel pintu di depannya. "Sialan, masih terkunci. Buka pintunya. Tolong siapapun yang ada di luar sana, tolong buka pintunya!" Teriakan Sienna menggema di dalam ruangan.Air matanya kembali jatuh saat Sienna menyadari tidak ada siapapun yang akan menolongnya kali ini. Tempat ini jauh dari bangunan rumah utama. Mustahil rasanya jika seseorang akan masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan makanan malam malam begini."Tuan Xander, buka pintunya!" Sienna tahu usaha dan teriakannya sia sia. Tapi dia masih belum mau menyerah. Dia tidak mau mati konyol disini. Dia masih ingin hidup
Xander terus membawa Sienna turun menjejaki tangga panjang di hadapannya. Pontang panting Sienna harus menyelaraskan langkahnya dengan langkah Xander yang lebar lebar."Tuan tunggu, kita mau kemana?" tanya Sienna panik saat Xander terus membawanya pergi ke luar lewat pintu belakang rumah keluarga Lauther. Keadaan saat itu cukup gelap karna hari memang sudah mulai menampakan pesona langit malam yang pekat."Tuan, berhenti. Aku tidak mau ikut denganmu!" Sienna masih berusaha memberontak saat ia melihat Xander mulai membawanya masuk ke sebuah bangunan kecil yang terpisah cukup jauh dari bangunan utama rumah besar.Xander mendobrak paksa pintu di depannya dengan kakinya. Satu dua kali hentakan pintu itu akhirnya terbuka lebar. Melihat dari barang barang yang ada di dalamnya. Sienna bisa menduga kalau tempat itu adalah gudang penyimpanan bahan bahan makanan. Terlihat banyak kardus kardus besar dengan tulisan bahan makanan di depannya tersusun rapih memenuhi setiap sudut ruangan disana."Ma
Suara peralatan dapur yang beradu memenuhi dapur, saat ini Sienna tengah merapihkan piring dan gelas yang baru saja selesai dicucinya. Jamuan makan malam baru saja selesai dilakukan keluarga besar Lauther."Sienna, apa kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu?" tanya Cathy yang tiba tiba muncul dari arah belakang tubuh Sienna."Sedikit lagi Nyonya.""Setelah semuanya selesai. Kamu bawa cemilan ini ke kamar tuan Jack ya, dia tadi meminta di bawakan cemilan ke atas kamarnya." Cathy menyodorkan sepiring biskuit dan segelas susu hangat yang sudah di tata di atas sebuah nampan."Baik, saya akan membawanya ke atas.""Terima kasih Sienna." Cathy berlalu setelah melepas apronnya dan menggantungnya di tempatnya.Setelah mengantarkan cemilan ini. Sienna bisa langsung istirahat di kamarnya. Hari ini cukup melelahkan dengan segudang pekerjaan yang menyita cukup tenaganya.Sienna membawa langkahnya pergi menaiki tangga menuju kamar Jack yang berada di lantai kedua rumah besar itu.Ketukan kedua setel
Dua hari berlalu sejak kejadian hari itu. Xander menepati ucapannya. Sejumlah uang dengan nominal fantastis mendarat di rekening milik Sienna.Sienne tersenyum lebar. Ada harapan besar yang semakin bertahan di dadanya untuk melihat ibunya sehat kembali seperti sediakala. Sienna akan menggunakan uang dari Xander itu untuk membawa ibunya berobat ke rumah sakit yang fasilitas dan pelayanannya jauh lebih bagus dari sebelumnya."Bibi Nuke, tolong jaga ibu dengan baik. Aku mungkin akan kembali sebulan lagi untuk menjenguknya." Sienna berjalan di sekitar taman belakang, waktu istirahat siangnya kali ini ia manfaatkan untuk bercengkerama sebentar dengan sang bibi yang bernama Nuke.Nuke adalah adik kandung dari ibu Sienna yang Sienna mintai tolong untuk membantu merawat ibunya selama ia bekerja di rumah kediaman Lauther."Iya sayang, kamu tidak perlu khawatir. Ibu mu sekarang sudah berada di tempat yang seharusnya. Bibi akan menjaganya dengan baik selama beliau melakukan pengobatan disini."S