"Duduklah, dia sudah pergi. Kenapa terus menatap ke arah pintu?" Jack menepuk bahu adiknya yang terus termenung setelah kepergian Sienna.
Xander tersadar. "Aku tidak sedang memperhatikannya!" Xander menolak tuduhan tersebut. Jack menghela napas. "Bersikaplah lebih lembut pada orang lain. Kenapa kau selalu ketus begitu sih?" Xander tak menyahut. Dia ikut duduk di sebelah kakaknya. Memperhatikan kondisi Jack dengan seksama. "Kata mamah penyakitmu kumat lagi. Kau tidak ingin melakukan kemoterapi Kak? Ayolah, kali ini turuti permintaan kami semua. Jangan egois!" Xander mendesah gelisah dan menatap kakaknya penuh permohonan. Sudah dua bulan ini Jack mengidap sakit kanker, kondisinya semakin melemah karena pria itu menolak pengobatan yang dikhususkan untuk penyakitnya. "Aku baik baik saja Xander. Tak perlu cemas berlebihan, lihatlah aku masih bisa bernafas sampai sekarang!" Jack mengacak ngacak rambut Xander. Xander langsung menepis kesal. "Kak.." "Ayolah, Xander. Kau tahukan aku benci rumah sakit. Aku tidak mau bolak balik pergi ke tempat itu!" "Kau sangat egois!" Xander terlihat kesal. Jack malah terkekeh. "Tenanglah, aku tidak akan mati semudah itu. Setidaknya setelah aku menikah dengan Sherly dan mempunyai banyak anak dengannya." Deg! Xander langsung terdiam setelah mendengar nama itu disebut. Sherly, perempuan yang telah lama bersemayam di hatinya. Sahabat dekatnya itu akan kembali hari ini dari luar negri. Xander sudah menyukai Sherly sejak mereka masih duduk di bangku kuliah. Tapi karena persahabatan diantara mereka yang terlalu kental. Sherly sepertinya tak pernah sadar dengan perasaan yang Xander punya. Apalagi Xander juga tidak pernah mengungkapkan perasaannya secara terang terangan. Semua perhatian yang Xander berikan untuknya, Sherly anggap sebagai perhatian yang wajar diberikan pada seorang sahabat kepada sahabatnya yang lain. Sampai suatu ketika praha pun muncul. Xander baru tau belakangan kalau Sherly ternyata malah menyukai kakaknya sendiri yakni Jack dan sialnya Jack juga punya perasaan yang sama pada wanita itu. Xander hancur saat mengetahui keduanya memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius, tapi ia mencoba ikhlas pada kenyataan yang ada, meski sampai detik ini Xander sendiri masih menyimpan rapih perasaannya itu untuk Sherly. "Dia akan kembali dari luar negri hari ini. Kau senang bukan?" Xander menatap kakaknya dengan senyum yang dipaksakan. "Untuk apa bertanya? Jelas aku senang. Aku sangat merindukannya kau tau!" Jack terlihat antusias. Xander menghela napas. Seandainya Jack tahu dia juga sangat merindukan wanita itu. "Jemput lah dia di bandara, aku tidak bisa melakukannya karena kondisiku yang sedang kurang sehat. Kau bisa melakukanya untukku kan?" Jack menepuk bahu adiknya pelan. Sorot itu meminta penuh permohonan. Xander akhirnya hanya bisa mengangguk pasrah di depan kakaknya. ** Xander masuk ke dalam mobilnya, melajutkan cepat kendaraan itu ke arah gerbang. Namun tiba tiba ia menginjak rem di bawah kakinya saat matanya tak sengaja menangkap sosok wanita yang tengah berdiri di pinggir jalan. "Hei, masuklah!" Xander membuka kaca mobilnya. Sienna yang sedang menunggu mobil Pierre untuk mengantarnya berbelanja bulanan syok ketika melihat pria di balik mobil mewah yang tiba tiba parkir di depannya. Sienna menggelang. Membuat Xander geram. "Kau selalu membantahku, kau lupa bekerja di rumah siapa?" Sienna hanya melipat bibir sambil menahan kesal. "Tapi aku sedang menunggu Pierre. Kami akan berbelanja bulanan." "Aku yang akan mengantarmu, cepat masuk!" Xander berbohong, mana pernah dia mau berurusan dengan hal hal tak penting seperti mengantar pelayan belanja. Kalau bukan karna ingin bicara serius dengan Sienna. Xander tidak mungkin sudi membujuk wanita itu ikut dengan mobilnya. Pierre tiba tiba turun dari mobilnya yang parkir di belakang mobil Xander. Pria itu membungkuk hormat pada Xander. "Kembalilah ke rumah, aku yang akan mengantar dia belanja hari ini," kata Xander sambil mengibaskan tangannya ke arah Pierre. Pierre sempat tercengang. Tapi kemudian tak berani bertanya apa apa dan memilih mengangguk patuh. "Sienna, ini daftar belanjaan yang diberikan Cathy." Pierre sempat menyerahkan secarik kertas ke tangan Sienna sebelum akhirnya pria itu pergi dari hadapan mereka. "Cepat masuk!" titah Xander tak sabar saat melihat Sienna hanya mematung di tempatnya. Sienna mengangguk dan akhirnya berjalan ke samping mobil Xander. Dia membuka pintu bagian belakang penumpang. Lagi lagi Xander berdecak kesal. "Kau pikir aku supir mu, kemari!" Xander membuka pintu mobil depan. Terpaksa Sienna menutup kembali pintu di depannya. Ia akhirnya masuk dan duduk di samping Xander. Xander membungkukkan tubuhnya ke arah Sienna, mengulurkan tangan seperti hendak memeluk. Karna panik, Sienna langsung menyilangkan kedua tangannya sambil menatap waspada ke arah Xander. Sander mendesih tajam. "Pakai sabuk pengamanmu, bodoh! Kau pikir aku akan berbuat apa padamu?" Sienna membuang muka ketika wajah mereka teramat dekat. Bahkan hembusan nafas Xander yang hangat seketika terasa menerpa wajahnya. Setelah selesai, Xander akhirnya melajukan mobilnya membelah jalanan lengang di hadapannya. "Aku ingin bicara padamu!" Xander membuka percakapan setelah cukup lama mereka terdiam. "Bicara soal apa?" Sienna menatap Xander masih dengan tatapan penuh kebencian. "Soal semalam. Aku ingin kau tutup mulut! Jangan sampai ada yang tau soal itu!" Jawab Xander dengan raut serius. Sienna langsung melipat bibirnya dan mengepalkan kedua tangannya di atas kedua pahanya. "Aku akan memberimu imbalan sebagai kompensasi," kata Xander lagi, tak menghiraukan Sienna yang sudah mulai terlihat kesal. "Aku tidak butuh uang anda Tuan. Tapi tenang saja, aku akan tutup mulut tentang kejadian semalam." Xander tertawa sinis. "Sok jual mahal, aku tahu watak pelayan sepertimu, jangan jangan semalam kau memang sengaja memanfaatkan keadaanku yang sedang mabuk. Kau ingin menjebak ku kan?" tuduh Xander yang langsung dijawab dengan gelengan kepala keras. "Aku bukan wanita seperti itu! Periksa saja CCTV di tempat kejadian itu. Anda akan tahu faktanya. Siapa yang memulai lebih dulu sehingga malam terkutuk itu terjadi dalam hidupku!" jerit Sienna tanpa bisa dikendalikan. Emosinya memuncak sehingga Sienna tak sadar baru saja mengumpat pada majikannya itu. Xander langsung menghentikan mobilnya, tak ayal tubuh Sienna langsung terpental ke depan, hampir saja kepalanya akan membentur dashboard kalau saja tangan Xander tak menahannya dengan cepat. Sienna masih terkejut, tapi Xander langsung menjepit dagunya dengan kasar. "Terkutuk kau bilang! Kau berani mengatai ku, hah?" Kilatan kemarahan terbaca jelas di wajah pria itu. Membuat Sienna langsung sadar ucapannya sendiri yang tidak seharusnya keluar. Baru kali ini ada wanita yang berani menentang Xander. Xander yang berang langsung membuka belt pengaman di tubuh Sienna. "Maaf Tuan saya..." "Turun dari mobilku sekarang juga!" "Tapi Tuan, saya tidak tahu jalanan disini, saya akan tersesat kalau..." "Aku tidak peduli. Aku bilang keluar!!!" potong Xander dengan suara yang menggelegar. Air mata terlihat mulai menggenang di pelupuknya. Sienna akhirnya turun dari mobil mewah Xander. Setelah membanting kasar pintu mobilnya di depan Sienna. Xander langsung menginjak gasnya dan melajutkan kendaraannya pergi meninggalkan Sienna begitu saja. Tangis Sienna pecah, dia menendang udara dan berteriak kesal ke arah mobil Xander yang sudah menghilang dari pandangannya. "Dasar pria brengsek!"Sienna masih mengumpat meski mobil Xander telah menghilang dari pandangannya. Dia menatap sekeliling dengan wajah bingung."Bagaimana ini?" gumamnya sambil mengusap pipi basahnya. Kepanikan mulai melanda saat Sienna sadar kini ia tengah berada di tempat asing yang sama sekali tak ia kenal.Sialan pria itu, dia harus kemana sekarang? Sienna buta arah. Dia baru di kota ini. Tidak terbiasa berjalan di tempat keramaian seperti ini.Sienna merogoh saku bajunya, tidak ada ponsel yang terbawa."Arghhh!" Sienna mendesah frustasi.Lengkap sudah penderitaannya. Harusnya dari awal tadi dia menolak ajakan Xander untuk mengantarnya. Harusnya dia tahu pria itu hanya akan membawa masalah baru di hidupnya. Sejak bertemu Xander, Sienna merasa hidupnya penuh dengan kesialan. Pria itu bukan hanya punya sifat arogan yang tinggi, tapi juga sangat tidak punya hati!Akhirnya dengan perasan takut yang menyelubungi hati. Sienna memaksakan membawa langkahnya menyusuri jalan trotoar di hadapannya. Tak apa dia t
Xander menendang udara dengan kakinya. Dadanya saat ini bergemuruh hebat menahan luapan emosi yang siap meledak ke permukaan. "Sial!" desisnya sambil berlalu meninggalkan kamar kakaknya Jack. Hatinya tak suka melihat kemesraan Sherly dan kakaknya tadi. Tapi Xander bisa apa? Dia tak punya wewenang untuk marah. Bagaimanapun Xander tahu, sebagai pasangan kekasih, keduanya memang berhak melakukan apapun yang mereka suka tanpa perlu sungkan pada siapapun. Demi meluapkan kekesalan yang semakin menggerogoti ketenangannya. Xander akhirnya membawa mobilnya pergi meninggalkan kediamannya. *** Sienna merutuki nasib apesnya hari ini. Sungguh sial, kemalangan bertubi tubi menimpanya. Saat di perjalanan menuju pusat perbelanjaan tadi, dia kehilangan dompetnya, entah benda itu jatuh dimana. Sienna akhirnya memutar tujuan, kini ia berjalan tak tentu arah di tengah keramaian kota. "Semua ini gara gara pria itu!" Sienna kembali merutuki Xander. Seandainya pria itu tidak menurunkannya di tengah j
"Cih, dia benar benar merepotkan!" decak Xander sambil melirik sekilas ke arah tubuh Sienna yang terbaring lemah di sebelah jok kemudinya.Mobilnya baru saja sampai di dalam basement apartemen mewahnya. Xander memutuskan tak pulang ke mensionnya, dia malah membawa Sienna ke sini. Entah apa yang Xander pikirkan. Dia memang sedang malas pulang ke mension karna kedatangan Sherly hari ini. Xander belum siap melihat kemesraan kakaknya dengan wanita yang sangat dicintainya itu. Akhirnya ia malah memilih pulang ke apartemennya sendiri.Apartemen mewah ini jarang ia tempati. Hanya sesekali saja Xander tinggal disini ketika ia sedang penat atau sedang ada masalah dengan keluarganya. Tempat inilah yang akan jadi pelariannya.Xander keluar dari mobil, berjalan memutar ke sisi lain. Dia membuka pintu mobil untuk mengeluarkan Sienna dari sana. Xander menggendongnya tubuh yang sudah tak berdaya itu masuk ke dalam lift."Sial, kenapa aku melakukan ini? Harusnya ku biarkan saja dia pingsan di kelab t
"Kenapa kita harus kemari?" tanya Sienna saat Xander baru saja mematikan mesin mobilnya.Sienna masih tak mengerti karna di apartemen tadi Xander benar benar tak menjelaskan gamblang padanya mengenai alasan ia memaksanya untuk kemari. Xander hanya mengatakan Sienna harus ikut dengannya untuk menemui dokter kandungan.Xander menghela nafas sambil membuka sabuk pengaman di tubuhnya."Kau akan tahu jawabannya di dalam. Ayo kita turun," ujar Xander.Sienna masih diam, dia meremas kedua tangannya yang mulai terasa dingin. Rumah sakit selalu menjadi tempat mengerikan bagi Sienna. Dia sangat takut pada tempat ini. Ayah dan adiknya meninggal di tempat ini, dan sekarang ibunya pun harus setiap minggu datang ke tempat ini untuk mengobati sakit yang di alaminya."Kau tuli? Kenapa masih diam?" Xander menyerongkan tubuh ke arah Sienna saat melihat wanita itu hanya diam mematung di atas joknya.Sienna mengangkat wajah dan memberanikan diri menatap laki laki itu. "Aku takut rumah sakit Tuan," jawabn
Setelah selesai dengan tugasnya. Dokter Siska akhirnya kembali meletakan alat alat yang baru saja digunakannya ke tempat semula.Sienna masih menutup rapat matanya ketika sebuah bisikan terdengar lirih di samping telinganya."Buka matamu, dokter sudah selesai menyuntikmu Sienna." Xander menegakkan kembali tubuh besarnya. Genggamannya di tangan Sienna juga terlepas begitu saja.Dengan wajah yang masih sedikit ketakutan. Sienna akhirnya bangun dan turun dari bed pemeriksaan.Xander menarik kursi dan menyuruh Sienna untuk kembali duduk di sebelahnya. Dokter Siska mulai menerangkan semua yang perlu diterangkannya pada Xander dan Sienna."KB darurat ini hanya digunakan disaat saat genting, saya harap kedepannya hal ini tidak akan terulang lagi. Karna Kb seharusnya dilakukan sebelum pasangan melakukan kegiatan itu. Bukan malah sebaliknya.""Heum, akan ku pastikan hal ini tidak akan terulang lagi." Xander berujar dengan wajah santai.Sienna menguatkan remasan di ujung seragam maid yang diken
Dua hari berlalu sejak kejadian hari itu. Xander menepati ucapannya. Sejumlah uang dengan nominal fantastis mendarat di rekening milik Sienna.Sienne tersenyum lebar. Ada harapan besar yang semakin bertahan di dadanya untuk melihat ibunya sehat kembali seperti sediakala. Sienna akan menggunakan uang dari Xander itu untuk membawa ibunya berobat ke rumah sakit yang fasilitas dan pelayanannya jauh lebih bagus dari sebelumnya."Bibi Nuke, tolong jaga ibu dengan baik. Aku mungkin akan kembali sebulan lagi untuk menjenguknya." Sienna berjalan di sekitar taman belakang, waktu istirahat siangnya kali ini ia manfaatkan untuk bercengkerama sebentar dengan sang bibi yang bernama Nuke.Nuke adalah adik kandung dari ibu Sienna yang Sienna mintai tolong untuk membantu merawat ibunya selama ia bekerja di rumah kediaman Lauther."Iya sayang, kamu tidak perlu khawatir. Ibu mu sekarang sudah berada di tempat yang seharusnya. Bibi akan menjaganya dengan baik selama beliau melakukan pengobatan disini."S
Suara peralatan dapur yang beradu memenuhi dapur, saat ini Sienna tengah merapihkan piring dan gelas yang baru saja selesai dicucinya. Jamuan makan malam baru saja selesai dilakukan keluarga besar Lauther."Sienna, apa kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu?" tanya Cathy yang tiba tiba muncul dari arah belakang tubuh Sienna."Sedikit lagi Nyonya.""Setelah semuanya selesai. Kamu bawa cemilan ini ke kamar tuan Jack ya, dia tadi meminta di bawakan cemilan ke atas kamarnya." Cathy menyodorkan sepiring biskuit dan segelas susu hangat yang sudah di tata di atas sebuah nampan."Baik, saya akan membawanya ke atas.""Terima kasih Sienna." Cathy berlalu setelah melepas apronnya dan menggantungnya di tempatnya.Setelah mengantarkan cemilan ini. Sienna bisa langsung istirahat di kamarnya. Hari ini cukup melelahkan dengan segudang pekerjaan yang menyita cukup tenaganya.Sienna membawa langkahnya pergi menaiki tangga menuju kamar Jack yang berada di lantai kedua rumah besar itu.Ketukan kedua setel
Xander terus membawa Sienna turun menjejaki tangga panjang di hadapannya. Pontang panting Sienna harus menyelaraskan langkahnya dengan langkah Xander yang lebar lebar."Tuan tunggu, kita mau kemana?" tanya Sienna panik saat Xander terus membawanya pergi ke luar lewat pintu belakang rumah keluarga Lauther. Keadaan saat itu cukup gelap karna hari memang sudah mulai menampakan pesona langit malam yang pekat."Tuan, berhenti. Aku tidak mau ikut denganmu!" Sienna masih berusaha memberontak saat ia melihat Xander mulai membawanya masuk ke sebuah bangunan kecil yang terpisah cukup jauh dari bangunan utama rumah besar.Xander mendobrak paksa pintu di depannya dengan kakinya. Satu dua kali hentakan pintu itu akhirnya terbuka lebar. Melihat dari barang barang yang ada di dalamnya. Sienna bisa menduga kalau tempat itu adalah gudang penyimpanan bahan bahan makanan. Terlihat banyak kardus kardus besar dengan tulisan bahan makanan di depannya tersusun rapih memenuhi setiap sudut ruangan disana."Ma
"Sherly!!" Xander langsung membeku dengan wajah tegang."Apa yang sedang kamu lakukan, Xander!?" Lagi pertanyaan yang sama kembali meluncur dari bibir Sherly. Wanita itu mendekat dan semakin mempertipis jarak diantara dirinya dan laki laki yang masih memeluk Sienna di atas ranjang.Sejenak tatapan Sherly sempat tertuju pada baju pasien Sienna yang terbuka di bagian atas. Terdapat tanda kecup merah mengitari leher jenjang wanita itu. Sherly langsung mengepalkan tangan dengan dada yang mulai bergemuruh."Aku..." Xander langsung kehilangan kata. Dia hanya bisa melengoskan wajah ke arah lain saat menyadari tatapan penuh selidik dari Sherly."Turun Xander, ini sangat tidak pantas dilihat!" Sherly hampir menjerit saking kesalnya melihat Xander malah tetap bertahan di tempatnya setelah ia kepergok basah."Pelankan suaramu Sherly, kamu akan membangunkan tidur Sienna!" desis Xander sambil membawa arah pandangannya kembali ke arah sahabatnya itu. Bisa ia lihat wajah Sherly sudah memerah seperti
Tangan besar Xander mengusap pipi, pelan seringan kapas. Sienna bukannya tak menyadari usapan itu, hanya saja dia terlalu lemah untuk hanya sekedar melawan sentuhan yang diberikan Xander."Masih dingin, heum?" bisikan parau di dapat Sienna setelah laki laki itu merendahkan sedikit kepalanya.Xander menarik pelan dagu mungil, hingga wajah wanita itu kini terlihat lebih jelas. Mata itu masih terpejam rapat, tangannya yang meremat baju Xander semakin menguat. Tanpa perlu menjawab. Xander bisa merasakan tubuh itu masih menggigil karna kedinginan."Buka matamu, Sienna." titah Xander dengan suara yang sudah berubah serak.Mata cantik itu terbuka perlahan sesuai permintaannya. Xander terpaku, mengikat netranya pada setiap goresan ciptaan Tuhan di hadapannya. Sienna sangat cantik, dan dia sudah menyadari itu dari awal pertemuan.Bibir mungil yang pucat itu masih saja terlihat menggoda, bahkan ketika Sienna menggerakkannya pelan untuk menciptakan ruang di sela selanya. Xander hanya mampu menegu
"Kenapa kamu hanya diam, hah?!" Sherly tersentak ketika gelegar suara laki laki itu terdengar begitu nyaring sampai memekakan kedua telinganya. "Xander ka..mu..." Terbata Sherly mengatupkan bibirnya rapat rapat, berusaha menahan nyeri yang mendatanginya saat melihat sikap Xander yang begitu emosional. Air mata Sherly jatuh tanpa bisa dibendung lagi. Untuk pertama kali dalam sejarah persahabatan mereka. Xander telah berani meninggikan suara kepadanya. Dan lagi yang membuatnya muak adalah alasannya pun sama seperti yang Jack lakukan sebelumnya. Wanita bernama Sienna. Wanita sialan itu lah penyebab utama perubahan sikap Xander ini! Sherly sekarang sadar, Sienna sudah menjadi duri yang nyata dalam hubungannya dengan kakak beradik keluarga Lauther. Lihatlah, Xander atau pun Jack sampai bisa memarahinya hanya untuk membela wanita itu. "Aku sudah melihat semuanya lewat cctv, kenapa kamu mengubah temperatur suhu di ruangan freezer? Kamu pasti tahu kan Sienna ada disana? Aku ingat bet
Setelah mematikan panggilan. teleponnya. Xander langsung meninggalkan area rumah sakit.Dia memacu cepat kendaraannya membelah jalanan lengang di hadapannya. Dada Xander bergemuruh hebat, wajah tampannya menunjukkan kemarahan dan rasa gelisah yang pekat. Xander terlihat tak sabar ingin segera sampai di tempat yang dituju.Setelah mendengar langsung betapa fatalnya keadaan Sienna. Xander jadi tak bisa tenang. Dia ingin mencaritahu sendiri kebenaran tentang siapa sebenarnya orang yang sudah berani menaikan suhu di ruang freezer sampai menjadi minus seperti itu."Sial, jika memang ada yang sengaja mencelakai Sienna, aku tidak akan pernah memaafkannya!" dengusnya marah sambil mengepalkan tangannya kuat kuat di pegangan kemudi.Tak lama mobil yang Xander bawa pun akhirnya sampai di kediamannya. Xander turun dengan tergesa dari mobilnya dan langsung berjalan masuk ke arah teras rumah."Dimana Pierre?" tanyanya pada pengawal yang membantu membukakan pintu rumah untuknya."Tadi saya melihat P
Xander berlari cepat menuruni anak tangga. Dia melesat keluar dari rumah besar itu melalui pintu di bagian belakang.Dengan langkah yang sangat lebar dan terlihat tergesa. Xander akhirnya sampai di tempat tujuan."Pierre, kenapa belum dibuka?" Dengan nafasnya yang terlihat terengah-engah, Xander menatap panik ke arah Pierre."Pintunya macet Tuan!""Dasar tidak becus, minggir!" Tangan Xander menyentak tubuh Peter yang berada di depan pintu dengan tak sabar.Sekuat tenaga Xander menarik pegangan pintu di depannya. Nadi nadi di lehernya sampai tertarik keluar saat Xander mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menggeser pintu besi itu."Brengsek! Ayo terbukalah!" Makinya kesal.Brak!Akhirnya pintu terbuka setelah perjuangan keras yang dilakukannya. Xander masuk dan langsung tercengang hebat menemukan pemandangan memilukan di hadapannya. Tubuh wanita yang sejak tadi ia khawatirkan tampak sedang terbujur kaku mencium dinginnya lantai di dalam ruangan itu."Sienna!!" Xander langsung mengham
Wanita dalam ruang freezer terlihat bergerak gelisah dalam tidurnya. Dia terbangun ketika merasakan perubahan esktrim pada suhu ruangan yang sedang ditinggalinya."Kenapa dingin sekali..." Sienna mengusap usap tengkuknya sendiri saat merasakan hawa di sekitarnya kian mencekam. Sienna akhirnya bangun dan memaksakan diri untuk berjalan ke arah pintu besi yang masih terkunci.Tangannya terulur dan mulai menarik kuat handel pintu di depannya. "Sialan, masih terkunci. Buka pintunya. Tolong siapapun yang ada di luar sana, tolong buka pintunya!" Teriakan Sienna menggema di dalam ruangan.Air matanya kembali jatuh saat Sienna menyadari tidak ada siapapun yang akan menolongnya kali ini. Tempat ini jauh dari bangunan rumah utama. Mustahil rasanya jika seseorang akan masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan makanan malam malam begini."Tuan Xander, buka pintunya!" Sienna tahu usaha dan teriakannya sia sia. Tapi dia masih belum mau menyerah. Dia tidak mau mati konyol disini. Dia masih ingin hidup
Xander terus membawa Sienna turun menjejaki tangga panjang di hadapannya. Pontang panting Sienna harus menyelaraskan langkahnya dengan langkah Xander yang lebar lebar."Tuan tunggu, kita mau kemana?" tanya Sienna panik saat Xander terus membawanya pergi ke luar lewat pintu belakang rumah keluarga Lauther. Keadaan saat itu cukup gelap karna hari memang sudah mulai menampakan pesona langit malam yang pekat."Tuan, berhenti. Aku tidak mau ikut denganmu!" Sienna masih berusaha memberontak saat ia melihat Xander mulai membawanya masuk ke sebuah bangunan kecil yang terpisah cukup jauh dari bangunan utama rumah besar.Xander mendobrak paksa pintu di depannya dengan kakinya. Satu dua kali hentakan pintu itu akhirnya terbuka lebar. Melihat dari barang barang yang ada di dalamnya. Sienna bisa menduga kalau tempat itu adalah gudang penyimpanan bahan bahan makanan. Terlihat banyak kardus kardus besar dengan tulisan bahan makanan di depannya tersusun rapih memenuhi setiap sudut ruangan disana."Ma
Suara peralatan dapur yang beradu memenuhi dapur, saat ini Sienna tengah merapihkan piring dan gelas yang baru saja selesai dicucinya. Jamuan makan malam baru saja selesai dilakukan keluarga besar Lauther."Sienna, apa kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu?" tanya Cathy yang tiba tiba muncul dari arah belakang tubuh Sienna."Sedikit lagi Nyonya.""Setelah semuanya selesai. Kamu bawa cemilan ini ke kamar tuan Jack ya, dia tadi meminta di bawakan cemilan ke atas kamarnya." Cathy menyodorkan sepiring biskuit dan segelas susu hangat yang sudah di tata di atas sebuah nampan."Baik, saya akan membawanya ke atas.""Terima kasih Sienna." Cathy berlalu setelah melepas apronnya dan menggantungnya di tempatnya.Setelah mengantarkan cemilan ini. Sienna bisa langsung istirahat di kamarnya. Hari ini cukup melelahkan dengan segudang pekerjaan yang menyita cukup tenaganya.Sienna membawa langkahnya pergi menaiki tangga menuju kamar Jack yang berada di lantai kedua rumah besar itu.Ketukan kedua setel
Dua hari berlalu sejak kejadian hari itu. Xander menepati ucapannya. Sejumlah uang dengan nominal fantastis mendarat di rekening milik Sienna.Sienne tersenyum lebar. Ada harapan besar yang semakin bertahan di dadanya untuk melihat ibunya sehat kembali seperti sediakala. Sienna akan menggunakan uang dari Xander itu untuk membawa ibunya berobat ke rumah sakit yang fasilitas dan pelayanannya jauh lebih bagus dari sebelumnya."Bibi Nuke, tolong jaga ibu dengan baik. Aku mungkin akan kembali sebulan lagi untuk menjenguknya." Sienna berjalan di sekitar taman belakang, waktu istirahat siangnya kali ini ia manfaatkan untuk bercengkerama sebentar dengan sang bibi yang bernama Nuke.Nuke adalah adik kandung dari ibu Sienna yang Sienna mintai tolong untuk membantu merawat ibunya selama ia bekerja di rumah kediaman Lauther."Iya sayang, kamu tidak perlu khawatir. Ibu mu sekarang sudah berada di tempat yang seharusnya. Bibi akan menjaganya dengan baik selama beliau melakukan pengobatan disini."S