Xander menendang udara dengan kakinya. Dadanya saat ini bergemuruh hebat menahan luapan emosi yang siap meledak ke permukaan.
"Sial!" desisnya sambil berlalu meninggalkan kamar kakaknya Jack. Hatinya tak suka melihat kemesraan Sherly dan kakaknya tadi. Tapi Xander bisa apa? Dia tak punya wewenang untuk marah. Bagaimanapun Xander tahu, sebagai pasangan kekasih, keduanya memang berhak melakukan apapun yang mereka suka tanpa perlu sungkan pada siapapun. Demi meluapkan kekesalan yang semakin menggerogoti ketenangannya. Xander akhirnya membawa mobilnya pergi meninggalkan kediamannya. *** Sienna merutuki nasib apesnya hari ini. Sungguh sial, kemalangan bertubi tubi menimpanya. Saat di perjalanan menuju pusat perbelanjaan tadi, dia kehilangan dompetnya, entah benda itu jatuh dimana. Sienna akhirnya memutar tujuan, kini ia berjalan tak tentu arah di tengah keramaian kota. "Semua ini gara gara pria itu!" Sienna kembali merutuki Xander. Seandainya pria itu tidak menurunkannya di tengah jalan. Sienna pasti tidak akan mengalami ini semua. "Arghhhh!!!" Sienna menggeram frustasi sambil mengusap wajahnya sendiri. Sekarang dia harus apa? Bahkan dia tidak tahu kemana arah kakinya melangkah saat ini. Saat sibuk mengumpati semua kesialannya. Sienna tiba tiba saja tersentak, tubuhnya hampir saja terjengkang ke belakang karna benturan hebat yang baru saja dialaminya. Brugh! "Aw!!" pekik Sienna sambil mengelus bahunya sendiri. Dia baru saja bertubrukan dengan seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya. "Hey, perhatikan langkahmu!" suara pria di depannya terdengar menggeram kesal. "Maaf, aku sungguh minta maaf." Sienna membungkuk berkali kali. Membuat laki laki itu akhirnya menghela napas panjang. "Sudahlah, tidak perlu berlebihan. Angkat kepalamu," pintanya pada Sienna. Dia tak nyaman melihat wanita itu terus membungkuk di hadapannya. Sienna akhirnya mengangkat wajahnya. Detik dimana sepasang irish cokelat itu balik menatapnya. Pria itu langsung terpana. Kecantikan Sienna berhasil membiusnya. "Siapa namamu, nona?" tanyanya dengan suara yang berubah lembut. "Maaf aku tidak memperhatikan jalanku tadi." Sienna tak menjawab, dia malah terus fokus meminta maaf pada pria di hadapannya itu. "Sudahlah lupakan saja. Aku Raymond." Pria tampan itu mengulurkan tangannya, Sienna dengan ragu menyambut uluran tangan itu. "Sienna," jawab Sienna akhirnya. "Nama yang sangat cantik," pujinya. Sienna hanya tersenyum. Kemudian ia kembali membungkuk sambil berkata. "Aku pergi dulu kalau begitu, maaf sekali lagi." "Tunggu, kau kelihatannya sedang bingung, apa kau baik baik saja?" Raymond memegang bahu Sienna, membuat Sienna tersentak, lalu langsung mundur menepis tangan itu dengan raut waspada. "Maaf, aku tidak bermaksud lancang, tapi melihatmu bingung seperti itu membuatku khawatir." Raymond menatapnya serius. Kelihatannya Raymond bukan orang jahat. Sienna meremas jemarinya. Sebenarnya dia butuh bantuan seseorang saat ini. Dan mungkin pria ini adalah jawabannya. "Tuan, bisakah anda menolong saya?" kata Sienna akhirnya. "Apa yang bisa aku bantu, katakan." "Tolong antar saya ke rumah keluarga Lauther. Apa Tuan tahu tentang keluarga itu? Saya pelayan baru disana, dan karena suatu kejadian, saya tersesat di tempat ini." Sienna menatap Raymond penuh harap. Semoga pria ini bisa menolongnya. Hanya dia harapan Sienna satu satunya. Raymond terperangah, syok bukan main. "Lauther?" "Heum." Raymond menggigit bibir bawahnya. Tentu nama keluarga itu tak asing di telinganya. dia bahkan sangat mengenal salah satu anak dari keluarga terpandang itu, Xander Lauther adalah sahabat baiknya. "Ikut denganku, aku akan mengantarmu kesana." Raymond mengajak Sienna masuk ke mobilnya. Sienna menurut saja. Di dalam mobil Raymond langsung memasang earphone dan mencoba menghubungi nomor Xander. Ia bermaksud memberitahu tentang Sienna pada laki laki itu. "Halo.." suara bariton terdengar di ujung sana. "Posisi?" tanya Raymond tanpa basa basi. "Biasa, klub X!" Raymond menghela napas gusar. Ia melirik sekilas ke arah wanita yang duduk di sebelahnya itu. Raymond sebenarnya ingin mengantar langsung Siena ke rumah keluarga Lauther. Tapi Raymond masih ada meeting yang sangat penting setelah ini. Setelah berpikir sejenak, Raymond akhirnya terpaksa mengajak Sienna ke klub itu, jaraknya kebetulan sangat dekat dengan tempat mereka saat ini. Tidak ada pilihan lain, dia akan menyerahkan Sienna pada Xander saja. "Ayo masuk," ajak Raymond setelah keluar dari mobilnya. Kini pria itu berdiri mengulurkan tangannya pada Sienna. Sienna mendongakkan wajah ke atas, menatap gedung di depannya dengan kedua alis yang menyatu. "Ini bukan rumah keluarga Lauther, Tuan." Raymond tersenyum. "Memang bukan, tapi di dalam sana ada salah satu dari anggota dari keluarga Lauther. Nanti dia yang akan mengantarkanmu pulang, ayo.." Karna Sienna hanya diam saja, Raymond akhirnya menarik tangannya dan menggandengnya masuk ke dalam klub tersebut. Di dalam klub, suara alunan musik dj menyambut kedatangan mereka. Raymond langsung mengajak Sienna naik ke lantai dua, tempat Xander biasanya akan menghabiskan waktunya bersama teman temannya yang lain. Raymond tanpa sungkan langsung membuka pintu bercat hitam di depannya. "Xander!" Raymond berteriak di tengah hingar bingar musik yang mengalun keras di ruangan itu. Terlihat Xander sedang duduk di sofa panjang dengan dikelilingi beberapa wanita cantik di sebelahnya. Xander dan Sienna sama sama membeku untuk sesaat saat sepasang mata mereka saling bertubrukan. Sienna menegang dan tak lama raut kekesalan kembali muncul menghiasi wajahnya. Jadi yang dimaksud Raymond tadi ternyata adalah Xander. "Xander, apa kau kenal dia? Dia bilang dia bekerja di rumahmu." Raymond menatap Xander sambil melirik ke arah Sienna juga. Xander menyipitkan matanya. "Kenapa dia bisa bersamamu?" Mata Xander masih mengunci lurus tatapannya pada Sienna. Pakaian maid yang dipakai Sienna sungguh mencolok sekali di tempat itu. Sejak ia masuk, Sienna sadar ia sudah menjadi bahan tertawaan wanita wanita yang duduk di samping Xander. "Aku kebetulan bertemu dia di jalan. Dia tersesat Xander. Lebih baik kau antar dia pulang, aku masih ada urusan penting setelah ini." Raymond merogoh ponsel yang bergetar di sakunya. Terlihat ia mulai sibuk berbicara dengan seseorang di ponselnya. "Pergilah, tinggalkan saja dia disini." Xander menjawab acuh tak acuh. "Sienna, maaf aku buru buru. Kau bersama Xander saja ya? Sampai jumpa lagi." Raymond menepuk lembut bahu Sienna sebelum akhirnya pergi dari ruangan itu. Kini Sienna hanya mampu menunggu Xander sambil berdiri canggung diantara orang orang di ruangan itu. "Xander, apa dia pelayan di rumahmu?" tanya seorang wanita dengan makeup gotic di wajahnya. Dia melirik sinis ke arah Sienna. Sienna bisa mendengar percakapan mereka karena suara mereka terdengar cukup kencang. Xander melepas asap pekat putih di bibirnya sambil tersenyum meremehkan ke arah Sienna. "Ya, dia pelayan di rumahku," jawab Xander sambil meraih gelas berkaki yang ada di hadapannya. Xander terlihat begitu santai menghadapi pertanyaan para wanita itu. "Tidak kah kau merasa mobilmu akan kotor jika kau mengantarnya pulang. Raymond kadang kadang memang keterlaluan!" Sarkas wanita yang lainnya. "Benar, mobilmu akan kotor Xander. Lebih baik kau beri saja dia uang agar dia pulang naik taksi saja, pelayan rendahan tidak pantas semobil dengan majikannya bukan?" Semuanya langsung tertawa mendengar celotehan si wanita gotic itu. Sienna melipat bibir, kupingnya benar benar panas mendengar semua hinaan itu. Kurang ajar, padahal dia tersesat dan sampai harus berada di tempat ini, semua karena ulah Xander. Karna pria arogan itu! Karena tak bisa menahan kekesalannya. Sienna akhirnya berbalik dan memilih pergi dari ruangan itu. Sienna terus berjalan menuruni tangga sambil mengahapus air mata di pipinya. Memangnya kenapa dengan statusnya sebagai pelayan? Apa pelayan itu bukan manusia yang harus dihormati? Sienna terus mengumpati Xander dan wanita wanita yang sudah menghinanya tadi. Saat sudah sampai di lantai satu, Sienna langsung berjalan cepat menuju lorong, dia ingin segera keluar dari tempat ini. Peduli setan dengan Xander. Dia akan mencari cara sendiri untuk bisa kembali ke rumah keluarga Lauther. Tapi baru beberapa langkah memasuki lorong minim pencahayaan di depannya. Tiba tiba saja tubuh Sienna kembali bertubrukan dengan seorang lelaki di depannya. "Hey, nona manis, mau kemana? Buru buru sekali," katanya sambil memegang tangan Sienna yang hampir jatuh oleng ke belakang. "Lepas!" Sienna langsung menarik tangannya. Dia bisa mencium bau menyengat dari mulut pria itu. "Ayo masuk, temani aku di dalam." Pergelangan tangan Sienna ditarik paksa dan ia langsung diseret kembali ke dalam klub. Sienna memukul mukul bahu pria itu dari belakang. Tapi sial, tenaga pria itu sangat besar. Dia tak tergoyahkan sedikitpun walaupun Sienna sudah mengerahkan seluruh kekuatannya. "Lepas! Aku tidak mengenalmu, lepaskan aku!" teriak Sienna diantara bisingnya suara musik DJ yang sedang di putar. Pria itu langsung menariknya ke arah toilet pria, dia mendesak paksa tubuh Sienna ke arah tembok. Tangis Sienna pecah. Dia sangat takut, terlebih saat menyadari laki laki itu mulai melancarkan aksinya menggerayangi tubuh Sienna. Dia merobek kemeja atas Sienna hingga kancing bajunya seketika berserakan dimana mana. "Lepas!" "Arghhhh!!" Erangan seketika menggelegar saat tangan laki laki itu jadi santapan gigitan Sienna. Plak! Lalu serangan kembali berbalik. Satu tamparan keras akhirnya melayang bebas ke wajah Sienna. Sienna meringis dan tubuhnya seketika ambruk mencium dinginnya lantai kamar mandi. Pria itu tertawa puas melihat Sienna yang sudah tak berdaya. Dia baru saja hendak mendekati tubuh Sienna kembali, namun wajahnya seketika menegang hebat, tak lama ia terbatuk darah saat sebuah peluru bersarang di dada kirinya. Brugh! Tubuhnya langsung ambruk dengan darah yang mengalir deras membasahi lantai. Xander mengantongi kembali pistolnya ke dalam bilik jas. Matanya beralih menatap ke arah Sienna yang sudah pingsan. Perlahan Xander mendekatinya sambil membuka jasnya. Menutupi tubuh bagian depan Sienna yang terbuka, lalu tanpa berkata apa apa. Xander akhirnya jongkok, mengulurkan kedua tangannya dan bergegas mengangkat tubuh lemah itu ke dalam gendongannya."Cih, dia benar benar merepotkan!" decak Xander sambil melirik sekilas ke arah tubuh Sienna yang terbaring lemah di sebelah jok kemudinya.Mobilnya baru saja sampai di dalam basement apartemen mewahnya. Xander memutuskan tak pulang ke mensionnya, dia malah membawa Sienna ke sini. Entah apa yang Xander pikirkan. Dia memang sedang malas pulang ke mension karna kedatangan Sherly hari ini. Xander belum siap melihat kemesraan kakaknya dengan wanita yang sangat dicintainya itu. Akhirnya ia malah memilih pulang ke apartemennya sendiri.Apartemen mewah ini jarang ia tempati. Hanya sesekali saja Xander tinggal disini ketika ia sedang penat atau sedang ada masalah dengan keluarganya. Tempat inilah yang akan jadi pelariannya.Xander keluar dari mobil, berjalan memutar ke sisi lain. Dia membuka pintu mobil untuk mengeluarkan Sienna dari sana. Xander menggendongnya tubuh yang sudah tak berdaya itu masuk ke dalam lift."Sial, kenapa aku melakukan ini? Harusnya ku biarkan saja dia pingsan di kelab t
"Kenapa kita harus kemari?" tanya Sienna saat Xander baru saja mematikan mesin mobilnya.Sienna masih tak mengerti karna di apartemen tadi Xander benar benar tak menjelaskan gamblang padanya mengenai alasan ia memaksanya untuk kemari. Xander hanya mengatakan Sienna harus ikut dengannya untuk menemui dokter kandungan.Xander menghela nafas sambil membuka sabuk pengaman di tubuhnya."Kau akan tahu jawabannya di dalam. Ayo kita turun," ujar Xander.Sienna masih diam, dia meremas kedua tangannya yang mulai terasa dingin. Rumah sakit selalu menjadi tempat mengerikan bagi Sienna. Dia sangat takut pada tempat ini. Ayah dan adiknya meninggal di tempat ini, dan sekarang ibunya pun harus setiap minggu datang ke tempat ini untuk mengobati sakit yang di alaminya."Kau tuli? Kenapa masih diam?" Xander menyerongkan tubuh ke arah Sienna saat melihat wanita itu hanya diam mematung di atas joknya.Sienna mengangkat wajah dan memberanikan diri menatap laki laki itu. "Aku takut rumah sakit Tuan," jawabn
Setelah selesai dengan tugasnya. Dokter Siska akhirnya kembali meletakan alat alat yang baru saja digunakannya ke tempat semula.Sienna masih menutup rapat matanya ketika sebuah bisikan terdengar lirih di samping telinganya."Buka matamu, dokter sudah selesai menyuntikmu Sienna." Xander menegakkan kembali tubuh besarnya. Genggamannya di tangan Sienna juga terlepas begitu saja.Dengan wajah yang masih sedikit ketakutan. Sienna akhirnya bangun dan turun dari bed pemeriksaan.Xander menarik kursi dan menyuruh Sienna untuk kembali duduk di sebelahnya. Dokter Siska mulai menerangkan semua yang perlu diterangkannya pada Xander dan Sienna."KB darurat ini hanya digunakan disaat saat genting, saya harap kedepannya hal ini tidak akan terulang lagi. Karna Kb seharusnya dilakukan sebelum pasangan melakukan kegiatan itu. Bukan malah sebaliknya.""Heum, akan ku pastikan hal ini tidak akan terulang lagi." Xander berujar dengan wajah santai.Sienna menguatkan remasan di ujung seragam maid yang diken
Dua hari berlalu sejak kejadian hari itu. Xander menepati ucapannya. Sejumlah uang dengan nominal fantastis mendarat di rekening milik Sienna.Sienne tersenyum lebar. Ada harapan besar yang semakin bertahan di dadanya untuk melihat ibunya sehat kembali seperti sediakala. Sienna akan menggunakan uang dari Xander itu untuk membawa ibunya berobat ke rumah sakit yang fasilitas dan pelayanannya jauh lebih bagus dari sebelumnya."Bibi Nuke, tolong jaga ibu dengan baik. Aku mungkin akan kembali sebulan lagi untuk menjenguknya." Sienna berjalan di sekitar taman belakang, waktu istirahat siangnya kali ini ia manfaatkan untuk bercengkerama sebentar dengan sang bibi yang bernama Nuke.Nuke adalah adik kandung dari ibu Sienna yang Sienna mintai tolong untuk membantu merawat ibunya selama ia bekerja di rumah kediaman Lauther."Iya sayang, kamu tidak perlu khawatir. Ibu mu sekarang sudah berada di tempat yang seharusnya. Bibi akan menjaganya dengan baik selama beliau melakukan pengobatan disini."S
Suara peralatan dapur yang beradu memenuhi dapur, saat ini Sienna tengah merapihkan piring dan gelas yang baru saja selesai dicucinya. Jamuan makan malam baru saja selesai dilakukan keluarga besar Lauther."Sienna, apa kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu?" tanya Cathy yang tiba tiba muncul dari arah belakang tubuh Sienna."Sedikit lagi Nyonya.""Setelah semuanya selesai. Kamu bawa cemilan ini ke kamar tuan Jack ya, dia tadi meminta di bawakan cemilan ke atas kamarnya." Cathy menyodorkan sepiring biskuit dan segelas susu hangat yang sudah di tata di atas sebuah nampan."Baik, saya akan membawanya ke atas.""Terima kasih Sienna." Cathy berlalu setelah melepas apronnya dan menggantungnya di tempatnya.Setelah mengantarkan cemilan ini. Sienna bisa langsung istirahat di kamarnya. Hari ini cukup melelahkan dengan segudang pekerjaan yang menyita cukup tenaganya.Sienna membawa langkahnya pergi menaiki tangga menuju kamar Jack yang berada di lantai kedua rumah besar itu.Ketukan kedua setel
Xander terus membawa Sienna turun menjejaki tangga panjang di hadapannya. Pontang panting Sienna harus menyelaraskan langkahnya dengan langkah Xander yang lebar lebar."Tuan tunggu, kita mau kemana?" tanya Sienna panik saat Xander terus membawanya pergi ke luar lewat pintu belakang rumah keluarga Lauther. Keadaan saat itu cukup gelap karna hari memang sudah mulai menampakan pesona langit malam yang pekat."Tuan, berhenti. Aku tidak mau ikut denganmu!" Sienna masih berusaha memberontak saat ia melihat Xander mulai membawanya masuk ke sebuah bangunan kecil yang terpisah cukup jauh dari bangunan utama rumah besar.Xander mendobrak paksa pintu di depannya dengan kakinya. Satu dua kali hentakan pintu itu akhirnya terbuka lebar. Melihat dari barang barang yang ada di dalamnya. Sienna bisa menduga kalau tempat itu adalah gudang penyimpanan bahan bahan makanan. Terlihat banyak kardus kardus besar dengan tulisan bahan makanan di depannya tersusun rapih memenuhi setiap sudut ruangan disana."Ma
Wanita dalam ruang freezer terlihat bergerak gelisah dalam tidurnya. Dia terbangun ketika merasakan perubahan esktrim pada suhu ruangan yang sedang ditinggalinya."Kenapa dingin sekali..." Sienna mengusap usap tengkuknya sendiri saat merasakan hawa di sekitarnya kian mencekam. Sienna akhirnya bangun dan memaksakan diri untuk berjalan ke arah pintu besi yang masih terkunci.Tangannya terulur dan mulai menarik kuat handel pintu di depannya. "Sialan, masih terkunci. Buka pintunya. Tolong siapapun yang ada di luar sana, tolong buka pintunya!" Teriakan Sienna menggema di dalam ruangan.Air matanya kembali jatuh saat Sienna menyadari tidak ada siapapun yang akan menolongnya kali ini. Tempat ini jauh dari bangunan rumah utama. Mustahil rasanya jika seseorang akan masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan makanan malam malam begini."Tuan Xander, buka pintunya!" Sienna tahu usaha dan teriakannya sia sia. Tapi dia masih belum mau menyerah. Dia tidak mau mati konyol disini. Dia masih ingin hidup
Xander berlari cepat menuruni anak tangga. Dia melesat keluar dari rumah besar itu melalui pintu di bagian belakang.Dengan langkah yang sangat lebar dan terlihat tergesa. Xander akhirnya sampai di tempat tujuan."Pierre, kenapa belum dibuka?" Dengan nafasnya yang terlihat terengah-engah, Xander menatap panik ke arah Pierre."Pintunya macet Tuan!""Dasar tidak becus, minggir!" Tangan Xander menyentak tubuh Peter yang berada di depan pintu dengan tak sabar.Sekuat tenaga Xander menarik pegangan pintu di depannya. Nadi nadi di lehernya sampai tertarik keluar saat Xander mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menggeser pintu besi itu."Brengsek! Ayo terbukalah!" Makinya kesal.Brak!Akhirnya pintu terbuka setelah perjuangan keras yang dilakukannya. Xander masuk dan langsung tercengang hebat menemukan pemandangan memilukan di hadapannya. Tubuh wanita yang sejak tadi ia khawatirkan tampak sedang terbujur kaku mencium dinginnya lantai di dalam ruangan itu."Sienna!!" Xander langsung mengham
"Sherly!!" Xander langsung membeku dengan wajah tegang."Apa yang sedang kamu lakukan, Xander!?" Lagi pertanyaan yang sama kembali meluncur dari bibir Sherly. Wanita itu mendekat dan semakin mempertipis jarak diantara dirinya dan laki laki yang masih memeluk Sienna di atas ranjang.Sejenak tatapan Sherly sempat tertuju pada baju pasien Sienna yang terbuka di bagian atas. Terdapat tanda kecup merah mengitari leher jenjang wanita itu. Sherly langsung mengepalkan tangan dengan dada yang mulai bergemuruh."Aku..." Xander langsung kehilangan kata. Dia hanya bisa melengoskan wajah ke arah lain saat menyadari tatapan penuh selidik dari Sherly."Turun Xander, ini sangat tidak pantas dilihat!" Sherly hampir menjerit saking kesalnya melihat Xander malah tetap bertahan di tempatnya setelah ia kepergok basah."Pelankan suaramu Sherly, kamu akan membangunkan tidur Sienna!" desis Xander sambil membawa arah pandangannya kembali ke arah sahabatnya itu. Bisa ia lihat wajah Sherly sudah memerah seperti
Tangan besar Xander mengusap pipi, pelan seringan kapas. Sienna bukannya tak menyadari usapan itu, hanya saja dia terlalu lemah untuk hanya sekedar melawan sentuhan yang diberikan Xander."Masih dingin, heum?" bisikan parau di dapat Sienna setelah laki laki itu merendahkan sedikit kepalanya.Xander menarik pelan dagu mungil, hingga wajah wanita itu kini terlihat lebih jelas. Mata itu masih terpejam rapat, tangannya yang meremat baju Xander semakin menguat. Tanpa perlu menjawab. Xander bisa merasakan tubuh itu masih menggigil karna kedinginan."Buka matamu, Sienna." titah Xander dengan suara yang sudah berubah serak.Mata cantik itu terbuka perlahan sesuai permintaannya. Xander terpaku, mengikat netranya pada setiap goresan ciptaan Tuhan di hadapannya. Sienna sangat cantik, dan dia sudah menyadari itu dari awal pertemuan.Bibir mungil yang pucat itu masih saja terlihat menggoda, bahkan ketika Sienna menggerakkannya pelan untuk menciptakan ruang di sela selanya. Xander hanya mampu menegu
"Kenapa kamu hanya diam, hah?!" Sherly tersentak ketika gelegar suara laki laki itu terdengar begitu nyaring sampai memekakan kedua telinganya. "Xander ka..mu..." Terbata Sherly mengatupkan bibirnya rapat rapat, berusaha menahan nyeri yang mendatanginya saat melihat sikap Xander yang begitu emosional. Air mata Sherly jatuh tanpa bisa dibendung lagi. Untuk pertama kali dalam sejarah persahabatan mereka. Xander telah berani meninggikan suara kepadanya. Dan lagi yang membuatnya muak adalah alasannya pun sama seperti yang Jack lakukan sebelumnya. Wanita bernama Sienna. Wanita sialan itu lah penyebab utama perubahan sikap Xander ini! Sherly sekarang sadar, Sienna sudah menjadi duri yang nyata dalam hubungannya dengan kakak beradik keluarga Lauther. Lihatlah, Xander atau pun Jack sampai bisa memarahinya hanya untuk membela wanita itu. "Aku sudah melihat semuanya lewat cctv, kenapa kamu mengubah temperatur suhu di ruangan freezer? Kamu pasti tahu kan Sienna ada disana? Aku ingat bet
Setelah mematikan panggilan. teleponnya. Xander langsung meninggalkan area rumah sakit.Dia memacu cepat kendaraannya membelah jalanan lengang di hadapannya. Dada Xander bergemuruh hebat, wajah tampannya menunjukkan kemarahan dan rasa gelisah yang pekat. Xander terlihat tak sabar ingin segera sampai di tempat yang dituju.Setelah mendengar langsung betapa fatalnya keadaan Sienna. Xander jadi tak bisa tenang. Dia ingin mencaritahu sendiri kebenaran tentang siapa sebenarnya orang yang sudah berani menaikan suhu di ruang freezer sampai menjadi minus seperti itu."Sial, jika memang ada yang sengaja mencelakai Sienna, aku tidak akan pernah memaafkannya!" dengusnya marah sambil mengepalkan tangannya kuat kuat di pegangan kemudi.Tak lama mobil yang Xander bawa pun akhirnya sampai di kediamannya. Xander turun dengan tergesa dari mobilnya dan langsung berjalan masuk ke arah teras rumah."Dimana Pierre?" tanyanya pada pengawal yang membantu membukakan pintu rumah untuknya."Tadi saya melihat P
Xander berlari cepat menuruni anak tangga. Dia melesat keluar dari rumah besar itu melalui pintu di bagian belakang.Dengan langkah yang sangat lebar dan terlihat tergesa. Xander akhirnya sampai di tempat tujuan."Pierre, kenapa belum dibuka?" Dengan nafasnya yang terlihat terengah-engah, Xander menatap panik ke arah Pierre."Pintunya macet Tuan!""Dasar tidak becus, minggir!" Tangan Xander menyentak tubuh Peter yang berada di depan pintu dengan tak sabar.Sekuat tenaga Xander menarik pegangan pintu di depannya. Nadi nadi di lehernya sampai tertarik keluar saat Xander mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menggeser pintu besi itu."Brengsek! Ayo terbukalah!" Makinya kesal.Brak!Akhirnya pintu terbuka setelah perjuangan keras yang dilakukannya. Xander masuk dan langsung tercengang hebat menemukan pemandangan memilukan di hadapannya. Tubuh wanita yang sejak tadi ia khawatirkan tampak sedang terbujur kaku mencium dinginnya lantai di dalam ruangan itu."Sienna!!" Xander langsung mengham
Wanita dalam ruang freezer terlihat bergerak gelisah dalam tidurnya. Dia terbangun ketika merasakan perubahan esktrim pada suhu ruangan yang sedang ditinggalinya."Kenapa dingin sekali..." Sienna mengusap usap tengkuknya sendiri saat merasakan hawa di sekitarnya kian mencekam. Sienna akhirnya bangun dan memaksakan diri untuk berjalan ke arah pintu besi yang masih terkunci.Tangannya terulur dan mulai menarik kuat handel pintu di depannya. "Sialan, masih terkunci. Buka pintunya. Tolong siapapun yang ada di luar sana, tolong buka pintunya!" Teriakan Sienna menggema di dalam ruangan.Air matanya kembali jatuh saat Sienna menyadari tidak ada siapapun yang akan menolongnya kali ini. Tempat ini jauh dari bangunan rumah utama. Mustahil rasanya jika seseorang akan masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan makanan malam malam begini."Tuan Xander, buka pintunya!" Sienna tahu usaha dan teriakannya sia sia. Tapi dia masih belum mau menyerah. Dia tidak mau mati konyol disini. Dia masih ingin hidup
Xander terus membawa Sienna turun menjejaki tangga panjang di hadapannya. Pontang panting Sienna harus menyelaraskan langkahnya dengan langkah Xander yang lebar lebar."Tuan tunggu, kita mau kemana?" tanya Sienna panik saat Xander terus membawanya pergi ke luar lewat pintu belakang rumah keluarga Lauther. Keadaan saat itu cukup gelap karna hari memang sudah mulai menampakan pesona langit malam yang pekat."Tuan, berhenti. Aku tidak mau ikut denganmu!" Sienna masih berusaha memberontak saat ia melihat Xander mulai membawanya masuk ke sebuah bangunan kecil yang terpisah cukup jauh dari bangunan utama rumah besar.Xander mendobrak paksa pintu di depannya dengan kakinya. Satu dua kali hentakan pintu itu akhirnya terbuka lebar. Melihat dari barang barang yang ada di dalamnya. Sienna bisa menduga kalau tempat itu adalah gudang penyimpanan bahan bahan makanan. Terlihat banyak kardus kardus besar dengan tulisan bahan makanan di depannya tersusun rapih memenuhi setiap sudut ruangan disana."Ma
Suara peralatan dapur yang beradu memenuhi dapur, saat ini Sienna tengah merapihkan piring dan gelas yang baru saja selesai dicucinya. Jamuan makan malam baru saja selesai dilakukan keluarga besar Lauther."Sienna, apa kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu?" tanya Cathy yang tiba tiba muncul dari arah belakang tubuh Sienna."Sedikit lagi Nyonya.""Setelah semuanya selesai. Kamu bawa cemilan ini ke kamar tuan Jack ya, dia tadi meminta di bawakan cemilan ke atas kamarnya." Cathy menyodorkan sepiring biskuit dan segelas susu hangat yang sudah di tata di atas sebuah nampan."Baik, saya akan membawanya ke atas.""Terima kasih Sienna." Cathy berlalu setelah melepas apronnya dan menggantungnya di tempatnya.Setelah mengantarkan cemilan ini. Sienna bisa langsung istirahat di kamarnya. Hari ini cukup melelahkan dengan segudang pekerjaan yang menyita cukup tenaganya.Sienna membawa langkahnya pergi menaiki tangga menuju kamar Jack yang berada di lantai kedua rumah besar itu.Ketukan kedua setel
Dua hari berlalu sejak kejadian hari itu. Xander menepati ucapannya. Sejumlah uang dengan nominal fantastis mendarat di rekening milik Sienna.Sienne tersenyum lebar. Ada harapan besar yang semakin bertahan di dadanya untuk melihat ibunya sehat kembali seperti sediakala. Sienna akan menggunakan uang dari Xander itu untuk membawa ibunya berobat ke rumah sakit yang fasilitas dan pelayanannya jauh lebih bagus dari sebelumnya."Bibi Nuke, tolong jaga ibu dengan baik. Aku mungkin akan kembali sebulan lagi untuk menjenguknya." Sienna berjalan di sekitar taman belakang, waktu istirahat siangnya kali ini ia manfaatkan untuk bercengkerama sebentar dengan sang bibi yang bernama Nuke.Nuke adalah adik kandung dari ibu Sienna yang Sienna mintai tolong untuk membantu merawat ibunya selama ia bekerja di rumah kediaman Lauther."Iya sayang, kamu tidak perlu khawatir. Ibu mu sekarang sudah berada di tempat yang seharusnya. Bibi akan menjaganya dengan baik selama beliau melakukan pengobatan disini."S