“Dokter Bian yang terhormat, bisakah aku bermain-main dengan Alana sebentar?” suara David dari arah belakang. “Kau tahu, sejak dulu aku begitu terobsesi dengan segala sesuatu yang dimiliki oleh Arshaka. Jadi, aku ingin mencicipinya agar Arshaka semakin merasa tersiksa!” ujarnya yang membuat Bian mengalihkan atensinya pada David.“Sayang sekali kau tak bisa melakukannya saat ini,” ucap Bian datar.“Kenapa? Apa kau menginginkannya untuk dirimu sendiri?” David bertanya dengan nada sedikit marah dan curiga. Bagaimanapun obsesinya untuk mengalahkan Arshaka selalu mematahkan akal pikirannya sehingga kesan bodoh dan ceroboh sangatlah pantas untuk disandangnya.“Aku bukanlah kau yang suka barang bekas! Apalagi bekas Arshaka, aku sama sekali tidak berminat!” cemooh Bian penuh penekanan seraya bersedekap dada. Senyum miringnya jelas sekali meremahkan pria di depannya itu.“Apalagi, dengan kebodohan dan sikapmu yang arogan ini, bagaimana mungkin bisa mengalahkan Arshaka dengan mudah? Bukankah sa
Suara langkah terdengar memantul dari arah luar penjara bawah tanah, semakin lama semakin dekat membuat Kiara gelagapan dengan jantung yang berdegup kencang.Ia begitu ketakutan, apalagi ia hanya berdua dengan Alana yang sampai saat ini pun belum sadarkan diri dalam pangkuannya.Suara itu semakin dekat dan berhenti tepat di depan jeruji di mana keduanya dikurung. Sosok yang terlihat samar tapi mampu menimbulkan suasana yang mencekam karena ia hanya memandangi mereka tanpa bersuara sedikit pun.“Si-siapa kau? Tolong bebaskan kami dari sini, aku mohon,” pinta Kiara akhirnya memberanikan diri bersuara.Namun, bukannya menjawab, sosok itu malah tertawa sinis. “Aku sudah bersusah payah menculik kalian, lantas kenapa aku harus membebaskan kalian kembali?”“Apa salah kami padamu? Kenapa kau menculik kami?” tanya Kiara putus asa, ia tak mengerti kenapa ia diculik. Kalau ia diculik oleh anak buah Bondan, ia masih bisa memaklumi.Tapi, orang di depannya baru saja ia temui dan ia sama sekali tak
“Alana, bangunlah, Sayang. Buka matamu,” ucap Arshaka dengan bibir gemetarn air matanya luruh melihat kondisi Alana yang sangat mengenaskan.Rasa sedih yang mendalam karena kehilangan calon anaknya membuatnya menjadi semakin takut akan kehilangan istrinya juga. Apalagi, menurut penuturan Kiara padanya, Alana belum sadarkan diri sejak di bawa ke dalam sel ini.Itulah mengapa, rasa takut dan cemasnya semakin menjadi. Ia takut anak buahnya datang terlambat untuk menyelamatkan mereka. Karena kini, dalam kondisinya saat ini ia hanya bisa mengandalkan bantuan dari luar.Di tengah keterpurukan dan keputus asaan Arshaka, suara tembakan saling bersahutan nyaring memekakkan telinga hingga terdengar sampai penjara bawah tanah di mana Arshaka berada.Secercah harapan muncul dalam hati Arshaka, ia berharap para anak buahnya menemukan mereka sehingga ia dapat menyelamatkan nyawa Alana segera.Suara langkah kaki terdengar setengah berlari menuju ke arah sel tahanan di mana Arshaka berada. Ia tak be
Setelah memastikan Hellycopter terbang menjauh yang mengangkut ketiga orang terpenting dalam hidupnya, Alex memerintahkan para anak buahnya mengikutinya turun untuk menumpas Bian dan komplotannya.Meskipun Bian begitu licin dan dilindungi banyak anak buahnya, akan tetapi pasukan yang dibawa Arshaka bukanlah pasukan kaleng-kaleng. Mereka adalah pasukan terlatih dengan banyak pengalaman bertempur.Arshaka memang memerintahkan anak buahnya agar menurunkannya sendiri di depan gedung. Namun, ia sudah mengantisipasi hal itu sehingga ia sudah merancang strategi sedemikian rupa. Arshaka akan mengalihkan perhatian mereka sehingga membuat mereka lengah agar aksi pasukannya tak diketahui.Sedangkan pasukan yang dibawa Alex kebanyakan adalah penembak jitu yang akurasi tembakannya sangat sempurna. Sehingga mereka sangat bisa diandalkan, sekali tembak bisa membuat sasarannya langsung terkapar.Setelah pertempuran sengit yang terjadi, dan selongsong timah panas bertebaran di mana-mana, akhirnya Alex
Arshaka menggeliat pelan, sejujur tubuhnya ngilu dan terasa sakit. Saat ini ia sudah berada di ruang VVIP Setelah dilakukan serangkaian operasi di bagian tulang rusuk kanannya yang patah juga mengeluarkan peluru dari pahanya, ia juga mendapatkan banyak sekali jahitan di kepala dan pelipisnya.Arshaka mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya yang masuk hingga membuat netranya terasa silau. Tangan kirinya terangkat menghalangi cahaya lampu yang terdapat selang yang tersambung dengan cairan infus.Sejenak ia terpaku, mengingat setiap detail kejadian yang bagaikan roller coster. Hal pertama yang ia ingat adalah istrinya, Alana. Rasa cemas mendadak menghimpit dadanya, selama di tahanan tak sekalipun Alana membuka matanya. Apalagi, suhu tubuhnya sangat tinggi. Ia takut terjadi apa-apa padanya hingga dengan tak sabar ia memanggil seseorang di balik pintu.“Pengawal, kemarilah!” panggil Arshaka.Suara pintu dibuka dari luar dan masuklah laki-laki berpakaian serba hitam dengan sedikit menunduk ho
“Gudang persenjataan kita ada yang membakar, sepertinya ada orang dalam yang terlibat dari kebakaran itu!”“APAA!!”Arshaka terkejut bukan main, sepertinya hal ini masih berlanjut. Dan ia tak bisa berpangku tangan meskipun kondisinya saat sangat mengenaskan. Bahkan ia sendiri tak yakin bisa berjalan dengan kondisi luka tembak di pahanya yang masih basah.Apalagi, rasa nyeri yang disertai pusing masih kerap sekali ia rasakan. Wajahnya pun masih bengkak dan luka jahitan di kepala dengan perban yang melilit layaknya mumi masih belum lepas, bagaimana mungkin ia dapat melakukan tugas yang begitu berat. Rasanya mustahil jika itu adalah orang dari kalangan biasa.Arshaka menghela nafas lelah, di saat seperti ini sudah tak ada lagi yang dapat ia percaya. Alex bisa kembali dengan selamat saja sudah sangat ia syukuri. Karena selain Alex, ia tak bisa mempercayai siapa pun lagi.Tak ada yang benar-benar setia di dunia hitam, kawan bisa jadi lawan, begitu juga sebaliknya. Sekarang, mau tak mau ia
Berlama-lama dirawat membuat seorang Arshaka tidak betah seakan gatal ingin melakukan pekerjaan seperti biasanya. Ia begitu gatal ingin mengeksekusi para musuhnya hingga ia melepas infus di tangannya dengan paksa meskipun kondisi tubuhnya belum sembuh total.Arshaka bergegas bangkit setelah infus ditangannya berhasil dicabut yang membuat darahnya menetes. Ia berjalan mengambil tissu di atas nakas lantas mengusapnya.Gegas ia keluar dari ruang inapnya dengan mantap melangkah menuju kamar Alex dengan menggunakan kruk untuk menopang kakinya yang masih berdenyut sakit. Apalagi pasca operasi tulang rusuknya yang patah tak serta merta dapat mencegah niatnya melakukan misi yang sudah ia rancang sedemikian rupa.Balas dendam yang sudah sangat ia nanti-nantikan membuatnya tak betah barang semenit pun berada di ruangannya. Sesampainya di depan ruangan di mana Alex di rawat, Arshaka langsung membuka gagang pintunya dengan antusias seakan lupa bahwa Alex saat ini tak lagi sendiri. Ia sudah mempu
"Shaka keparat! Lepaskan aku! Tidak ... hentikan!" teriak Jimmy hiateris, suaranya melengking tinggi disertai lolongan kesakitan. Jimmy menjerit setiap kali anak buah Arshaka menyiksa sesuai perintahnya.Arshaka tertawa puas melihat sayatan demi sayatan yang dilakukan anak buahnya pada Jimmy. Lolongan kesakitan yang lolos dari bibirnya terdengar berkali-kali hingga ia jatuh pingsan dan tak terdengar lagi. Meskipun begitu, anak buah Arshaka tetap melaksanakan titahnya untuk menguliti Jimmy hidup-hidup kemudian mencincang dagingnya lantas memberikannya pada buaya peliharaannya di penangkaran.Arahaka beserta Alex kemudian mendatangi sel di mana Allice beserta sang anak dikurung, mereka terlihat begitu ketakutan. Bagaimana tidak, jarak antara sel Jimmy dan mereka berdekatan. Sudah jelas mereka mendengar teriakan kesakitan sewaktu Jimmy disiksa dan dibunuh.Arshaka menyuruh salah seorang anak buahnya untuk membuka pintu sel mereka yang digembok lalu masuk ke dalamnya. Arshaka tersenyum pua