“Gudang persenjataan kita ada yang membakar, sepertinya ada orang dalam yang terlibat dari kebakaran itu!”“APAA!!”Arshaka terkejut bukan main, sepertinya hal ini masih berlanjut. Dan ia tak bisa berpangku tangan meskipun kondisinya saat sangat mengenaskan. Bahkan ia sendiri tak yakin bisa berjalan dengan kondisi luka tembak di pahanya yang masih basah.Apalagi, rasa nyeri yang disertai pusing masih kerap sekali ia rasakan. Wajahnya pun masih bengkak dan luka jahitan di kepala dengan perban yang melilit layaknya mumi masih belum lepas, bagaimana mungkin ia dapat melakukan tugas yang begitu berat. Rasanya mustahil jika itu adalah orang dari kalangan biasa.Arshaka menghela nafas lelah, di saat seperti ini sudah tak ada lagi yang dapat ia percaya. Alex bisa kembali dengan selamat saja sudah sangat ia syukuri. Karena selain Alex, ia tak bisa mempercayai siapa pun lagi.Tak ada yang benar-benar setia di dunia hitam, kawan bisa jadi lawan, begitu juga sebaliknya. Sekarang, mau tak mau ia
Berlama-lama dirawat membuat seorang Arshaka tidak betah seakan gatal ingin melakukan pekerjaan seperti biasanya. Ia begitu gatal ingin mengeksekusi para musuhnya hingga ia melepas infus di tangannya dengan paksa meskipun kondisi tubuhnya belum sembuh total.Arshaka bergegas bangkit setelah infus ditangannya berhasil dicabut yang membuat darahnya menetes. Ia berjalan mengambil tissu di atas nakas lantas mengusapnya.Gegas ia keluar dari ruang inapnya dengan mantap melangkah menuju kamar Alex dengan menggunakan kruk untuk menopang kakinya yang masih berdenyut sakit. Apalagi pasca operasi tulang rusuknya yang patah tak serta merta dapat mencegah niatnya melakukan misi yang sudah ia rancang sedemikian rupa.Balas dendam yang sudah sangat ia nanti-nantikan membuatnya tak betah barang semenit pun berada di ruangannya. Sesampainya di depan ruangan di mana Alex di rawat, Arshaka langsung membuka gagang pintunya dengan antusias seakan lupa bahwa Alex saat ini tak lagi sendiri. Ia sudah mempu
"Shaka keparat! Lepaskan aku! Tidak ... hentikan!" teriak Jimmy hiateris, suaranya melengking tinggi disertai lolongan kesakitan. Jimmy menjerit setiap kali anak buah Arshaka menyiksa sesuai perintahnya.Arshaka tertawa puas melihat sayatan demi sayatan yang dilakukan anak buahnya pada Jimmy. Lolongan kesakitan yang lolos dari bibirnya terdengar berkali-kali hingga ia jatuh pingsan dan tak terdengar lagi. Meskipun begitu, anak buah Arshaka tetap melaksanakan titahnya untuk menguliti Jimmy hidup-hidup kemudian mencincang dagingnya lantas memberikannya pada buaya peliharaannya di penangkaran.Arahaka beserta Alex kemudian mendatangi sel di mana Allice beserta sang anak dikurung, mereka terlihat begitu ketakutan. Bagaimana tidak, jarak antara sel Jimmy dan mereka berdekatan. Sudah jelas mereka mendengar teriakan kesakitan sewaktu Jimmy disiksa dan dibunuh.Arshaka menyuruh salah seorang anak buahnya untuk membuka pintu sel mereka yang digembok lalu masuk ke dalamnya. Arshaka tersenyum pua
"Aku tahu suatu rahasian yang akan membuatmu menemukan pelaku sebenarnya!" Ucap Allice"Cepat katakan! Kalau tidak peluru ini akan menembus jantung anakmu!""Dia ...Belum sempat Allice berbicara, Arshaka malah tertawa terbahak-bahak seakan mengejeknya.“Apa kalian kira aku bodoh, hah! Bahkan tanpa kalian memberitahuku sekalipun, aku pasti bisa menemukan orang itu dengan caraku sendiri.” Arshaka menatap Allice juga David dengan tajam, sungguh keduanya sangatlah membuat Arshaka muak.“Sekarang, nikmatilah pembalasan dariku!”“Ti-tidak, Shaka, ampunilah kami. Mau bagaimanapun kau menyangkalnya, aku masih istri sah dari papamu. Yang artinya, aku adalah ibu sambungmu. Pikirkanlah lagi bagaimana perasaan papamu jika istrinya tewas oleh putranya sendiri, Papamu pasti akan bersedih. Jadi aku mohon Shaka, pertimbangkanlah lagi,” bujuk Allice mencoba bernegosiasi dengan Arshaka.“Iya, Kak. Aku mohon ampuni dan lepaskanlah kami. Kami janji tidak akan pernah mengusikmu lagi seumur hidup kami,” t
Bian menatap Arshaka dan Alex bergantian dengan tatapan sinis dan tajam setelah keduanya berada tepat di depan pintu sel di mana dirinya di tahan.Bian tertawa mengejek. “Rupanya kau sudah tak sabar untuk mengunjungiku, Shaka?!” Arshaka mengangguk seraya tersenyum, ia melangkah maju dengan kedua tangan di belakang tubuhnya. Alex ikutan melangkah di belakang Arshaka.“Ah, tentu saja, kau amat sangat paham dengan watakku.” Arshaka memindai luka di tubuh Bian yang belum mengering dan terlibat basah.“Dan kau pasti juga paham, jika ada yang mengusikku apa yang biasa aku berikan sebagai hukuman. Lalu, menurutmu, hukuman apa yang pantas diberikan pada orang yang sudah membunuh anakku dan membuat istriku menderita?” tanya Arshaka lagi.Bian tertawa puas karena berhasil membuat Arshaka menderita. “Menurutku, kau layak mendapatkannya, Shaka. Kau pantas menderita seperti yang pernah kau lakukan padaku!”Arshaka mengetatkan rahangnya. “Apa maksudmu? Apa kau berusaha untuk mengelabuhiku?”“jang
“Alex, apakah kau sudah menyiapkan semua peralatan bedah yang aku minta?” tanya Arshaka menoleh ke arahnya.“ya, lengkap sesuai mandatmu, Tuan,” jawab Alex.“Kalau begitu, kita berikan pengalaman yang tak akan terlupakan bagi Dokter bedah kita ini sebagai wujud apresiasi padanya selama ini!” ucap Arshaka dengan senyum mengerikan tercetak di bibirnya yang diangguki oleh Alex.“pertunjukan akan dimulai, bersiaplah, Tuan!” Alex mengeluarkan gulungan kain dari koper yang sejak tadi dibawa oleh salah satu pengawalnya.“Pengawal, telanjangi dan ikat tangan juga kaki penghianat ini dengan kuat! Aku ingin tahu seberapa nyaring teriakannya kali ini, apakah sama kuatnya dengan keangkuhannya selama ini?!” ejek Arshaka dengan senyum sinis seakan ia telah menemukan sebuah mainan baru yang sangat menyenangkan.Para pengawal menelanjangi Bian lalu mengikat tangan beserta kakinya di setiap sudut ranjangnya. Sedangkan Arshaka memakai sarung tangan latex di kedua tangannya.Perban yang membalut luka te
“Tuan Arshaka, pihak rumah sakit memberikan kabar terkait kondisi Alana,” ucap Alex ketika sudah berada di depan meja kerja Arshaka.Arshaka yang tengah membaca laporan melalui laptopnya seketika menoleh pada Alex. Seakan tak mempercayai pendengarannya hingga ia terpaku sejenak.“Katakan sekali lagi, apa yang kau katakan barusan.” Ujar Arshaka membuat Alex menghela nafas lelah. Bagaimana tidak, Arshaka hanya pergi ke perusahaan untuk bekerja, selanjutnya pulang ke rumah sakit dan bermalam di sana untuk menemani Alana.Hidupnya sekarang seputar kantor dan Rumah Sakit sehingga dirinya hampir tak terurus. Kalau bukan Alex yang mengingatkannya untuk makan, maka Arshaka tidak akan beranjak barang sedetikpun dari kursi kebesarannya hingga menjelang sore hari.Apalagi sejak perang antar kekuasaan yang dimenangkan oleh pihak Arshaka membuat pekerjaannya jauh lebih banyak dan menyita waktu. Ditambah banyaknya investor lokal maupun asing bekerja sama dengannya sejak ia menjadi penguasa terkuat
“Kenapa diam? Benar kau lebih mementingkan pekerjaanmu itu ya dari pada aku?” cecar Alana dengan wajah sendu.Arshaka membuka lalu menutup mulutnya berulang kalai, seakan ada yang ingin ia ungkapkan namun ia urungkan karena banyaknya pertimbangan. Akhirnya yang bisa Arshaka lakukan hanyalah menghela nafas pasrah.“Kau tahu bukan itu alasanku, Sayang. Tentu saja aku lebih menginginkan dirimu dari pada semua harta yang kumiliki. Akan tetapi, tidak mudah bagiku meninggalkan semua itu. Ada banyak tanggung jawab yang aku emban, kota ini akan menjadi kacau balau jika aku tiba-tiba berhenti tanpa ada yang memegang seluruh kendali,” ucap Arshaka.“Saat ini aku adalah penguasa tertinggi seantero kota, jadi ... aku mohon, Sayang, beri aku waktu untuk mempertimbangkannya juga waktu untuk mencari penggantiku,” lanjut Arshaka lagi.Alana merajuk seraya mengerucutkan bibirnya. “Baiklah, tapi kau harus menepati janjimu untuk berhenti dari pekerjaan itu dan hanya mengurus bisnis legal saja!”Arshaka