"Shaka keparat! Lepaskan aku! Tidak ... hentikan!" teriak Jimmy hiateris, suaranya melengking tinggi disertai lolongan kesakitan. Jimmy menjerit setiap kali anak buah Arshaka menyiksa sesuai perintahnya.Arshaka tertawa puas melihat sayatan demi sayatan yang dilakukan anak buahnya pada Jimmy. Lolongan kesakitan yang lolos dari bibirnya terdengar berkali-kali hingga ia jatuh pingsan dan tak terdengar lagi. Meskipun begitu, anak buah Arshaka tetap melaksanakan titahnya untuk menguliti Jimmy hidup-hidup kemudian mencincang dagingnya lantas memberikannya pada buaya peliharaannya di penangkaran.Arahaka beserta Alex kemudian mendatangi sel di mana Allice beserta sang anak dikurung, mereka terlihat begitu ketakutan. Bagaimana tidak, jarak antara sel Jimmy dan mereka berdekatan. Sudah jelas mereka mendengar teriakan kesakitan sewaktu Jimmy disiksa dan dibunuh.Arshaka menyuruh salah seorang anak buahnya untuk membuka pintu sel mereka yang digembok lalu masuk ke dalamnya. Arshaka tersenyum pua
"Aku tahu suatu rahasian yang akan membuatmu menemukan pelaku sebenarnya!" Ucap Allice"Cepat katakan! Kalau tidak peluru ini akan menembus jantung anakmu!""Dia ...Belum sempat Allice berbicara, Arshaka malah tertawa terbahak-bahak seakan mengejeknya.“Apa kalian kira aku bodoh, hah! Bahkan tanpa kalian memberitahuku sekalipun, aku pasti bisa menemukan orang itu dengan caraku sendiri.” Arshaka menatap Allice juga David dengan tajam, sungguh keduanya sangatlah membuat Arshaka muak.“Sekarang, nikmatilah pembalasan dariku!”“Ti-tidak, Shaka, ampunilah kami. Mau bagaimanapun kau menyangkalnya, aku masih istri sah dari papamu. Yang artinya, aku adalah ibu sambungmu. Pikirkanlah lagi bagaimana perasaan papamu jika istrinya tewas oleh putranya sendiri, Papamu pasti akan bersedih. Jadi aku mohon Shaka, pertimbangkanlah lagi,” bujuk Allice mencoba bernegosiasi dengan Arshaka.“Iya, Kak. Aku mohon ampuni dan lepaskanlah kami. Kami janji tidak akan pernah mengusikmu lagi seumur hidup kami,” t
Bian menatap Arshaka dan Alex bergantian dengan tatapan sinis dan tajam setelah keduanya berada tepat di depan pintu sel di mana dirinya di tahan.Bian tertawa mengejek. “Rupanya kau sudah tak sabar untuk mengunjungiku, Shaka?!” Arshaka mengangguk seraya tersenyum, ia melangkah maju dengan kedua tangan di belakang tubuhnya. Alex ikutan melangkah di belakang Arshaka.“Ah, tentu saja, kau amat sangat paham dengan watakku.” Arshaka memindai luka di tubuh Bian yang belum mengering dan terlibat basah.“Dan kau pasti juga paham, jika ada yang mengusikku apa yang biasa aku berikan sebagai hukuman. Lalu, menurutmu, hukuman apa yang pantas diberikan pada orang yang sudah membunuh anakku dan membuat istriku menderita?” tanya Arshaka lagi.Bian tertawa puas karena berhasil membuat Arshaka menderita. “Menurutku, kau layak mendapatkannya, Shaka. Kau pantas menderita seperti yang pernah kau lakukan padaku!”Arshaka mengetatkan rahangnya. “Apa maksudmu? Apa kau berusaha untuk mengelabuhiku?”“jang
“Alex, apakah kau sudah menyiapkan semua peralatan bedah yang aku minta?” tanya Arshaka menoleh ke arahnya.“ya, lengkap sesuai mandatmu, Tuan,” jawab Alex.“Kalau begitu, kita berikan pengalaman yang tak akan terlupakan bagi Dokter bedah kita ini sebagai wujud apresiasi padanya selama ini!” ucap Arshaka dengan senyum mengerikan tercetak di bibirnya yang diangguki oleh Alex.“pertunjukan akan dimulai, bersiaplah, Tuan!” Alex mengeluarkan gulungan kain dari koper yang sejak tadi dibawa oleh salah satu pengawalnya.“Pengawal, telanjangi dan ikat tangan juga kaki penghianat ini dengan kuat! Aku ingin tahu seberapa nyaring teriakannya kali ini, apakah sama kuatnya dengan keangkuhannya selama ini?!” ejek Arshaka dengan senyum sinis seakan ia telah menemukan sebuah mainan baru yang sangat menyenangkan.Para pengawal menelanjangi Bian lalu mengikat tangan beserta kakinya di setiap sudut ranjangnya. Sedangkan Arshaka memakai sarung tangan latex di kedua tangannya.Perban yang membalut luka te
“Tuan Arshaka, pihak rumah sakit memberikan kabar terkait kondisi Alana,” ucap Alex ketika sudah berada di depan meja kerja Arshaka.Arshaka yang tengah membaca laporan melalui laptopnya seketika menoleh pada Alex. Seakan tak mempercayai pendengarannya hingga ia terpaku sejenak.“Katakan sekali lagi, apa yang kau katakan barusan.” Ujar Arshaka membuat Alex menghela nafas lelah. Bagaimana tidak, Arshaka hanya pergi ke perusahaan untuk bekerja, selanjutnya pulang ke rumah sakit dan bermalam di sana untuk menemani Alana.Hidupnya sekarang seputar kantor dan Rumah Sakit sehingga dirinya hampir tak terurus. Kalau bukan Alex yang mengingatkannya untuk makan, maka Arshaka tidak akan beranjak barang sedetikpun dari kursi kebesarannya hingga menjelang sore hari.Apalagi sejak perang antar kekuasaan yang dimenangkan oleh pihak Arshaka membuat pekerjaannya jauh lebih banyak dan menyita waktu. Ditambah banyaknya investor lokal maupun asing bekerja sama dengannya sejak ia menjadi penguasa terkuat
“Kenapa diam? Benar kau lebih mementingkan pekerjaanmu itu ya dari pada aku?” cecar Alana dengan wajah sendu.Arshaka membuka lalu menutup mulutnya berulang kalai, seakan ada yang ingin ia ungkapkan namun ia urungkan karena banyaknya pertimbangan. Akhirnya yang bisa Arshaka lakukan hanyalah menghela nafas pasrah.“Kau tahu bukan itu alasanku, Sayang. Tentu saja aku lebih menginginkan dirimu dari pada semua harta yang kumiliki. Akan tetapi, tidak mudah bagiku meninggalkan semua itu. Ada banyak tanggung jawab yang aku emban, kota ini akan menjadi kacau balau jika aku tiba-tiba berhenti tanpa ada yang memegang seluruh kendali,” ucap Arshaka.“Saat ini aku adalah penguasa tertinggi seantero kota, jadi ... aku mohon, Sayang, beri aku waktu untuk mempertimbangkannya juga waktu untuk mencari penggantiku,” lanjut Arshaka lagi.Alana merajuk seraya mengerucutkan bibirnya. “Baiklah, tapi kau harus menepati janjimu untuk berhenti dari pekerjaan itu dan hanya mengurus bisnis legal saja!”Arshaka
“SHAKA, TUAN BESAR SEKARAT!!!” Alex tiba-tiba membuka pintu sambil berteriak padanya dengan suara panik yang membuat Alana dan Arshaka terperanjat kaget.Arshaka terdiam sejenak seakan berpikir keras. “Alana, tetaplah di sini, aku akan pergi melihatnya!” ucap Arshaka.“Biarkan aku ikut denganmu.”Arshaka menggeleng. “Kau baru siuman dan kondisimu belum stabil, tunggulah di sini sampai mama dan papa Reyhan datang.”Alana mengangguk. “Pergilah, Shaka. Ingat janjimu padaku,” ucap Alana.Arshaka tidak menanggapi dan hanya menatap Alana sebentar dan berlalu pergi dengan Alex.Setibanya di ruang yang memang dikhususkan untuk Daniel, Arshaka dan Alex melihat dari balik kaca tim Dokter dan perawat berusaha dengan keras mengembalikan detak jantung Daniel dengan alat Defibrilator atau alat kejut jantung yang mengirimkan kejutan listrik ke jantung agar jantung bisa berfungsi kembali.Namun sepertinya nihil, layar monitor menampilkan sebuah garis lurus dengan bunyi nyaring yang menandakan seseora
“Tunggulah di ruang kerja, aku akan mengantar Alana ke kamar agar ia bisa beristirahat,” ucap Arshaka pada Alex.Alex mengangguk lalu berkata, “Baiklah, aku akan menunggu di sana,” jawab Alex kemudian melangkah menuju ruang kerja yang dulu milik mendiang Daniel.“Apakah kau takut jika aku tinggalkan kau sendiri nanti di kamar, Alana?” Tanya Arshaka agak khawatir, jangankan menginap, menginjakkan kaki di kamar saja tidak pernah.Alana menggeleng lantas tersenyum. “Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Jangan khawatir,” ucap Alana.“Tidak, aku tidak tenang. Kalau begitu nanti aku akan mengutus seorang pelayan agar menemanimu sampai aku kembali.”“Terserah padamu,” ucap Alana sembari menaiki anak tangga satu persatu.Setelah tiba, Alana melihat-lihat kamar yang dulunya ditempati Arshaka. Sangat luas dengan nuansa serba hitam, hingga rasanya Alana ingin mengeluh tentang selera Arshaka.Arshaka melihat perubahan mimik Alana yang terlihat sedikit mengerutkan kening. Ia sangat tahu selera Alana