Share

Reuni

Author: Butiran Rinso
last update Last Updated: 2024-07-10 06:25:22

"Oh si buluk! Dia cuma bahan taruhan doang!"

"Lagian yang benar saja, seorang Sean suka sama Davina ... si gelap gulita! Bahkan wajahnya hampir mirip sama pantat panci punya mak gue!"

"Gak tau diri banget emang dia, berani-beraninya pacaran sama Sean. Muka udah kaya kilang minyak, bisa tuh buat goreng cireng!"

Vina terbangun dengan mata terbuka lebar. Napasnya memburu, dahinya sampai berkeringat. Mimpi buruk itu lagi, momok mengerikan sepanjang hidup Vina.

Vina segera bangun, mencari-cari keberadaan ponselnya yang terus berbunyi nyaring.

"Halo." Vina langsung menjauhkan ponselnya dari telinga. Teriakan nyaring di ujung telepon, hampir saja membuat gendang telinganya pecah. Vina mendengus saat melihat nama penelepon di layar ponsel.

"Gitaaa!!" teriak Vina di depan layar ponselnya. "Bisa gak si lo gak berisik, merusak suasana pagi gue yang syahdu ini." Vina berdecak saking kesalnya. Tak ingin mengambil resiko telinganya budek, Vina pun me-loudspeaker panggilan Gita.

"Syahdu dari Hongkong! Lo tahu ini jam berapa?" Vina melirik jam weker di atas nakas. "Lo hari ini ada interview, lo gak lupa kan?"

Vina menepuk jidatnya. Astaga! Bagaimana ia bisa lupa dengan interview penting. "Halo ... halo! Vina! Lo masih hidup kan? Vin ...!" Vina menatap layar ponselnya kembali.

"OTW!! Bye." Vina langsung loncat dari atas ranjang, berlari menuju kamar mandi.

Kini kecepatannya sedang diuji, mandi alakadarnya. Hanya bermodalkan chusion dan lipstick berwarna peach untuk menunjang tampilan wajahnya. Vina harap penampilannya tidak terlalu buruk, mengingat ini interview yang sangat penting.

Masa depannya tengah di pertaruhkan! Ya Tuhan. Tolong Vina, please.

Vina meremas ujung roknya, menyalurkan rasa gugup saat berhadapan dengan sekretaris CEO perusahaan.

"Jadi ... kamu sudah setahun kerja di sini? Sebagai karyawan magang?" Pria itu tengah membaca resume milik Vina.

"Iya Pak." Vina mengangguk. Jujur, ia begitu grogi berhadapan dengan sekretaris CEO perusahaanya.

Pak Bian, pria karismatik yang di gandrungi oleh banyak wanita di kantor. Penampilannya selalu membuat kaum hawa klepek-klepek, dari ujung rambut yang klimis sampai ujung sepatu yang mengkilap.

Astaga! Suami idaman pokoknya. Diumurnya yang sudah matang, pria itu masih betah mejomblo. Vina rela jadi istrinya meski umur mereka terpaut sepuluh tahun. Bulan ini Vina genap dua puluh lima tahun.

"Ekhem! Kamu dengar saya?"

Vina tersentak, ia mengerjapkan mata berulang kali. Tadi Pak Bian ngomong apa ya?

"Eh, iya Pak. Bisa diulang." Vina memejamkan mata, merutuki kelakuannya yang memalukan. Fokus Vina, fokus!

"Jadi kamu sudah siap untuk jadi sekretaris CEO yang baru?" Vina mengangguk dengan antusias. "Bagus, kamu bisa tanda tangani kontrak di bawah ini. Kamu baca dulu saja."

Vina menatap isi kontrak kerjanya. Matanya tiba-tiba sakit melihat tulisan yang kecil-kecil dan banyak itu. Ia memantapkan hati, tanpa membaca lebih seksama lagi. Vina langsung menanda tangani kontrak kerjanya.

"Sudah Pak."

Pak Bian mengambil proposal berisi kontrak kerja itu, ia bangkit dari duduknya. "Kamu dengar, mulai besok kamu harus datang sebelum pukul 07.00. Karena bos baru kita sangat menghargai yang namanya waktu."

"Baik Pak." Vina mengangguk, menyunggingkan senyum lebarnya.

"Ah, saya lupa. Kamu harus mempelajari banyak hal, karena bos yang satu ini sangat berbeda. Nanti proposalnya saya titipkan Gita." Vina kembali mengangguk. "Kalau begitu kamu boleh pulang." Pak Bian melangkah pergi dari ruangan.

Vina melebarkan senyumnya, setelah memastikan pak Bian keluar Vina berjingkrak-jingkrak kegirangan. "Sepuluh jeti, sepuluh jeti. Shopping, shopping, shopping!!" jerit Vina penuh semangat.

Vina tak sabar menunggu akhir bulan, ketika uang gajiannya masuk ke rekening. Gaji menjadi sekretaris berkali-lipat dari gajinya saat ini. Jadi, wajar saja Vina sampai kegirangan.

Vina menghampiri Gita, tak sabar ingin memberitahunya. "Gita!!"

"Omeygot, omeywow!! Ayam geprek!!"

Vina mendengus, memutar bola matanya. "Latah lo makin hari makin ambigu!" celetuk Vina, ia duduk di meja kerja Gita.

"Lo bisa gak, jangan ngagetin gue. Kasian bayi dalam perut gue, kalau kaget terus mbrojol keluar bisa berabe!" gerutu Gita.

"Lah, bagus dong. Lo gak perlu susah-susah ke rumah sakit apalagi pake dukun beranak." Vina terkekeh. Mengingat mertua Gita yang kolot, mertuanya selalu merekomendasikan dukun bayi untuk kelahiran cucunya.

Gita mendengus, Vina selalu membuat mood-nya ambyar. "Gimana hasil interview lo?" tanya Gita, mengalihkan topik pembicaraan.

"Sukses dong, lo tahu berapa gaji yang ditawarkan?" Gita menoleh, tampak penasaran. "Sepuluh jeti, gila." Vina menunjukkan sepuluh jarinya ke depan muka Gita.

"What? Sumpeh lo! Gak tipu-tipu!" pekik Gita. Vina menggeleng, tersenyum lebar. "Nyesel deh gue tolak tawaran itu, kalau aja gue gak cuti." Gita mendengus, meratapi gaji sepuluh juta.

"Jangan sedih dong, gue traktir bakso yuk." Vina merangkul bahu Gita.

"Bakso?" Gita menaikkan sebelah alisnya. "Gue rekomendasiin lo jadi sekretaris bos dan gue cuma ditraktir bakso?" Gita berdecak sambil geleng-geleng kepala. "Emang bener-bener pelit lo mendarah daging, kaya mak Erot!!"

"Huss, ibu kos gue itu." Vina menyambar ucapan Gita.

"Bodo!"

"Jangan ngambek dong, ntar bayi lo kaya cupatkay mau lo." Vina tertawa geli, membayangkan wajah cupatkay di film kera sakti.

"Idih, alemong. Jangan sampe deh, amit-amit jabang bayi."

"Yaudin jangan ngambek, ayok ah gue laper. Ntar kalau gue udah gajian, janji gue traktir di MCD." Vina menyeret Gita keluar dari kubikelnya.

Gita hanya bisa pasrah mengikuti langkah Vina.

------

Vina masuk ke sebuah cafe, ia duduk di depan meja bar sembari bertopang dagu.

"Ada apa? Dateng-dateng muka kaya kanebo kering." Pria itu duduk di samping Vina.

"Gue kesel sama bos baru gue!" Vina memanyunkan bibirnya.

"Kenapa?"

"Bayangin aja, gue disuruh ngapalin kebiasaan dia." Vina mengeluarkan buku besar mirip kamus. "Gimana gue gak gila, sampe makanan yang gak disukai aja harus gue hapalin. Emang gue mau jadi babysitter dia apa?"

Mood Vina benar-benar kacau gara-gara biodata milik bos barunya. Mana mungkin ia menghapalkan semua itu dalam semalam. Bukunya saja setebal kamus Inggris-Indonesia-Arab.

"Yaudah, lo bisa hapalin dikit-dikit. Gimana kalau es mochachino, cocok banget sama cuacanya." Vina mengangguk.

Vina memang tidak salah tempat. Disaat mood-nya tidak baik, pria itu selalu bisa mencairkan kembali suasana hatinya.

"Rey," panggil Vina, membuat pria itu refleks berbalik. "Makasih." Vina tersenyum lebar.

Pria itu membalas senyuman Vina. "Gak usah sungkan, kan gak gratis." Ia terkekeh saat wajah Vina berubah masam.

"Nyebelin lo!" Vina bertopang dagu, tak lagi menggubrisnya.

Vina memilih menatap sekeliling ruangan kafe. Ruangan yang elegan, bahkan tempat ini dilengkapi berbagai buku-buku yang terpajang rapi di rak.

Mengingat sahabatnya itu penulis novel terkenal.

"Vin."

Vina menoleh pada Reyvan yang kembali duduk di sampingnya. "Iya."

"Lo gak lupa kan sama janji lo kan?"

Vina mengerutkan kening. Janji? Memangnya ia ada janji apa? Vina kembali menatap Reyvan dengan bingung.

Terdengar helaan napas panjang dari Reyvan. "Otak lo perlu di upgrade kayanya." Vina memekik karena Reyvan menoyor jidatnya. "Lo janji nanti malam bakal temenin gue ke acara reuni SMA."

Vina terdiam, tatapannya berubah datar. Reuni? SMA? Bahkan Vina tak pernah datang ke reuni SMA sejak saat itu.

"Harus banget ya." Vina menatap sayu Reyvan.

"Udah gak usah pasang muka melas, pokoknya ntar malem gue tunggu jam tujuh titik gak pake koma." Setelah itu Reyvan pergi dari hadapan Vina.

"Rey!!" teriak Vina.

Tapi percuma saja, Reyvan tak akan mau mendengarkan alasan Vina.

Dan di sinilah Vina saat ini. Di sebuah kafe terkenal di Jakarta.

"Rey, pulang aja yok." Vina mengamati sekitar, ia tidak terbiasa berada di tempat seperti ini.

"Belum juga masuk, yang penting setor muka aja dulu. Oke." Rey menggandeng lengan Vina, keduanya masuk ke kafe.

Sedari tadi Reyvan tak bisa fokus karena kecantikan Vina yang paripurna. Vina begitu anggun dengan dress merah muda. Meski rambutnya pendek, tak mengurangi sedikit pun kecantikannya.

"Rey, kok pada ngeliatin si. Gue risih," bisik Vina.

"Karena lo cantik."

"Hah?" Vina berhenti, menatap Rey dengan mata melotot.

"Apa? Emang bener kan gue ganteng."

Vina memutar bola matanya, mendesis karena Rey selalu mengalihkan pembicaraan. Reyvan menghampiri teman-temannya. Jujur Vina seperti orang bodoh berada di sini. Tak ada satu pun yang ia kenal.

Vina celingukan, ia begitu mencemaskan sesuatu. Vina tampak gelisah. Ia terus memastikan jika orang itu tidak datang. Entah apa yang akan Vina lakukan jika bertemu dengannya.

"Rey, nyanyi dong."

"Iya Rey, nyanyilah."

Vina tak begitu fokus, ia hanya duduk dengan pandangannya yang terus bergerak liar memperhatikan segala arah.

"Vin, gue tinggal dulu gak papa?" Vina mengangguk.

"It's okay." Vina tersenyum lebar.

Vina tertegun saat suara Reyvan terdengar, mengalihkan perhatiannya. Reyvan bernyanyi, diiringi petikan gitar yang dimainkannya. Banyak wanita yang menjerit histeris, wajar saja karena Reyvan yang begitu tampan dan terlihat sangat keren.

Vina terlalu asyik memperhatikan Reyvan sampai tak sadar dengan pria yang duduk di depannya.

"Hai."

Vina menoleh, menatap pria yang duduk tanpa permisi di depannya. Saat matanya bertemu dengan mata pria itu, seketika Vina terdiam. Bibirnya kelu, degup jantungnya tak beraturan. Seolah nyawanya tengah digantung di ujung pohon toge.

"Gak nyangka kita ketemu lagi, Davina Ayudia." Pria itu menyeringai. Wajahnya begitu menyebalkan!

"Se-Sean!" Bibir Vina bergetar, sekujur tubuhnya tiba-tiba menggigil. Pria yang selama ini selalu ia hindari, kini muncul di depan matanya. Manusia yang selalu ingin Vina lenyapkan dari muka bumi.

Seandainya pembunuhan dilegalkan. Mungkin saat ini Sean hanya tinggal nama.

Related chapters

  • Dear Mantan   Bos Kampret

    "Se-Sean!" Bibir Vina bergetar, sekujur tubuhnya tiba-tiba menggigil. Pria yang selama ini selalu ia hindari, kini muncul di depan matanya. Manusia yang selalu ingin Vina lenyapkan dari muka bumi.Seandainya pembunuhan dilegalkan. Mungkin saat ini Sean hanya tinggal nama.Vina meremas dress-nya, menyalurkan rasa benci yang begitu menggebu di dalam sanubarinya. Setelah hampir tujuh tahun berlalu, kini Vina bertemu kembali dengan manusia kampret macam Sean."Dunia memang sempit ya, gak nyangka kita ketemu lagi. Atau mungkin emang kita berjo ... shit!" Sean berdiri, mengusap wajahnya yang baru saja disiram segelas sirup oleh Vina.Vina berdecih, apa Sean pikir dirinya masih gadis lugu yang tidak bisa berontak saat bertemu si kampret sialan. Salah, Vina yang sekarang bukanlah Vina tujuh tahun yang lalu.Gadis berseragam SMA yang duduk gemetar karena dipermalukan oleh sang mantan, di acara reuni seniornya. See, kini semua berbanding terbalik dengan tujuh tahun lalu. Bukan Vina yang menangg

    Last Updated : 2024-07-10
  • Dear Mantan   Perjanjian Terkutuk

    Jodoh itu kadang seperti jaelangkung. Datang tak diundang, muncul tiba-tiba. Tak terduga! .... Mobil Mercedes Benz C-Class Sedan melaju di jalanan ibukota. Pagi ini keadaan jalan raya cukup padat merayap.Sean duduk di bangku penumpang, membaca proposal secara seksama. Hari ini merupakan hari pertama Sean menjabat jadi CEO baru di perusahaan papanya. Sehingga banyak hal yang harus ia persiapkan untuk meeting nanti."Pak Bian, soal kontrak kerja untuk sekretaris baru sudah selesai ditandatangani?" tanya Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari proposal."Sudah Pak." Pak Bian melirik sekilas bosnya lewat kaca spion."Apa ada masalah?""Tidak. Pegawai itu langsung menandatanganinya."Sean mengangguk. Sesuai dugaannya, wanita itu memang ceroboh dan masih saja ceroboh. Lihat saja, kejutan apa yang akan dia dapatkan. Sean menyeringai, membuat pak Bian bergidik ngeri saat tak sengaja melirik ke arah spion di atasnya.Sean pikir bekerja di kantor papanya akan sangat membosankan, tapi ter

    Last Updated : 2024-07-10
  • Dear Mantan   Red Velvet

    Vina menghela napas berulang kali, mengembuskannya dengan kasar. Rasa gondok masih bercokol di hati, emosinya semakin mencuat ke ubun-ubun.Vina tak berhenti merutuki diri, menyumpah serapah Sean. Bagaimana bisa, manusia kampret itu memanfaatkan sikap cerobohnya. Menjebak Vina, menjerumuskan nya ke jurang penyesalan. Harusnya Vina memang tidak menandatangani perjanjian terkutuk itu, apa jadinya jika ia harus selalu menempel seperti perangko pada Sean? Sungguh konyol! Gak sudi!"Aaawww!" Vina meringis ketika kopi yang tengah diaduk menumpahi tangannya.Vina mengembuskan napas panjang. Lelah. Ini kopi ketiga, setelah kopi sebelumnya ditolak dengan berbagai alasan tak masuk akal. Vina menarik napas kuat, menyiapkan mentalnya untuk menghadapi Sean.Sean menatap Vina yang berjalan ke arahnya. Terlihat seringai menyebalkan yang tercetak jelas di sebelah sudut bibirnya. Seperti Voldemort di film Harry Potter.Vina langsung meletakkan kopi itu ke depan Sean. Pria itu kembali mengukur suhu ko

    Last Updated : 2024-07-10
  • Dear Mantan   Tetangga Baru

    Jika hidup penuh cobaan, maka cobaan terbesar bagi Vina adalah Sean. Sean Davichi!Vina menghela napas berulang kali, sudah hampir jam sebelas malam dan ia masih berkutat dengan laporan keuangan.Seandainya otaknya seencer Einstein, mungkin hanya hitungan menit Vina akan selesai mengerjakan semua hukuman ini.Akibat kecerobohannya, Vina harus lembur di hari pertama kerja sebagai sekretaris. Menyebalkan!Vina terus fokus pada angka di layar monitor, namun lama-kelamaan angka-angka itu jadi membelah diri. Vina memejamkan matanya, menggeleng cepat dan membuka mata selebar-lebarnya. Vina berusaha menepis rasa kantuk yang mulai mendominasi.Perlahan namun pasti mata itu kembali terpejam, bersamaan dengan kepalanya yang terjatuh ke atas tumpukan proposal di meja.Vina merasa rileks, tubuhnya seakan ringan, melayang di atas hamparan bunga di musim semi. Namun semua berubah jadi petaka, ketika suara bass menggelegar itu membuat matanya terbuka lebar."DAVINA AYUDYA!!!"Vina membuka matanya se

    Last Updated : 2024-07-10
  • Dear Mantan   Ekspetasi

    Ketika ekspetasi berbanding terbalik dengan realita~~•••~~"Selamat pagi tetangga baru."Mata Vina berkedut, rasanya ia ingin menangis. Sejauh mana pun Vina berada, kenapa selalu Sean yang muncul di hadapannya.TAKDIR MACAM APA INI?!Emosi Vina memuncak ke ubun-ubun, ia sudah muak dengan Sean. Namun semua emosinya seketika sirna, saat Sean memajukan wajahnya ke depan wajah Vina.Dengan jarak yang begitu dekat, Vina bisa melihat dengan jelas wajah tampan yang sempat ia kagumi. Rahang tegas dan hidung mancung, ditambah bola mata yang entah kenapa mampu membuatnya terpesona.Vina refleks menutup mulutnya, karena tiba-tiba ia cegukan. Vina tersadar, matanya melotot karena wajah Sean yang ada di depannya hanya berjarak sejengkal."Dasar mesum!!" teriak Vina saat tahu ke mana arah mata Sean memandang, ia mendorong wajah Sean dengan kasar.Sean jelas terkejut, mendapat reaksi Vina yang berlebihan. Sean sampai terdorong mundur dan Vina langsung masuk membanting pintu."Dasar cewek bar-bar!"

    Last Updated : 2024-07-10
  • Dear Mantan   Terjebak

    Vina berjalan gontai memasuki kafe milik Reyvan. Ia menjatuhkan diri ke atas sofa. Beruntung kafe sudah sepi karena Reyvan baru saja menutupnya."Lo kenapa? Tumben pulang malem banget? Lembur?" Reyvan meletakkan secangkir mochacino ke depan Vina."Reyvan." Vina merubah posisi duduknya menghadap Reyvan yang duduk di seberang. "Lo tahu harga mobil Ferrari F60 America?"Reyvan mengernyitkan dahi, tampak berpikir. "Kenapa? Lo mau beli?""Mahal gak? Semahal apa?" tanya Vina tampak penasaran. Reyvan mengotak atik ponselnya sejenak. Lalu menunjukkan layar ponselnya."Sekitar 2,5 juta USD setara 25,6 milyar. Mahal si, soalnya mobilnya juga keren," jelas Reyvan.Mata Vina membulat seketika, melihat harga mobil yang begitu fantastis."Rey, 25,6 milyar itu nolnya berapa?" Vina menjatuhkan wajahnya ke meja. Ia benar-benar frustasi.Dari mana Vina bisa dapatkan uang sebanyak itu dalam waktu semalam, ya kali Vina jaga lilin. Yang muter siapa?"Kenapa?" tanya Reyvan penasaran. "Lo mau beli? Emang

    Last Updated : 2024-07-10
  • Dear Mantan   Sailormoon

    Menjelang subuh Sean sudah terbangun. Ia menatap semua ruangan di apartemennya, rapi dan bersih tentunya.Sean menyeringai, ia benar-benar merealisasikan ucapannya———menciptakan mimpi buruk bagi Davina.Lihat saja sekarang, Sean mengacak-ngacak ranjangnya. Mengeluarkan semua isi lemarinya, menyebar semua barang-barang yang sudah tertata rapi.Tak puas membuat kamarnya kacau balau, Sean berjalan menuju dapur. Menaburkan tepung ke mana-mana, layaknya anak kecil ia mengelurkan isi saus dan kecap. Lantai yang tadinya bersih seketika kotor, penuh dengan kecap dan saus."Perfect." Sean menepuk-nepuk tangannya, sembari tersenyum puas. "Selamat berjuang Davina."Waktu menunjukkan pukul 05.00, namun suara berisik itu sudah mengusik tidur Vina. Perasaan alarmnya ia setting jam 06.00. Tangannya terulur menggapai jam weker di nakas, dengan gerakan cepat melemparkannya.Ia kembali tidur, memeluk bantal guling. Namun suara ringtone itu masih terus berbunyi nyaring, Vina membuka sebelah matanya. Men

    Last Updated : 2024-07-29
  • Dear Mantan   Wewegombel

    Apa yang ada dibayangan kalian tentang wewegombel?Wanita bertubuh tinggi besar, berambut panjang serta memiliki balon udara yang besar.Namun bagi Vina, definisi itu justru menggambarkan wanita yang baru saja mendorongnya. Menyebabkan pantat teposnya mencium lantai.Wanita itu berdiri di hadapannya, matanya melotot seperti banteng yang siap menyeruduknya. Deru napas yang menggebu, menandakan emosi yang memuncak ke ubun-ubun. Terlihat jelas dari sorot mata wanita itu.Siapa dia?Mungkinkah dia Ana-Ana itu?Di luar ekspetasi Vina. Apa Sean sudah tidak bisa memilih mangsanya dengan benar sekarang? Sungguh menggelikan."Bitch! Pelakor!"What? Pelakor?Sinting emang nih wanita! Pikir Vina, ia mendesis sambil meringis menahan sakit di pinggulnya. Encok dah gue."Kamu gak apa-apa?"Vina terkesiap, tatapannya tertuju pada Sean yang berlutut di depannya. Sungguh pemandangan yang menyegarkan mata, Sean terlihat sangat tampan.Wait. Ralat, Sean sama sekali tak terlihat tampan. Justru pemandanga

    Last Updated : 2024-07-29

Latest chapter

  • Dear Mantan   Pesan Mantan

    Setalah cuti kerja hampir dua minggu paska acarapernikahan dan honeymoon. Kini Sean kembali ke rutinitas, bekerja di perusahaan orangtuanya. Meski rasanya berat harus berpisah dengan istrinya, mengingat Vina sudah tidak diperbolehkan lagi jadi sekretarisnya oleh sang mama, dengan alasan agar Vina tidak kecapekan dan bisa segera memberi beliau cucu.Itu kenapa Sean terlihat nggak semangat di hari pertama kerja setelah cuti. Ia terlihat ogah-ogahan bangun dari tempat tidur, berjalan keluar kamar saat tak menemukan keberadaan istrinya. Aroma lezat masakan, menggiring langkah Sean menuju dapur. Seperti yang Sean duga, istrinya sudah menyibukkan diri di dapur.Sean terdiam di dekat bar kitchen, memandangi siluet tubuh istrinya yang tampak sibuk di depan kompor. Sean menelan ludah, bohong kalau ia tidak tergoda melihat penampilan Vina saat ini.Rambut panjang yang dicepol tinggi, memperlihatkan leher mulus yang mengundang Sean untuk menciumnya. Bahu yang terbuka, karena Vina hanya memakai t

  • Dear Mantan   Mimpi Buruk

    "Maaf ya, Sean. Aku kayaknya nggak bisa sama kamu lagi.""Hah?""Maksud kamu apa, Vin? Nggak usah aneh-aneh deh!""Ternyata aku nggak benar-benar cinta sama kamu.""Nggak cinta?" Sean mengernyit, nggak habis pikir Vina yang baru seminggu jadi istrinya justru bilang seperti itu. "Vin, beneran nggak lucu ya. Kita baru seminggu loh nikah, terus kita lagi honeymoon. Bisa-bisanya kamu bilang begini? Kamu ngerusak suasana!""Maaf." Vina meminta maaf, tapi raut wajahnya yang datar sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun. "Tapi aku tetep pengen pisah dari kamu.""Vin, seriously?" Sean meremas selimut yang menutupi setengah tubuhnya ke bawah. "Padahal kita baru saja—""Justru karena itu aku pengen pisah sama kamu," potong Vina, beranjak dari ranjang membiarkan selimut yang menutupi separuh tubuhnya merosot. Ia berdiri di dekat ranjang dengan hanya memakai pakaian dalam, menatap Sean dan kembali berkata, "aku merasa di-prank sama kamu. Kirain gede, tahunya mini-mini."What the hel

  • Dear Mantan   Epilog

    Alarm terus berbunyi, memenuhi ruangan. Suaranya yang nyaring memekakkan telinga, sangat mengganggu.Sean melenguh, tangannya terulur mematikan alarm. Ia perlahan membuka mata saat merasakan pergerakan di dadanya. Sean tersenyum tipis melihat siapa pelakunya.Sean bergerak hendak bangun, tapi tangan mungil itu melingkar di perutnya. Memeluknya semakin erat, bahkan sesekali mengerang dengan mata masih terpejam."Do not leave me alone," gumamnya."Baby I want to go to the toilet." Sean menangkup pipi Vina yang begitu menggemaskan.Vina menggeleng, menyembunyikan wajahnya di dada telanjang Sean. "Stay with me."Sean mendengus geli karena tingkah Vina yang seperti anak kecil, ia menyentil kening Vina sampai perempuan itu memekik."Oppa!! Sakit," rengek Vina mengusap keningnya, bibirnya mengerucut ke depan."Makanya jangan nonton drakor mulu, halu kan." Sean terkekeh geli. "Ayo bangun katanya mau lihat sunrise."Sunrise?"Ya ampun, jam berapa sekarang?" Vina mencari-cari keberadaan ponseln

  • Dear Mantan   Resepsi

    Selepas acara akad nikah di Bandung, keesokan harinya dilanjutkan acara resepsi di Jakarta. Orangtua Sean menggelar acara resepsi pernikahan di ballroom hotel bintang lima di Jakarta.Davin memasuki ruangan, berjalan tertatih dengan bantuan tongkat dan teman-temannya."Hati-hati," kata Devan."Gue gak papa," tukas Davin yang enggan dibantu."Dasar keras kepala!" gerutu Andra, dibalas dengusan Davin.Mereka bertiga berjalan menghampiri sang mempelai pengantin yang ada di singgasananya. Senyum lebar menghiasi wajah Sean saat menyambut ketiga sahabatnya."Akhirnya Sean nikah, gak jadi karatan," seru Devan dengan kekehannya yang terdengar garing."Sial, lo kira gue besi tua," gerutu Sean."Emang, lo kan jomblo tua," balas Devan. "Tapi, selamat Bro. Gue ikut seneng akhirnya lo bisa menyelesaikan cinta lama lo yang belum kelar," ucap Devan sembari memeluk hangat Sean."Thank's Bro. Jadi kapan lo nyusul, gak baik nyebar benih di kloset." Sean terkekeh geli karena Devan langsung melepas peluk

  • Dear Mantan   Akad

    Kimmy menggerutu sepanjang jalan, jika bukan karena Reyvan yang menyuruhnya ke butik maka ia tak akan mengalami kejadian naas seperti tadi.Arrggghhh!!!Bahkan Kimmy semakin kesal saat bayangan itu terus melintas, berseliweran di otaknya yang tiba-tiba dungu."Udahan?"Kimmy masuk ke kafe dan mengabaikan pertanyaan sang pemilik kafe. Ia langsung menuju sofa paling ujung, merebahkan diri di sana. Kimmy tak peduli jika keadaan kafe sedang ramai, mengingat ini jam makan siang."Arggg!! Sial!" erang Kimmy tiba-tiba. Ia sudah muak dengan bayang-bayang yang mengotori matanya, membuat hatinya terus merongrong untuk mengamuk.Waras Kimmy! Waras!Kimmy terus meneriaki dirinya sendiri."Move on, move on, move on." Kimmy terus merapalkan kata-kata sakral itu sampai tak sadar seseorang duduk di hadapannya."Mochachino?"Kimmy membuka matanya dan mendapati Reyvan sudah duduk di hadapannya. Pria itu menunjuk gelas besar di atas meja dengan dagunya."Cuacanya emang panas, cocok buat dinginin pikiran

  • Dear Mantan   Baikan

    Sean pikir acara lamarannya akan berakhir berantakan karena kedatangan Davin. Bahkan ia sudah sangat cemas melihat pria itu nekad melamar Vina. Tapi jawaban Vina memupuskan kegusaran Sean."Maaf Davin, aku tidak bisa. Aku sudah menentukan pilihanku dan pilihanku itu Sean."Jawaban Vina bagai pukulan telak untuk Davin. Kata-kata Vina seperti belati yang menusuk hati, menorehkan luka menganga di dalam sana."Tapi Vin ...," lirih Davin. "Apa tidak ada sedikit pun kesempatan untuk aku?" Davin melihat Vina dengan tatapan sayu, seakan memohon.Sean sudah muak melihat drama tengik buatan Davin, ia sudah akan menerjang Davin. Beruntung sang mama menahan dirinya, membuat Sean urung melakukan tindakan gilanya. Sean hanya bisa mengepalkan kedua tangan, menyalurkan kekesalannya pada manusia tidak tahu diri macam Davin."Gak." Vina menggeleng dengan cepat. "Dari dulu cuma Sean yang aku cinta. Kamu tahu itu."Terdengar helaan napas berat Davin, ia mengusap wajahnya dengan kasar. Haruskah ia berhent

  • Dear Mantan   Restu

    Vina berkali-kali menelan ludah, rasa gugup dan takut mendominasi. Langkah kakinya semakin berat, genggaman tangan Sean pun kian erat. Meski ragu keduanya tetap melangkah menuju kamar mama Sean.Walaupun sudah larut malam, Sean tetap nekad ingin menemui mamanya. Sean tak bisa jika harus menunggu sampai besok, apa pun yang terjadi Sean sudah mantap dengan pilihannya."Sean." Vina berhenti melangkah, membuat Sean otomatis berbalik menghadapnya. "Besok saja ya. Aku takut," cicit Vina, nyaris tak terdengar."Gak. Pokoknya kita harus ketemu mama sekarang. Apa pun yang terjadi, aku harus dapetin restu mama malam ini." Sean meraih kedua tangan Vina, mengusapnya dengan ibu jari. "Kamu percaya sama aku 'kan?"Vina mengangguk, ia sangat percaya dengan Sean. Tapi ... keraguannya juga sama besar. Vina ragu mama Sean akan merestuinya, mengingat sikap mama Sean yang selalu sinis padanya."Ayo." Suara Sean menginterupsi, genggaman di tangan menariknya kembali melangkah menuju kamar mamanya.Vina ter

  • Dear Mantan   Imut

    "Will you marry me."Kata-kata Davin terus berputar di otak Vina yang tiba-tiba tumpul sesaat. Terlalu mengejutkan hingga Vina tak tahu harus bereaksi seperti apa.Will you marry me?Mungkin jika itu Sean dengan senang hati tanpa ragu lagi, Vina akan bilang 'yes, i will'. Tapi ini Davin! Orang yang tak pernah Vina bayangkan. Meskipun sang ayah sempat ingin menjodohkannya, tetap saja itu hal yang sangat tidak mungkin.Vina masih melongo, bibirnya terlalu kelu untuk berucap, bahkan telinga Vina serasa berdengung tak mampu mendengarkan apa pun kecuali kalimat tadi.Ini lebih horor dari putusan pengadilan soal kawin gantung. Emang ada ya?Oh, shit!Apa otaknya sudah tidak bisa berfungsi dengan benar. Semuanya jadi tidak masuk akal. Seandainya Vina bisa membelah lantai kafe, maka ia akan dengan senang hati menenggelamkan diri saat ini juga."Berengsek!"Vina tersentak, ketika suara lantang berbaur pekikan orang-orang di sekitarnya menginterupsi. Hal pertama yang Vina lihat, Davin sudah ter

  • Dear Mantan   Dilamar

    Akibat insiden semalam, aura di rumah ini begitu mencekam. Vina yang baru turun hanya mendapati dua PRT yang sedang menyiapkan sarapan. Padahal biasanya ada mama Sean yang bawel menberikan interuksi pada keduanya."Pagi Bi," sapa Vina."Pagi Non," balas kedua PRT itu bebarengan."Yang lain belum pada turun ya Bi?" tanya Vina."Belum Non," jawab salah seorang yang lebih tua.Vina hanya mengangguk, ia duduk termenung memandangi meja makan yang sudah penuh dengan makanan. Pikiran Vina berkecamuk, memikirkan kejadian semalam.Apa ini semua karena kehadiran dirinya?Hal itu sangat mengganggu dalam benaknya. Jika iya, sebaiknya Vina mundur saja."Pagi Cinta."Vina tersentak saat merasakan kecupan di pipinya. Ia langsung menoleh dan mendapati wajah Sean yang menyebalkan."Sean!" pekik Vina, memukul pelan bahu pria itu.Sean terkekeh, menertawakan wajah Vina yang begitu lucu dan menggemaskan. Apalagi rona merah di pipinya, mirip Jeng Kelin."Papa sama Mama lo mana?" tanya Vina."Kamu," ralat

DMCA.com Protection Status