“Maaf, aku benar-benar minta maaf karena demi menolongku lebih dulu, dia meninggal setelah menyelamatkanku, maaf.” Video itu berakhir dengan kalimat maaf dari Emily setelah menceritakan yang terjadi. Tangan Alaric mendadak lemas, sampai ponsel yang dipegang jatuh ke lantai. “Jika apa yang dikatakan Emi benar, berarti penyebab kematian Queen bukanlah tenggelam. Kita menolak autopsi karena berpikir Queen memang tenggelam dan menghirup banyak asap sampai kesulitan bernapas saat masuk air.” Mia pun menjelaskan lagi karena mencoba percaya dengan apa yang dijelaskan Emily. “Kita sudah kehilangan seseorang di masa lalu, Al. Jangan sampai kehilangan seseorang yang ada sekarang.” Mia mencoba menasihati karena tahu seberapa besar kasih sayang Alaric ke sang adik. Dia juga tak ingin putranya salah mengambil keputusan yang berbuntut penyesalan. ** Di rumah sakit. Emily hanya diam setelah Mia pergi. Aruna dan Ansel sudah ada di sana menemani, bahkan Claudia juga ada meski tak akur dengan Van
Emily masih menangis sesenggukan sampai memejamkan mata. Alaric merasa sangat bersalah sudah membuat Emily sampai seperti ini. Alaric pun meraih tubuh Emily lantas memeluk untuk menenangkan. Emily langsung diam saat merasakan pelukan suaminya. Dia berpikir masih bermimpi, tapi hangat pelukan dan aroma tubuh suaminya itu bukan seperti mimpi. Dia sampai meraba punggung Alaric, benar-benar merasakan jika itu nyata. “Al.” Emily menyebut nama suaminya dengan bibir bergetar. “Aku di sini, maaf karena butuh waktu untuk benar-benar meyakinkan hatiku jika ini takdir,” ucap Alaric langsung menjelaskan karena tadi meninggalkan Emily. Emily langsung menangis lagi mendengar ucapan Alaric. Dia memeluk erat suaminya seperti enggan melepas. “Kamu pasti sangat menderita,” ucap Alaric sambil menenggelamkan wajah di ceruk leher Emily. Emily menangis sepuasnya untuk melepas sesak dan sedih karena berpikir jika suaminya akan benar-benar membenci dirinya. “Aku pikir kamu tidak akan memaafkanku,” uc
Hari berikutnya. Ansel dan Aruna mendengarkan cerita Alaric soal penyebab Emily masuk rumah sakit. Keduanya terkejut karena Alaric mau jujur ke mereka. “Maafkan aku Pi, Mi. Aku tidak bermaksud demikian, tapi karena terbawa emosi membuatku sedikit kasar,” ucap Alaric mencoba bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya. “Al ga salah, Pi, Mi. Akunya saja yang memang juga sedang dalam kondisi ga baik. Al sudah mengakui kesalahannya, tapi itu juga ada penjelasan kenapa Al seperti itu kemarin,” timpal Emily ikut membela suaminya. Aruna dan Ansel saling tatap mendengar penjelasan Alaric dan Emily. Mereka tak bisa langsung menyalahkan Alaric karena Emily membela pria itu. “Lalu, apa penyebab sampai kamu bersikap kasar ke Emi?” tanya Ansel. Alaric menjelaskan semuanya, termasuk ucapan provokasi Anya. Dia bukan mengadu atau mencari pembelaan untuk dirinya sendiri agar tak terkena amukan mertua, tapi itu semata-mata dilakukan agar dia bisa mengambil tindakan selanjutnya. Aruna dan Ansel
Alaric dan Ansel menunggu di luar karena Emily sedang membersihkan diri bersama Aruna.Kedua pria itu duduk sambil memikirkan masalah yang terjadi.“Menurut Papi, apakah ada orang luar yang tahu status Emily selain keluarga?” tanya Alaric ingin mulai menyelidiki.Informasi itu sangat sensitif tak mungkin sembarangan orang tahu jika Ansel saja berusaha menyembunyikannya.“Hanya kami, keluarga maminya, termasuk mami kandungnya, ayah kandungnya. Papi sebenarnya juga tidak tahu, kenapa ada hasil tes DNA itu, padahal kami tidak pernah melakukannya karena tak ingin meninggalkan jejak,” ujar Ansel menjelaskan.Alaric pun berpikir ketika mendengar ucapan Ansel. Jika memang tak pernah melakukan tes DNA, kenapa ada hasil tes DNA itu.“Mungkin ayah kandung Emi yang menyebar informasi itu?” tanya Alaric penasaran.Ansel mengerutkan dahi mendengar pertanyaan Alaric, hingga kemudian menjawab, “Papi rasa bukan.”“Ayah kandungnya pergi bukan karena tak ingin mengakui Emi, tapi dia merelakannya untuk
“Makan yang banyak agar kamu cepat sehat,” ucap Mia sambil memotong apel lantas memberikan ke Emily.Emily menatap sang mertua, sampai tak sadar jika mertuanya itu menyodorkan potongan apel ke arahnya.“Kenapa malah melamun?” tanya Mia keheranan.“Mau disuapi?” tanya Mia lagi kemudian menyodorkan potongan apel ke mulut Emily.Emily membuka mulut, bola matanya terlihat berkaca-kaca seperti ingin menangis.“Lho, kenapa malah pengen nangis?” tanya Mia buru-buru mengambil tisu untuk menyeka air mata Emily.Emily menggeleng pelan kemudian mengunyah potongan apel yang ada di mulut.Mia memandang Emily, sepertinya dia tahu kenapa Emily menatapnya seperti itu.“Masih memikirkan soal kejadian di masa lalu?” tanya Mia menebak.Emily tak berani menjawab, hanya sekuat tenaga menahan agar tak menangis.Mia menggenggam tangan Emily, mencoba meyakinkan jika semuanya aka
Emily berada di ruang inap bersama Claudia yang siang itu datang menjenguknya. Ada juga Vano yang terlihat memasang wajah masam karena ada Claudia meskipun di sana ada Mia dan Aruna juga.“Setelah pisah, hubungan kalian ga baik-baik aja, ya?” tanya Emily sambil melirik Vano yang duduk bersama sang mami.Claudia melirik ke Vano, kemudian membalas, “Ya, namanya pernah menjalin hubungan lalu kandas, di mana-mana susah baikannya. Nunggu dia move on.”Claudia bicara sambil mengupas jeruk.Emily menyedot es coklat yang dibawakan Claudia. Dia menatap sahabatnya itu, kemudian melirik Vano yang berwajah masam.“Kamu sendiri, apa sudah move on?” tanya Emily.Claudia langsung menatap Emily dengan wajah masam.“Tenang saja, aku akan segera move on begitu mendapat pria yang siap menikah denganku,” jawab Claudia kemudian memasukan jeruk ke mulut.“Berarti belum move on?” tanya Emily penasaran.“Jangan dibahas,” balas Claudia sambil me
Billy menoleh kanan dan kiri, dia terlihat bingung sampai melihat Alaric yang menatapnya.“Apa?” tanya Billy masih bingung dengan maksud Claudia.Alaric malah mengedikkan bahu, saat keduanya menoleh ke arah Claudia, mereka melihat wanita itu berjalan ke arahnya.“Akhirnya kamu datang,” ucap Claudia sambil memberikan isyarat mata ke Billy.Billy masih bingung dengan yang terjadi, terutama ucapan Claudia sebelum menunjuk dirinya.“Bantu aku, please.” Claudia bicara dengan suara sangat lirih sampai yang terlihat hanya gerakan bibir.Billy melihat Claudia panik, lantas memandang Vano yang berdiri menatap dirinya.“Sudah mau pergi?” tanya Billy yang sepertinya langsung paham maksud Claudia.“Iya, kita makan dulu sebelum aku balik ke perusahaan,” jawab Claudia kemudian menggandeng tangan Billy tanpa permisi.Alaric terkejut melihat yang dilakukan teman istrinya itu, apalagi Billy yang syok karena Claudia menggandengnya begitu saja.Vano terlihat sangat kesal. Dia mendekat ke Billy dan yang l
“Vano kuliah?” tanya Emily ke sang mama yang hari itu menjemputnya bersama Alaric. Emily sudah diperbolehkan pulang, tapi untuk sementara ini dia dan Alaric akan tinggal di rumah Aruna. “Entah, sejak semalam mami pulang ga lihat dia. Mungkin sibuk dengan tugas kuliahnya,” jawab Aruna sambil merapikan barang yang akan dibawa pulang. Emily mengangguk percaya saja, tapi sepertinya tidak dengan Alaric yang kemarin melihat kekecewaan dalam tatapan mata Vano. “Ini sudah semua, ayo pulang!” ajak Aruna lega karena akhirnya Emily bisa pulang dari rumah sakit. Mereka pun pulang ke rumah Aruna. Emily langsung masuk kamar karena harus banyak istirahat berdasarkan saran dokter kandungannya untuk menjaga kondisi janinnya agar tetap sehat. “Aku sudah bilang Papi agar kamu diberi cuti, minimal satu minggu untuk memastikan kondisimu baik-baik saja,” ujar Alaric sambil menarik selimut untuk menutupi kaki Emily. “Padahal aku sudah sehat dan masih bisa kerja,” balas Emily terlihat sedih karena dimi