Alaric tak melihat Emily di ruang keluarga, membuatnya menebak jika sang istri pasti bersama Gio. Lama-lama dia benar-benar cemburu karena Gio seperti ingin mengambil alih waktu yang seharusnya dihabiskan Emily bersamanya jadi bersama Gio.
Alaric mencari keberadaan Emily dan Gio, hingga melihat sepupunya itu duduk di samping rumah, membuat Alaric langsung menghampiri.
“Di mana Emi?” tanya Alaric saat tak melihat istrinya.
“Tuh.” Gio menunjuk menggunakan dagu ke arah Emily berdiri.
Alaric mengerutkan dahi melihat Emily menerima panggilan sampai harus menjauh. Dia ikut duduk di kursi yang tadi ditempati Emily.
“Memangnya dapat panggilan dari siapa sampai menjauh seperti itu?” tanya Alaric penasaran.
“Entah,” jawab Gio masih sibuk makan mangga muda.
Alaric menoleh Gio, melihat sepupunya itu terus makan hingga membuatnya sampai meringis karena melihat Gio makan seperti tak merasakan asam sam
“Dia suka makan siang sendiri di restoran kalau sedang tak menggangguku dan suamiku. Dia suka makan sendiri di sana.”Christina mengingat ucapan Emily. Dia sudah berada di restoran yang Emily maksud untuk bisa bertemu dengan Gio.“Semoga dia ada di sini,” gumam Christina.Christina masuk restoran untuk melihat dulu apakah ada Gio. Dia tahu restoran itu memiliki banyak meja dan ruangan untuk makan, mana mungkin harus mengecek satu persatu.Christina belum melihat Gio di tempat itu, membuatnya putus asa dan merasa Gio tak ada di sana. Saat akan membalikkan badan, Christina malah tanpa sengaja menabrak pelayan yang sedang membawa nampan berisi minuman.“Maaf, Nona.” Pelayan itu sangat panik saat tak sengaja mengotori pakaian Christina.Christina sendiri masih sangat syok karena terkena siraman kopi panas. Meski tak langsung terkena kulitnya, tapi Christina bisa merasakan panas kopi yang mengotori pakaiannya.“Maaf, Nona. Saya benar-benar tidak sengaja,” ucap pelayan itu panik karena taku
Gio pergi ke salah satu rumah sakit. Dia berjalan menuju ke salah satu kamar yang terdapat di sana. Gio melihat sipir penjara berdiri di depan salah satu kamar, hingga dia menghampiri.Dia dihubungi pihak lapas yang mengatakan kalau Lena dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya yang mendadak drop. Gio memilih pergi untuk memastikan kondisi Lena.“Bagaimana kondisinya?” tanya Gio saat menemui sipir wanita itu.“Anda putra Bu Lena?” tanya sipir itu memastikan.Gio mengangguk-angguk menjawab pertanyaan sipir itu.“Dia semalam mengalami demam tinggi, lalu pagi ini tiba-tiba tak sadarkan diri. Dokter sudah memeriksanya, tekanan darahnya terlalu rendah, kami masih menunggu hasil pemeriksaan menyeluruhnya,” jawab sipir menjelaskan.Gio diam mendengar jawaban sipir. Dia ingin melihat, tapi langkahnya terasa berat.“Anda bisa menemuinya, tapi tak bisa lama,” kata sipir itu. Gio mengangguk lalu akhirnya masuk ke ruang inap itu. Dia melihat Lena berbaring memejamkan mata, satu tangannya diborg
“Kalian seharian ga ketemu Gio?” tanya Mia saat Alaric dan Emily pulang.“Nggak, Ma. Memangnya ada apa?” tanya Emily.“Oh, tidak ada apa-apa. Hanya saja tadi Gio bilang mau makan sup iga buatan mama, tapi mama telepon kok ga aktif nomornya,” jawab Mia sambil menatap ponsel yang dipegang.Alaric dan Emily saling tatap mendengar jawaban Mia.“Mungkin dia sedang sibuk. Dia baru saja mendapat proyek besar, mungkin mengurus banyak hal sampai ponselnya mati pun tidak sadar,” ujar Alaric agar Mia tidak cemas.“Hm ... iya juga,” balas Mia mengangguk. “Ya sudah, biar mama simpan supnya dulu, siapa tahu nanti dia datang jadi tinggal manasin saja.”Mia tersenyum ke Emily dan Alaric, lalu pergi ke dapur.“Sekarang Mama sangat perhatian ke Gio,” ucap Emily.“Mungkin Mama hanya tak ingin Gio kembali seperti dulu, jadi Mama berusaha memberikan apa yang t
“Kenapa?” tanya Alaric saat melihat Emily memijat betis.“Tiba-tiba pegal, apa karena tadi kebanyakan jalan, ya?” Emily menjawab sambil memijat betisnya.Alaric mendekat ke ranjang. Dia duduk tepat di dekat kaki Emily, lalu meminta istrinya itu menaikkan kaki di pahanya.“Mau apa?” tanya Emily terkejut dengan yang dilakukan Alaric.“Memijat kakimu, katanya pegal,” jawab Alaric lalu memijat pelan.Emily tersenyum mendengar jawaban suaminya, sebenarnya bukan hanya kaki tapi pinggang juga pegal karena efek kehamilan yang terus berkembang.“Kalau kamu mudah lelah, apa tidak sebaiknya kamu berhenti bekerja saja?” tanya Alaric sambil memijat kaki Emily.Emily terkejut mendengar pertanyaan Alaric, tapi mencoba menanggapinya dengan pikiran positif.“Kalau berhenti bekerja, aku suruh apa? Aku masih ingin bekerja dan bertemu banyak orang biar ga jenuh,” jawab Emily m
“Tidak masuk kantor?”Christina terkejut mendengar resepsionis perusahaan Gio berkata kalau pria itu tidak masuk kantor hari itu.“Apa saya boleh tahu alasan beliau tidak masuk?” tanya Christina dengan sopan.“Maaf, saya juga tidak tahu. Hanya saja sekretaris beliau berkata jika Pak Gio tidak masuk dan meminta agar saya menyampaikan ini jika ada datang untuk janji temu dengan beliau,” jawab resepsionis yang juga tak tahu.Christina mengangguk pelan mendengar jawaban resepsionis, lalu akhirnya pamit dari tempat itu. Dia berjalan menuju mobil sambil mencoba menghubungi Emily.“Halo, Chris.”Christina mendengar suara Emily dari seberang panggilan, membuatnya segera membalas sapaan sepupunya itu.“Emi, apa kamu tahu kalau Gio tidak masuk kantor?” tanya Christina.“Dia benar-benar tidak masuk kantor?”Christina mendengar suara Emily yang terkejut dari seberang panggilan.“Iya, apa ada masalah?” tanya Christina lagi karena cemas. Dia lalu memandang paper bag berisi jas pria itu.“Entah, sej
Christina masih memikirkan di mana Gio karena Emily juga masih belum mendapatkan kabar. Sore itu dia mengemudikan mobil dari perusahaan, hingga saat melewati jalanan ke arah rumah, Christina melihat mobil yang dia rasa kenal.“Bukankah itu mobilnya, Gio?”Christina mengemudikan mobil dengan kecepatan rendah, mencoba memastikan apakah mobil itu benar milik Gio atau bukan. Hingga setelah memastikan, Christina akhirnya menepikan mobil dan berhenti tak jauh dari mobil yang dilihatnya terparkir di bahu jalan.Christina turun dari mobil, lalu menghampiri mobil Gio untuk memastikan apakah benar Gio di sana atau tidak. Dia melihat ada seseorang di dalam mobil, sehingga mencoba mengetuk kaca jendela meski agak ragu.Gio sedang memejamkan mata saat kaca jendelanya diketuk. Dia menoleh dan terkejut karena Christina berada di luar mobil. Gio akhirnya membuka pintu untuk menemui Christina.“Ternyata benar kamu,” ucap Christina begitu lega melihat Gio.“Kenapa kamu di sini?” tanya Gio.Christina me
“Kenapa kamu ga jawab? Kamu menghilang sehari semalam ga karena melakukan yang--” Ucapan Mia terhenti karena dipotong Alaric.“Ma.” Alaric menghentikan Mia bicara lalu memberi isyarat melirik ke Christina.Christina hanya melongo melihat Mia yang sedang mengamuk Gio.Mia baru menyadari keberadaan Christina, sehingga tak melanjutkan apa yang hendak dikatakan.“Penampilanmu buruk sekali. Kamu mau pulang?” tanya Mia sambil menurunkan nada bicara, bersabar menahan rasa penasarannya karena perginya Gio.Gio menatap Alaric yang memberikan kode untuk ikut pergi bersanam Mia, lalu dia memandang Christina yang sejak tadi memandangnya.“Sepertinya aku harus pergi. Terima kasih karena menemaniku makan. Lain kali aku pasti akan membalasnya,” ucap Gio ke Christina.Christina mencoba memahami kondisi Gio.“Iya, tidak apa,” balas Christina.Gio berdiri sambil memandang ke Mia,
“Ada apa? Cerita saja.” Mia menggenggam erat tangan Gio karena merasa jika keponakannya itu begitu berat untuk bicara. Gio menarik napas panjang, lalu mengembuskan perlahan sebelum kembali bicara. “Meski belum pasti dan perlu tes lebih lanjut, tapi dokter mengatakan kemungkinan Mama mengidap kanker usus dari tanda-tanda juga keluhan yang disampaikannya.” Gio bicara sambil menunduk dan semakin tertunduk ketika memberitahu penyakit ibunya. Semua orang tentunya sangat syok mendengar ucapan Gio. Bahkan Mia langsung menoleh ke Bobby dengan rasa tak percaya karena selama ini mereka tahu jika Lena dalam kondisi baik secara fisik. “Kamu yakin mamamu mengidap kanker usus?” tanya Mia memastikan. Gio mengangguk sambil menundukkan kepala. “Aku tak bisa meninggalkannya dalam kondisi seperti itu. Dia masih dirawat dengan kondisi terborgol, tubuhnya juga tak sesehat dulu,” ucap Gio dengan suara sedikit bergetar. Mia kembali menatap Bobby dan Alaric secara bergantin. Dia tak bisa berkata-kata