Share

Alasan Gio

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 06:00:29

“Kenapa kamu ga jawab? Kamu menghilang sehari semalam ga karena melakukan yang--” Ucapan Mia terhenti karena dipotong Alaric.

“Ma.” Alaric menghentikan Mia bicara lalu memberi isyarat melirik ke Christina.

Christina hanya melongo melihat Mia yang sedang mengamuk Gio.

Mia baru menyadari keberadaan Christina, sehingga tak melanjutkan apa yang hendak dikatakan.

“Penampilanmu buruk sekali. Kamu mau pulang?” tanya Mia sambil menurunkan nada bicara, bersabar menahan rasa penasarannya karena perginya Gio.

Gio menatap Alaric yang memberikan kode untuk ikut pergi bersanam Mia, lalu dia memandang Christina yang sejak tadi memandangnya.

“Sepertinya aku harus pergi. Terima kasih karena menemaniku makan. Lain kali aku pasti akan membalasnya,” ucap Gio ke Christina.

Christina mencoba memahami kondisi Gio.

“Iya, tidak apa,” balas Christina.

Gio berdiri sambil memandang ke Mia,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
Lena sakit parah kah sampai bikin gio menjaga Lena semalaman
goodnovel comment avatar
Titin Susiyana
kena karma nih si lampir....
goodnovel comment avatar
vieta_novie
lena sakit apa ya?sakit parah kah?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Privasi

    “Ada apa? Cerita saja.” Mia menggenggam erat tangan Gio karena merasa jika keponakannya itu begitu berat untuk bicara. Gio menarik napas panjang, lalu mengembuskan perlahan sebelum kembali bicara. “Meski belum pasti dan perlu tes lebih lanjut, tapi dokter mengatakan kemungkinan Mama mengidap kanker usus dari tanda-tanda juga keluhan yang disampaikannya.” Gio bicara sambil menunduk dan semakin tertunduk ketika memberitahu penyakit ibunya. Semua orang tentunya sangat syok mendengar ucapan Gio. Bahkan Mia langsung menoleh ke Bobby dengan rasa tak percaya karena selama ini mereka tahu jika Lena dalam kondisi baik secara fisik. “Kamu yakin mamamu mengidap kanker usus?” tanya Mia memastikan. Gio mengangguk sambil menundukkan kepala. “Aku tak bisa meninggalkannya dalam kondisi seperti itu. Dia masih dirawat dengan kondisi terborgol, tubuhnya juga tak sesehat dulu,” ucap Gio dengan suara sedikit bergetar. Mia kembali menatap Bobby dan Alaric secara bergantin. Dia tak bisa berkata-kata

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Menjenguk

    Bobby dan Mia pergi ke rumah sakit di hari berikutnya. Dia ingin memastikan sendiri bagaimana kondisi Lena apakah sama seperti yang Gio katakan.Saat hampir sampai di ruang inap, mereka bertemu dengan penjaga yang duduk di depan kamar inap.“Maaf, kami keluarga dari Lena ingin melihat kondisinya,” ucap Mia sopan ke sipir yang berjaga di sana.“Bisa perlihatkan kartu identitas kalian?” tanya sipir itu.Mia mengangguk lalu mengeluarkan kartu identitasnya untuk diperlihatkan ke sipir itu, begitu juga dengan Bobby.Setelah sipir itu mendata demi keamanan narapidana yang dirawat, Mia dan Bobby akhirnya diizinkan masuk untuk menjenguk.Saat masuk ke ruangan itu. Mereka melihat Lena yang terbaring lemah dan sangat pucat. Mia menoleh ke Bobby, lalu keduanya mendekat ke ranjang.Keduanya hanya diam sesaat hingga melihat Lena menggerakkan kelopak mata. Mia sebenarnya tak ingin melihat karena masih sakit hati dengan segala perbuatan Lena, tapi dirinya juga tak bisa menolak untuk peduli hingga ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Kegalauan Christina

    Gio membaca nama yang tertera di kertas, lalu memandang ke paper bag berisi makanan yang dikirimkan untuknya.“Terima kasih,” ucap Gio lalu membawa makanan itu bersamanya.Gio pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Lena. Dia datang saat perawat baru saja mengantar jatah makan untuk wanita itu.“Kamu datang.” Lena terlihat sangat senang karena Gio masih mau menjenguknya, setelah kemarin pergi dan tak datang lagi.Gio hanya mengangguk pelan membalas ucapan sang mama. Dia melihat piring milik Lena yang hanya berisi makanan lembek seperti bubur karena Lena tak bisa makan sembarangan setelah divonis terkena kanker usus.“Kamu bawa apa?” tanya Lena karena melihat Gio membawa paper bag.“Temanku mengirim makan siang saat aku mau ke sini jadi aku membawanya sekalian,” jawab Gio.Lena mengangguk pelan mendengar jawaban putranya lalu tak bertanya lagi karena tak ingin membuat Gio merasa tak nyaman.Lena hendak meraih sendok karena ingin makan siang, tapi siapa sangka Gio sudah lebih dulu men

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Sadar Diri

    “Kamu sudah pamit ke bibimu kalau mau jaga mama di sini?” tanya Lena karena malam itu Gio datang ke rumah sakit. “Hm ... sudah,” jawab Gio sambil menganggukan kepala. Lena menatap Gio yang sedang meletakkan jaket di sofa, hingga kemudian berkata, “Sebenarnya tak apa jika kamu tak menemani mama. Lagi pula kalau kondisi mama sudah membaik, mama akan balik ke Lapas lagi.” Gio cukup terkejut mendengar perkataan sang mama. Dia memandang Lena lalu membalas, “Kondisi Mama sangat buruk, apa tidak bisa mendapat keringanan sampai benar-benar membaik?” “Makanan di Lapas pasti tak terjamin, Mama tidak bisa makan makanan keras, bagaimana kalau kondisi Mama semakin memburuk jika kembali ke Lapas? Aku akan bicara dengan kepala Lapas untuk meminta keringanan agar Mama bisa menjalani pengobatan.” Gio langsung panik ketika mendengar Lena kemungkinan akan dikembalikan ke Lapas jika sudah membaik. Lena malah tersenyum melihat Gio mencemaskan dirinya, perhatian putranya itu menjadi penghibur ters

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Tragedi di Pagi Hari

    Beberapa hari berlalu. Kondisi Lena memang lumayan membaik, tapi karena dari pihak rumah sakit belum mengizinkan Lena keluar karena masih harus dipantau, membuat wanita itu tetap dirawat di rumah sakit khusus itu sampai benar-benar pulih.“Bagaimana kondisi mamamu?” tanya Mia sambil menyiapkan sarapan untuk Gio.“Sudah lumayan membaik, untung saja pihak rumah sakit masih belum mengizinkan Mama keluar dari rumah sakit, jadi setidaknya dia masih bisa mendapat perawatan yang layak,” jawab Gio.Mungkin Bobby dan Mia memiliki perasaan bersalah karena Lena sekarang sakit parah. Namun, semua juga ulah Lena sendiri, andai dulu Lena tak terus menerus melakukan kejahatan, mungkin nasibnya tidak seperti sekarang.“Nanti siang aku akan menjenguknya,” ucap Mia lalu menyodorkan piring berisi nasi dan lauk untuk Gio.Gio tahu jika Mia sangat membenci sang mama, tapi siapa sangka wanita itu berbesar hati mau menjenguk Lena yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Harus Nurut

    “Kelelahan, stres, mengangkat barang berat bisa menjadi salah satu pemicu ada pembukaan sebelum waktunya. Meski tidak terlalu besar, tapi ini juga bisa membahayakan kondisi janin karena ada flek juga. Untuk sementara biarkan ibu istirahat, bedrest minimal beberapa hari atau minggu untuk mengamankan kondisi janin.”Alaric dan Sashi diam mendengar penjelasan dokter kandungan yang baru saja melakukan USG ke Emily. Dokter juga menyarankan agar Emily dirawat inap untuk memantau kondisinya.“Temani Emi, akan kubantu menyiapkan kamar inapnya,” ucap Sashi ke Alaric lalu menepuk pelan punggung suami keponakannya itu.Alaric mengangguk lalu mendekat ke Emily yang berbaring di ranjang. Perawat sedang membantu menyelimuti Emily karena setelah ini harus dipindah ke IGD lagi sampai ruang inap siap.“Dia baik-baik saja, kan?” tanya Emily langsung menggenggam telapak tangan Alaric.“Iya, dia baik. Tapi dokter menyarankan agar kamu bedrest agar dia bisa bertahan, setidaknya sampai kandungannya kuat da

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Tak Saling Sapa

    Emily bingung menjawab pertanyaan Gio. Dia agak merapatkan kedua kaki, tapi malu untuk bicara ke sepupunya itu.“Kamu butuh apa? Biar aku yang carikan,” kata Gio karena Alaric sudah berpesan agar Emily tidak turun dari ranjang, apalagi berjalan.Emily tampak panik karena seperti menahan sesuatu.“Emi, katakan saja.” Gio melihat gelagat aneh Emily.Emily melirik Gio yang menatapnya. Dia semakin bingung hingga akhirnya berkata lirih, “Aku mau ke kamar mandi. Ini sudah tidak tahan.”Gio langsung menghela mendengar ucapan Emily.“Kenapa tidak bilang? Tinggal bilang saja, kenapa malah ke mana-mana.”Gio mengambil kantong cairan infus dari tiang, lalu meletakkan di pangkuan Emily.Emily agak panik dengan yang dilakukan Gio. Lalu pria itu menggendongnya membuat Emily semakin syok.“Seharusnya pakai kursi roda saja, kamu tidak harus menggendongku,” protes Emily.“Kelamaan jika mengambil kursi roda lebih dulu, kamu keburu mengompol,” balas Gio.Emily langsung menggelembungkan kedua pipi menden

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Merasa Mengganggu

    “Kalian baik-baik saja, kan?” tanya Emily karena Christina hanya diam.Christina menatap Emily sambil tersenyum tapi malah membahas hal lain.“Tadi aku terkejut waktu bertemu Paman dan dia bilang kamu masuk rumah sakit karena kontraksi. Perasaan baru juga empat bulanan, tapi kok sudah kontraksi, makanya aku menghubungimu dan ternyata benar” ujar Christina mengalihkan pertanyaan Emily.“Iya, karena kelelahan dan banyaknya tekanan saat kerja, jadi tiba-tiba saja mengalami kontraksi,” balas Emily menceritakan yang dialaminya, melupakan pertanyaannya tentang Christina dan Gio.Christina mengangguk-angguk mendengar balasan Emily. Dia terus membahas hal lain agar Emily tidak bertanya tentang dirinya lagi.“Aku harus kembali ke kantor. Lekas sembuh dan jaga kesehatan biar bayinya sehat sampai lahir,” ucap Christina penuh perhatian.Emily mengangguk-angguk mendengar ucapan Christina, lalu berterima kas

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01

Bab terbaru

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status