“Kalian seharian ga ketemu Gio?” tanya Mia saat Alaric dan Emily pulang.
“Nggak, Ma. Memangnya ada apa?” tanya Emily.
“Oh, tidak ada apa-apa. Hanya saja tadi Gio bilang mau makan sup iga buatan mama, tapi mama telepon kok ga aktif nomornya,” jawab Mia sambil menatap ponsel yang dipegang.
Alaric dan Emily saling tatap mendengar jawaban Mia.
“Mungkin dia sedang sibuk. Dia baru saja mendapat proyek besar, mungkin mengurus banyak hal sampai ponselnya mati pun tidak sadar,” ujar Alaric agar Mia tidak cemas.
“Hm ... iya juga,” balas Mia mengangguk. “Ya sudah, biar mama simpan supnya dulu, siapa tahu nanti dia datang jadi tinggal manasin saja.”
Mia tersenyum ke Emily dan Alaric, lalu pergi ke dapur.
“Sekarang Mama sangat perhatian ke Gio,” ucap Emily.
“Mungkin Mama hanya tak ingin Gio kembali seperti dulu, jadi Mama berusaha memberikan apa yang t
“Kenapa?” tanya Alaric saat melihat Emily memijat betis.“Tiba-tiba pegal, apa karena tadi kebanyakan jalan, ya?” Emily menjawab sambil memijat betisnya.Alaric mendekat ke ranjang. Dia duduk tepat di dekat kaki Emily, lalu meminta istrinya itu menaikkan kaki di pahanya.“Mau apa?” tanya Emily terkejut dengan yang dilakukan Alaric.“Memijat kakimu, katanya pegal,” jawab Alaric lalu memijat pelan.Emily tersenyum mendengar jawaban suaminya, sebenarnya bukan hanya kaki tapi pinggang juga pegal karena efek kehamilan yang terus berkembang.“Kalau kamu mudah lelah, apa tidak sebaiknya kamu berhenti bekerja saja?” tanya Alaric sambil memijat kaki Emily.Emily terkejut mendengar pertanyaan Alaric, tapi mencoba menanggapinya dengan pikiran positif.“Kalau berhenti bekerja, aku suruh apa? Aku masih ingin bekerja dan bertemu banyak orang biar ga jenuh,” jawab Emily m
“Tidak masuk kantor?”Christina terkejut mendengar resepsionis perusahaan Gio berkata kalau pria itu tidak masuk kantor hari itu.“Apa saya boleh tahu alasan beliau tidak masuk?” tanya Christina dengan sopan.“Maaf, saya juga tidak tahu. Hanya saja sekretaris beliau berkata jika Pak Gio tidak masuk dan meminta agar saya menyampaikan ini jika ada datang untuk janji temu dengan beliau,” jawab resepsionis yang juga tak tahu.Christina mengangguk pelan mendengar jawaban resepsionis, lalu akhirnya pamit dari tempat itu. Dia berjalan menuju mobil sambil mencoba menghubungi Emily.“Halo, Chris.”Christina mendengar suara Emily dari seberang panggilan, membuatnya segera membalas sapaan sepupunya itu.“Emi, apa kamu tahu kalau Gio tidak masuk kantor?” tanya Christina.“Dia benar-benar tidak masuk kantor?”Christina mendengar suara Emily yang terkejut dari seberang panggilan.“Iya, apa ada masalah?” tanya Christina lagi karena cemas. Dia lalu memandang paper bag berisi jas pria itu.“Entah, sej
Christina masih memikirkan di mana Gio karena Emily juga masih belum mendapatkan kabar. Sore itu dia mengemudikan mobil dari perusahaan, hingga saat melewati jalanan ke arah rumah, Christina melihat mobil yang dia rasa kenal.“Bukankah itu mobilnya, Gio?”Christina mengemudikan mobil dengan kecepatan rendah, mencoba memastikan apakah mobil itu benar milik Gio atau bukan. Hingga setelah memastikan, Christina akhirnya menepikan mobil dan berhenti tak jauh dari mobil yang dilihatnya terparkir di bahu jalan.Christina turun dari mobil, lalu menghampiri mobil Gio untuk memastikan apakah benar Gio di sana atau tidak. Dia melihat ada seseorang di dalam mobil, sehingga mencoba mengetuk kaca jendela meski agak ragu.Gio sedang memejamkan mata saat kaca jendelanya diketuk. Dia menoleh dan terkejut karena Christina berada di luar mobil. Gio akhirnya membuka pintu untuk menemui Christina.“Ternyata benar kamu,” ucap Christina begitu lega melihat Gio.“Kenapa kamu di sini?” tanya Gio.Christina me
“Kenapa kamu ga jawab? Kamu menghilang sehari semalam ga karena melakukan yang--” Ucapan Mia terhenti karena dipotong Alaric.“Ma.” Alaric menghentikan Mia bicara lalu memberi isyarat melirik ke Christina.Christina hanya melongo melihat Mia yang sedang mengamuk Gio.Mia baru menyadari keberadaan Christina, sehingga tak melanjutkan apa yang hendak dikatakan.“Penampilanmu buruk sekali. Kamu mau pulang?” tanya Mia sambil menurunkan nada bicara, bersabar menahan rasa penasarannya karena perginya Gio.Gio menatap Alaric yang memberikan kode untuk ikut pergi bersanam Mia, lalu dia memandang Christina yang sejak tadi memandangnya.“Sepertinya aku harus pergi. Terima kasih karena menemaniku makan. Lain kali aku pasti akan membalasnya,” ucap Gio ke Christina.Christina mencoba memahami kondisi Gio.“Iya, tidak apa,” balas Christina.Gio berdiri sambil memandang ke Mia,
“Ada apa? Cerita saja.” Mia menggenggam erat tangan Gio karena merasa jika keponakannya itu begitu berat untuk bicara. Gio menarik napas panjang, lalu mengembuskan perlahan sebelum kembali bicara. “Meski belum pasti dan perlu tes lebih lanjut, tapi dokter mengatakan kemungkinan Mama mengidap kanker usus dari tanda-tanda juga keluhan yang disampaikannya.” Gio bicara sambil menunduk dan semakin tertunduk ketika memberitahu penyakit ibunya. Semua orang tentunya sangat syok mendengar ucapan Gio. Bahkan Mia langsung menoleh ke Bobby dengan rasa tak percaya karena selama ini mereka tahu jika Lena dalam kondisi baik secara fisik. “Kamu yakin mamamu mengidap kanker usus?” tanya Mia memastikan. Gio mengangguk sambil menundukkan kepala. “Aku tak bisa meninggalkannya dalam kondisi seperti itu. Dia masih dirawat dengan kondisi terborgol, tubuhnya juga tak sesehat dulu,” ucap Gio dengan suara sedikit bergetar. Mia kembali menatap Bobby dan Alaric secara bergantin. Dia tak bisa berkata-kata
Bobby dan Mia pergi ke rumah sakit di hari berikutnya. Dia ingin memastikan sendiri bagaimana kondisi Lena apakah sama seperti yang Gio katakan.Saat hampir sampai di ruang inap, mereka bertemu dengan penjaga yang duduk di depan kamar inap.“Maaf, kami keluarga dari Lena ingin melihat kondisinya,” ucap Mia sopan ke sipir yang berjaga di sana.“Bisa perlihatkan kartu identitas kalian?” tanya sipir itu.Mia mengangguk lalu mengeluarkan kartu identitasnya untuk diperlihatkan ke sipir itu, begitu juga dengan Bobby.Setelah sipir itu mendata demi keamanan narapidana yang dirawat, Mia dan Bobby akhirnya diizinkan masuk untuk menjenguk.Saat masuk ke ruangan itu. Mereka melihat Lena yang terbaring lemah dan sangat pucat. Mia menoleh ke Bobby, lalu keduanya mendekat ke ranjang.Keduanya hanya diam sesaat hingga melihat Lena menggerakkan kelopak mata. Mia sebenarnya tak ingin melihat karena masih sakit hati dengan segala perbuatan Lena, tapi dirinya juga tak bisa menolak untuk peduli hingga ak
Gio membaca nama yang tertera di kertas, lalu memandang ke paper bag berisi makanan yang dikirimkan untuknya.“Terima kasih,” ucap Gio lalu membawa makanan itu bersamanya.Gio pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Lena. Dia datang saat perawat baru saja mengantar jatah makan untuk wanita itu.“Kamu datang.” Lena terlihat sangat senang karena Gio masih mau menjenguknya, setelah kemarin pergi dan tak datang lagi.Gio hanya mengangguk pelan membalas ucapan sang mama. Dia melihat piring milik Lena yang hanya berisi makanan lembek seperti bubur karena Lena tak bisa makan sembarangan setelah divonis terkena kanker usus.“Kamu bawa apa?” tanya Lena karena melihat Gio membawa paper bag.“Temanku mengirim makan siang saat aku mau ke sini jadi aku membawanya sekalian,” jawab Gio.Lena mengangguk pelan mendengar jawaban putranya lalu tak bertanya lagi karena tak ingin membuat Gio merasa tak nyaman.Lena hendak meraih sendok karena ingin makan siang, tapi siapa sangka Gio sudah lebih dulu men
“Kamu sudah pamit ke bibimu kalau mau jaga mama di sini?” tanya Lena karena malam itu Gio datang ke rumah sakit. “Hm ... sudah,” jawab Gio sambil menganggukan kepala. Lena menatap Gio yang sedang meletakkan jaket di sofa, hingga kemudian berkata, “Sebenarnya tak apa jika kamu tak menemani mama. Lagi pula kalau kondisi mama sudah membaik, mama akan balik ke Lapas lagi.” Gio cukup terkejut mendengar perkataan sang mama. Dia memandang Lena lalu membalas, “Kondisi Mama sangat buruk, apa tidak bisa mendapat keringanan sampai benar-benar membaik?” “Makanan di Lapas pasti tak terjamin, Mama tidak bisa makan makanan keras, bagaimana kalau kondisi Mama semakin memburuk jika kembali ke Lapas? Aku akan bicara dengan kepala Lapas untuk meminta keringanan agar Mama bisa menjalani pengobatan.” Gio langsung panik ketika mendengar Lena kemungkinan akan dikembalikan ke Lapas jika sudah membaik. Lena malah tersenyum melihat Gio mencemaskan dirinya, perhatian putranya itu menjadi penghibur ters