Maaf teman-teman, hari ini aku hanya bisa up 2 bab. Doakan kondisiku segera fit saja, biar bisa up seperti biasa. Terima kasih.
“Kamu bertengkar lagi dengan Chris?” Nana langsung melempar pertanyaan begitu Bastian pulang.Bastian menoleh Nana, lalu bertanya, “Apa Chris mengatakan sesuatu?”“Tidak,” jawab Nana, “tapi dia izin tidur di rumah Kak Nanda. Kalau bukan karena ada masalah denganmu, dia tidak akan menginap di sana. Kamu tahu betul bagaimana sifatnya, apa perlu kamu tanya setelah tadi pagi berdebat?”Nana tak senang jika Bastian terlalu keras ke Christina karena tahu betul bagaimana sifat keduanya.Bastian hanya diam sambil melepas dasi dan jasnya sehingga membuat Nana kesal.“Kalian berdebat masalah pria itu lagi?” tanya Nana tapi Bastian masih tak menjawab.“Apa salahnya kalau hanya dekat? Lagi pula pria itu juga menolong putrimu, bukan mencelakainya,” ucap Nana lagi karena Bastian tak bicara.Bastian akhirnya menoleh ke Nana, lalu membalas, “Pria itu punya kelakuan buruk, aku hanya tak ingin Christina bergaul dengan pria seperti itu.”“Sudah, jangan membahas hal itu lagi. Jika Christina memang mau me
“Baru pulang?” tanya Emily ketika melihat Gio datang.Gio tersenyum sambil mengangguk, lalu duduk di samping Emily yang sedang makan buah seperti biasa.“Al belum pulang?” tanya Gio lalu tanpa permisi mengambil potongan buah milik Emily tanpa izin seperti biasa.“Belum, dia bilang mengecek ke lokasi proyek dulu sebelum pulang,” jawab Emily sekarang sudah terbiasa dengan sikap Gio yang asal mengambil makanan miliknya.Gio hanya mengangguk-angguk dengan masih terus ikut makan buah milik Emily.Emily menatap Gio yang terlihat agak berbeda, membuatnya penasaran hingga terus memperhatikan.“Apa ada kabar bagus hari ini?” tanya Emily masih menatap Gio.Gio menoleh Emily lalu mengedikkan kedua bahu. “Kabar bagus apa?”“Entah, soalnya aku lihat kamu seperti sangat bahagia sekali hari ini,” ujar Emily masih memperhatikan Gio.Gio menoleh Emily lagi sambil berhenti mengunyah buah yang ada di mulut, lalu membalas, “Sepertinya biasa saja. Bukankah sudah biasa sikapku begini saat di rumah.”Emily
“Apa ada masalah dengan hal itu?” tanya Gio tanpa membuat pembelaan kalau Christina yang mendekatiny bukan sebaliknya.Bastian menghela napas kasar mendengar pertanyaan Gio, lalu menjawab, “Aku hanya ingin menekankan saja. Aku tidak suka kamu dekat dengan putriku.”Gio hanya diam mendengar jawaban Bastian. Dia tidak melakukan pembelaan sama sekali hanya karena menghormati pria itu.“Aku tidak suka basa-basi. Jika aku berkata jauhi putriku, maka lakukanlah. Pria sepertimu tak perlu menunggu diancam agar paham, bukan? Masih banyak wanita yang bisa kamu ajak bermain, tapi bukan putriku.”Setelah mengatakan itu Bastian berdiri lalu meninggalkan Gio.Gio masih diam mencerna semua ucapan pria itu tanpa pembelaan atau sanggahan sama sekali.**Saat sore hari. Christina pulang ke rumah tapi hanya untuk mengambil beberapa barangnya. Dia pulang sebelum ayahnya kembali agar tidak perlu berdebat dengan sang ayah.“Chris, kamu mau ke mana lagi?” tanya Nana keheranan karena Christina masuk kamar be
“Kenapa harus pergi dari rumah?” tanya Gio sambil menatap Christina yang menemuinya. “Ya, karena ....” Christina belum menceritakan soal ayahnya yang melarang dirinya dekat dengan Gio. Gio juga tak menceritakan soal Bastian yang memintanya menjauhi Christina. Dia hanya tak ingin ada masalah di antara Bastian dan Christina. “Karena apa?” tanya Gio menuntut penjelasan. “Ya, karena aku mau mandiri saja. Aku akan tinggal di apartemen,” jawab Christina meyakinkan. Gio menatap Christina yang tersenyum canggung, lalu bertanya, “Apa sebelumnya kamu pernah tinggal sendiri?” Christina ingin berbohong, tapi saat melihat tatapan Gio membuatnya urung berbohong. “Tidak, dulu saat di Amerika tinggal di rumah keluarga.” “Lalu, apa benar alasanmu ingin tinggal di apartemen hanya karena ingin mandiri saja?” tanya Gio seolah menuntut kejujuran Christina. Christina ingin menjawab tapi urung. Dia tampak berpikir sejenak, hingga kemudian membalas, “Sebenarnya Papa tidak suka kalau aku dekat denganmu
Hari berikutnya Christina terlihat menuruni anak tangga siap ke kantor. Namun, dia tidak berbelok ke ruang makan, tapi langsung menuju pintu keluar.“Chris, kamu tidak sarapan dulu?” tanya Nana karena melihat Christina langsung berjalan menuju pintu.“Tidak nafsu,” jawab Christina tanpa menoleh ke sang mama.Nana cukup terkejut mendengar ucapan Christina, hingga kemudian menoleh ke Bastian.“Lihat, ini hasil dari sikap kerasmu. Kamu hanya mementingkan egomu, apa harus sampai begini? Apa kamu baru akan menyesal kalau kita kehilangannya? Jika memang itu demi kebahagiaannya, kenapa kamu tidak coba mengalah? Kita dulu pernah diberi pilihan, dan sekarang Christina pun berhak mendapat pilihan.”Setelah mengatakan itu Nana memilih meninggalkan ruang makan. Tidak berselera karena keluarganya tidak harmonis akibat keegoisan masing-masing.Bastian hanya diam mendengar Nana mengamuk, lalu kemudian memilih melanjutkan sarapan.Di rumah Bobby. Gio baru saja keluar dari kamar sambil memperhatikan po
Siang itu Nana nekat pergi ke perusahaan Gio. Dia hanya ingin memastikan jika Gio memang baik sama seperti yang Christina katakan. Dia ada di lobi menemui resepsionis agar bisa bertemu Gio.“Apa Anda sudah membuat janji dengan Pak Gio?” tanya resepsionis.“Belum,” jawab Nana karena tak mungkin berbohong.“Kalau begitu maaf, saya tidak bisa mengizinkan Anda menemui Pak Gio,” ucap resepsionis ramah.“Tapi bisakah hubungi dia. Katakan saja kalau mamanya Chris mau bertemu,” kata Nana.Resepsionis itu tersenyum canggung dan agak bingung karena takut menyalahi aturan. Namun, karena Nana terus memaksa, membuat resepsionis itu akhirnya mencoba menghubungi ruangan Gio.“Halo, Pak. Di bawah ada wanita yang ingin menemui Anda. Dia bilang mamanya Chris,” kata resepsionis ketika panggilannya dijawab Gio.Di ruang kerjanya, Gio cukup terkejut mendengar perkataan resepsionis.“Beliau masih di sana?” tanya Gio memastikan.“Masih, Pak,” jawab resepsionis, “apa Anda mau menemuinya?” tanya resepsionis l
Setelah selesai rapat. Gio menepati janji menemui Nana. Wanita itu masih menunggu di sana, hingga akhirnya Nana mengajak Gio makan di kafe samping perusahaan agar bisa lebih nyaman ketika bicara.Gio tak banyak bicara. Dia menunggu sampai Nana menyampaikan apa yang ingin dikatakan.Nana memandang Gio yang bersikap sopan. Tidak terlihat urak-urakan atau sombong saat berhadapan dengannya. Cara duduk tak luput dari perhatian Nana, hingga wanita itu tersenyum kecil.“Sebenarnya aku datang untuk memastikan sesuatu,” ucap Nana.“Anda mau memastikan apa?” tanya Gio.Nana menghela napas pelan, kemudian berkata, “Aku hanya ingin tahu, apa kamu serius dengan Chris atau hanya mau main-main saja dengannya?”Gio seharusnya sudah bisa menebak alasan Nana menemuinya, tapi tetap saja pertanyaan wanita itu membuatnya terkejut.“Ya, mau dibilang serius, tentu saja serius. Hanya saja saya pribadi sudah bilang ke Chris untuk menjalani dulu, tidak ada kepastian bagaimana, hanya saja saya melakukan ini sem
“Chris, papa mau bicara.”Christina baru saja pulang, hingga langkahnya terhenti saat mendengar suara sang papa. Dia hanya mengembuskan napas kasar, kemudian kembali melanjutkan langkah.“Chris!” Bastian berdiri karena Christina tak mau bicara dengannya.“Aku malas bicara dengan Papa jika berakhir dengan perdebatan,” balas Christina terus berjalan menaiki anak tangga.Bastian diam mendengar Christina yang benar-benar marah kepadanya. Nana sendiri hanya diam memperhatikan sang suami yang diabaikan oleh putri mereka.“Semua ini salahmu, kalau kamu mau memahami sedikit saja keinginannya, pasti tidak akan ada kejadian seperti ini,” ucap Nana lalu memilih meninggalkan suaminya juga.Bastian memandang ke lantai atas. Dia akhirnya naik menuju kamar Christina untuk mengajak bicara.“Chris, Papa hanya mau bicara,” ucap Bastian setelah mengetuk pintu.Tidak ada balasan dari dalam. Bastian mencoba memutar gagang pintu kamar Christina, tapi ternyata dikunci.“Chris, kamu benar-benar tidak mau bic