Setelah selesai rapat. Gio menepati janji menemui Nana. Wanita itu masih menunggu di sana, hingga akhirnya Nana mengajak Gio makan di kafe samping perusahaan agar bisa lebih nyaman ketika bicara.Gio tak banyak bicara. Dia menunggu sampai Nana menyampaikan apa yang ingin dikatakan.Nana memandang Gio yang bersikap sopan. Tidak terlihat urak-urakan atau sombong saat berhadapan dengannya. Cara duduk tak luput dari perhatian Nana, hingga wanita itu tersenyum kecil.“Sebenarnya aku datang untuk memastikan sesuatu,” ucap Nana.“Anda mau memastikan apa?” tanya Gio.Nana menghela napas pelan, kemudian berkata, “Aku hanya ingin tahu, apa kamu serius dengan Chris atau hanya mau main-main saja dengannya?”Gio seharusnya sudah bisa menebak alasan Nana menemuinya, tapi tetap saja pertanyaan wanita itu membuatnya terkejut.“Ya, mau dibilang serius, tentu saja serius. Hanya saja saya pribadi sudah bilang ke Chris untuk menjalani dulu, tidak ada kepastian bagaimana, hanya saja saya melakukan ini sem
“Chris, papa mau bicara.”Christina baru saja pulang, hingga langkahnya terhenti saat mendengar suara sang papa. Dia hanya mengembuskan napas kasar, kemudian kembali melanjutkan langkah.“Chris!” Bastian berdiri karena Christina tak mau bicara dengannya.“Aku malas bicara dengan Papa jika berakhir dengan perdebatan,” balas Christina terus berjalan menaiki anak tangga.Bastian diam mendengar Christina yang benar-benar marah kepadanya. Nana sendiri hanya diam memperhatikan sang suami yang diabaikan oleh putri mereka.“Semua ini salahmu, kalau kamu mau memahami sedikit saja keinginannya, pasti tidak akan ada kejadian seperti ini,” ucap Nana lalu memilih meninggalkan suaminya juga.Bastian memandang ke lantai atas. Dia akhirnya naik menuju kamar Christina untuk mengajak bicara.“Chris, Papa hanya mau bicara,” ucap Bastian setelah mengetuk pintu.Tidak ada balasan dari dalam. Bastian mencoba memutar gagang pintu kamar Christina, tapi ternyata dikunci.“Chris, kamu benar-benar tidak mau bic
“Chris.”Nana mengetuk pintu, memanggil putrinya agar pagi itu sarapan. Sejak semalam Christina tidak keluar untuk makan malam, bahkan tampak mengambil minum di dapur saja tidak hingga membuat Nana cemas.“Chris!” Nana kembali mengetuk pintu. “Mama tahu kamu marah ke papamu, tapi apa kamu juga mau mengabaikan mama? Padahal mama sudah kasih restu untuk hubunganmu dengan Gio.”Nana mencoba bicara untuk membujuk Christina keluar.Benar saja, pintu kamar Christina akhirnya terbuka, terlihat wanita itu berdiri di ambang pintu memandang sang mama.“Kapan Mama kasih restu? Jangan membujukku,” ucap Christina tak percaya begitu saja.“Kemarin, tanya saja ke Gio,” balas Nana.Christina mengerutkan alis mendengar ucapan Nana.“Mama bertemu dengannya?” tanya Christina memastikan.“Iya,” jawab Nana, “dia tidak cerita?” tanya Nana.Christina terdiam mendengar pertanyaan Nana, hingga kemudian mengingat ucapan Gio kemarin. Mungkinkah setelah bicara dan mendapat restu dari Nana, Gio tiba-tiba mengajak
Bastian pergi ke ruang tamu, hingga melihat Gio dan yang lain duduk menunggu di sana.Gio terlihat tenang saat melihat bastian, sedangkan Emily yang memang sengaja duduk di samping Gio, langsung tersenyum ke sang paman.Bastian tidak punya alasan untuk tak membalas senyum Emily, hingga akhirnya membalas senyuman keponakannya itu sebelum akhirnya duduk di samping Nana.“Apa yang membawa kalian ke sini?” tanya Bastian langsung tanpa basa-basi.Emily dan Alaric melirik Gio, tapi kemudian Mia yang bicara lebih dulu.“Apa bisa menunggu Christina dulu?” tanya Mia dengan sikap sopan dan ramah.Bastian diam mendengar pertanyaan Mia, lalu menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Christina datang dengan pakaian rapi. Dia duduk di dekat sang mama dan siap mendengarkan maksud kedatangan Gio sekeluarga ke sana.Mia memulas senyum ke Christina yang baru saja duduk, hingga kemudian mulai bicara.“Maksud kedatangan kami ke sini untuk bersilaturahmi, sekalian ingin membahas soal hubungan Christin
“Semalam kamu mau papa ajak bahas ini tidak mau, sekarang senyum-senyum?” Bastian memandang Christina yang sangat bahagis.Christina melebarkan senyum mendengar sindiran sang papa. Dia lantas merangkul lengan Bastian sambil bergelayut manja.“Ya, Papa soalnya maksa agar aku menjauhi Gio, padahal aku benar-benar serius ingin menjalin hubungan dengannya,” balas Christina.Bastian menatap Christina yang sangat bahagia. Semudah itu membuat putrinya senang, tapi dia bersikukuh dengan sikap dan keputusannya yang malah membuat perselisihan di antara mereka.“Meski Papa kasih restu, tapi papa akan terus mengawasi kalian. Jika sebelum nikah saja dia membuat ulah, maka papa tidak segan membatalkan rencana pernikahan kalian,” ucap Bastian memberi ultimatum.Christina mengangkat kepala dari lengan Bastian, lalu menatap sang papa yang bicara sangat serius.“Iya, Papa jangan cemas. Papa boleh melakukan apa pun jika Gio tidak menepati janjinya. Aku hanya butuh satu kesempatan, sisanya aku hanya akan
Christina sangat syok saat kaca pintu sampingnya dihantam tongkat hingga Gio melindungi, tapi untungnya kaca itu tidak sampai pecah.Gio begitu geram karena ada yang menyerang mereka. Saat lampu berwarna hijau dan pengendara motor tadi berusaha kabur, Gio langsung menginjak pedal gas untuk mengejar.Christina sampai syok, hingga berpegangan erat karena Gio mengemudikan mobil sangat kencang.Gio tidak akan melepas pemotor itu begitu saja, hingga mereka terlibat aksi kejar-kejaran apalagi Gio beberapa kali harus terhalang mobil lain.“Gio!” Christina benar-benar panik karena Gio mengemudi sangat kencang dan beberapa kali menghindari mobil lain sampai dirinya terhuyung ke kanan dan kiri.“Berpeganganlah, aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja,” ucap Gio tetap memacu mobilnya.Christina sampai memejamkan mata karena takut, berharap mereka selamat karena cara mengemudi Gio untuk mengejar para penjahat itu sangat menakutkan.Gio terus fokus ke pemotor yang masih terus berusaha k
Mia di rumah bersama Emily, mereka duduk di ruang keluarga sedang menonton kartun sesuai keinginan Emily. “Emi, lihat ini. Bajunya cantik, kan?” Mia memperlihatkan baju bayi perempuan yang tampak menggemaskan. “Iya, cantik.” Emily menatap foto yang diperlihatkan sang mertua. “Bagaimana kalau pesan dulu?” tanya Mia terlihat sangat antusias ingin menyiapkan segala sesuatu untuk calon cucunya. Emily menoleh Mia yang terlihat begitu bersemangat, tapi kemudian berkata, “Tapi belum tahu cewek apa cowok, Ma. Kalau anaknya cowok gimana?” Mia diam sambil berpikir, lalu berkata, “Iya juga. Tapi ini lucu banget.” Mia tetap menyukai baju itu meski belum tahu calon cucunya laki-laki atau perempuan. “Beli saja dulu, kalau nanti anakmu cowok, ya sudah ini buat anak keduamu. Siapa tahu cewek,” ujar Mia dengan entengnya. Emily tertawa mendengar ucapan Mia, mertuanya sungguh sangat antusias menanti calon bayinya. “Kamar bawah dekat tangga, mama berniat merenovasinya untuk anakmu nanti. Kira-kir
“Semoga pelakunya segera tertangkap, agar kita juga bisa menyiapkan pernikahan dengan tenang. Kalau begini kita tidak akan tenang, apalagi belum tahu siapa yang sebenarnya diincar,” ucap Mia ketika sore itu Gio pulang bersama Alaric.Gio menatap Mia yang begitu cemas, lalu mencoba menenangkan.“Bibi tenang saja, aku yakin polisi akan segera tahu siapa dalangnya. Apalagi ayahnya Christina juga ikut bertindak, aku yakin polisi tidak akan bekerja dengan lelet,” balas Gio.Alaric dan yang lain juga penasaran, kenapa tiba-tiba ada yang menyerang Gio dan Christina.“Apa kamu sedang berselisih dengan orang?” tanya Alaric memastikan untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang ingin mencelakai sepupunya itu.Gio menatap Alaric, hingga kemudian berkata, “Aku tidak sedang berselisih dengan siapa pun, jika tebakan Christina benar. Dalang dari kejadian yang menimpa kami, kemungkinan pria yang malam itu melecehkan Christina. Waktu acara pesta pembukaan hotel.”Alaric ingat acara itu. Dia tidak datang