Share

Lega Tak Lega

last update Last Updated: 2024-08-09 21:07:22

“Semalam kamu mau papa ajak bahas ini tidak mau, sekarang senyum-senyum?” Bastian memandang Christina yang sangat bahagis.

Christina melebarkan senyum mendengar sindiran sang papa. Dia lantas merangkul lengan Bastian sambil bergelayut manja.

“Ya, Papa soalnya maksa agar aku menjauhi Gio, padahal aku benar-benar serius ingin menjalin hubungan dengannya,” balas Christina.

Bastian menatap Christina yang sangat bahagia. Semudah itu membuat putrinya senang, tapi dia bersikukuh dengan sikap dan keputusannya yang malah membuat perselisihan di antara mereka.

“Meski Papa kasih restu, tapi papa akan terus mengawasi kalian. Jika sebelum nikah saja dia membuat ulah, maka papa tidak segan membatalkan rencana pernikahan kalian,” ucap Bastian memberi ultimatum.

Christina mengangkat kepala dari lengan Bastian, lalu menatap sang papa yang bicara sangat serius.

“Iya, Papa jangan cemas. Papa boleh melakukan apa pun jika Gio tidak menepati janjinya. Aku hanya butuh satu kesempatan, sisanya aku hanya akan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
aduh..duh..duh..sapa itu yang mukul kaca samping gio
goodnovel comment avatar
wardah
eh siapa lagi ini yg bikin ulah ,,,musuh gio apa yg pernah kurang ajar sama emi pas dipesta
goodnovel comment avatar
eva nindia
aduhh jgn la thor dksih konflik lagii hemm....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mengejar Pelaku

    Christina sangat syok saat kaca pintu sampingnya dihantam tongkat hingga Gio melindungi, tapi untungnya kaca itu tidak sampai pecah.Gio begitu geram karena ada yang menyerang mereka. Saat lampu berwarna hijau dan pengendara motor tadi berusaha kabur, Gio langsung menginjak pedal gas untuk mengejar.Christina sampai syok, hingga berpegangan erat karena Gio mengemudikan mobil sangat kencang.Gio tidak akan melepas pemotor itu begitu saja, hingga mereka terlibat aksi kejar-kejaran apalagi Gio beberapa kali harus terhalang mobil lain.“Gio!” Christina benar-benar panik karena Gio mengemudi sangat kencang dan beberapa kali menghindari mobil lain sampai dirinya terhuyung ke kanan dan kiri.“Berpeganganlah, aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja,” ucap Gio tetap memacu mobilnya.Christina sampai memejamkan mata karena takut, berharap mereka selamat karena cara mengemudi Gio untuk mengejar para penjahat itu sangat menakutkan.Gio terus fokus ke pemotor yang masih terus berusaha k

    Last Updated : 2024-08-10
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Kemungkinan Dalangnya

    Mia di rumah bersama Emily, mereka duduk di ruang keluarga sedang menonton kartun sesuai keinginan Emily. “Emi, lihat ini. Bajunya cantik, kan?” Mia memperlihatkan baju bayi perempuan yang tampak menggemaskan. “Iya, cantik.” Emily menatap foto yang diperlihatkan sang mertua. “Bagaimana kalau pesan dulu?” tanya Mia terlihat sangat antusias ingin menyiapkan segala sesuatu untuk calon cucunya. Emily menoleh Mia yang terlihat begitu bersemangat, tapi kemudian berkata, “Tapi belum tahu cewek apa cowok, Ma. Kalau anaknya cowok gimana?” Mia diam sambil berpikir, lalu berkata, “Iya juga. Tapi ini lucu banget.” Mia tetap menyukai baju itu meski belum tahu calon cucunya laki-laki atau perempuan. “Beli saja dulu, kalau nanti anakmu cowok, ya sudah ini buat anak keduamu. Siapa tahu cewek,” ujar Mia dengan entengnya. Emily tertawa mendengar ucapan Mia, mertuanya sungguh sangat antusias menanti calon bayinya. “Kamar bawah dekat tangga, mama berniat merenovasinya untuk anakmu nanti. Kira-kir

    Last Updated : 2024-08-10
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Masih Menunggu

    “Semoga pelakunya segera tertangkap, agar kita juga bisa menyiapkan pernikahan dengan tenang. Kalau begini kita tidak akan tenang, apalagi belum tahu siapa yang sebenarnya diincar,” ucap Mia ketika sore itu Gio pulang bersama Alaric.Gio menatap Mia yang begitu cemas, lalu mencoba menenangkan.“Bibi tenang saja, aku yakin polisi akan segera tahu siapa dalangnya. Apalagi ayahnya Christina juga ikut bertindak, aku yakin polisi tidak akan bekerja dengan lelet,” balas Gio.Alaric dan yang lain juga penasaran, kenapa tiba-tiba ada yang menyerang Gio dan Christina.“Apa kamu sedang berselisih dengan orang?” tanya Alaric memastikan untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang ingin mencelakai sepupunya itu.Gio menatap Alaric, hingga kemudian berkata, “Aku tidak sedang berselisih dengan siapa pun, jika tebakan Christina benar. Dalang dari kejadian yang menimpa kami, kemungkinan pria yang malam itu melecehkan Christina. Waktu acara pesta pembukaan hotel.”Alaric ingat acara itu. Dia tidak datang

    Last Updated : 2024-08-10
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Sudah Ditangkap

    Bastian dan Gio mendatangi sebuah perusahaan. Terlihat jelas Bastian tampak murka setelah mendapat kabar dari polisi. Bahkan staff yang melihat kedatangan Bastian ke sana juga terlihat terkejut sampai memandang pria itu. Saat sampai di salah satu ruangan, tanpa permisi Bastian membuka kasar pintu itu. Tak cukup hanya membuka kasar, Bastian berjalan cepat menghampiri pria yang duduk sambil menatap terkejut karena kedatangan Bastian. “Berani-beraninya kamu ingin mencelakai putriku!” Bastian mencengkram kerah kemeja pria itu, lalu melayangkan pukulan begitu keras ke wajah pria yang pernah melecehkan Christina. Gio sangat terkejut melihat calon mertuanya ternyata begitu ganas. Dia mencoba melerai agar sang mertua tak mendapat masalah jika terus menghajar pria itu. Pria yang dipukul Bastian terjatuh memegangi pipi yang panas, lantas memandang Bastian yang sedang ditarik mundur. “Apa kamu punya bukti, hah? Datang-datang membuat kericuhan, apa kamu pikir aku tidak bisa melaporkanmu?” Pri

    Last Updated : 2024-08-10
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Banyak Yang Menanti

    Waktu berlalu begitu cepat. Keluarga Gio dan Christina sibuk mengurusi persiapan pernikahan keduanya yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi.“Iya, Ma. Aku akan segera pulang setelah periksa,” ucap Emily saat Mia menghubunginya.Emily mengakhiri panggilan setelah bicara dengan Mia, lalu menoleh ke Alaric yang duduk di sampingnya.“Mama bilang apa?” tanya Alaric.“Gaun milikku untuk acara pernikahan Gio sudah datang. Mama minta cepetan pulang biar aku bisa cobain,” jawab Emily sambil memasukan ponsel ke tas.“Dasar Mama, periksa saja masih antri, diminta cepat pulang.” Alaric sampai geleng-geleng kepala.Emily tertawa mendengar ucapan Alaric, lalu membalas, “Mama sekarang sangat antusias dalam segala hal, apalagi nunggu baby kita.”Emily mengusap perutnya yang sekarang sudah besar karena menginjak usia tujuh bulan.“Nyonya Emily!” Perawat memanggil Emily u

    Last Updated : 2024-08-11
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ingat Saat Kecil

    “Tidak ketat, kan?” tanya Mia saat Emily baru saja selesai berganti pakaian mencoba gaun yang akan dipakai diacara pernikahan Gio dan Christina.Emily mencoba merasakan dulu apa nyaman atau tidak memakai gaun itu, sebelum kemudian menjawab, “Tidak, Ma. Ini pas dan nggak ketat juga.”Mia senang karena desainer yang membuat gaun mereka paham dengan kondisi Emily yang sedang hamil, hingga saat pengukuran gaun sebulan sebelum ini, desainer sudah bilang untuk memperbesar ukuran gaun berjaga-jaga ada perubahan pada tubuh Emily karena sedang hamil.“Syukurlah. Gaunnya juga sangat cantik, meski hamil tapi kamu terlihat anggun,” ucap Mia memuji penampilan Emily.Malam itu, Aruna dan Ansel ke sana untuk mengunjungi Emily sekalian membawa makanan yang diinginkan. Mereka makan malam bersama sehingga malam itu ruang makan terlihat ramai.“Apa persiapan untuk dekorasi pernikahannya sudah selesai semua?” tanya Aruna yang ikut ambil andil dalam persiapan pernikahan Gio.“Sudah. WO juga sudah mengabar

    Last Updated : 2024-08-11
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Pernikahan Gio

    Hari pernikahan Gio dan Christina akhirnya tiba. Ballroom hotel bintang lima itu sudah disulap menjadi tempat pesta yang sangat mewah oleh tim WO kepercayaan keluarga Byantara.“Kalian harus pastikan makanannya tidak pernah kekurangan sedetik pun. Andai stok di dapur habis atau belum bisa restok, langsung ganti dengan menu lain, yang penting meja tidak kosong,” ucap Aruna memberi instruksi ke pelayan yang ditugaskan untuk menjaga stand makanan dan minuman.“Baik, Bu.” Semua pelayan yang dibriefing menjawab bersamaan.Aruna menatap meja yang penuh dengan makanan berat, ringan, dan buah, lalu saat hendak mengecek ke meja lain, ternyata Emily berdiri di sampingnya.“Ada apa?” tanya Aruna saat melihat Emily memandang buang di meja.“Mi, boleh makan itu dulu, ga?” tanya Emily menunjuk ke semangka.“Makan saja, makan apa pun yang kamu mau,” jawab Aruna.Emily melebarkan senyum, lalu mengambil buah yang diinginkan.Di ruang pengantin. Gio sudah selesai bersiap-siap untuk prosesi pernikahan.“

    Last Updated : 2024-08-11
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Pria Asing

    Emily merasa lega karena sudah bisa memenuhi panggilan alamnya. Dia segera merapikan gaunnya lagi setelah cuci tangan, kemudian berjalan keluar dari toilet.Hingga saat dia sedang berjalan menuju ballroom, ada pria yang berdiri di jalan yang akan dilewatinya. Emily mengabaikan, lantas berjalan melewati pria itu.“Kamu Emily, kan?” tanya pria itu.Emily menghentikan langkah saat pria itu menyebut namanya. Dia lantas menoleh hingga saling berhadapan dengan pria itu.Emily memperhatikan pria yang berpenampilan formal dengan bulu halus di sekitar rahang pria itu. Dia merasa tak mengenal sama sekali pria yang ada di hadapannya.“Maaf, apa aku mengenalmu?” tanya Emily memastikan.Pria itu berjalan mendekat, membuat Emily mundur karena waspada, sampai-sampai Emily menyentuh perutnya.Pria itu sadar jika Emily waspada, membuatnya menghentikan langkah agar Emily tidak bertindak impulsif.“Apa kita bisa bicara secara pribadi? Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan,” ucap pria itu.Emily menaikkan

    Last Updated : 2024-08-11

Latest chapter

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status