“Apanya yang mau diceritakan dan didengar tentang sebuah keburukan?” Gio menoleh Christina yang terlihat antusias ingin mendengarkan.“Ada kalanya keburukan harus didengar agar tidak salah persepsi, serta dijadikan bahan pertimbangan,” balas Christina tetap berharap Gio mau bercerita.Gio menatap Christina yang masih menunggu, hingga dia mengembuskan napas kasar.“Kamu pasti hanya mendengar setengah cerita tentang keburukanku. Aku yakin, jika kamu tahu keseluruhan cerita, kamu pasti akan mulai cemas dan kabur,” ucap Gio lalu tersenyum getir.“Kamu terlalu pesimis,” balas Christina.Gio melihat Christina yang terlihat kesal, lalu akhirnya berkata, “Seperti yang wanita tadi katakan, pernikahanku gagal karena ada wanita lain datang mengaku hamil anakku, tapi aku malah bersyukur karena tidak jadi nikah.”“Kenapa bersyukur?” tanya Christina penasaran.Gio menoleh lagi ke Christina lalu menjawab, “Karena mereka yang mengaku hamil anakku, ternyata tidak hamil anakku. Bukankah bagus aku tidak
Gio sudah sampai di rumah, baru sadar jika jasnya tadi masih dipakai Christina. Dia agak cemas jika Christina terkena masalah karena memakai jas pria, hingga Gio berniat menghubungi untuk bertanya kabar wanita itu.Namun, saat akan mendial nomor Christina, Gio ragu karena bingung.“Bagaimana kalau dia disidang karena membawa jas pria?”Gio mencemaskan Christina, tapi takut kalau menghubungi di saat yang tidak tepat.Gio hanya menatap sambil berpikir apakah harus menghubungi Christina, hingga saat dirinya sedang bingung, tiba-tiba Christina menghubungi membuatnya secara spontan menjawab panggilan itu.“Bagaimana kondisimu?” Gio langsung bertanya padahal Christina belum menjawab.Di rumah Christina. Wanita itu terkejut karena Gio langsung bertanya kondisinya. Dia tersenyum senang karena pria itu berinisiatif bertanya lebih dulu.“Sudah lumayan baik,” ucap Christina sambil duduk memangku bantal di ranjang.Christina mendengar suara helaan napas dari seberang panggilan.“Jasmu aku kembali
Christina diam memandang paper bag berisi jas milik Gio. Dia benar-benar kesal dengan ucapan sang papa yang melarangnya dekat dengan Gio.“Apa ini alasan Gio bersikap dingin? Dia takut dipandang sebelah mata dengan pemikiran orang tanpa fakta darinya?”Tiba-tiba pemikiran itu muncul di kepala, hingga membuat Christina semakin tak bisa jika harus menjauhi Gio. Christina berdiri ingin pergi mengantar jas Gio, tapi tiba-tiba ponselnya berdering lebih dulu, ada pesan dari Gio[Bagaimana kakimu?]Christina terkejut dan merasa seperti mimpi melihat pesan dari Gio. Dia buru-buru membalas pesan itu.[Sudah lebih baik. Tidak sesakit semalam.]Christina mengirim pesan balasan itu, lalu diam menunggu Gio membalas tapi tak kunjung membalas.“Padahal online dan sudah dibaca, tapi kenapa tidak membalas lagi?”Christina menunggu sambil cemberut, hingga akhirnya Gio kembali mengirim pesan.[Baguslah.]Satu kata tapi bisa membuat Christina senang dan tenang.[Kamu di kantor? Aku mau mengantar jasmu.]
Gio cukup terkejut mendengar ucapan Christina, bahkan menatap sambil menelaah maksud ucapan wanita itu.“Menjalin hubungan? Maksudmu teman?”Christina yang sekarang terkejut karena Gio tidak paham dengan maksud ucapannya. Agak geram karena pria itu selalu saja tidak peka.“Bukan teman, tapi kekasihmu. Sesulit itukah memahami maksud ucapanku? Atau kamu memang berpura tak peka?” Christina bicara dengan nada kesal.Gio diam menatap Christina yang marah, lalu kemudian bertanya, “Kenapa kamu mau jadi kekasihku, sedangkan kamu tahu seburuk apa masa laluku?”“Aku menyukaimu yang sekarang, bukan menyukaimu yang dulu. Apa salahnya jika berusaha? Lagi pula, sebelum dan sesudah aku tahu seperti apa dirimu, aku sudah menyukaimu,” balas Christina tanpa rasa ragu lagi.“Apa kamu benar-benar tidak akan kecewa atau menyesal karena memiliki hubungan dengan pria sepertiku? Kamu tahu, mungkin saja di luar sana akan ada yang menggunjingmu,” ucap Gio memastikan sekali mencoba membuat Christina mundur denga
“Kamu bertengkar lagi dengan Chris?” Nana langsung melempar pertanyaan begitu Bastian pulang.Bastian menoleh Nana, lalu bertanya, “Apa Chris mengatakan sesuatu?”“Tidak,” jawab Nana, “tapi dia izin tidur di rumah Kak Nanda. Kalau bukan karena ada masalah denganmu, dia tidak akan menginap di sana. Kamu tahu betul bagaimana sifatnya, apa perlu kamu tanya setelah tadi pagi berdebat?”Nana tak senang jika Bastian terlalu keras ke Christina karena tahu betul bagaimana sifat keduanya.Bastian hanya diam sambil melepas dasi dan jasnya sehingga membuat Nana kesal.“Kalian berdebat masalah pria itu lagi?” tanya Nana tapi Bastian masih tak menjawab.“Apa salahnya kalau hanya dekat? Lagi pula pria itu juga menolong putrimu, bukan mencelakainya,” ucap Nana lagi karena Bastian tak bicara.Bastian akhirnya menoleh ke Nana, lalu membalas, “Pria itu punya kelakuan buruk, aku hanya tak ingin Christina bergaul dengan pria seperti itu.”“Sudah, jangan membahas hal itu lagi. Jika Christina memang mau me
“Baru pulang?” tanya Emily ketika melihat Gio datang.Gio tersenyum sambil mengangguk, lalu duduk di samping Emily yang sedang makan buah seperti biasa.“Al belum pulang?” tanya Gio lalu tanpa permisi mengambil potongan buah milik Emily tanpa izin seperti biasa.“Belum, dia bilang mengecek ke lokasi proyek dulu sebelum pulang,” jawab Emily sekarang sudah terbiasa dengan sikap Gio yang asal mengambil makanan miliknya.Gio hanya mengangguk-angguk dengan masih terus ikut makan buah milik Emily.Emily menatap Gio yang terlihat agak berbeda, membuatnya penasaran hingga terus memperhatikan.“Apa ada kabar bagus hari ini?” tanya Emily masih menatap Gio.Gio menoleh Emily lalu mengedikkan kedua bahu. “Kabar bagus apa?”“Entah, soalnya aku lihat kamu seperti sangat bahagia sekali hari ini,” ujar Emily masih memperhatikan Gio.Gio menoleh Emily lagi sambil berhenti mengunyah buah yang ada di mulut, lalu membalas, “Sepertinya biasa saja. Bukankah sudah biasa sikapku begini saat di rumah.”Emily
“Apa ada masalah dengan hal itu?” tanya Gio tanpa membuat pembelaan kalau Christina yang mendekatiny bukan sebaliknya.Bastian menghela napas kasar mendengar pertanyaan Gio, lalu menjawab, “Aku hanya ingin menekankan saja. Aku tidak suka kamu dekat dengan putriku.”Gio hanya diam mendengar jawaban Bastian. Dia tidak melakukan pembelaan sama sekali hanya karena menghormati pria itu.“Aku tidak suka basa-basi. Jika aku berkata jauhi putriku, maka lakukanlah. Pria sepertimu tak perlu menunggu diancam agar paham, bukan? Masih banyak wanita yang bisa kamu ajak bermain, tapi bukan putriku.”Setelah mengatakan itu Bastian berdiri lalu meninggalkan Gio.Gio masih diam mencerna semua ucapan pria itu tanpa pembelaan atau sanggahan sama sekali.**Saat sore hari. Christina pulang ke rumah tapi hanya untuk mengambil beberapa barangnya. Dia pulang sebelum ayahnya kembali agar tidak perlu berdebat dengan sang ayah.“Chris, kamu mau ke mana lagi?” tanya Nana keheranan karena Christina masuk kamar be
“Kenapa harus pergi dari rumah?” tanya Gio sambil menatap Christina yang menemuinya. “Ya, karena ....” Christina belum menceritakan soal ayahnya yang melarang dirinya dekat dengan Gio. Gio juga tak menceritakan soal Bastian yang memintanya menjauhi Christina. Dia hanya tak ingin ada masalah di antara Bastian dan Christina. “Karena apa?” tanya Gio menuntut penjelasan. “Ya, karena aku mau mandiri saja. Aku akan tinggal di apartemen,” jawab Christina meyakinkan. Gio menatap Christina yang tersenyum canggung, lalu bertanya, “Apa sebelumnya kamu pernah tinggal sendiri?” Christina ingin berbohong, tapi saat melihat tatapan Gio membuatnya urung berbohong. “Tidak, dulu saat di Amerika tinggal di rumah keluarga.” “Lalu, apa benar alasanmu ingin tinggal di apartemen hanya karena ingin mandiri saja?” tanya Gio seolah menuntut kejujuran Christina. Christina ingin menjawab tapi urung. Dia tampak berpikir sejenak, hingga kemudian membalas, “Sebenarnya Papa tidak suka kalau aku dekat denganmu