Share

Poligami Menjadi Solusi

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-22 15:23:30
"Kalau kamu nggak nyaman untuk cerita, nggak usah dijawab nggak apa-apa kok, Han."

Tapi rasanya, aku lelah menanggung masalah ini sendirian selama ini. Ingin sekali bercerita pada satu orang saja setidaknya untuk mendengar kebenaran itu versiku. Juga untuk mendengar kritik dan saran dari orang lain tentang masa laluku agar tidak kembali mengulanginya.

"Wanita kemarin itu, dia adalah ... istri kekasih saya, Pak."

Kedua alis Pak Akhtara terangkat dengan mata menatapku lekat.

"Kekasihmu, Han?"

Kepalaku mengangguk tegas, "Itu dulu, Pak. Sekarang kami udah putus."

"Oh ... "

Lalu kepala Pak Akhtara mengangguk pelan dengan memalingkan tatapan.

"Maaf ya, Han, apa saya boleh tanya lagi?"

"Boleh, Pak. Sekalian saya ingin berbagi masalah ini untuk pertama kali. Nyesek rasanya kalau dipendam sendiri."

"Dia pelangganmu? Atau ... gimana?"

Aku mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Sembari menggali memori lamaku tentang pertemuan kami.

"Kami ketemu di aplikasi ken
Juniarth

enjoy reading ...

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
bener2 gila terobsesi sabrina nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Katakan Kalau Kamu Cinta Mati Padaku

    “Bisa gawat kan, Pak, kalau Sabrina kemari lalu bilang-bilang sama orang kantor yang tidak-tidak. Misal nih dia iseng bertanya, apa sih jabatan istri Bapak. Kan sekantor bisa heboh kalau ada yang tahu Bapak udah nikah tapi nggak pernah ada undangan.” “Benar juga kamu, Han.” “Nah itu lah, Pak. Jangan sampai dia nemuin resepsionis kantor lalu tanya yang tidak-tidak tentang Bapak dan saya. Atau pernikahan kontrak kita terbongkar dan itu justru bikin kita malu sejadi-jadinya. Saya tidak siap dihujat, Pak. Juga tidak siap kehilangan pekerjaan dari kantor ini.” "Nanti sore Sabrina akan saya atasi." "Begitu lebih baik, Pak." "Tapi ... nanti sore kamu bisa kan nemenin saya nemuin Sabrina?" Aku mengerjapkan mata berulang dengan ponsel masih menempel di telinga. "Kenapa saya juga ikut, Pak?" *** Kunjungan kerja yang dimaksud Pak Akhtara ternyata bukan berasal dari perusahaan kacangan. Melainkan dari salah satu perusahaan manufaktur besar yang akan menjalin kerja sama dengan perusahaan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Selakanganmu

    Lidahku terasa kelu untuk melanjutkan ucapan hingga akhirnya Pak Akhtara memarkir mobilnya di parkiran sebuah rumah makan tempatnya memiliki janji bertemu dengan Sabrina. "Kamu kenapa memangnya, Han?" tanya beliau lagi setelah menarik tuas rem mobil. Aku menatap Pak Akhtara takut-takut dengan melipat bibir ke dalam. "Jihan, saya tanya kenapa? Itu artinya saya butuh jawaban. Bukan lihatin kamu bungkam kayak gini." Ini benar-benar membuatku dilema. Pasalnya permintaan Pak Akhtara agar aku berakting seolah sangat mencintainya berbeda tiga ratus enam puluh derajat dengan kenyataan yang pernah kukatakan pada Sabrina. Bagaimana ini? Usai mengatakan apa yang pernah kukatakan pada Sabrina beberapa waktu yang lalu pada Pak Akhtara, kepalaku hanya menunduk takut. Sedang beliau menghela nafas panjang dengan tangan menyugar rambut dan ekspresi tidak tahu harus bagaimana. "Maaf, Pak. Saya bilang gitu soalnya nggak betah dikatain pelakor. Nggak Sabrina, nggak istri mantan pacar saya dulu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Sekali Jalan Sejuta. Mau?

    "Kamu ---- " "Intinya gini, Sab. Jangan ganggu su-a-mi-ku! Paham?! Sekali lagi aku tegasin! Jangan ganggu su-a-mi-ku! Bagiku apapun Mas Akhtara adalah segalanya untukku. Aku nggak peduli sama masa lalunya sama sekali. Ngerti kamu?!" Potongku cepat. Lalu Sabrina menggebrak meja dan kembali menunjukku. "Harusnya Akhtara itu nikahin aku! Bukan kamu! Kamu itu cuma pelakor! Bisanya ngambil laki-laki milik perempuan lain aja! Apa kamu nggak punya hati?! Kita ini sesama perempuan!" Teriakan Sabrina menggema di rumah makan dengan air mata yang membasahi pipi. Sedang pengunjung mulai menatap perdebatan tidak tahu malu kami. Lebih tepatnya aku mulai tersudut dan dianggap sebagai perempuan yang seharusnya paling bertanggung jawab atas perpisahannya dengan Pak Akhtara. Astaga naga!!!! Aku ini hanya istri kontrak! Tapi kini harus berperan seperti istri sungguhan untuk mempertahankan suaminya! Sumpah! Sepulang dari rumah makan ini, jika aku bisa membuat serangan berbalik mengenai Sabrina,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Untuk Malam Ini Saja

    Usai menata baju-bajuku ke dalam lemari setelah disetrika oleh Bik Wati, ponselku kembali berdering. Aku segera memiringkan badan karena kebetulan ponsel berada di atas ranjang yang bersebelahan dengan lemari. "Rara?" gumamku setelah melihat siapa nama penelfonnya. Buru-buru aku segera menggeser tombol hijau ke atas dan menempelkan ponsel ke telinga. "Ya, Ra?" "Gimana, Han? Udah ada jawaban belum?" Aku menepuk jidat karena sedari tadi sibuk dengan urusan kamar dan lemari pakaian. "Sejam lagi gue kasih jawaban, ya?" "Lama bener sih?" Lagipula, aku tidak harus mengatakan pada Rara bukan jika aku dan Pak Akhtara memiliki perjanjian pra nikah yang melarangku untuk kembali menggeluti pekerjaan sampingan sebagai pacar sewaan selama menjadi istri kontraknya. Alasannya sederhana, aku tidak mau mengumbar masalah pribadiku dan Pak Akhtara pada siapapun. Ini privasi kami dan pak Akhtara pasti sependapat denganku. "I ... itu ... dari tadi gue sibuk beres-beres kamar." "Bukannya Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Jangan-Jangan ... Kamu Hamil?

    Belum sempat sarapan dan Pak Akhtara mengemudi layaknya orang kesetanan! Aku melirik jarum speedometer mobil sedannya ini hampir mendekati kecepatan delapan puluh kilometer per jam. Gila! Ini kencang sekali. "Pak, pelan, Pak!"Berkali-kali Pak Akhtara membunyikan klakson agar kendaraan yang berada di depan bersedia menepi dan memberi jalan. Terus seperti itu hingga aku merasa ketakutan saat beliau hampir saja menyenggol pengendara roda dua yang tetap menyebrang padahal Pak Akhtara sudah membunyikan klakson panjang."Astaga, Pak! Jantung saya lepas!" Aku memekik takut sambil mengusap dada berkali-kali.Tapi Pak Akhtara tetap melajukan mobilnya secepat yang beliau mampu tanpa mempedulikan protes yang kulayangkan. "Pak, saya masih pengen hidup! Saya ini anak tunggal dan punya dua orang tua yang masih pengen saya bahagiakan!" Pekikku. Begitu memasuki kluster perumahan super elite dengan satpam yang meminta pass code, beliau mulai mengurangi kecepatan hingga tiba di depan sebuah rumah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Disuapi Lalu Dicium Sayang

    "Masih mual, Han?" tanya Mamanya Pak Akhtara. Kami berempat sedang menikmati sarapan setengah siang di rumah kedua orang tua Pak Akhtara. Sajian menu yang ada di meja makan ini luar biasa enak sekali. Karena mualku tadi hanya karena takut dengan gaya mengemudi Pak Akhtara yang ugal-ugalan, jadi tidak ada penolakan sama sekali dari perutku ketika dihadapkan pada menu makanan super lezat ini. "Enggak kok, Ma," ucapku dengan seulas senyum tipis usai menelah sup bola- bola daging. "Syukurlah." Mama dan Papanya Pak Akhtara saling tersenyum karena menganggap aku tengah hamil anaknya Pak Akhtara. Padahal tidak demikian. "Ma, Pa, kita jalan-jalan yuk? Mumpung akhir pekan?" ucap Pak Akhtara. "Jalan-jalan kemana, Tar? Bukannya hamil muda itu mending istirahat aja ya?" Mamanya berucap. Lalu kaki Pak Akhtara menyenggol kakiku. Sadar dengan kode ini, aku pun berdehem pelan sebelum berkata ... "Aku tadi sebenarnya pengen kita jalan-jalan bareng, Ma, Pa. Bosan di rumah aja. Gimana?" "

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Haus Harta

    "Masih mau disuapi lagi?" Bisik Pak Akhtara. Kukira beliau akan mencium pipiku seperti keinginan Mamanya. Ternyata beliau pura-pura seakan menciumku padahal hanya berbisik. Ah ... syukurlah. Setidaknya pipiku tidak terkena stempel dari bibirnya. Kepalaku lantas menggeleng pelan dan melirik keluarganya yang mulai melunak menatap Pak Akhtara. Tidak seterkejut tadi saat beliau membentak Mamanya dan menaruh mangkuk berisi salad dengan kasar di meja. "Kalau gitu, ayo keluar bentar. Ngurusin Sabrina." Bisiknya lagi kemudian menarik diri. Aku berpura-pura memasang wajah tersenyum bahagia lalu berkata di hadapan keluarga besar Pak Akhtara. "Ma, Pa, maaf kalau sikap Mas Tara agak kasar tadi. Soalnya kami nggak pernah mengumbar kemesraan di depan orang lain. Kami lebih suka nunjukin rasa kasih sayang itu kalau di rumah. Tolong maafin Mas Tara ya, Ma?" ucapku dengan menatap Mamanya Pak Akhtara. Beliau mengangguk lalu menatap Pak Akhtara, "Mama nggak tahu, Tar. Maaf." "Mama nggak per

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Salah Pernah Jatuh Hati Padamu

    "Kamu merasa kayak di atas awan karena udah jadi istri dan hamil anaknya Akhtara. Iya, kan?!" Tanya Sabrina. "Mari kita bicara sebagai sesama perempuan aja. Tanpa menyangkutpautkan Mas Akhtara dalam hal ini." "Tahu apa kamu tentang hidupku, heh?! Berani nyuruh aku ngomongin semua masalahku ke kamu," ucapnya kembali dengan emosi yang tertahan sambil menunjuk wajahku. Lalu aku menatap Sabrina lekat dengan menumpukan kedua siku tangan di atas meja. Biar saja dia bisa puas menunjuk-nunjuk wajahku. "Di sini aku nawarin jalur damai. Bukan jalur perang terus terusan. Dan sekali lagi aku tegasin, apa yang jadi curahan hatimu siang ini, akan jadi rahasia kami. Poin plusnya, kami akan bantu sebisa kami nyeleseiin masalahmu." "Kurang baik yang gimana lagi kami ke kamu, Sab? Minta kamu mundur tapi masih bantuin kamu." "Kecuali kamu nggak mau nerima niat baik kami lalu tetap berjuang tanpa arah kayak gini. Anakmu itu butuh sosok orang tua yang menyayangi dia bukan yang menelantarkan. Karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28

Bab terbaru

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Bahagia Selamanya

    POV AKHTARA Satu tahun kemudian ... "Selamat, Pak. Bayinya lahir sehat. Perempuan."Aku yang sedang menemani Jihan melahirkan secara sesar itu pun tidak kuasa menahan haru dan bahagia karena kami dipercaya Tuhan untuk merawat cipataan-Nya yang sangat lucu dan menggemaskan.Adiknya Akhtira. Setelah suster membersihkan putri kami tercinta, aku segera menggendongnya. Lalu melafadzkan suara adzan di telinganya. Dengan mata berkaca-kaca, aku mencium pipinya penuh cinta. Lalu memberikannya pada Jihan yang masih terbaring di atas meja operasi. "Mau Ayah kasih nama siapa?""Aksara Badsah Ubaid."Kemudian Jihan terlihat sedikit memanyunkan bibir."Aku yang hamil susah payah, tapi nama kedua anakku mirip Ayah semua." Protesnya. "Ya udah saya ganti.""Diganti apa?""Aksara Febriana Ubaid."Jihan menganggukkan kepala setuju dengan melakukan skin ship bersama putri kami. "Namanya kelihatan ada ceweknya. Kalau yang pertama kayak laki-laki, Yah.""Apapun yang kamu mau, Sayang."Kemudian aku da

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Janji Tak Akan Berpisah Lagi

    POV AKHTARARumah megahku yang berada di Bogor terasa begitu sepi, dingin, dan mati. Tidak ada suara tawa atau celotehan Akhtira.Dulu aku mendiami rumah ini hanya untuk menaruh lelap, berganti pakaian, dan berpesta dengan rekan-rekan bisnis. Bukan sebagai tempat untuk melepas kepenatan atau mendulang kebahagiaan.“Dulu saya suka pulang ke rumah ini karena ada kamu, Han,” ucapku.Sambil bergelung dengan satu selimut yang sama dengan Jihan. Di kamar yang ia tempati dulu.“Gombal. Nyatanya Bapak juga masih keluar sama Merissa padahal ada saya di rumah.”Kemudian aku membawanya dalam pelukan hingga kulit kami saling bersentuhan.“Saya nemenin Merissa belanja doang. Dan sengaja pulang agak malam biar kamu cemburu.”Tangan Jihan kemudian memukul dadaku.“Jahat!”Aku tersenyum lalu mencium kening dan memeluknya.“Saya jahat sama kamu dan jahat sama diri saya sendiri. Saya pengen cepat pulang, ketemu kamu, lalu mendapatkan hak saya. Tapi saya sengaja ngulur-ngulur waktu biar kamu cemburu. Soa

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Ingin Kamu Padahal Masih Sore

    POV AKHTARA“Pa, aku sama Ayahnya Tira mau ke Bogor,” ucap Jihan ketika kami semua duduk di kursi meja makan.“Ngapain ke Bogor?!” Tanya Papanya Jihan ketus.Jihan yang sedang menyuapi Akhtira kemudian menatapku yang duduk di sebelah putraku itu.Kemudian Papanya Jihan langsung menatapku dengan ekspresi tidak suka.“Mau merencanakan apa lagi kamu, Akhtara?! Nggak usah bawa-bawa Jihan pergi jauh dari kami! Kami nggak percaya sama kamu!”Inilah alasan kuat mengapa Jihan dan Akhtira tidak diperbolehkan untuk tinggal seatap saja denganku. Mereka berpikir jika aku masihlah jahat seperti dulu. Dan sudah pasti aku harus sabar dan kuat menghadapi sikap mereka.“Aku khawatir kamu udah bikin rencana di Bogor lalu Jihan sama Tira nggak pulang-pulang! Kalau kamu mau ke Bogor, pergi aja sendiri sana!”“Meski Jihan udah kembali jadi hakmu, tapi aku sebagai Papanya nggak mau kejadian buruk itu kembali terulang!”Usai menelan makanan, aku menatap Papanya Jihan, mertuaku.Aku menyadari mengapa amarah b

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Saya Kangen Dia

    POV AKHTARA Dengan jarak sedekat ini sambil menatap wajah cantik Jihan, aku benar-benar terlena. Wanita yang ada di hadapanku saat ini telah resmi menjadi istriku, pendamping hidupku. Tidak ada kata terlarang untuk menyentuh wajahnya dengan kedua tanganku. Bahkan aku dihalalkan untuk menyentuhnya lebih dari ini. Andai tidak lupa akan janjiku untuk membuatnya nyaman terlebih dahulu, mungkin aku bisa memilikinya saat ini juga.Kemudian aku menurunkan kedua tangan dari wajahnya lalu berdiri dari bersimpu dan mundur dua langkah. Sungguh, berdekatan dengan Jihan membuat naluriku sebagai seorang pria tergugah sepenuhnya.Kini aku benar-benar tahu mengapa saat bersama Merissa, aku tidak pernah sukses menjadi pria sejati. Jawabannya sudah pasti karena aku tidak mencintai dia sama sekali dan hatiku benar-benar menginginkan Jihan seorang. "Kenapa, Pak?" Aku menggeleng sembari tersenyum. "Saya cuma mau kamu nyaman dulu, Han. Saya takut kalau nggak menjaga sikap, justru kamu yang terpaksa."

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Apakah Secepat Ini?

    POV AKHTARA Usiaku hampir menyentuh angka empat puluh lima tahun. Sedang Jihan masih berusia tiga puluh tahun. Perbedaan usia kami membuat ia lebih cocok menjadi keponakanku. Dan sebagai pria yang sudah berumur, siapa yang tidak senang jika memiliki istri yang masih muda, cantik, dan solehah?Inilah yang disebut dengan perhiasan dunia. Apalagi dia telah melahirkan keturunanku yang sehat dan tampan, Akhtira."Khilaf?" Tanya Jihan keheranan.Dengan bersedekap sambil menyandarkan punggung pada pintu kamar hotel yang kami tempati, aku fokus menikmati wajah cantik Jihan yang penuh dengan riasan pengantin dari kejauhan.Sungguh cantik!Lalu aku mengangguk sekilas. "Maksudnya?""Kalau kemarin saya cuma bisa mencintai kamu tanpa bisa memiliki, maka berbeda dengan sekarang. Saya boleh mencintai kamu sedalam apapun karena kamu resmi hanya akan menjadi milik saya aja, Han."Jihan nampak sedikit salah tingkah dengan ucapanku lalu dia membuang muka. Imut dan menggemaskan sekali.Andai aku tidak

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Jangan Lepaskan Jihan Lagi

    POV AKHTARA Aku sudah tidak merasa asing lagi dengan sebutan 'perjanjian pra nikah'. Karena ketika aku akan menikahi Jihan untuk kedua kalinya dan memberinya madu dengan menikahi Merissa, aku menggunakan perjanjian pra nikah dengan alasan untuk melindungi harta bendaku. Saat itu, aku mencampuradukkan hal yang disebut cinta dan sayang dengan racun bernama dendam. Hingga aku menganggap Jihan dan Merissa adalah sama-sama perempuan yang harus kuwaspadai mana kala akan mengeruk hartaku semata.Tapi ternyata, aku keliru besar. Karena saat menikahi Jihan untuk kedua kalinya, dia benar-benar sudah berubah. Hanya aku saja yang tidak menyadari. Hingga tega menduakannya dengan Merissa. "Aku restui niat baikmu kembali menikahi Jihan untuk ketiga kalinya, Akhtara."Aku langsung tersenyum lega dengan perasaan bahagia tiada terkira mendengar ucapan Papanya Jihan. Meski beliau mengatakannya dengan ekspresi yang datar dan acuh. "Agama cuma ngasih kamu batas menikahi Jihan hanya tiga kali. Dan jang

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Mari Berdamai

    POV AKHTARA Satu unit motor untuk kaum lelaki baru saja kubayar lunas. Dan kini motor itu tengah dinaikkan ke mobil pick up menuju alamat Farhan. "Apa Farhan mau menerimanya, Pak?" Tanya Faris yang duduk di sebelahku."Saya nggak peduli dia mau menerima hadiah dari saya atau nggak, Ris. Karena saya berniat memberikan hadiah itu sebagai ucapan terima kasih ia pernah berjasa dalam kehidupan Jihan dan Akhtira. Saya nggak mau jadi orang yang nggak tahu terima kasih."Kami duduk bersebelahan dengan menatap proses motor seharga lima puluh juta itu akhirnya berhasil dinaikkan ke atas bak mobil. Segala kelengkapannya kuserahkan pada pihak penjual motor. "Kamu urus sisanya ya, Ris. Saya mau ketemu Tira."Kemudian aku menyetir mobil dan sengaja singgah sebentar ke salah satu mall untuk mengunjungi salah satu gerai yang menjual mainan. Apalagi jika bukan untuk membelikan Tira mainan baru. Putraku itu ternyata tidak mudah untuk didekati. Dan sepertinya aku harus membelikan mainan yang sangat m

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kesempatan Terakhir

    POV AKHTARA Sepasang tiket VIP dari biro perjalanan ke tanah suci sudah siap di tangan. "Apa kamu yakin ini adalah cara terbaik bikin kedua orang tua Jihan mau merestui hubungan saya sama Jihan, Ris?" Tanyaku."Kita coba saja dulu, Pak. Kalau Bapak ngasih harta atau rumah baru, belum tentu orang tua Bu Jihan luluh. Justru marah yang iya. Tapi kalau hadiah sepaket perjalanan ke tanah suci, saya rasa itu adalah hadiah terbaik sepanjang masa."Apa yang dikatakan Faris ada benarnya. "Oke. Saya akan hubungi Jihan kalau nanti malam mau bertamu ke rumahnya.""Semoga semuanya lancar, Pak."Hampir satu minggu ini aku dan Faris berpikir tentang hadiah terbaik untuk kedua orang tua Jihan agar sudi menerimaku lagi. Dan pilihan kami jatuh pada tanah suci. Dan selama satu minggu itu pula, aku selalu memikirkan Jihan dan Akhtira. Apakah Jihan mendapat omongan yang tidak mengenakkan dari kedua orang tuanya karena memilihku?Ataukah semuanya baik-baik saja tidak seperti dugaanku?Sebab, satu minggu

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Beri Saya Maaf

    POV AKHTARA“Maaf katamu?” Tanya Farhan dengan suara sinis.“Waktu Jihan merawat Akhtira sendirian, dihina orang lain perempuan nggak benar karena melahirkan tanpa suami, lalu Akhtira dihina anak haram, siapa yang jadi tameng untuk mereka heh?!”Aku tidak menjawab dan hanya menatap Farhan. Membiarkan dia menyelesaikan ucapannya. “Aku!” Dia menepuk dadanya dengan wajah benar-benar kesal.“Bukan kamu! Yang tiba-tiba datang ngambil semua yang aku usahakan!” ucapnya dengan menunjuk dadaku.“Kamu memang ayah kandung Akhtira, tapi aku yang lebih banyak berjasa ke mereka! Aku menyayangi mereka itu tulus!”“Dan Jihan nggak mungkin berpaling kalau bukan karena kamu pakai acara pura-pura mau mati! Biar apa, heh?! Dapat simpati Jihan dengan cara pintas? Iya?!”Kepalaku menggeleng dengan menatap Farhan yang begitu kecewa dan sakit hati.“Munafik!”“Saya nggak perlu menjelaskannya ke kamu karena saya tahu kamu nggak butuh itu, Far.”Tanpa berkata lagi, Farhan kemudian menaiki motornya dengan ekspr

DMCA.com Protection Status