“Hei!" Queen tersentak dari lamunannya, ketika seorang pria berjas datang menghampiri dengan menjentikkan jari tepat di depan wajahnya yang sedang mojok sambil memegang nampan.
“Eh, iya Tuan?!" Queen mengerjapkan mata. Ia menelan ludah kasar melihat sosok tampan di depannya. Kulit bersih dan rahang tegas dengan potongan rambut rapih membuatnya terkesima. Aura orang kaya memang beda! Ini pertama kalinya Ia berhadapan langsung dengan orang kaya.
“Saya ada tugas buat kamu!"
“Tu-tugas a-apa ya, Tuan?" tanya Queen canggung.
“Gak berat kok, nanti saya kasih tip!"
Mendadak jantung Queen berdetak lebih cepat saat orang kaya itu mendekatkan wajah ke telinganya, hendak membisikkan sesuatu.
Queen menelan ludah kasar, perlahan ia mendekatkan telinga pada laki-laki yang disebutnya Tuan muda itu.
Pria itu sudah bersiap membisikkan sesuatu padanya.
“Kita bicara di luar!"
Tubuh Queen yang tadi kaku mendadak lemas walau perasaannya jadi lebih lega karena sempat menduga pemuda kaya itu akan mengatakan sesuatu.
Queen masih melongo menatap pemuda itu yang perlahan mulai membalik tubuh dan bersiap melangkah, tapi Queen yang masih terpaku tanpa bergerak sedikitpun membuatnya kembali berbalik.
“Ayo!" ajaknya dengan menganggukkan kepala.
“Kita bicara di luar!"
Dalam keadaan terpaku dan jantung yang terus berpacu Queen tetap berusaha fokus, ia mengikuti langkah pemuda kaya dan tampan itu dengan penuh tanya. Sebenarnya ada urusan apa sampai orang kaya sepertinya ingin bicara dengannya, apalagi bisa dipastikan ini bukan hal biasa karena sampai harus bicara empat mata seperti ini.
Langkah ragu Queen terus mengikuti kemana langkah pria itu, mereka berjalan di pelataran taman dan menuju arah depan, melewati lobby, teras dan sampai di halaman hotel yang luas.
Jantung Queen kembali berdegup, pemuda kaya itu mengajaknya berbica di sudut halaman yang terdapat tanaman hias yang hijau. Dari sana ia juga bisa melihat kendaraan berlalu-lalang di jalan.
Pemuda kaya yang tidak Queen ketahui namanya itu menoleh ke kiri dan kanan, seakan memastikan keadaan sekitar.
“Kamu lihat orang dalam foto ini?" tanyanya setelah mengeluarkan smartphone canggih yang sudah dipastikan harganya bisa untuk mencash motor.
Queen mengangguk, Ia masih belum mengerti apa tujuan orang ini menujukkan foto seseorang yang juga tak kalah tampannya dengan dirinya.
Pemuda itu kembali menatap Queen dengan serius, membuat gadis yang merasa dirinya seperti serpihan debu itu hanya bisa menelan ludah kasar.
“Tugasnya gampang!"
Kening Queen makin mengkerut.
“Berikan dia minuman yang sudah saya beri obat tidur!"
“Apa?" sontak Queen menutup mulutnya dengan kepala menggeleng.
“Nga--ngasih obat tidur?" tanyanya memastikan, kali ini dengan ekpresi terkejut.
Namun, anggukan pemuda itu membuat gadis yang baru akan menginjak usia 23 tahun bulan depan itu kembali menutup mulut tak percaya.
“Saya akan bayar kamu!" pemuda itu berusaha menenangkan Queen yang panik.
“Berapapun yang kamu mau, saya bisa kasih!"
“Asal kamu bisa lakuin apa yang saya katakan tadi!" lanjutnya setelah sempat terdiam dan menatap Queen, berusaha membujuk.
Melihat Queen yang masih diam, laki-laki itu kembali berusaha melakukan penawaran dan terus membujuk. Seakan keinginannya itu tak boleh gagal. Ambisi yang terpancar dari sorot matanya nampak besar dan menggebu. Entah apa tujuannya, Queen sama sekali tak tahu.
“Cuma nganter doang kok, abis itu beres!"
Queen masih terpaku, ia sama sekali tak bergeming. Lebih tepatnya karena tubuhnya mendadak beku mendapat tawaran seperti ini.
“Nganter minuman yang sudah diberi obat tidur bisa bikin kamu kaya mendadak. Bahkan mungkin gaji kamu setahun disini belum bisa setara dengan apa yang saya tawarkan!"
Queen menelan ludah kasar mendengar tawaran yang menggiurkan. Hal ini membuat Queen menelan ludah kasar, ternyata rumor yang mengatakan orang kaya sangatlah menyeramkan karena dengan kekuasaan dan uang mereka bisa melakukan apa saja demi mencapai sebuah tujuan. Salah satunya seperti apa yang terjadi dihadapannya saat ini.
Orang kaya memang bisa melakukan apa saja. Terlepas dari itu semua Queen tidak tahu apa tujuan orang ini ingin memberikan obat tidur pada orang yang mungkin adalah rekannya itu.
“Saya tahu orang seperti kamu pasti belum pernah pegang uang yang banyak, kan?"
“Saya bisa memberikan kamu segini!" pria itu menunjukkan lima jari, mengisyaratkan nominal uang yang akan ia berikan jika Queen bersedia menerima tugas darinya.
“Biar saya tebak, kamu pasti belum pernah memegang uang dengan nominal 50 juta dalam semalam!" bisiknya sambil memelankan suara pada jumlah uang yang ditawarkan.
Bibir Queen mendadak kelu, persendiannya lemas seketika. Ya, yang dikatakan pria dihadapannya ini memang benar. Ia bahkan belum pernah memegang uang sebanyak itu.
Tawaran pemuda itu seketika membuat Queen teringat pada Ibunya yang sakit di kampung. Mata Queen menjadi panas karena menahan air mata.
Ibu Queen divonis mengidap kista sejak beberapa bulan yang lalu. Kista yang makin membesar membuat dokter menyarankan untuk segera melakukan tindakan operasi. Keluarga Queen tak memiliki uang sebanyak itu untuk melakukan operasi. Hal itu pula yang menyebabkan Queen yang merupakan hanya seorang tenaga pengajar honorer di kampung memilih merantau untuk mencari biaya tambahan untuk Ibu. Paling tidak agar bisa membayar tunggakan BPJS agar bisa digunakan untuk berobat.
"Bagaimana?"
Suara orang kaya itu membuat ingatan Queen tentang ibu langsung buyar, dengan cepat ia menghapus air matanya yang hampir menetes dan menatap sosok yang tengah menunggu persetujuannya itu.
“Saya bersedia!" ujar Queen dengan mantap. Membuat pemuda itu langsung bersorak senang.
“Nah, gitu dong!"
“Nanti setelah semua beres kita bicara lagi! Yang penting sekarang kamu lakukan semua sesuai instruksi saya."
To be continued...
Sebenarnya Queen berberat hati menerima tawaran dari laki-laki kaya yang tidak ia ketahui namanya itu. Ia tak sanggup menaruh obat tidur pada sosok yang ada dalam foto.Queen sadar apa yang ia lakukan adalah sejenis kejahatan berskala kecil, menjebak orang dan membuat orang lain tidak sadar lalu memanfaatkan situasi merupakan perbuatan tercela. Meski Queen tidak tahu apa tujuannya. Namun, mengingat kondisi ibu membuat Queen terpaksa menerima semua.Penyakit ibu harus segera dioperasi, Ia tidak ingin timbul penyakit lain jika hal tersebut tidak segera diobati. Apalagi selama ini Ibunya sering mengeluh kesakitan, itu membuat Queen tidak tega.“Iya, bawa ke depan Angkasa Land Hotel, saya tunggu di halamannya!"Pandangan Queen teralih pada sosok yang tengah mengangkat telepon di depannya. Mereka masih berada di halaman hotel. Tadi, pemuda kaya itu sempat sibuk dengan ponselnya. Sepertinya tengah melakukan pesanan untuk obat tidur yang akan digunakan untuk menjalankan misi.“Lihat aja Bi,
“Masnya mau di bawa kemana, Tuan muda?" tanya Queen ragu-ragu. Ia takut jika saja lelaki yang belum ia tahu namanya ini berniat berbuat hal lebih parah dari ini. Queen takut terlibat. “Jangan khawatir, saya tidak sejahat itu!" Di sela kesusahan memampah Biyan, lelaki itu menoleh. Jawabannya seakan paham akan kekhawatiran yang Queen rasakan. Mendengar itu Queen bisa bernapas lega. Ia kembali fokus memampah laki-laki itu. Tubuhnya terlihat ramping dan tak berisi tapi beratnya bisa seluar biasa ini. Ia kewalahan, untung saja tuan muda di sebelah kanan itu memiliki tubuh lebih kekar sehingga mereka bisa memiliki kekuatan untuk memampahnya. Queen menyerngit saat Tuan muda malah membawa lelaki itu duduk di sofa yang ada di lobby. Belum sempat Queen berdiri dan kembali. Lelaki itu sudah kembali berkata. “Tunggu disini!" Queen yang mengira tugasnya selesai sampai disini harus menghembuskan napas kasar lagi. Lelaki yang disebutnya Tuan muda itu berjalan ke arah resepsionis. Sedangkan d
“Sa-saya mau!" “Bagus!" Pria pemilik rencana itu tersenyum senang, misi briliannya akan segera terlaksana tanpa hambatan. Entah apa permasalahan yang sebenarnya terjadi antara ia dengan pria yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur itu, kelihatannya pemuda itu terlihat begitu bahagia atas apa yang telah direncanakannya. “Ya udah, sekarang kamu tidur di sampingnya!" perintah orang asing tersebut. Dengan rasa was-was Queen tak langsung beranjak, Ia kembali menyilangkan tangan di depan dada dan dengan ragu menyampaikan keraguan. “Cuma foto aja, kan ya?" “Iya!" “Gak akan disebar juga kan?!" “Ck, Iya! Bawel banget sih!" Lelaki yang sepertinya kesabarannya sudah habis itu pun meninggikan nada bicaranya. Namun, bukannya takut Queen malah balik ngegas. Ia tak perduli lagi dengan apa yang bisa dilakukan oleh lelaki ini karena memiliki status sosial yang lebih tinggi darinya. “Ya santai aja dong Pak, saya kan cuma nanya!" gerutu Queen membela diri. Membuat laki-laki itu mem
“Biyan!" sosok lelaki berkharisma itu terlihat begitu marah setelah melihat berita yang baru saja dibacanya.Ia berteriak memanggil nama sang anak yang sedang berada di kamar. Teriakan Alfin membuat seisi rumah datang menghampiri. Bahkan para pelayan yang sedang sibuk melakukan tugas ikut terkejut, majikan mereka sangat jarang marah. Tapi sekali marah begitu menyeramkan. Hanya kepala pelayan saja yang berani berlari ke arah ruang tengah.“Biyan, turun kamu!" guratan urat di leher itu seperti tertarik saking emosinya.“Mohon maaf tuan, Tuan muda Biyan belum pulang." Kepala pelayan mencoba menengahi tanpa tahu orang yang dicari baru saja pulang.“Dia sudah pulang, bi! Tolong panggil ke ruang keluarga, saya mau bicara!" ucap Pak Alfin terlihat menahan emosi agar tak melampiaskan amarah pada orang yang tak bersalah.Kepala pelayan nampak manggangguk lalu segera naik ke lantai dua untuk memanggil Biyan.Sedangkan Wanita tua yang juga masih kelihatan cantik baru saja tiba setelah mendengar t
“Sebuah berita kamu sedang tidur dengan perempuan tersebar!" dengan samar Daddy menunjukkan layar tablet berlogo apel itu pada semua. Mulut Biyan menganga mendengar berita yang Daddynya bacakan. Bahkan itu membuatnya langsung beranjak dari duduk. Pemuda yang mengenakan baju mandi itu dengan tegas menyangkal berita tidak benar tersebut. Berita sampah, hoax yang disebarkan oleh oknum tak bertanggung jawab membuatnya murka. Di sisi lain tetap harus menahan diri dan membela diri di depan keluarga. “Berita macam apa itu, Daddy!" “Aku sama sekali tidak pernah melakukan hal seperti itu!" Bahkan semua yang mendengar langsung bergegas mendekati daddy Al, melihat sebuah berita yang tersebar disertakan dua foto yang memperlihatkan Biyan tengah terlelap dengan seorang gadis, bahkan dada Biyan dan bahu mulus gadis itu nampak terekspos. Semua menggeleng kecewa, kecuali Opa Surya, Ia masih berusaha berpikir jernih jika bisa saja foto itu hanya editan “Astagfirullah, Bi!" Mommy menoleh dengan
“Ini cek buat kamu!" ucap laki-laki tersebut sambil memberi selembar kertas berisi nama dan lambang sebuah bank, tertera jejeran nominal angka berjumlah 3 digit. Saat itu Queen menerima dengan mata terbelalak, mulutnya menganga tak percaya. Untuk pertama kalinya menerima sebuah cek berisi uang berjumlah besar. Ia tak menyangka! Orang kaya seakan tak pernah berpikir panjang untuk mengeluarkan uang. Hanya karena pekerjaan kecil itu ia diberikan upah yang tak main-main. Amazing! Queen membatin. “50 upah naruh obat tidur, 50 upah foto!" “Untuk semua yang sudah terjadi, kamu cukup tutup mulut! Jangan sampai bocor!" Queen manggut-manggut. Nyalinya menciut mendengar peringatan itu. Terdengar menyeramkan. “Apapun yang terjadi nanti, kamu jangan pernah sebut nama saya!" Ucapan pria itu langsung disergah Queen. “Ya, gimana mau sebut nama Tuan muda, kita kan gak saling kenal. Nama tuan muda saja saya gak tahu!" tutur Queen seraya menatap lekat sosok asing di depannya. Pria tersebut menga
Sam sudah mengerahkan orang-orang kepercayaan keluarga Utama untuk segera menemui media mana saja yang sudah menyebarkan berita tersebut dan akan meminta mereka untuk menghapusnya sebelum 1×24 jam jika tidak ingin instansi mereka hancur. Kekuatan orang berduit memang bukan kaleng-kaleng. Mereka bisa melakukan apa saja, uang berbicara dan uang bisa menaklukkan segala. Seperti banyak kasus yang terjadi. “Tolong periksa foto ini, kalau terbukti editan sertakan dengan detail buktinya!" ucap Sam menyerahkan foto tersebut pada ahli IT. “Siap, Pak! Secepatnya akan kami selesaikan!" Sam mengangguk lalu segera pegi untuk menyelesaikan tugas berikutnya. Yaitu mencari dalang penyebar berita tersebut. Dimana, menurut media yang pertama memuat. Berita itu pertama kali disebarkan oleh sebuah akun di beberapa media online. Lalu menggunakan e-mail tak dikenal dikirim ke media tersebut. Sehingga tersebar seperti ini. Ya, yang namanya media. Mendapat berita menarik apa saja sudah pasti akan langsu
“Buat apa nyari orang itu?" tanya Biyan dengan wajah geram.“Kalian juga gak percaya sama aku?" Pemuda itu mendesah, kecewa tak ada satupun yang memercayai.“Bukan gak percaya, Bi!" seru Aileen menengahi percakapan antara suami dan adiknya.“Iya Bi, Kita cari cewek itu biar bisa dengar langsung penjelasan dari dia. Biar tahu apa yang sebenarnya terjadi sama kalian," jelas Virendra mencoba memberi pengertian.“Sama aja.”“Semua keluarga memang gak ada yang percaya sama aku!" desis Biyan kecewa.Virendra menggeleng, Ia tahu bagaimana perasaan adik iparnya. “Bukan gitu, masalahnya berita ini sudah tersebar sampai tv, banyak yang tahu! Kita butuh penjelasan biar bisa menyusun opini apa yang harus diungkapkan saat konferensi pers nanti."“Apalagi katanya semalam kamu mabuk, gak ingat jelas apa yang terjadi," pungkas Virendra.Mendengar kata mabuk membuat Aileen menepuk bahu sang adik.“Makanya, sudah dibilang jangan suka minum alkohol! Gak punya telinga sih kalau dikasih tahu!" Omelan Ailee