Sementara itu, di sebuah pemukiman padat penduduk. Tepatnya di sebuah bangunan berukuran enam kali lima yang dijadikan kostan oleh pemiliknya itu nampak seorang gadis mengenakan daster dengan rambut dicepol asal terlihat gusar. Ia terus mondar mandir dari ujung teras kost, ke ujungnya lagi.Gadis itu adalah Lili. Jam menunjukkan hampir 10 malam, tapi Queen belum juga pulang. Membuat rasa khawatirnya memuncak memikirkan kondisi gadis si pemilik nama cantik yang hidupnya tak secantik dan seberuntung namanya itu.Ya, gadis lugu berwajah datar, namun menggemaskan itu bahkan bisa membuatnya iba saat pertama kali melihat sorot mata menyedihkan dari Queen yang pada saat itu bertemu dengannya saat di toilet rumah makan."Pasti ini kali pertamanha lo pergi merantau, kan?" Begitu pertanyaan yang Lili layangkan sambil mulai memutar keran air untuk membasuh tangan. Saat itu ia melihat sosok gadis menyedihkan yang sedang membasuh wajah tepat di sampingnya.Bertemu dengan Queen membuat Ia teringat d
Di bagian bumi yang lain, tepatnya di negara yang kerap dijuluki sebagai Negeri Paman Sam. Seorang wanita tampak syok ketika mendapat kiriman sebuah foto berupa sang kekasih yang tengah tidur bersama wanita lain. Ia yang baru hendak mengistirahatkan tubuh malam itu langsung bergegas meraih benda pipih miliknya yang sedang tercharger. Namun, sayangnya nomor yang dituju malah tidak aktif. “Tega kamu, Bi!” lirihnya sembari menutup mulut tak percaya. Hatinya benar-benar sakit dan merasa dikhianati. Padahal hubungan mereka sudah berjalan setahun, dan selama ini ia begitu percaya pada Biyan. Namun, apa ini sekarang? Dari nomor tak dikenal, ia mendapat foto tersebut. “Aku pikir kamu akan setia sampai aku selesai menyelesaikan pendidikan di sini, tapi apa ini?" lirih wanita itu, ia luruh ke lantai dan bersandar di sisi tempat tidur. Tak kuasa membendung air mata, ia menangis sesenggukan seorang diri sambil mengirim rentetan pesan pada sang kekasih. Belum juga reda, ia kembali mendapat pes
Di dalam mobil menuju jalan pulang, Queen hanya banyak diam. Ia tak menyangka tindakan dan keputusannya tempo hari harus berakhir pada pernikahan dengan orang yang tak diharapkan. Jangankan baginya, bagi Biyan pun jelas ia bukanlah hal yang ingin dituju, sama sekali tak masuk dalam kriteria lelaki itu, Queen sangat sadar akan hal itu. Pernikahan bukanlah akhir yang mereka harapkan, tapi mau dikata apa, nasi benar-benar sudah menjadi bubur dan ini semua karena ulahnya. Queen menoleh mencuri pandang pada Biyan yang nampak diam menahan emosi. Jika tak ada supir dan orang kepercayaan daddy-nya mungkin Queen benar-benar dihabisi sejak tadi. Kilatan emosi nampak terpancar nyata di raut wajah pria muda itu. “Gimana caranya minta maaf sama dia.” Gadis itu menunduk, meremas ujung dressnya. Air matanya menetes saat itu juga. Sungguh ia merasa menjadi orang yang paling jahat, sudah menghancurkan kehidupan seseorang. Tanpa sadar, suara napas Queen yang berusaha menahan tangis agar tak dide
“Hei!" Queen tersentak dari lamunannya, ketika seorang pria berjas datang menghampiri dengan menjentikkan jari tepat di depan wajahnya yang sedang mojok sambil memegang nampan. “Eh, iya Tuan?!" Queen mengerjapkan mata. Ia menelan ludah kasar melihat sosok tampan di depannya. Kulit bersih dan rahang tegas dengan potongan rambut rapih membuatnya terkesima. Aura orang kaya memang beda! Ini pertama kalinya Ia berhadapan langsung dengan orang kaya. “Saya ada tugas buat kamu!" “Tu-tugas a-apa ya, Tuan?" tanya Queen canggung. “Gak berat kok, nanti saya kasih tip!" Mendadak jantung Queen berdetak lebih cepat saat orang kaya itu mendekatkan wajah ke telinganya, hendak membisikkan sesuatu. Queen menelan ludah kasar, perlahan ia mendekatkan telinga pada laki-laki yang disebutnya Tuan muda itu. Pria itu sudah bersiap membisikkan sesuatu padanya. “Kita bicara di luar!" Tubuh Queen yang tadi kaku mendadak lemas walau perasaannya jadi lebih lega karena sempat menduga pemuda kaya itu akan me
Sebenarnya Queen berberat hati menerima tawaran dari laki-laki kaya yang tidak ia ketahui namanya itu. Ia tak sanggup menaruh obat tidur pada sosok yang ada dalam foto.Queen sadar apa yang ia lakukan adalah sejenis kejahatan berskala kecil, menjebak orang dan membuat orang lain tidak sadar lalu memanfaatkan situasi merupakan perbuatan tercela. Meski Queen tidak tahu apa tujuannya. Namun, mengingat kondisi ibu membuat Queen terpaksa menerima semua.Penyakit ibu harus segera dioperasi, Ia tidak ingin timbul penyakit lain jika hal tersebut tidak segera diobati. Apalagi selama ini Ibunya sering mengeluh kesakitan, itu membuat Queen tidak tega.“Iya, bawa ke depan Angkasa Land Hotel, saya tunggu di halamannya!"Pandangan Queen teralih pada sosok yang tengah mengangkat telepon di depannya. Mereka masih berada di halaman hotel. Tadi, pemuda kaya itu sempat sibuk dengan ponselnya. Sepertinya tengah melakukan pesanan untuk obat tidur yang akan digunakan untuk menjalankan misi.“Lihat aja Bi,
“Masnya mau di bawa kemana, Tuan muda?" tanya Queen ragu-ragu. Ia takut jika saja lelaki yang belum ia tahu namanya ini berniat berbuat hal lebih parah dari ini. Queen takut terlibat. “Jangan khawatir, saya tidak sejahat itu!" Di sela kesusahan memampah Biyan, lelaki itu menoleh. Jawabannya seakan paham akan kekhawatiran yang Queen rasakan. Mendengar itu Queen bisa bernapas lega. Ia kembali fokus memampah laki-laki itu. Tubuhnya terlihat ramping dan tak berisi tapi beratnya bisa seluar biasa ini. Ia kewalahan, untung saja tuan muda di sebelah kanan itu memiliki tubuh lebih kekar sehingga mereka bisa memiliki kekuatan untuk memampahnya. Queen menyerngit saat Tuan muda malah membawa lelaki itu duduk di sofa yang ada di lobby. Belum sempat Queen berdiri dan kembali. Lelaki itu sudah kembali berkata. “Tunggu disini!" Queen yang mengira tugasnya selesai sampai disini harus menghembuskan napas kasar lagi. Lelaki yang disebutnya Tuan muda itu berjalan ke arah resepsionis. Sedangkan d
“Sa-saya mau!" “Bagus!" Pria pemilik rencana itu tersenyum senang, misi briliannya akan segera terlaksana tanpa hambatan. Entah apa permasalahan yang sebenarnya terjadi antara ia dengan pria yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur itu, kelihatannya pemuda itu terlihat begitu bahagia atas apa yang telah direncanakannya. “Ya udah, sekarang kamu tidur di sampingnya!" perintah orang asing tersebut. Dengan rasa was-was Queen tak langsung beranjak, Ia kembali menyilangkan tangan di depan dada dan dengan ragu menyampaikan keraguan. “Cuma foto aja, kan ya?" “Iya!" “Gak akan disebar juga kan?!" “Ck, Iya! Bawel banget sih!" Lelaki yang sepertinya kesabarannya sudah habis itu pun meninggikan nada bicaranya. Namun, bukannya takut Queen malah balik ngegas. Ia tak perduli lagi dengan apa yang bisa dilakukan oleh lelaki ini karena memiliki status sosial yang lebih tinggi darinya. “Ya santai aja dong Pak, saya kan cuma nanya!" gerutu Queen membela diri. Membuat laki-laki itu mem
“Biyan!" sosok lelaki berkharisma itu terlihat begitu marah setelah melihat berita yang baru saja dibacanya.Ia berteriak memanggil nama sang anak yang sedang berada di kamar. Teriakan Alfin membuat seisi rumah datang menghampiri. Bahkan para pelayan yang sedang sibuk melakukan tugas ikut terkejut, majikan mereka sangat jarang marah. Tapi sekali marah begitu menyeramkan. Hanya kepala pelayan saja yang berani berlari ke arah ruang tengah.“Biyan, turun kamu!" guratan urat di leher itu seperti tertarik saking emosinya.“Mohon maaf tuan, Tuan muda Biyan belum pulang." Kepala pelayan mencoba menengahi tanpa tahu orang yang dicari baru saja pulang.“Dia sudah pulang, bi! Tolong panggil ke ruang keluarga, saya mau bicara!" ucap Pak Alfin terlihat menahan emosi agar tak melampiaskan amarah pada orang yang tak bersalah.Kepala pelayan nampak manggangguk lalu segera naik ke lantai dua untuk memanggil Biyan.Sedangkan Wanita tua yang juga masih kelihatan cantik baru saja tiba setelah mendengar t