***
Sophia merasa sangat bahagia karena kali ini dia mendapatkan dua keranjang boneka. Biasanya sangat sulit baginya untuk mendapatkan boneka, tetapi hari ini pertemuannya dengan Sarah membuatnya bahagia dan menghilangkan kekesalannya pada Kevin, sang ayah.“Shopia lapar, Kak,” rengek Sophia, dan Sarah sadar bahwa mereka sudah terlalu lama bermain dan sekarang waktunya untuk makan siang.“Ayo, kita makan. Biar kakak yang traktir,” ajak Sarah sambil menggandeng tangan Shopia menuju food court, dan Sophia mengangguk senang dengan mata berbinarnya.“Sayang, apakah kamu sering bermain di sini?” tanya Sarah.“Sering, Kak. Bahkan hampir tiap minggu ke sini,” balas Shopia.“Tapi kenapa Kakak tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya, padahal Kakak juga sering datang ke sini? Apa jamnya Shopia datang ke sini tak menentu?” tanya Sarah heran.“Mungkin Kakak datang ke sini hanya pada hari Sabtu ya?” tanya Sophia sambil menyeruput minumannya.“Iya, tapi bagaimana denganmu? Apakah kamu datang ke sini setiap Sabtu dan Minggu?” tanya Sarah.“Biasanya hari Minggu sama ayah, dan kebetulan ayah janji akan menemaniku hari Sabtu ini, tapi tiba-tiba di tengah jalan ayah tidak bisa datang karena ada urusan mendadak. Shopi sedih, Kak. Ayah selalu tidak memenuhi janjinya. Jadi setiap kali ke sini, Shopia hanya ditemani oleh Pak Tono dan Mbak Ningsih,” wajah Sophia menunjukkan kesedihan, membuat Sarah ikut merasa sedih. Sarah tahu bahwa di mata gadis kecil ini terdapat kesedihan dan kesepian yang dalam.“Jangan khawatir, nanti ada Kakak. Kakak akan selalu menemanimu di sini,” janji Sarah sambil meremas pipi Sophia dengan lembut.“Benarkah, Kak? Kakak janji mau datang dan bermain sama Shopia?” tanya Sophia dengan bersemangat.“Benar,” jawab Sarah sambil mereka menautkan jari mereka untuk membuat perjanjian.“Aku boleh minta nomor W******p kakak?” tanya Sophia dengan antusias.“Tentu,” Sarah terkejut ketika Sophia mengeluarkan gadgetnya, karena gadget Sophia sama dengan empat kali gajinya.“Siapa yang akan menjemputmu untuk pulang? Apakah Kakak boleh mengantarmu?” tawar Sarah, khawatir dengan keamanan Sophia.“Shopia akan dijemput oleh Pak Tono dan Mbak Ningsih, Shopia sudah menyuruh mereka menunggu di mobil karena Shopia sedang kesal dengan ayah, tapi Shopia sudah memberitahu Mbak Ningsih untuk datang ke sini,” jawab Sophia.Sarah mengangguk dan merasa tenang setelah mendengar jawaban anak perempun itu. Sarah membelai rambut Sophia sambil memberikan nasihat agar Sophia tidak keluar sendirian dari rumah dan menjaga barang berharganya.Cupp.Tiba-tiba Sophia mencium pipi Sarah, berhasil membuat Sarah terkejut, dan Sophia memberikan senyum menggemaskan.“Itu sebagai tanda terima kasih dari Shopia karena Kakak telah membuat hari ini indah. Terima kasih ya, Kak. Oh, ngomong-ngomong, di mana hadiah untuk Shopia?” tanya Sophia sambil menahan tawa, dan tanpa ragu Sarah langsung menggelitik Sophia sampai Sophia meminta ampun agar Sarah menghentikannya.“Ini hadiahnya!” balas Sarah sambil terus menggelitik anak itu.***Suasana kantor mendadak ramai karena kedatangan CEO baru yang akan menggantikan Pak Irawan. Beredar gosip bahwa CEO baru ini adalah lelaki tampan, tegas, dan tidak pernah dikenal sebagai orang yang murah hati. Siapapun yang membuat sang CEO murka, maka akan bersiap-siap menerima kemalangan dan juga kutukan!“Sarah, nanti kamu ikut saya menemui CEO baru di ruangannya,” pinta Bu Sonia.“Apa? S-saya? Mengapa harus saya, Bu?” tanya Sarah heran. Ia tidak tahu kenapa karyawan biasa sepertinya di perusahaan sebesar ini harus menemui sang CEO baru.“Karena Pak Kevin butuh seorang Personal Assistant, dan dia sudah melihat CV kamu serta ingin kamu menjadi PA-nya,” ucap Bu Sonia. Sejujurnya dalam hatinya ia juga terkejut karena atasannya mendadak menginginkan Sarah, padahal Sarah bukanlah opsi yang ia tawarkan pada Kevin. Sebagai kepala HRD, ia sudah mempertimbangkannya dan selama ini kinerja Sarah memang bagus, jadi ia juga tidak mempermasalahkan pilihan dari CEO baru itu.“Tapi, Bu, saya tidak pernah berniat mengikuti seleksi untuk menjadi PA, dan menjadi asisten CEO bukanlah keahlian saya,” ungkap Sarah bingung.“Jangan banyak protes, jangan sampai membuat Pak Kevin marah. Sudahlah, ayo ikuti saja, jangan biarkan Pak Kevin menunggu,” tegas Bu Sonia.Sarah akhirnya mengikuti langkah kepala HRD untuk masuk ke ruang CEO yang baru. Ketika berada di dalam ruangan, mata Sarah dan Kevin bertemu, dan Sarah terkejut karena lelaki di depannya adalah orang yang dua hari lalu dia berhadapan dan berdebat di lampu merah.“Astaga! Lelaki ini! Apa dia mengingat kejadian itu? Tuhan... bagaimana ini? Kenapa aku malah bertemu dengan si boss lampu merah.” batin Sarah, sementara Kevin menyuruh Bu Sonia untuk meninggalkan mereka berdua di ruangan, membuat hati Sarah berdegup tak karuan.“Nama kamu Sarah Rania, yang akan menjadi asisten saya sekarang. Tapi sepertinya saya pernah melihatmu, apakah kamu pernah bertemu dengan sayasebelumnya?” tanya Kevin. Ia memasang wajah datar dan terkesan angkuh.“Tidak, Pak, saya yakin ini pertama kali kita bertemu,” jawab Sarah pelan.“Mungkin saya salah, saya tidak pernah berharap bertemu dengan seseorang sepertimu yang tak mungkin ada dalam dunia saya,” ujar Kevin dingin, membuat Sarah merasa kesal, bahkan ia tidak ingin mengenal Kevin.“Siapa juga yang ingin hadir dalam dunia pria yang seperti kamu! Kalau aku nggak butuh uang, tadi aku langsung pergi saja dan resgin saja! Huh! Pria aneh!” batin Sarah menggerutu.Kevin masih sibuk membaca berkas dokumen dan membiarkan Sarah berdiri di depannya.“Maaf, Pak. Apakah Bapak membutuhkan sesuatu?” tanya Sarah, ia tak tahan kalau waktu berharganya hanya dihabiskan melihat pria aneh itu.“Tunggu,” balas Kevin.Sarah menghela napas dan sepuluh menit waktu pun berlalu percuma.“Bolehkah saya pergi, Pak?” tanya Sarah setelah berdiri terlalu lama.“Belum,” jawab Kevin singkat.“Lalu, apa yang harus saya lakukan?” tanya Sarah kebingungan.“Saya akan memberitahukanmu kalau mulai hari ini, kamu akan mengurus semua kebutuhan saya, mulai dari menyeduh kopi hingga menyiapkan makanan,” perintah Kevin.Sarah terkejut, tidak mengerti mengapa tugasnya seperti itu, bukan tugas seorang asisten CEO. Sarah merasa dianggap seperti pelayan serba bisa oleh atasannya.“Baik, Pak. Mau saya buatkan kopi?” tanya Sarah pelan. Ia berusaha sabar.“Iya, tapi harus dengan gula aren dan agak pahit,” jawab Kevin.“Baik, Pak. Saya izin untuk membuatnya dulu,” ucap Sarah hati-hati meninggalkan ruangan atasannya.Kevin tersenyum puas setelah Sarah pergi.“Akhirnya aku menemukanmu, gadis sombong, rasanya akan menarik,” gumam Kevin dengan senyum.***Hari ini Sarah sudah membuat kopi sebelas kali, karena kopi yang dia buat tidak sesuai dengan selera bosnya yang sangat spesifik. Hingga pada kopi yang kesebelas, Kevin akhirnya puas.Hari pertama sebagai PA bosnya, dihabiskannya untuk membuat kopi, padahal seharusnya tugas semacam ini dilakukan oleh staf OB atau paling tidak Kevin bisa meminta orang yang lebih ahli. Bahkan saat waktu istirahat berakhir, Kevin masih pemilih untuk makan siangnya.Benar kata orang-orang, CEO baru memang rumit dan menantang. Sulit baginya untuk bertahan dengan bos seperti Kevin. Namun, Sarah tidak akan menyerah begitu saja. Dia yakin bisa menghadapi semuanya dengan mudah. Sebab, ini hanyalah tantangan kecil dibandingkan dengan perjuangan hidupnya sebelumnya. Hidup sebagai yatim piatu, dihina, dan hampir dilecehkan. Namun, dia tetap kuat dan bertahan, karena dia yakin bahwa dia layak untuk hidup dengan layak dan bahagia di masa depan.Sarah bisa santai di toilet, ia menghela napas panjang untuk hari ini.“Pria lampu merah itu! Rasanya hari esok ingin kuhilangkan saja!” ucap Sarah dengan perasaan campur aduk.Gadis itu benar-benar lelah, dan masih terkejut dengan pria yang ia telah bersumpah tak ingin bertemu lagi.***Bab 3***"Yuk, jalan!" Ajak Riky."Gak ah, lagi males banget nih," jawab Nisa dengan santainya."Hmm..tadi aku lihat ada tas limited edition tuh. Kalau ada yang mau diajak jalan plus ngajak Sarah, kayaknya aku sanggup beliin tas itu," goda Riky, dan langsung saja Nisa tertarik dengan ajakan itu."Sar, sini," teriak Nisa saat melihat Sarah celingak-celinguk mencarinya. Ia memang pura-pura sok malas agar Riky memberikannya reward karena sudah mengajak Sarah bersamanya.Sarah menghampiri Nisa saat ia mendengar namanya disebut."Nis, kenapa tiba-tiba ngajak nonton? Ada apa, kok mau ngebagi tiket buat orang lain?" tanya Sarah curiga. Ia paham kalau Nisa itu adalah wanita terhemat di dunia."Hehehe, aku engga ngajak kamu nonton tuh. Ih, mana mungkin aku nonton sama kamu. Mending aku ngajak cowok aja, enak dibayarin segala," jawab Nisa seenaknya."Terus, kenapa kamu maksa aku kemari, huh?" tanya Sarah, dan Nisa menunjuk ke arah datangnya Riky yang tadi langsung menghilang saat Nisa memangg
***Suasana di kantor sangat sibuk, Sarah pun tak henti-hentinya mengurus hal-hal yang diperintahkan Kevin, sampai-sampai ia tak menghiraukan jam makan siangnya. Tepat pukul dua siang, akhirnya Sarah bisa rehat karena Kevin sedang keluar tanpa dia, katanya ada keperluan mendadak. Yups, Sarah bahagia bukan main karena ia bisa bernafas sebentar dari cengkraman bosnya."Kenapa, Sar, lemes gitu?" tanya Nancy. Nancy adalah sekretaris Kevin yang dibawa dari kantor sebelumnya. Kevin tidak mau orang sembarangan di sekitarnya, dan yang membuat Sarah heran sampai detik ini adalah mengapa dia bisa dipercaya menjadi PA untuk Kevin, padahal dia tahu bahwa Kevin Hadiwijaya adalah salah satu orang yang sangat ketat dan tak mudah untuk ditebak.Lamunan Sarah buyar ketika Nancy menepuk bahunya."Mbak nanya loh, kamu ngelamun terus. Mikirin apa sih? Berantem sama pacar?" goda Nancy."Apa sih, Mbak, mana ada pacar,” balas Sarah tertawa."What? Baby, kamu jomlo? Kasihan dong," goda Nancy sambil cekikikan
***Kevin terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari para pekerja di rumahnya. Semua orang bilang bahwa anaknya, Sophia, telah berubah. Sophia menjadi anak yang baik, murah senyum, suka menolong, dan banyak berubah selama empat bulan terakhir ini. Hal ini membuat Kevin bertanya-tanya apa alasan di balik perubahan drastis Sophia."Pak, saya punya kabar. Katanya, Sophia sekarang sudah mulai ceria lagi dan selalu ramah kepada siapa saja. Pak Tono tahu apa yang membuat Kris berubah?" tanya Kevin."Iya, Tuan. Sekarang, Nona kecil sangat baik dan lebih ceria karena selama ini bertemu dan berkenalan dengan seorang perempuan dan dekat semenjak berkenalan di time zone saat bermain game," jawab Tono sambil tersenyum."Perempuan? Teman sekolahnya?" tanya Kevin."Bukan teman sekolahnya, Tuan. Tapi ini perempuan muda sekitar umur dua puluhan, mungkin nona kecil menganggap perempuan ini pengganti sosok ibunya. Tenang saja, Neng Sarah tidak tahu identitas nona kecil anak siapa, dan sa
***Sarah menatap deretan barang-barang mewah di atas meja Kevin, ia tidak tahu kenapa Kevin menyuruhnya masuk ke ruangannya di saat jam makan siang.“Ini untuk apa, Pak?” tanya Sarah.“Semua ini untuk kamu, kalau ada yang tidak kamu suka, nanti Sean yang akan menggantikannya sesuai selera kamu,” balas Kevin.“Tapi saya tidak butuh semua barang ini, Pak," kata Sarah dengan keberatan."Kamu mau mencoba menolak apa yang saya berikan?” tanya Kevin tampak kesal."Bukan saya menolaknya, Pak. Tapi saya memang tidak terlalu membutuhkan barang-barang ini semua, saya sudah merasa lebih dari cukup dengan apa yang saya punya saat ini,” balas Sarah.Kevin mendengus kesal saat Sarah lagi-lagi selalu menolak apa yang ia berikan. “Saya sudah membeli semua ini, jika kamu menolak, saya akan membuangnya sekarang!”“Pak, ini kan masih bersegel, bisa dikembalikan, kan? Biar saya yang mengembalikannya. Saya memang tidak terlalu suka dengan barang-barang mewah seperti ini, rasanya kurang pantas kalau saya
***"Sayang, di mana?" Sarah menelepon Shopia karena semalam sudah janji untuk menemani gadis kecil itu hari ini."Di lantai tiga, Bum. Bunda sudah sampai?" Shopia bertanya balik."Bentar lagi, sayang. Tunggu ya.""Oke, Bunda."Sarah menutup telepon dan bergegas ke lantai tiga untuk segera bertemu dengan Shopia. Sarah merindukan gadis kecil itu, entah mengapa gadis kecil itu selalu membuatnya bahagia."Sayang, Bunda kangen banget!" ucap Sarah sambil memeluk dan mencium pipi Shopia tanpa ampun."Iya, Bun. Shopia juga kangen banget sama Bunda. Enggak ketemu Bunda seminggu rasanya kayak seabad," jawab Shopia dengan ekspresi wajah yang imut dan manja."Ya ampun, anak Bunda jago banget gombalnya," ucap Sarah sambil tertawa dan memencet hidung Shopia."Ini bukan gombal, Bun, ini fakta," seloroh Shopia menegaskan."Iya deh, percaya. Mau main sekarang?" tanya Sarah."Let's go!" Shopia menarik tangan Sarah dengan cepat.***Tiga puluh menit kemudian…"Halo, Papi mau kesini?" tanya Shopia, berh
*** "Andrew, nanti kamu temani Cyntia makan malam ya," Clara menyuruh anaknya, Andrew, yang hendak pergi. "Nanti malam aku sibuk, ada kerjaan di kantor yang mengharuskan lembur," jawab Andrew cuek pada ibunya. "Sebentar saja, kamu enggak bisa luangkan waktu buat Cyntia? Dia anak baik, cantik, pintar, dan juga bobot, bibit mapun bebetnya jelas enggak kaya mantanmu itu siapa namanya yang enggak jelas asal-usulnya," Clara mengingat-ingat nama yang hampir ia lupakan. "Kenapa Mama tiba-tiba membandingkan dengan Sarah?" tanya Andrew tidak suka. "Iyalah, Mama heran sama kamu. Apa bagusnya itu perempuan enggak jelas. Kenapa kamu enggak bisa lupakan dia. Kamu harusnya sadar, dia hanya mengincar menjadi bagian keluarga Barito Kusuma biar naik pangkat dia, dia kan gadis jalanan yang entah keturunan siapa, anak dari panti asuhan," Clara marah mengingat gadis itu. "Cukup, Ma. Aku berangkat dulu ke kantor," Andrew kesal dan meninggalkan Clara sendirian. "Sarapanmu belum habis," cegah Clara, t
***Sudah lama Sarah bekerja dengan Kevin, mungkin hampir setahun. Tanpa disadarinya, Kevinlah yang bisa membuat bahagiannya kembali terbit. Pesona, kelembutan, kedewasaan, perhatian, dan sikap Kevin membuat tali perasaannya semakin mengikat. Namun, Sarah tidak menginginkan hal itu terjadi karena dia sadar diri, merasa tidak akan ada akhir yang indah untuk perasaannya.Sarah menyadari bahwa dunia Kevin dan dirinya sangat bertolak belakang. Dia hanya gadis biasa, tak berani bermimpi untuk jatuh cinta pada lelaki sesempurna boss-nya."Ah, aku tak bisa terus terjebak dalam perasaan seperti ini. Aku tak mau terlalu berharap dan pada akhirnya aku jatuh lagi dalam perangkap kesedihan," ucap Sarah, menguatkan hatinya agar tak banyak mengharap.Meski ia tahu, dan merasa Kevin juga mempunyai perasaan yang sama, tapi Sarah harus menepisnya dengan kuat dan percaya bahwa bosnya memang lembut dan baik kepada siapapun. Banyak perempuan hebat di luar sana yang sebanding dan pantas untuk Kevin, bukan
“Jika memang aku hanya sejarah bagimu, izinkan aku memintamu untuk mengenangku sebagai bagian terindah dalam hidupmu, agar aku masih punya keberanian untuk melihatmu."***"Sayang, bisa jemput aku?" pinta Cyntia."Aku sibuk," jawab Andrew."Sebentar saja, aku enggak bawa mobil," Cyntia memohon dengan manja."Aku sibuk, banyak kerjaan di kantor. Nanti sopirku jemput kamu saja,” jawab Andrew dengan tegas."Aku maunya kamu, sayang," Cyntia memohon lagi."Sudahlah, jangan manja. Aku tutup teleponnya ya. Bye," Andrew mengakhiri pembicaraannya, membuat Cyntia kesal."Lagi-lagi kamu seperti ini. Aku kurang apa di matamu? Apa lebihnya perempuan itu dibandingkan dengan aku," ucap Cyntia dalam hati, berkelut dengan pikirannya tentang sikap Andrew padanya, tiba-tiba dia melihat sebuah nama di layar gadgetnya."Yes, jackpot," gumam Cyntia."Halo, Tante, apa kabar?" tanya Cyntia."Jangan panggil Tante, berulang kali Mama bilang kamu panggil Mama saja. Kan sebentar lagi kamu mau jadi anak mamah."C