***
Kantor sangat ramai dengan gosip menjelang kedatangan CEO baru esok hari. Kabar yang beredar menggambarkan sosok CEO tersebut sebagai orang yang tegas dan tak kenal ampun, siapapun yang melakukan keaalahan,l siapa pun yang melanggar aturannya, maka jangan harap mendapatkan ampunan dari CEO nan kejam yang dikenal sebagai monster itu.Sarah, bagaimanapun, tak terlalu ambil pusing. Baginya, sebagai karyawan biasa, kemungkinan bertemu langsung dengan atasan baru itu sangat kecil. Selama ini, dia bahkan belum pernah berjumpa langsung dengan CEO sebelumnya. Jadi, mau sekejam dan mirip monster pun, ia tak peduli. Baginya lebih baik fokus pada pekerjaannya saat ini.“Sar, lembur lagi? Jam segini?” tanya Nitha.“Iya nih, Bu Sonia minta proposal ini segera selesai dan harus dikirim malam ini,” jawab Sarah sambil fokus mengetik.“Baiklah, aku pamit duluan ya. Bye-bye,” kata Nitha sebelum pergi, meninggalkan Sarah yang tengah sibuk.Sarah hanya mengangguk sebagai tanggapan.“Akhirnya selesai! Waktunya pulang,” gumam Sarah, tetapi tiba-tiba ia terdiam.“Pulang? Ke mana aku seharusnya pulang? Hatiku kosong, tak ada rumah yang kuharapkan. Dan ketika pulang, tak ada yang menyambut. Betapa menyedihkannya, Sarah,” bisiknya sambil tersenyum pahit.Sarah berjalan menuju pintu depan gedung kantor yang megah sambil menunggu ojek online. Ketika akan menyeberang, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan cepat, hampir menabraknya.BRUKKK!Sarah hampir tertabrak, namun berhasil menghindar. Meski terhindar dari benturan, tangan dan kakinya lecet dan memar.Di dalam mobil, penumpang terkejut. “Pak, cepat turun dan tanyakan berapa biaya ganti ruginya!” perintah Kevin kepada sopirnya.“Tentu, Tuan,” jawab Agus sebelum turun dan menghampiri Sarah yang baru saja ditabrak.“Mbak, maaf. Kamu tidak apa-apa, kan?” tanya Agus dengan khawatir.Sarah mendengus kesal. “Pak, lihatlah! Kakiku memar dan tanganku lecet. Apa Bapak pikir ini tidak apa-apa? Mengapa mobil ini melaju begitu cepat? Dan lampu merah sedang menyala, mengapa mobil ini menabrak? Jangan sembarangan melanggar aturan!” ujarnya dengan nada emosi.Kevin yang menunggu di dalam mobil melihat jam tangannya. Waktunya terbatas, dia harus segera menyelesaikan masalah ini. Kevin turun dari mobilnya.“Berapa yang kamu butuhkan untuk ganti rugi?” tanya Kevin tegas.Sarah terdiam sejenak menatap pria yang turun dari mobil, lalu ia menatapnya dengan kesal. “Apa? Uang? Jangan terlalu yakin pada dirimu sendiri!”Kevin tersenyum sinis. “Kenapa tadi kamu terdiam? Ekspresimu sudah menjawab bahwa kamu terpesona olehku,” kata Kevin dengan angkuh.Sarah menggelengkan kepala dan tertawa pelan. “Aku terdiam karena mencoba memahami bagaimana orang kaya seperti kamu merasa aturan tidak berlaku bagimu. Apa uang adalah segalanya bagimu?”Kevin terdiam sejenak, tidak mengerti apa yang diucapkan Sarah.“Uang bukan segalanya di dunia ini, Tuan angkuh!” tambah Sarah dengan kesal.“Aku tidak percaya bahwa kamu tidak membutuhkannya,” ujar Kevin mengejek.Kevin tersenyum, lalu memberikan cek ganti rugi kepada Sarah sebelum pergi.“Tunggu!” panggil Sarah, lalu menyerahkan cek itu kembali kepadanya. “Dan ini, aku membayar waktu yang kamu buang. Jadilah lebih baik di masa depan, jangan terlalu sombobg, tuan lampu merah, kata Sarah sambil memberikan uang ke Kevin sebelum pergi dengan langkah yang menahan rasa perih di kakinya, Lalu, Sarah berbalik dan menatap pria itu, “Aku harap di masa depan kita tidak akan bertemu lagii!”Kevin terdiam, terpesona oleh sikap Sarah. Dia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang gadis itu. “Apakah gadis itu bekerja di perusahaanku yang baru?” gumamnya.***Saat Kevin tiba di rumahnya, dia langsung menuju kamar anak kesayangannya, Sophia. Kevin adalah seorang duda yang telah bercerai dengan mantan istrinya empat tahun yang lalu, dan mereka memiliki satu anak, Sophia. Kevin memiliki hak asuh atas Sophia, karena mantan istrinya setuju Sophia tinggal bersamanya dengan imbalan finansial yang besar.Meskipun sudah larut malam, Sophia masih belum tidur."Besok kita punya rencana, sayang. Kamu mau pergi ke mana?" tanya Kevin dengan lembut."Ada apa, Papi?" Sophia menjawab dengan nada acuh."Apakah kamu marah karena Papi tidak bisa menjemputmu di sekolah kemarin?" Kevin bertanya dengan suara lembut."Selalu begitu. Sudah biasa," jawab Sophia datar."Ayo, sayang. Jangan begitu. Kemarin Papi ada urusan mendadak," kata Kevin memberi penjelasan."Urusan dengan perempuan-perempuan yang tidak berguna itu?" Sophia menjawab dengan nada tajam, membuat Kevin terkejut. Bagaimana mungkin anaknya bicara seperti itu, mengingat Sophia baru berusia tujuh tahun."Baiklah, biarkan. Besok Papi punya waktu untukmu. Kamu ingin melakukan apa? Busr Papi yang akan mengabulkan. Mau apa, sayang?" tanya Kevin."Aku ingin pergi ke Time Zone dan menunjukkan pada papi bahwa aku pandai," jawab Sophia dengan semangat. Kevin tersenyum melihat semangat Sophia dan jauh dalam hatinya yang dalam ia merasa bersalah karena tak mempunyai waktu untuk putri semata wayangnya itu."Baiklah, ayo kita pergi," ajak Kevin, membuat Sophia sangat bahagia.“Hore! Terima kasih Papi, sayang,” kata Shopia dengan kegembiraan yang meluap.Keesokan harinya, Kevin akhirnya memenuhi janjinya untuk menemani Sophia, tetapi di tengah perjalanan, Kevin mendadak harus pergi ke kantor dan tidak bisa ikut dengan Sophia.Hal itu membuat Sophia sangat kecewa, dan dengan wajah yang murung, ia hanya pergi bersama asistennya dan pengasuhnya. Padahal, hari itu adalah hari libur. Sophia mendengus kesal karena ayahnya lagi-lagi melanggar janji.Kevin memang sibuk dengan urusannya. Dia dikenal sebagai Kevin Hadiwijaya, seorang pengusaha sukses di usia tiga puluh lima tahun, yang memimpin perusahaan properti, pertambangan, dan media. Dia salah satu orang terkaya di Indonesia dan banyak wanita yang tertarik padanya, mulai dari selebritis, model, hingga pengusaha. Namun, bagi Kevin, prioritasnya adalah Sophia, anak semata wayangnya.Bagi Kevin, tidak ada yang bisa mencuri hatinya lagi, karena pada dasarnya dia tidak menyukai sentuhan wanita.Sophia terus memperlihatkan wajah kesal dan mood-nya sangat buruk, bahkan setelah tiba di Time Zone. Dia kehilangan semangat karena ayahnya selalu sibuk. Akhirnya, Sophia menghabiskan akhir pekannya sendirian.Dia mendekati seorang gadis dewasa yang membawa banyak keranjang berisi boneka. Sophia takjub dengan kemampuan wanita itu."Kakak, ajariku, Kak," pintanya dengan semangat.Wanita itu berbalik dan tersenyum, "Tentu, tapi sebelum itu, kita belum saling kenal. Siapa namamu, Sayang?""Namaku Sophia," jawab Sophia."Nama yang cantik seperti dirimu," puji wanita itu."Kakak juga cantik, mata Kakak sangat indah," kata Sophia dengan jujur. Entah kenapa ia mendadak ramah dengan orang asing, padahal keduanya baru bertemu pertama kali."Nama Kakak adalah Sarah, panggil aku Kak Sarah!" Sarah memperkenalkan dirinya sambil tersenyum."Oke, Kak Sarah. Kak, ajariku!" pintanya dengan manja."Oke, karena kamu sangat manis dan lucu, Kakak akan memberimu trik khusus," bisik Sarah, membuat Sophia senang dan bersemangat. “Sudah siap, sayang?”****** Sophia merasa sangat bahagia karena kali ini dia mendapatkan dua keranjang boneka. Biasanya sangat sulit baginya untuk mendapatkan boneka, tetapi hari ini pertemuannya dengan Sarah membuatnya bahagia dan menghilangkan kekesalannya pada Kevin, sang ayah.“Shopia lapar, Kak,” rengek Sophia, dan Sarah sadar bahwa mereka sudah terlalu lama bermain dan sekarang waktunya untuk makan siang.“Ayo, kita makan. Biar kakak yang traktir,” ajak Sarah sambil menggandeng tangan Shopia menuju food court, dan Sophia mengangguk senang dengan mata berbinarnya.“Sayang, apakah kamu sering bermain di sini?” tanya Sarah.“Sering, Kak. Bahkan hampir tiap minggu ke sini,” balas Shopia.“Tapi kenapa Kakak tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya, padahal Kakak juga sering datang ke sini? Apa jamnya Shopia datang ke sini tak menentu?” tanya Sarah heran.“Mungkin Kakak datang ke sini hanya pada hari Sabtu ya?” tanya Sophia sambil menyeruput minumannya.“Iya, tapi bagai
Bab 3***"Yuk, jalan!" Ajak Riky."Gak ah, lagi males banget nih," jawab Nisa dengan santainya."Hmm..tadi aku lihat ada tas limited edition tuh. Kalau ada yang mau diajak jalan plus ngajak Sarah, kayaknya aku sanggup beliin tas itu," goda Riky, dan langsung saja Nisa tertarik dengan ajakan itu."Sar, sini," teriak Nisa saat melihat Sarah celingak-celinguk mencarinya. Ia memang pura-pura sok malas agar Riky memberikannya reward karena sudah mengajak Sarah bersamanya.Sarah menghampiri Nisa saat ia mendengar namanya disebut."Nis, kenapa tiba-tiba ngajak nonton? Ada apa, kok mau ngebagi tiket buat orang lain?" tanya Sarah curiga. Ia paham kalau Nisa itu adalah wanita terhemat di dunia."Hehehe, aku engga ngajak kamu nonton tuh. Ih, mana mungkin aku nonton sama kamu. Mending aku ngajak cowok aja, enak dibayarin segala," jawab Nisa seenaknya."Terus, kenapa kamu maksa aku kemari, huh?" tanya Sarah, dan Nisa menunjuk ke arah datangnya Riky yang tadi langsung menghilang saat Nisa memangg
***Suasana di kantor sangat sibuk, Sarah pun tak henti-hentinya mengurus hal-hal yang diperintahkan Kevin, sampai-sampai ia tak menghiraukan jam makan siangnya. Tepat pukul dua siang, akhirnya Sarah bisa rehat karena Kevin sedang keluar tanpa dia, katanya ada keperluan mendadak. Yups, Sarah bahagia bukan main karena ia bisa bernafas sebentar dari cengkraman bosnya."Kenapa, Sar, lemes gitu?" tanya Nancy. Nancy adalah sekretaris Kevin yang dibawa dari kantor sebelumnya. Kevin tidak mau orang sembarangan di sekitarnya, dan yang membuat Sarah heran sampai detik ini adalah mengapa dia bisa dipercaya menjadi PA untuk Kevin, padahal dia tahu bahwa Kevin Hadiwijaya adalah salah satu orang yang sangat ketat dan tak mudah untuk ditebak.Lamunan Sarah buyar ketika Nancy menepuk bahunya."Mbak nanya loh, kamu ngelamun terus. Mikirin apa sih? Berantem sama pacar?" goda Nancy."Apa sih, Mbak, mana ada pacar,” balas Sarah tertawa."What? Baby, kamu jomlo? Kasihan dong," goda Nancy sambil cekikikan
***Kevin terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari para pekerja di rumahnya. Semua orang bilang bahwa anaknya, Sophia, telah berubah. Sophia menjadi anak yang baik, murah senyum, suka menolong, dan banyak berubah selama empat bulan terakhir ini. Hal ini membuat Kevin bertanya-tanya apa alasan di balik perubahan drastis Sophia."Pak, saya punya kabar. Katanya, Sophia sekarang sudah mulai ceria lagi dan selalu ramah kepada siapa saja. Pak Tono tahu apa yang membuat Kris berubah?" tanya Kevin."Iya, Tuan. Sekarang, Nona kecil sangat baik dan lebih ceria karena selama ini bertemu dan berkenalan dengan seorang perempuan dan dekat semenjak berkenalan di time zone saat bermain game," jawab Tono sambil tersenyum."Perempuan? Teman sekolahnya?" tanya Kevin."Bukan teman sekolahnya, Tuan. Tapi ini perempuan muda sekitar umur dua puluhan, mungkin nona kecil menganggap perempuan ini pengganti sosok ibunya. Tenang saja, Neng Sarah tidak tahu identitas nona kecil anak siapa, dan sa
***Sarah menatap deretan barang-barang mewah di atas meja Kevin, ia tidak tahu kenapa Kevin menyuruhnya masuk ke ruangannya di saat jam makan siang.“Ini untuk apa, Pak?” tanya Sarah.“Semua ini untuk kamu, kalau ada yang tidak kamu suka, nanti Sean yang akan menggantikannya sesuai selera kamu,” balas Kevin.“Tapi saya tidak butuh semua barang ini, Pak," kata Sarah dengan keberatan."Kamu mau mencoba menolak apa yang saya berikan?” tanya Kevin tampak kesal."Bukan saya menolaknya, Pak. Tapi saya memang tidak terlalu membutuhkan barang-barang ini semua, saya sudah merasa lebih dari cukup dengan apa yang saya punya saat ini,” balas Sarah.Kevin mendengus kesal saat Sarah lagi-lagi selalu menolak apa yang ia berikan. “Saya sudah membeli semua ini, jika kamu menolak, saya akan membuangnya sekarang!”“Pak, ini kan masih bersegel, bisa dikembalikan, kan? Biar saya yang mengembalikannya. Saya memang tidak terlalu suka dengan barang-barang mewah seperti ini, rasanya kurang pantas kalau saya
***"Sayang, di mana?" Sarah menelepon Shopia karena semalam sudah janji untuk menemani gadis kecil itu hari ini."Di lantai tiga, Bum. Bunda sudah sampai?" Shopia bertanya balik."Bentar lagi, sayang. Tunggu ya.""Oke, Bunda."Sarah menutup telepon dan bergegas ke lantai tiga untuk segera bertemu dengan Shopia. Sarah merindukan gadis kecil itu, entah mengapa gadis kecil itu selalu membuatnya bahagia."Sayang, Bunda kangen banget!" ucap Sarah sambil memeluk dan mencium pipi Shopia tanpa ampun."Iya, Bun. Shopia juga kangen banget sama Bunda. Enggak ketemu Bunda seminggu rasanya kayak seabad," jawab Shopia dengan ekspresi wajah yang imut dan manja."Ya ampun, anak Bunda jago banget gombalnya," ucap Sarah sambil tertawa dan memencet hidung Shopia."Ini bukan gombal, Bun, ini fakta," seloroh Shopia menegaskan."Iya deh, percaya. Mau main sekarang?" tanya Sarah."Let's go!" Shopia menarik tangan Sarah dengan cepat.***Tiga puluh menit kemudian…"Halo, Papi mau kesini?" tanya Shopia, berh
*** "Andrew, nanti kamu temani Cyntia makan malam ya," Clara menyuruh anaknya, Andrew, yang hendak pergi. "Nanti malam aku sibuk, ada kerjaan di kantor yang mengharuskan lembur," jawab Andrew cuek pada ibunya. "Sebentar saja, kamu enggak bisa luangkan waktu buat Cyntia? Dia anak baik, cantik, pintar, dan juga bobot, bibit mapun bebetnya jelas enggak kaya mantanmu itu siapa namanya yang enggak jelas asal-usulnya," Clara mengingat-ingat nama yang hampir ia lupakan. "Kenapa Mama tiba-tiba membandingkan dengan Sarah?" tanya Andrew tidak suka. "Iyalah, Mama heran sama kamu. Apa bagusnya itu perempuan enggak jelas. Kenapa kamu enggak bisa lupakan dia. Kamu harusnya sadar, dia hanya mengincar menjadi bagian keluarga Barito Kusuma biar naik pangkat dia, dia kan gadis jalanan yang entah keturunan siapa, anak dari panti asuhan," Clara marah mengingat gadis itu. "Cukup, Ma. Aku berangkat dulu ke kantor," Andrew kesal dan meninggalkan Clara sendirian. "Sarapanmu belum habis," cegah Clara, t
***Sudah lama Sarah bekerja dengan Kevin, mungkin hampir setahun. Tanpa disadarinya, Kevinlah yang bisa membuat bahagiannya kembali terbit. Pesona, kelembutan, kedewasaan, perhatian, dan sikap Kevin membuat tali perasaannya semakin mengikat. Namun, Sarah tidak menginginkan hal itu terjadi karena dia sadar diri, merasa tidak akan ada akhir yang indah untuk perasaannya.Sarah menyadari bahwa dunia Kevin dan dirinya sangat bertolak belakang. Dia hanya gadis biasa, tak berani bermimpi untuk jatuh cinta pada lelaki sesempurna boss-nya."Ah, aku tak bisa terus terjebak dalam perasaan seperti ini. Aku tak mau terlalu berharap dan pada akhirnya aku jatuh lagi dalam perangkap kesedihan," ucap Sarah, menguatkan hatinya agar tak banyak mengharap.Meski ia tahu, dan merasa Kevin juga mempunyai perasaan yang sama, tapi Sarah harus menepisnya dengan kuat dan percaya bahwa bosnya memang lembut dan baik kepada siapapun. Banyak perempuan hebat di luar sana yang sebanding dan pantas untuk Kevin, bukan