***
Kevin terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari para pekerja di rumahnya. Semua orang bilang bahwa anaknya, Sophia, telah berubah. Sophia menjadi anak yang baik, murah senyum, suka menolong, dan banyak berubah selama empat bulan terakhir ini. Hal ini membuat Kevin bertanya-tanya apa alasan di balik perubahan drastis Sophia.
"Pak, saya punya kabar. Katanya, Sophia sekarang sudah mulai ceria lagi dan selalu ramah kepada siapa saja. Pak Tono tahu apa yang membuat Kris berubah?" tanya Kevin.
"Iya, Tuan. Sekarang, Nona kecil sangat baik dan lebih ceria karena selama ini bertemu dan berkenalan dengan seorang perempuan dan dekat semenjak berkenalan di time zone saat bermain game," jawab Tono sambil tersenyum.
"Perempuan? Teman sekolahnya?" tanya Kevin.
"Bukan teman sekolahnya, Tuan. Tapi ini perempuan muda sekitar umur dua puluhan, mungkin nona kecil menganggap perempuan ini pengganti sosok ibunya. Tenang saja, Neng Sarah tidak tahu identitas nona kecil anak siapa, dan saya lihat Neng Sarah gadis yang sangat baik, buktinya nona kecil tiba-tiba sangat menyukai Neng Sarah," jawab Pak Tono.
Ketika Pak Tono menyebutkan nama Sarah, tiba-tiba sosok Sarah, gadis yang selalu dipikirkannya akhir-akhir ini, langsung menghiasi pikirannya. Nama gadis itu ternyata pasaran juga, pikirnya.
"Namanya Sarah?" tanya Kevin.
"Iya, Tuan. Nanti kapan-kapan, kalau memang Tuan ingin tahu, Neng Sarah kita bisa ketemu."
"Iya, saya ingin mengucapkan terima kasih padanya karena telah menjaga Sophia. Nanti saya atur jadwalnya ya, Pak," ucap Kevin.
"Siap, Tuan," jawab Pak Tono bersemangat.
Hari Sabtu ini, Kevin sengaja berada di rumah karena ingin menghabiskan waktu bersama anaknya, Sophia. Kevin merasa bersalah pada anaknya karena selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga waktu untuk anaknya sangat terbatas. Kevin masuk ke kamar anaknya yang sedang membereskan tas sekolahnya.
"Sayang, princessnya Papi. Papi kangen," ucap Kevin sambil memeluk anaknya dengan hangat.
Sophia membalas pelukan papihnya dan mengecup pipi kanan dan kiri, membuat Kevin gemas dan mengacak-acak rambut anaknya.
"Sayang, kamu akhir-akhir ini bagaimana? Kata guru-guru di sekolah kamu sekarang lebih pintar," tanya Kevin.
"Iya dong, Pi. Kan anak Papi ini memang anak yang paling hebat dan semua berkat bunda," jawab Sophia dengan semangat.
"Bunda? Siapa?" tanya Kevin bingung.
"Bunda Sarah," jawab Sophia.
Sebenarnya Sophia memaksa Sarah agar mau dipanggil bunda olehnya. Waktu terakhir kemarin bertemu dengan wajah polos dan muka memelasnya, akhirnya Sarah mau dipanggil dengan sebutan bunda. Sarah merasa terlalu tua sebenarnya di usia masih dua puluh satu tahun ada anak kecil yang memanggilnya dengan sebutan bunda, tapi karena tak tega dengan rengekan Sophia akhirnya dengan senang hati Sarah menerimanya.
"Sayang, apa enggak kenapa-napa kamu memanggilnya dengan sebutan bunda?" tanya Kevin.
"Tidak apa-apa, Papi. Asal kata bunda pas hanya ada Shopia sama bunda aja," jawab Sophia.
"Ini kamu bilang ke Papi."
"Ini rahasia kita, rahasia antara anak dan ayahnya," kata Sophia sambil tersenyum.
"Oke, Papi akan jaga rahasia."
“Nanti Papi kenalan ya sama bunda Sarah, dia sangat cantik lho,” kata Shopia.
“Oke, nanti atur saja ya, sayang,” balas Kevin.
***
" Pak, jadwal besok untuk ke Singapura sudah siap," kata Sarah menjelaskan rincian perjalanan bisnisnya secara rinci.
"Oke, kamu juga harus siap-siap."
"Buat apa, Pak?" tanya Sarah pada bosnya dengan ekspresi kebingungan.
"Kita akan pergi ke Singapura," jawab Kevin dengan cepat.
"Apa, saya ikut? Bukankah Bapak ada Bu Nancy?" Sarah masih terkejut karena bosnya tiba-tiba mengajaknya untuk perjalanan bisnis kali ini. Biasanya jika ada perjalanan bisnis ke luar negeri, Nancy lah yang selalu mendampingi karena Nancy adalah sekretaris pribadi bosnya.
"Nancy banyak kerjaan di sini," jawab Kevin sambil menandatangani berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Sarah masih mematung di depan Kevin, dan Kevin menghentikan aktivitasnya dan melihat ke arah Sarah.
"Kenapa, kamu mau protes lagi?" tanya Kevin.
"Mana bisa saya protes, pak. Kan bapak bos saya," ucap Sarah.
"Tumben pintar."
"Kalau saya tidak pintar, mana bisa saya jadi karyawan di kantor sebesar ini dan tentunya saya bisa jadi personal assistant nya CEO."
"Kenapa kamu sombong begini?"
"Kan ajaran Pak Kevin. Kata Bapak kita harus sombong kalau punya kemampuan," Sarah dengan percaya diri menjawabnya.
"Kamu ini paling bisa menjawab segala macam pertanyaan," ucap Kevin sambil tertawa. Ya, dia hanya tertawa dan tak bersikap dingin di depan asistennya saja dan ia juga tidak tahu alasan kenapa bisa Sarah yang ia baru kenal membuatnya seperti seseorang yang tidak asing baginya?
Dan juga akhir-akhir ini hati Kevin menjadi hangat, tidak dingin seperti dulu. Entah kenapa, semenjak mengenal dan sering bertemu dengan Sarah, hari-harinya lebih bahagia, membuat dia bisa menjadi diri sendiri dan tertawa lepas. Entah kenapa, hanya sekilas melihat mata teduh Sarah membuat senyum Kevin mekar dan detak jantungnya berdegup tidak karuan.
Sebenarnya Kevin tidak menyadari bahwa ia telah jatuh dan terperangkap dalam pesona Sarah. Yang Kevin yakini hanya apa yang ia rasakan saat ini pada Sarah hanya sebuah rasa penasaran, dan ia yakin lama-lama akan bosan, dan perasaan yang sekarang ada dalam dirinya seiring waktu akan hilang.
Tiga hari kemudian…
"Pak, hari ini tidak ada jadwal, dan Bapak bisa beristirahat. Apa besok kita kembali ke Jakarta?" tanya Sarah.
"Minggu kita baru ke Jakarta," jawab Kevin.
"Kenapa Minggu, Pak? Semua pekerjaan di sini sudah selesai semua," Sarah kadang selalu bingung dengan pikiran bosnya.
"Sarah, kamu cerewet sekali. Saya mau liburan dulu di sini sebentar. Ayo kita keluar," ucap Kevin sambil pergi, dan diikuti oleh Sarah dengan bingung.
Kevin dan Sarah menikmati makan malamnya di sebuah restoran mahal di Singapura. Tentu saja, ini pertama kalinya bagi Sarah, dan ia merasa sedikit canggung dan malu, takut menjadi kampungan dan memalukan Kevin yang mengajaknya.
"Ini saya tidak ngerti, pak," tanya Sarah pelan saat melihat buku menu, dan Kevin tertawa mendengarnya.
Kevin menjelaskan apa saja yang ada di buku menu, dan akhirnya Sarah hanya memesan makanan yang sama dengan pesanan Kevin. Ia tidak lancang, kan? Sarah hanya ingin Kevin kapok dan tidak mau mengajaknya lagi jika harus pergi makan malam atau sejenisnya.
"Pak, lebih enak nasi Padang, dan di sini porsinya sedikit dan harganya mahal," kata Sarah dengan pelan, dan Kevin lagi-lagi dibuat tertawa dengan tingkah polos Sarah.
"Udah makan saja, jangan banyak protes. Dan kalau di luar pekerjaan, jangan panggil saya 'Bapak'. Memangnya saya Bapak kamu?" ucap Kevin protes.
"Bapak kan memang bapak-bapak. Masa saya panggil 'adek' atau mau dipanggil 'kakek'?" jawab Sarah seenaknya.
Kevin sebal mendengar jawaban Sarah. Memang ia dan Sarah terpaut usia empat belas tahun, tapi banyak yang bilang bahwa ia tetap tampan dan awet muda. Bahkan pernah ada anak abege, anak sekolah yang terang-terangan ingin berkenalan dengannya saat ia dan teman-temannya sedang nongkrong di kafe.
"Pokoknya kalau di luar pekerjaan, jangan panggil saya 'Bapak'," tegas Kevin.
"Gak enak, Pak. Udah biasa manggil Pak Kevin dengan panggilan 'Bapak'," Sarah menjelaskan agar bosnya paham.
"Enggak apa-apa. Saya yang minta kan," ucap Kevin.
"Tapi, pak..."
"Hmmm..."
"Iya, Pak. Eh, Kak Kevin," ucap Sarah asal, ia ingin sekali menahan tawanya saat memanggil ‘kakak’ untuk pria itu.
Lagi-lagi detak jantung Kevin berdetak dengan cepat, saat Sarah menyebutnya dengan sebutan "Kak", dan hal itu sukses membuat wajah Kevin memerah.
"Kamu punya pacar?" tanya Kevin tiba-tiba dan sukses membuat Sarah terkejut.
"Tidak ada, mending sendiri dulu. Kalau emang udah saatnya nanti juga ada," jawab Sarah dengan sedikit malu menjawab pertanyaan bosnya yang tiba-tiba mengarah ke kehidupan pribadinya.
"Kenapa belum punya? Biasanya gadis seusiamu selalu serius menjalani suatu hubungan. Apa kamu pilih-pilih?" Kevin tetap bertanya dengan hati-hati.
"Meski ada banyak pilihan, saya tak akan bisa memilih. Sepertinya hal-hal di dunia ini banyak yang tidak bisa saya pilih. Jatuh cinta, merasa disayangi, ataupun merasa dibutuhkan," ucap Sarah lirih tanpa sadar berbicara seperti itu pada Kevin.
"Jangan pesimis. Hal-hal di dunia ini tidak mungkin salah jika memang kamu pemiliknya. Kamu cantik, pintar, baik, pasti banyak lelaki yang mau," Kevin meyakinkan Sarah.
"Apa memang saya ini cantik?" tanya Sarah bercanda, ia ingat dengan Andrew yang selingkuh dan mencampakannya dengan kejam, dan seketika wajah Kevin memerah.
"Sangat cantik," jawab Kevin pelan sambil menatap mata Sarah, dan tiba-tiba jantung Sarah berdegup tidak karuan. Saat mata mereka saling menatap, banyak makna tersirat, dan percikan cinta menjalar dalam hati, dan Sarah ingin menyesal bertanya dan ingin segera melarikan diri dari hadapan bosnya.
‘Sarah, si gadis bodoh! Kenapa malah bertanya kamu itu cantik di depan pria kulkas itu?’ batin Sarah menggerutu.
***
***Sarah menatap deretan barang-barang mewah di atas meja Kevin, ia tidak tahu kenapa Kevin menyuruhnya masuk ke ruangannya di saat jam makan siang.“Ini untuk apa, Pak?” tanya Sarah.“Semua ini untuk kamu, kalau ada yang tidak kamu suka, nanti Sean yang akan menggantikannya sesuai selera kamu,” balas Kevin.“Tapi saya tidak butuh semua barang ini, Pak," kata Sarah dengan keberatan."Kamu mau mencoba menolak apa yang saya berikan?” tanya Kevin tampak kesal."Bukan saya menolaknya, Pak. Tapi saya memang tidak terlalu membutuhkan barang-barang ini semua, saya sudah merasa lebih dari cukup dengan apa yang saya punya saat ini,” balas Sarah.Kevin mendengus kesal saat Sarah lagi-lagi selalu menolak apa yang ia berikan. “Saya sudah membeli semua ini, jika kamu menolak, saya akan membuangnya sekarang!”“Pak, ini kan masih bersegel, bisa dikembalikan, kan? Biar saya yang mengembalikannya. Saya memang tidak terlalu suka dengan barang-barang mewah seperti ini, rasanya kurang pantas kalau saya
***"Sayang, di mana?" Sarah menelepon Shopia karena semalam sudah janji untuk menemani gadis kecil itu hari ini."Di lantai tiga, Bum. Bunda sudah sampai?" Shopia bertanya balik."Bentar lagi, sayang. Tunggu ya.""Oke, Bunda."Sarah menutup telepon dan bergegas ke lantai tiga untuk segera bertemu dengan Shopia. Sarah merindukan gadis kecil itu, entah mengapa gadis kecil itu selalu membuatnya bahagia."Sayang, Bunda kangen banget!" ucap Sarah sambil memeluk dan mencium pipi Shopia tanpa ampun."Iya, Bun. Shopia juga kangen banget sama Bunda. Enggak ketemu Bunda seminggu rasanya kayak seabad," jawab Shopia dengan ekspresi wajah yang imut dan manja."Ya ampun, anak Bunda jago banget gombalnya," ucap Sarah sambil tertawa dan memencet hidung Shopia."Ini bukan gombal, Bun, ini fakta," seloroh Shopia menegaskan."Iya deh, percaya. Mau main sekarang?" tanya Sarah."Let's go!" Shopia menarik tangan Sarah dengan cepat.***Tiga puluh menit kemudian…"Halo, Papi mau kesini?" tanya Shopia, berh
*** "Andrew, nanti kamu temani Cyntia makan malam ya," Clara menyuruh anaknya, Andrew, yang hendak pergi. "Nanti malam aku sibuk, ada kerjaan di kantor yang mengharuskan lembur," jawab Andrew cuek pada ibunya. "Sebentar saja, kamu enggak bisa luangkan waktu buat Cyntia? Dia anak baik, cantik, pintar, dan juga bobot, bibit mapun bebetnya jelas enggak kaya mantanmu itu siapa namanya yang enggak jelas asal-usulnya," Clara mengingat-ingat nama yang hampir ia lupakan. "Kenapa Mama tiba-tiba membandingkan dengan Sarah?" tanya Andrew tidak suka. "Iyalah, Mama heran sama kamu. Apa bagusnya itu perempuan enggak jelas. Kenapa kamu enggak bisa lupakan dia. Kamu harusnya sadar, dia hanya mengincar menjadi bagian keluarga Barito Kusuma biar naik pangkat dia, dia kan gadis jalanan yang entah keturunan siapa, anak dari panti asuhan," Clara marah mengingat gadis itu. "Cukup, Ma. Aku berangkat dulu ke kantor," Andrew kesal dan meninggalkan Clara sendirian. "Sarapanmu belum habis," cegah Clara, t
***Sudah lama Sarah bekerja dengan Kevin, mungkin hampir setahun. Tanpa disadarinya, Kevinlah yang bisa membuat bahagiannya kembali terbit. Pesona, kelembutan, kedewasaan, perhatian, dan sikap Kevin membuat tali perasaannya semakin mengikat. Namun, Sarah tidak menginginkan hal itu terjadi karena dia sadar diri, merasa tidak akan ada akhir yang indah untuk perasaannya.Sarah menyadari bahwa dunia Kevin dan dirinya sangat bertolak belakang. Dia hanya gadis biasa, tak berani bermimpi untuk jatuh cinta pada lelaki sesempurna boss-nya."Ah, aku tak bisa terus terjebak dalam perasaan seperti ini. Aku tak mau terlalu berharap dan pada akhirnya aku jatuh lagi dalam perangkap kesedihan," ucap Sarah, menguatkan hatinya agar tak banyak mengharap.Meski ia tahu, dan merasa Kevin juga mempunyai perasaan yang sama, tapi Sarah harus menepisnya dengan kuat dan percaya bahwa bosnya memang lembut dan baik kepada siapapun. Banyak perempuan hebat di luar sana yang sebanding dan pantas untuk Kevin, bukan
“Jika memang aku hanya sejarah bagimu, izinkan aku memintamu untuk mengenangku sebagai bagian terindah dalam hidupmu, agar aku masih punya keberanian untuk melihatmu."***"Sayang, bisa jemput aku?" pinta Cyntia."Aku sibuk," jawab Andrew."Sebentar saja, aku enggak bawa mobil," Cyntia memohon dengan manja."Aku sibuk, banyak kerjaan di kantor. Nanti sopirku jemput kamu saja,” jawab Andrew dengan tegas."Aku maunya kamu, sayang," Cyntia memohon lagi."Sudahlah, jangan manja. Aku tutup teleponnya ya. Bye," Andrew mengakhiri pembicaraannya, membuat Cyntia kesal."Lagi-lagi kamu seperti ini. Aku kurang apa di matamu? Apa lebihnya perempuan itu dibandingkan dengan aku," ucap Cyntia dalam hati, berkelut dengan pikirannya tentang sikap Andrew padanya, tiba-tiba dia melihat sebuah nama di layar gadgetnya."Yes, jackpot," gumam Cyntia."Halo, Tante, apa kabar?" tanya Cyntia."Jangan panggil Tante, berulang kali Mama bilang kamu panggil Mama saja. Kan sebentar lagi kamu mau jadi anak mamah."C
***FLASHBACK… Andrew melarikan diri dengan tergesa-gesa, dikejar oleh tiga perempuan yang ingin mengajaknya kencan. Saat dia berlari, dia menemukan seorang perempuan duduk di bawah pohon rindang, sibuk mencatat dalam buku. Ketika mata mereka bertemu, jantung Andrew berdebar kencang. Mata perempuan itu memikatnya, membuatnya lupa akan keadaan sekitarnya.Tanpa bicara, perempuan itu membantu Andrew ketika dia meminta bantuan untuk bersembunyi dari para penguntitnya. Namun, kedamaian mereka terganggu ketika suara gadis berambut pendek mendekati."Andrew lari kemana? Dia sangat cepat," ucap gadis itu."Hey, aku kira kamu itu tadi makhluk jadi-jadian,” ucapnya kaget, “kamu tahu ada pria cantik, tinggi, berkulit putih lewat sini tidak?" tanya gadis itu pada Sarah."Tadi dia lari ke sana," jawab Sarah, dan mereka berdua pergi tanpa memperhatikan Sarah yang tersembunyi di atas pohon.Sarah merasa aneh saat dideskripsikan sebagai 'makhluk jadi-jadian' oleh gadis itu. Apakah kulitnya yang put
***"Kenapa kaget, sayang?" tanya Kevin, memecahkan lamunan Sarah"Di mana Mbak Nancy?" tanya Sarah bingung."Dia sudah pulang, rindu anaknya," jawab Kevin sambil memesan sesuatu kepada pelayan."Tadi Mbak Nancy yang menyuruh saya menunggu di sini," kata Sarah, masih bingung."Saya yang minta menghubungimu karena ponsel saya mati," jawab Kevin.Sarah terdiam, mencoba memahami. Lelaki di depannya tiba-tiba membuat hatinya berdebar-debar."Kamu kaget, ya? Kenapa malah saya yang datang?" tanya Kevin, sambil memandang Sarah dengan penuh kelembutan.“Iya, saya masih bingung. Alasan Bapak malah datang ke sini, apa? Apa Pak Kevin mau ngecek pekerjaan saya?” Sarah bertanya balik."Karena saya merindukanmu," jawab Kevin seenaknya.Jawaban pria itu membuat Sarah terkejut dan ia hanya terdiam, bingung untuk menanggapinya."Besok saya mau ajak kamu jalan, kamu harus ikut," pinta Kevin, suaranya penuh dengan harapan."Besok masih ada kerjaan, Pak?" tanya Sarah, mencoba untuk menyelesaikan rasa mal
***Waktu menunjukkan jam dua siang, Sarah masih terbaring di atas kasurnya. Hari ini, dia sengaja ingin menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri, bersantai sejenak.Sore ini, Sarah telah berjanji untuk menemani Nisa. Awalnya, Sarah menolak karena ingin benar-benar bersantai di kamarnya. Namun, Nisa berhasil meyakinkannya dengan segala daya upayanya.Sarah mendengus kesal mengingat rengekan sahabatnya. Mengapa harus dia yang dipaksa menemaninya, padahal Nisa memiliki banyak teman lain dan kenalan teman pria?Saat Sarah menunggu di depan gang kosannya, sebuah mobil berwarna pink datang menghampirinya. Sudah pasti itu adalah mobil Nisa."Sudah siap, girls," sapa Nisa saat Sarah masuk ke dalam mobil."Siap karena kepaksa," keluh Sarah, agak kesal, sementara Nisa hanya nyengir kuda, merasa tak bersalah.“So sweet, sahabatku,” kata Nisa."Kita mau ke mana?" tanya Sarah, penasaran."Kita mau pergi ke undangan Resto & Cafe The Moon," jawab Nisa.Sarah menggeleng, baru mengetahui tentang The