***
Suasana di kantor sangat sibuk, Sarah pun tak henti-hentinya mengurus hal-hal yang diperintahkan Kevin, sampai-sampai ia tak menghiraukan jam makan siangnya. Tepat pukul dua siang, akhirnya Sarah bisa rehat karena Kevin sedang keluar tanpa dia, katanya ada keperluan mendadak. Yups, Sarah bahagia bukan main karena ia bisa bernafas sebentar dari cengkraman bosnya.
"Kenapa, Sar, lemes gitu?" tanya Nancy. Nancy adalah sekretaris Kevin yang dibawa dari kantor sebelumnya. Kevin tidak mau orang sembarangan di sekitarnya, dan yang membuat Sarah heran sampai detik ini adalah mengapa dia bisa dipercaya menjadi PA untuk Kevin, padahal dia tahu bahwa Kevin Hadiwijaya adalah salah satu orang yang sangat ketat dan tak mudah untuk ditebak.
Lamunan Sarah buyar ketika Nancy menepuk bahunya.
"Mbak nanya loh, kamu ngelamun terus. Mikirin apa sih? Berantem sama pacar?" goda Nancy.
"Apa sih, Mbak, mana ada pacar,” balas Sarah tertawa.
"What? Baby, kamu jomlo? Kasihan dong," goda Nancy sambil cekikikan.
"Kasianlah nanti lelaki yang jadi pacarku, Mbak. Aku malah tidak ada waktu buat dia. Buat diri sendiri aja susah," Sarah meratapi dirinya sendiri.
Nancy paham, bekerja dengan Kevin memang tak ada waktu sejenak untuk bersantai, ia mengerti apa yang dirasakan oleh Sarah.
"Tenang, Sarah. Meski atasan kita itu super dingin, super tegas, dan tentunya moody-an. Tapi Pak Kevin itu hatinya sangat hangat dan baik," Nancy meyakinkan.
"Iya, Mbak. Aku pasti akan sabar dengan Pak Kevin karena aku masih butuh uang datinya,” balas Sarah tertawa, lalu ia melanjutkan, “Eh, Mbak Nancy udah lama kenal sama Pak Kevin?"
"Iya, dari zaman dia SMP," jawab Nancy sambil mengenang dan bercerita tentang Kevin zaman dulu dan kehidupannya sebagai single parent.
"Kita sama-sama single parents, dan dia seperti adik kecil bagi Mbak, meski dia sudah punya anak. Kevin tetaplah adik menggemaskan. Di saat Mbak terpuruk, dia datang dan menawarkan pekerjaan, dan tentunya menyemangati Mbak. Banyak nada sumbang di luaran sana karena Mbak menjadi sekretarisnya sangat lama, mereka menduga bahwa Mbak itu janda yang genit hingga mampu menggoda Kevin," cerita Nancy, dan tak terasa ia menahan agar tangisannya tak jatuh menetes di pipinya.
Nancy melanjutkan, "Apakah Mbak ini seperti penggoda? Memangnya kenapa dengan label janda? Siapa yang mau juga menjadi janda, mereka sungguh menyebalkan."
Sarah menggenggam tangan Nancy, menguatkan sebisa mungkin.
"Mbak, jangan dengarkan nada sumbang di luar sana. Siapa mereka yang tahu kehidupan Mbak Nancy. Jangan sedih karena obrolan mereka karena Mbak Nancy-lah yang tahu diri Mbak sendiri, bukan mereka yang tak tahu diri. Fokuskan saja sekarang untuk membahagiakan orang-orang yang tulus sayang sama kamu, Mbak, tutup telinga untuk mereka yang membenci, jangan buang energi yang tidak perlu.”
Nancy terpana dengan apa yang Sarah katakan, bagaimana bisa gadis muda di depannya sangat bijak. Nancy sudah menginjak usia tiga puluh tujuh tahun, sedangkan Sarah baru menginjak usia dua puluh satu tahun. Ah, usia memang tidak menjamin kedewasaan seseorang untuk berpikir.
"Mbak, senang akhirnya bisa kenal sama kamu, Kevin tidak salah ternyata menjadikan kamu sebagai PA. Mbak, pikir dulu yang akan jadi PA Kevin itu lelaki karena memang dari dulu selalu dia tidak pernah mau perempuan manapun menjadi PA nya," Nancy tertawa dengan renyah.
"Pada akhirnya mba penasaran siapa sih perempuan yang bisa jadi Asisten Kevin, ternyata kamu," mata Nancy sambil melirik menggoda Sarah, dan Sarah mau tidak mau tertawa mendengar perkataan Nancy. Ia pun belum menemukan jawaban alasan dirinya ditunjuk Kevin sebagai asistennya.
Suara smartphone Sarah berbunyi, dan ketika Sarah melihatnya, tampak di layar smartphone nya tertera nama Kevin.
"Kamu disuruh kemana sama Kevin?" tanya Nancy.
"Disuruh ke perusahaan Delta Group, Mbak."
"Oh...Delta Group itu salah satu temannya Kevin, namanya Sebastian. Kamu kesana sama siapa?"
"Dijemput sama Pak Agus," jawab Sarah.
"Aku siap-siap dulu ya, Mbak."
"Oke. Hati-hati di jalan."
***
Setengah jam kemudian…
Sarah menuju ke ruangan CEO Delta Group diantar oleh sekretaris perusahaan tersebut, dan saat ia memasuki ruangan, tampak tiga lelaki tampan yang sedang berbincang dengan diselingi sedikit tawa.
"Sarah, kemari. Duduk disini," perintah Kevin, dan Sarah menghampiri bosnya dan duduk di sampingnya, ia tersenyum pada dua lelaki dihadapannya.
"Ah, jadi ini Personal Asistenmu. You are so cute, baby," goda Sebastian.
Sarah hanya mengangguk dan tersenyum ramah menanggapinya.
"Oh, iya. Ini Sebastian, dia CEO Delta Group dan yang ini Christian, ia juga CEO Dairytama," Kevin mengenalkan kedua temannya pada Sarah.
"Selamat sore, Pak. Saya Sarah, Personal Asisten dari Pak Kevin. Senang bertemu dengan Pak Sebastian dan Pak Christian," Sarah mengenalkan diri dengan senyum yang menawan dan membuat ketiga lelaki yang sedang menatapnya terpana.
Memang harus diakui Sarah memiliki senyum yang mempesona, senyuman yang ramah, bukan senyuman yang menggoda, ditambah dengan bibirnya yang tipis dan merah merekah. Ditambah dengan bentuk muka yang kecil, hidung kecil meski tidak terlalu mancung, dan kulit yang putih bersih. Jangan lupakan kedua matanya yang sangat indah, daya tarik yang sesungguhnya ada di kedua matanya yang teduh. Siapapun akan dibuat jatuh cinta dengan menatap kedua bola mata gadis itu. Kedua matanya sangat teduh, siapapun yang memandangnya akan merasa nyaman dan hangat.
"Ehemmm..." Kevin berdehem agar kedua sahabatnya menyudahi tatapan yang tak lepas dari Sarah.
"Sarah, saya memintamu datang ke sini untuk mengatakan berkas ini ke PT. Z&D, tapi sebelumnya kamu cek dulu dan salin copyannya. Kalau sudah kamu cek dan kamu perbaiki ada beberapa yang salah nanti kamu email ke saya, kalau sudah fix nanti kamu antarkan ke PT. Z&D," Kevin menjelaskan sembari menyerahkan dokumen.
"Baik, Pak. Nanti saya cek dan kalau sudah saya revisi sesuai keinginan Bapak, nanti saya email ke Pak Kevin,” balas Sarag.
"Oke, kamu diantar sama Pak Agus, ya?"
"Iya, Pak. Saya pamit dulu kalau sudah tidak ada yang Pak Kevin perintahkan,” jawab Sarah. “ Pak Sebastian dan Pak Christian, saya mau pamit dulu, terima kasih."
"No, kenapa hanya sebentar. Tunggu sebentar, baby," goda Sebastian.
Kevin mendengus kesal dan menatap galak pada Sebastian.
"Oke, lain kali kita harus ketemu lagi, baby," genit Sebastian dan diikuti tawa Christian.
Sarah hanya tersenyum dan sekali lagi pamit kepada mereka.
"Oh, dia sangat imut. Matanya sangat cantik," lagi-lagi Sebastian meracau.
"Diam, playboy tua," kesal Kevin menggerutu.
"Ah, biarkan aku berkencan dengannya," Sebastian memohon pada Kevin.
"TIDAK, Aku tidak akan sudi membiarkan playboy tua sepertimu menggoda asistenku,” tolak Kevin dengan tegas.
"Ayolah, aku kan belum menikah. Jadi aku bebas. Kamu sudah pernah menikah dan Chris kamu sudah punya istri dan anak yang lucu-lucu,” kata Bastian memohon.
"Enggak, itu deritamu. Jangan pernah mimpi, dia milikku," Kevin menegaskan, dan perkataan Kevin sukses membuat kedua sahabatnya kaget.
"Benarkah? Wow, tak kusangka kamu suka daun muda," Christian terkekeh dengan renyah.
"Ah...kalau seperti itu, aku akan menyerah dan aku akan mendukung sahabat yang sudah lama menjadi duda. Pasti sulit bagimu, tak ada sentuhan perempuan sepanjang waktu malammu," Sebastian lagi-lagi menggoda Kevin.
"Diam, kalian atau kerja sama kita batal," ancam Kevin pada kedua sahabatnya.
"Sejak Kapan Kevin Hadiwijaya jadi tidak profesional begini?" tanya Christian.
"Sejak mengenal daun muda itu," Sebastian terus saja menggoda Kevin dan membuat Lelaki itu hanya bisa terdiam tak bisa membalas serangan dari kedua sahabatnya.
Kevin terdiam, kenapa tanpa sadar tadi ia mengatakan Sarah miliknya? Dia waras, kan?
***
***Kevin terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari para pekerja di rumahnya. Semua orang bilang bahwa anaknya, Sophia, telah berubah. Sophia menjadi anak yang baik, murah senyum, suka menolong, dan banyak berubah selama empat bulan terakhir ini. Hal ini membuat Kevin bertanya-tanya apa alasan di balik perubahan drastis Sophia."Pak, saya punya kabar. Katanya, Sophia sekarang sudah mulai ceria lagi dan selalu ramah kepada siapa saja. Pak Tono tahu apa yang membuat Kris berubah?" tanya Kevin."Iya, Tuan. Sekarang, Nona kecil sangat baik dan lebih ceria karena selama ini bertemu dan berkenalan dengan seorang perempuan dan dekat semenjak berkenalan di time zone saat bermain game," jawab Tono sambil tersenyum."Perempuan? Teman sekolahnya?" tanya Kevin."Bukan teman sekolahnya, Tuan. Tapi ini perempuan muda sekitar umur dua puluhan, mungkin nona kecil menganggap perempuan ini pengganti sosok ibunya. Tenang saja, Neng Sarah tidak tahu identitas nona kecil anak siapa, dan sa
***Sarah menatap deretan barang-barang mewah di atas meja Kevin, ia tidak tahu kenapa Kevin menyuruhnya masuk ke ruangannya di saat jam makan siang.“Ini untuk apa, Pak?” tanya Sarah.“Semua ini untuk kamu, kalau ada yang tidak kamu suka, nanti Sean yang akan menggantikannya sesuai selera kamu,” balas Kevin.“Tapi saya tidak butuh semua barang ini, Pak," kata Sarah dengan keberatan."Kamu mau mencoba menolak apa yang saya berikan?” tanya Kevin tampak kesal."Bukan saya menolaknya, Pak. Tapi saya memang tidak terlalu membutuhkan barang-barang ini semua, saya sudah merasa lebih dari cukup dengan apa yang saya punya saat ini,” balas Sarah.Kevin mendengus kesal saat Sarah lagi-lagi selalu menolak apa yang ia berikan. “Saya sudah membeli semua ini, jika kamu menolak, saya akan membuangnya sekarang!”“Pak, ini kan masih bersegel, bisa dikembalikan, kan? Biar saya yang mengembalikannya. Saya memang tidak terlalu suka dengan barang-barang mewah seperti ini, rasanya kurang pantas kalau saya
***"Sayang, di mana?" Sarah menelepon Shopia karena semalam sudah janji untuk menemani gadis kecil itu hari ini."Di lantai tiga, Bum. Bunda sudah sampai?" Shopia bertanya balik."Bentar lagi, sayang. Tunggu ya.""Oke, Bunda."Sarah menutup telepon dan bergegas ke lantai tiga untuk segera bertemu dengan Shopia. Sarah merindukan gadis kecil itu, entah mengapa gadis kecil itu selalu membuatnya bahagia."Sayang, Bunda kangen banget!" ucap Sarah sambil memeluk dan mencium pipi Shopia tanpa ampun."Iya, Bun. Shopia juga kangen banget sama Bunda. Enggak ketemu Bunda seminggu rasanya kayak seabad," jawab Shopia dengan ekspresi wajah yang imut dan manja."Ya ampun, anak Bunda jago banget gombalnya," ucap Sarah sambil tertawa dan memencet hidung Shopia."Ini bukan gombal, Bun, ini fakta," seloroh Shopia menegaskan."Iya deh, percaya. Mau main sekarang?" tanya Sarah."Let's go!" Shopia menarik tangan Sarah dengan cepat.***Tiga puluh menit kemudian…"Halo, Papi mau kesini?" tanya Shopia, berh
*** "Andrew, nanti kamu temani Cyntia makan malam ya," Clara menyuruh anaknya, Andrew, yang hendak pergi. "Nanti malam aku sibuk, ada kerjaan di kantor yang mengharuskan lembur," jawab Andrew cuek pada ibunya. "Sebentar saja, kamu enggak bisa luangkan waktu buat Cyntia? Dia anak baik, cantik, pintar, dan juga bobot, bibit mapun bebetnya jelas enggak kaya mantanmu itu siapa namanya yang enggak jelas asal-usulnya," Clara mengingat-ingat nama yang hampir ia lupakan. "Kenapa Mama tiba-tiba membandingkan dengan Sarah?" tanya Andrew tidak suka. "Iyalah, Mama heran sama kamu. Apa bagusnya itu perempuan enggak jelas. Kenapa kamu enggak bisa lupakan dia. Kamu harusnya sadar, dia hanya mengincar menjadi bagian keluarga Barito Kusuma biar naik pangkat dia, dia kan gadis jalanan yang entah keturunan siapa, anak dari panti asuhan," Clara marah mengingat gadis itu. "Cukup, Ma. Aku berangkat dulu ke kantor," Andrew kesal dan meninggalkan Clara sendirian. "Sarapanmu belum habis," cegah Clara, t
***Sudah lama Sarah bekerja dengan Kevin, mungkin hampir setahun. Tanpa disadarinya, Kevinlah yang bisa membuat bahagiannya kembali terbit. Pesona, kelembutan, kedewasaan, perhatian, dan sikap Kevin membuat tali perasaannya semakin mengikat. Namun, Sarah tidak menginginkan hal itu terjadi karena dia sadar diri, merasa tidak akan ada akhir yang indah untuk perasaannya.Sarah menyadari bahwa dunia Kevin dan dirinya sangat bertolak belakang. Dia hanya gadis biasa, tak berani bermimpi untuk jatuh cinta pada lelaki sesempurna boss-nya."Ah, aku tak bisa terus terjebak dalam perasaan seperti ini. Aku tak mau terlalu berharap dan pada akhirnya aku jatuh lagi dalam perangkap kesedihan," ucap Sarah, menguatkan hatinya agar tak banyak mengharap.Meski ia tahu, dan merasa Kevin juga mempunyai perasaan yang sama, tapi Sarah harus menepisnya dengan kuat dan percaya bahwa bosnya memang lembut dan baik kepada siapapun. Banyak perempuan hebat di luar sana yang sebanding dan pantas untuk Kevin, bukan
“Jika memang aku hanya sejarah bagimu, izinkan aku memintamu untuk mengenangku sebagai bagian terindah dalam hidupmu, agar aku masih punya keberanian untuk melihatmu."***"Sayang, bisa jemput aku?" pinta Cyntia."Aku sibuk," jawab Andrew."Sebentar saja, aku enggak bawa mobil," Cyntia memohon dengan manja."Aku sibuk, banyak kerjaan di kantor. Nanti sopirku jemput kamu saja,” jawab Andrew dengan tegas."Aku maunya kamu, sayang," Cyntia memohon lagi."Sudahlah, jangan manja. Aku tutup teleponnya ya. Bye," Andrew mengakhiri pembicaraannya, membuat Cyntia kesal."Lagi-lagi kamu seperti ini. Aku kurang apa di matamu? Apa lebihnya perempuan itu dibandingkan dengan aku," ucap Cyntia dalam hati, berkelut dengan pikirannya tentang sikap Andrew padanya, tiba-tiba dia melihat sebuah nama di layar gadgetnya."Yes, jackpot," gumam Cyntia."Halo, Tante, apa kabar?" tanya Cyntia."Jangan panggil Tante, berulang kali Mama bilang kamu panggil Mama saja. Kan sebentar lagi kamu mau jadi anak mamah."C
***FLASHBACK… Andrew melarikan diri dengan tergesa-gesa, dikejar oleh tiga perempuan yang ingin mengajaknya kencan. Saat dia berlari, dia menemukan seorang perempuan duduk di bawah pohon rindang, sibuk mencatat dalam buku. Ketika mata mereka bertemu, jantung Andrew berdebar kencang. Mata perempuan itu memikatnya, membuatnya lupa akan keadaan sekitarnya.Tanpa bicara, perempuan itu membantu Andrew ketika dia meminta bantuan untuk bersembunyi dari para penguntitnya. Namun, kedamaian mereka terganggu ketika suara gadis berambut pendek mendekati."Andrew lari kemana? Dia sangat cepat," ucap gadis itu."Hey, aku kira kamu itu tadi makhluk jadi-jadian,” ucapnya kaget, “kamu tahu ada pria cantik, tinggi, berkulit putih lewat sini tidak?" tanya gadis itu pada Sarah."Tadi dia lari ke sana," jawab Sarah, dan mereka berdua pergi tanpa memperhatikan Sarah yang tersembunyi di atas pohon.Sarah merasa aneh saat dideskripsikan sebagai 'makhluk jadi-jadian' oleh gadis itu. Apakah kulitnya yang put
***"Kenapa kaget, sayang?" tanya Kevin, memecahkan lamunan Sarah"Di mana Mbak Nancy?" tanya Sarah bingung."Dia sudah pulang, rindu anaknya," jawab Kevin sambil memesan sesuatu kepada pelayan."Tadi Mbak Nancy yang menyuruh saya menunggu di sini," kata Sarah, masih bingung."Saya yang minta menghubungimu karena ponsel saya mati," jawab Kevin.Sarah terdiam, mencoba memahami. Lelaki di depannya tiba-tiba membuat hatinya berdebar-debar."Kamu kaget, ya? Kenapa malah saya yang datang?" tanya Kevin, sambil memandang Sarah dengan penuh kelembutan.“Iya, saya masih bingung. Alasan Bapak malah datang ke sini, apa? Apa Pak Kevin mau ngecek pekerjaan saya?” Sarah bertanya balik."Karena saya merindukanmu," jawab Kevin seenaknya.Jawaban pria itu membuat Sarah terkejut dan ia hanya terdiam, bingung untuk menanggapinya."Besok saya mau ajak kamu jalan, kamu harus ikut," pinta Kevin, suaranya penuh dengan harapan."Besok masih ada kerjaan, Pak?" tanya Sarah, mencoba untuk menyelesaikan rasa mal