Beranda / CEO / Dalam Pelukan Sang CEO / 165. Ingatan itu Membuat Sesak

Share

165. Ingatan itu Membuat Sesak

Penulis: ISMI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sudah lama mendung menyelimuti langit bahagiaku. Aku lupa bagaimana pelangi datang dan bagaimana matahari bisa membuat hariku cerah. Aku hanya mengumpulkan luka, menjadikannya pekat. Aku tak ingin membuka kembali ingatan luka masa lalu, karena itu hanya membuat aku meragukan tujuan hidupku.

***

Hansen menerima banyak panggilan telepon hari ini, dan banyak wartawan menunggu di depan rumahnya. Beredar bukti bahwa Hansen memiliki bisnis ilegal yang merugikan negara dan keterlibatannya dalam kasus suap pada pejabat lima tahun lalu agar memenangkan proyek di Bali. Bahkan, kisruh keluarganya pun ramai tersebar, termasuk terkuaknya wajah ibu kandungnya. Hal ini membuat Hansen semakin gelisah.

Hansen tak ingin siapapun mengusik ibunya, tidak mau ibunya jadi bahan konsumsi publik. Pintu kamarnya diketuk, asistennya masuk dengan wajah tegang.

"Ada apa?" tanya Hansen, seolah mengerti ada hal berat yang akan disampaikan.

"Harga saham kita anjlok, Tuan. Ayah Tuan di Inggris terus menghubungi saya,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dalam Pelukan Sang CEO   166. Ingatan yang Dibenci

    ***Sean terus saja berdiam diri, tak menggubris semua panggilan masuk yang terus berdering. Ia telah merapikan semua dokumen informasi tentang Sarah dalam satu map untuk diserahkan pada Kevin.Sean menghela napas berat ketika melihat sebuah nama tertera di layar ponselnya. Nama yang membuatnya menangis lagi, menangis karena kerinduan yang dulu sangat ia benci untuk merasakannya.Sean tak menggubris panggilan masuk dari wanita itu, ia sungguh tak sanggup untuk saat ini bertemu dengan wanita itu meski hanya mendengar suaranya. Ia mematikan ponselnya dan memutuskan akan ke Jepang hari ini. Ia ingin semuanya jelas dan bertanya pada Isamu. Sean tahu pasti Ojisan-nya itu mengetahui fakta dan jawaban dari semua pertanyaannya."Saat ini aku tak ingin bertemu denganmu, maafkan aku. Tapi, aku akan menjagamu meski aku jauh darimu. Aku akan menempatkan seseorang untuk memantau dan melindungimu," lirih Sean dengan menitikkan air mata.Di Penthouse, Sarah terus menghubungi Sean. Lelaki itu hari in

  • Dalam Pelukan Sang CEO   167. Akan Selalu Menjaganya

    ***Sarah menatap layar televisi tanpa berkedip. Hansen kini menjadi topik hangat pemberitaan. Ia terus menyimak berita itu dengan serius. Hansen tak menjawab setiap pertanyaan dari wartawan, hanya membalas dengan senyuman. Namun, ketika ada wartawan yang menanyakan perihal ibu kandungnya, senyumannya berubah menjadi amarah.Sarah merasa terenyuh, bukan karena kemarahan yang ditunjukkan lelaki itu, tetapi ada kesedihan di sorot matanya.Sarah tak bisa berbuat apa-apa, hanya mendoakan semoga semuanya baik-baik saja. Lift terbuka dan Kevin masuk menghampiri Sarah yang masih tidak sadar akan kedatangannya."Sayang," sapa Kevin, membuat Sarah menoleh ke arahnya dan terperanjat kaget."Kenapa kamu sudah datang?" tanya Sarah dengan polosnya.Kevin mengernyitkan kening, merasa aneh dengan pertanyaan Sarah. "Kamu tidak suka aku datang?""Suka! Tapi tumben kamu datang bukan di hari Sabtu?" tanya Sarah."Karena aku khawatir sama kamu.""Khawatir kenapa? Kan ada Sean yang menjagaku," ujar Sarah.

  • Dalam Pelukan Sang CEO   168. Hanya ingin Baik-baik Saja

    ***"Sean!" panggil Sarah dengan senang, senyumnya mengembang saat ia melihat Sean mendekat.Lelaki itu tersenyum hangat, sorot matanya melembut saat menatap Sarah. Wanita itu langsung menghampirinya dan secara refleks memeluk Sean. Sarah tidak menyadari hal itu, tetapi Sean tersenyum penuh arti saat mendapatkan pelukan itu."Kamu kenapa tidak memberi kabar padaku?" tanya Sarah protes sambil memanyunkan bibirnya."Kemarin mendadak ada urusan yang harus aku selesaikan," jawab Sean."Setidaknya kamu harus bilang padaku! Kamu membuatku khawatir," ujar Sarah."Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu khawatir," ucap Sean merasa bersalah."Kamu itu pilih kasih! Ke Kevin bilang, kenapa sama aku tidak? Kamu sebenarnya malas kan sama aku?" Sarah menatap Sean dengan sebal."Bukan pilih kasih. Kamu dan Tuan Kevin sama-sama penting. Ke depannya, kamu akan menjadi orang pertama yang akan aku kasih tahu duluan," janji Sean.Sarah menarik lengan Sean agar mengikutinya dan menuntunnya untuk duduk. Lelaki

  • Dalam Pelukan Sang CEO   169. Deja vu

    Aku tidak mengingat ingatan itu, tetapi semua kenangan dalam mimpi itu seolah memberi tanda bahwa aku pernah mempunyai selembar cerita yang belum selesai. Kenangan itu kembali hadir, berteriak memanggil namaku, seolah ingin aku memungutnya dan memeluknya.***Kurang lebih seminggu lagi mereka akan berangkat ke Jepang. Sarah tertidur pulas bersandar di kursi sebelah kemudi. Sean melirik ke arah wanita itu dengan senyum. Ada hal yang sebenarnya sangat ingin ia katakan padanya, tapi semua itu tak jadi ia katakan karena Sarah pernah berkata, semakin ia mencoba mengingat masa lalunya, kepalanya akan terasa sakit.Dalam tidurnya, Sarah bermimpi melihat seorang gadis kecil berusia lima tahun dengan seragam TK-nya berada di ruang gelap, menangis sendirian. Tubuhnya berlumuran darah. Sesekali gadis kecil itu memanggil ayah dan ibunya. Sayup-sayup terdengar, gadis kecil itu memanggil sebuah nama yang tak asing di telinga Sarah.Sarah menghampiri gadis kecil itu. Gadis kecil itu melirik ke arahn

  • Dalam Pelukan Sang CEO   170. Kenangan yang Selalu Teringat

    ***Raut wajah Kevin dari tadi terus saja merengut. Ia merasa kecewa pada Sarah karena tak membalas pesan maupun panggilan telepon darinya. Ditambah lagi, ia harus mengetahui keadaan Sarah dari Sean. Wanita itu mendadak berubah sikap dan tak lagi mengandalkannya. Kevin juga menyimpan sedikit rasa kecewa pada Sean, karena lelaki itu tampak terlalu perhatian pada Sarah.Sarah yang melihat kemuraman wajah Kevin langsung menyadarinya. Ia tahu Kevin sedang marah padanya karena dari tadi lelaki itu sangat cuek dan tak menyapanya sama sekali. Sarah pun menghampiri Kevin yang sedang duduk sendirian di halaman tengah rumahnya, sibuk memainkan gadgetnya.“Kamu marah padaku?” tanya Sarah memulai pembicaraan. Kevin acuh tak peduli dengan pertanyaan gadis itu.Sarah berkata, “Aku minta maaf. Bukan aku tak mau memberitahumu tadi aku ke mana, aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir.”Kevin tetap tak menggubrisnya. Ia sangat kecewa. Padahal sudah berapa kali ia katakan bahwa dialah satu-satunya lela

  • Dalam Pelukan Sang CEO   171. Itu Hanya Masa Lalu

    Ada aku di sini menemanimu untuk setiap langkah kakimu. Jangan lelah, jangan takut. Ada aku yang akan berjalan di sisimu meski harus tertatih. Bukankah dengan kita berjalan bersama, kita bisa menikmati setiap masa yang terjadi? Aku ingin memiliki banyak cerita denganmu, jadi jangan takut untuk melangkahkan kaki jika itu hanya denganku.***Kevin langsung pergi ke penthouse untuk menemui Sarah. Wanita itu pasti sedang ketakutan dan tak mau memejamkan matanya lagi. Mimpi itu datang lagi dan membuat lelaki itu khawatir luar biasa.Kevin sampai lupa memberitahu Sean agar menyelidiki anak lelaki yang berada di potret Sarah, barangkali anak lelaki itu masih hidup dan bisa membuka masa lalu Sarah serta menghilangkan mimpi buruknya.Lift terbuka tepat waktu. Kevin datang sangat larut dan, seperti dugaannya, wanita itu sedang melamun, menatap langit malam di balkon.Kevin langsung menghampiri dan memeluknya erat, membuat wanita itu terhenyak sejenak."Maafkan aku," bisik Kevin, seolah tahu wan

  • Dalam Pelukan Sang CEO   172. Dilema

    Haruskah aku bersandar pada hati yang lalu? Membiarkan resah tak bertepi, menghindari ego yang ingin berteriak memanggil asa yang diinginkan oleh hati. Haruskah aku mengikuti jejak saat ini? Ketika harapan tentang inginku hanya selangkah lagi aku dapatkan. Tapi ada jiwa yang ingin aku lindungi agar tak terluka tertusuk duri masa lalu. Haruskah aku dan dilema ini berada di persimpangan jalan?***"Sean, beberapa hari lagi aku dan Sarah akan menikah, dan aku masih ada satu tugas untukmu," ucap Kevin dengan wajah serius."Tugas apapun yang Tuan perintahkan, saya akan selalu menyanggupinya," balas Sean dengan pasti."Aku sebenarnya tidak peduli dengan masa lalunya, tapi akhir-akhir ini Sarah selalu mendapat mimpi buruk. Aku tahu dia hilang ingatan, dan yang aku tidak paham sampai saat ini, kenapa dia tak mengingatnya sama sekali. Pasti ada trauma yang sangat mendalam. Dan juga, aku tak mau dia mengingat semua itu, jika memang hal itu sangat menyakitkan baginya, tapi..." Kevin terdiam seje

  • Dalam Pelukan Sang CEO   173. Menjaga Bahagianya

    ***"Parasit!" sinis Kevin ketika salah satu lawan bisnisnya tiba-tiba mendekatinya."Siapa, Tuan?" tanya Richard."Perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Irawan," balas Kevin dengan malas."Bukankah mereka terjun di bisnis konstruksi?" tanya Richard."Mereka punya bisnis yang sangat kacau. Setelah pergantian pimpinan, banyak sekali kecurangan dan korupsi di sana. Padahal, dulu orang yang mendirikan perusahaan itu sangat jujur dan membawa kejayaan bagi Irawan Mega Pratama," Kevin menjelaskan."Benar, katanya pimpinan perusahaan itu mengalami kecelakaan yang tragis dan semuanya meninggal, tak ada yang selamat," ucap Richard."Setelah kematian Harry Irawan, kepemilikan dialihkan pada kakak iparnya. Dan tentu saja, setelah dia yang mengambil alih, kehancuran sudah tak bisa dipisahkan dari perusahaan itu," lanjut Richard.Richard menambahkan, "Banyak desas-desus yang beredar bahwa Pak Vino, kakak ipar dari Pak Harry, sengaja membuat kecelakaan itu agar semua hartanya jatuh ke tangannya. T

Bab terbaru

  • Dalam Pelukan Sang CEO   245. Kaulah Semestaku (TAMAT)

    ***Akhirnya, Sarah melahirkan anak pertamanya setelah menahan kontraksi selama dua belas jam. Anak pertamanya lahir tentu dengan drama, di mana Kevin selalu dibentak dan rambutnya dijambak oleh Sarah ketika menahan rasa sakit kontraksi. Namun, perjuangan Kevin tak sebanding dengan perjuangan istrinya yang melahirkan anaknya dengan selamat ke dunia. Anak laki-lakinya sangat cantik, meskipun jenis kelaminnya adalah laki-laki. Wajah bayi laki-laki itu, meskipun kata orang pasti akan berubah-ubah, sangat mirip dengan Sarah.“Ini Adiknya Kakak, Pi?” tanya Shopia dengan takjub.“Iya, Kak. Bagaimana? Kakak sayang enggak sama Adik bayi?” Kevin bertanya balik.Shopia langsung mengangguk cepat. “Tentu saja, sangat sayang. Tapi, ini Adik bayinya perempuan, yah?” tanya Shopia.“Laki-laki dong,” sahut Kevin.“Kalau laki-laki, kenapa Adik bayinya cantik?” tanya Shopia heran.“Karena

  • Dalam Pelukan Sang CEO   244. Menunggu Kehadiranmu di Dunia

    ***"Kamu mau konsep resepsi yang bagaimana?" tanya Zeline pada Nisa."Aku bingung," balas Nisa."Loh, kok bingung?" Zeline menatap Nisa yang sedang bimbang.Nisa menghela napasnya. "Aku bingung, ini seperti mimpi. Aku takut saja, bahwa saat ini aku sedang tertidur," ungkap Nisa.Zeline menghembuskan napasnya. "Ini bukan mimpi! Dan kamu juga tidak sedang tertidur. Sebulan lagi kalian akan menikah, kan?" tanyanya."Kami memutuskan akan menikah setelah Sarah melahirkan saja, mungkin setelah anak Sarah sudah berumur tiga bulan, baru kami akan menikah," jawab Nisa."Kenapa harus menunggu anak Sarah berusia tiga bulan?""Aku yang mau. Aku enggak mau membuat Sean dan Sarah kecapean mengurus pernikahanku. Apalagi Sarah, dia sangat antusias dan ingin menyiapkan segalanya untukku. Lagian juga, Sean masih harus berjuang dengan proyek-proyeknya yang belum goal. Aku tidak ingin membuat konsentrasinya jadi pecah.""Kan bisa akad dulu

  • Dalam Pelukan Sang CEO   243.Kebahagiaan yang Baru

    ***Sarah melihat suaminya hanya diam saja dari tadi. Kevin memang sangat cemburu saat tadi Hansen dengan sengaja memujinya di depan lelaki itu. Wajah suaminya langsung muram dan tidak mengatakan satu patah kata pun.Setelah sampai di kamar, Kevin langsung mengganti bajunya dengan piyama dan tidur tanpa bicara apa pun. Sarah hanya bengong, menatap suaminya yang langsung tertidur tanpa melakukan ritual setiap mau tidur. Biasanya, Kevin selalu mengajak ngobrol janin yang ada dalam perutnya, menceritakan harinya, dan selalu memeluknya serta menunggunya sampai terlelap.Sarah menggelengkan kepalanya. Cemburu suaminya itu memang tidak pernah berubah, seperti anak kecil. Sarah mencuci kaki, tangan, dan juga membersihkan wajahnya. Setelah mengganti bajunya dengan gaun tidur, ia berbaring di sebelah Kevin yang posisinya membelakanginya.Sarah mengelus punggung Kevin. “Hubby, masa gitu aja cemburu sih. Tadi kan Hansen bercanda aja,” ucap Sarah memulai

  • Dalam Pelukan Sang CEO   242. Melepaskanmu

    ***Setelah melaksanakan resepsi pernikahan yang sangat megah, Zeline dan Bastian mengadakan pesta kebun yang sangat privat. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadirinya, karena pesta ini bertujuan untuk saling bertemu setelah masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing.Shopia tidak ikut karena sedang menginap di rumah sahabatnya, Yonna. Setelah berkenalan dengan teman barunya itu, Shopia menjadi lebih rajin belajar. Ketika Shopia mengatakan akan menginap di rumah Yonna, Kevin dan Sarah tentu saja mengizinkannya.“Shopia tumben akrab sama temannya?” tanya Nisa.“Teman baru di sekolahnya. Anaknya asyik dan pintar, jadi Shopia senang akhirnya bisa punya sahabat,” balas Sarah.“Bagaimana kandunganmu? Bayinya sebentar lagi mau launching, jadi enggak sabar,” seru Nisa.“Perkembangannya sangat baik. Aku deg-degan memang mau melahirkan, agak takut. Aku takut nanti bisa melahirkan atau tidak,&rdquo

  • Dalam Pelukan Sang CEO   241. Lupakan Dia agar Kamu Bahagia

    ***Usia kandungan Sarah sudah menginjak tujuh bulan, perutnya semakin membesar dan sudah mulai kelihatan. Ia sudah mulai sulit untuk tidur. Kevin selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Sarah, apalagi Shopia. Anak kecil itu selalu memijit kepala Bundanya."Perutmu semakin besar, tapi badanmu tetap kecil," ucap Zeline."Memang tadinya aku kecil kan, ini naik juga kok berat badanku. Naik delapan kilo," kata Sarah."Aku ingin hamil juga, sudah dua bulan tapi belum juga ada tanda-tanda. Malah saat ini aku lagi datang tamu bulanan. Jadi aku sedih," lirih Zeline."Duh, kamu yah. Baru juga dua bulan. Lihat banyak pasangan yang belasan tahun pun masih menanti. Mereka tetap bersyukur dan sabar menantinya. Jangan banyak pikiran, nanti jadi sugesti loh," kata Sarah."Bukannya aku tidak mau bersyukur, tapi sedih sih saat aku ketemu teman dan kerabat, terus mereka bilang, 'Kamu sudah isi belum?' atau 'Kok belum isi sih, sudah dua bulan belum ada kabar

  • Dalam Pelukan Sang CEO   240. Bahagia Kembali Terbit

    ***Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari ini, Zeline akan memulai babak awal dalam kehidupannya. Hari ini, Bastian akan mengucap janji pada Tuhan untuk mengikatnya. Zeline sangat cantik, meski polesan riasannya sangat sederhana tapi tidak melunturkan aura bahagianya itu.Sarah dan Nisa yang akan menjadi pendamping Zeline. Sarah tersenyum melihat kegugupan adik iparnya itu, mengingat perasaan yang sama saat di Jepang. Namun, dulu ia melaksanakan akad di ranjang rumah sakit.“Jangan terlalu gugup,” ucap Sarah.Zeline mengangguk. “Aku sangat terharu. Aku akan menjadi seorang istri dalam beberapa menit lagi.”“Dan kamu akan menuai pahala setelah menjadi seorang istri,” timpal Sarah.“Babak baru dalam hidupku saat ini telah dimulai,” ujar Zeline penuh semangat. Mereka bertiga saling merangkul dengan haru.***Setelah akad diucapkan dengan lancar, yang otomatis membuat Bastian da

  • Dalam Pelukan Sang CEO   239. Pembuktian Cinta

    ***Sarah akhirnya bisa tersenyum dengan senang ketika suaminya memenuhi keinginannya yang sedang ngidam. Tanpa Sarah ketahui, ternyata Kevin langsung menghubungi kenalannya di Bandung dan meminta secara khusus pada manajemen bubur ayam Mang Haji Oyo untuk membuatkan bubur ayam untuk istrinya.Setelah permintaannya disanggupi, akhirnya Sarah dan Kevin berangkat ke Bandung jam dua dini hari, waktu di mana sebagian besar orang terlelap. Kevin dan Sarah tiba di Bandung dalam waktu kurang lebih tiga jam. Sungguh tidak pernah terpikir oleh Kevin untuk jauh-jauh datang ke Bandung hanya demi bubur ayam. Semua ini demi istrinya, demi memenuhi ngidamnya, dan juga karena ia sudah berjanji. Kevin menatap istrinya yang makan dengan lahap, menghabiskan empat mangkok bubur ayam.Sarah merasa senang karena perutnya akhirnya kenyang.“Terima kasih, Hubby. Sudah memenuhi keinginanku dan dedek bayi di dalam perut,” ucap Sarah manja.“Kan aku sudah

  • Dalam Pelukan Sang CEO   238. Berkat yang Tuhan Kirim

    ***Sarah melihat kecemburuan di wajah Sean. Ia tersenyum, merasa senang karena baru kali ini melihat wajah kakaknya yang seperti tomat. Jelas terlihat, sebab Sean memiliki kulit seputih susu.“Kakak cemburu, ya?” tanya Sarah sambil tertawa kecil.“Enggak juga. Kakak hanya sebal sama lelaki itu!” jawab Sean pura-pura tenang.“Masa sih? Kok aku enggak percaya, ya?” timpal Sarah.“Kakak enggak suka lihat lelaki genit.”Sarah tersenyum lagi, merasa gemas karena kakaknya tidak mengakui bahwa dirinya sedang cemburu. “Kak, kalau cemburu bilang saja, jangan malu!”“Siapa yang cemburu? Kakak enggak pernah cemburu, itu hanya untuk laki-laki yang putus asa,” bela Sean.“Ah! Kata siapa? Cemburu itu tanda cinta loh. Memang jangan terlalu cemburu, tapi cinta akan bekerja jika ada rasa cemburu. Tanpa cemburu, cinta terasa membosankan dan hambar.”Sean

  • Dalam Pelukan Sang CEO   237. Kau adalah Takdirku

    ***Hari ini, Nisa menemani Sarah seharian. Mood sahabatnya itu luar biasa berubah. Bukan hanya suaminya yang kewalahan menghadapi sifat Sarah saat hamil, tetapi Nisa juga harus sabar dan membenarkan apa yang diyakini sahabatnya. Prinsip Nisa saat ini adalah jangan pernah membantah Sarah jika ingin semuanya baik-baik saja.Usia kehamilan Sarah sudah hampir memasuki lima bulan. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Selama itu juga, perasaan Nisa terhadap Sean semakin memuncak, meski terkadang ada satu titik di mana ia merasa ragu pada dirinya sendiri. Masa lalunya yang rumit membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak pantas berada di sisi lelaki itu.Nisa terkejut melihat porsi makan Sarah yang meningkat tiga kali lipat. Awal kehamilan, sahabatnya itu malah sulit makan. Tetapi sekarang, semua makanan terus dicicipi Sarah.“Wah, Adek bayi kayaknya senang kalau Bundanya makan ini,” seru Sarah bersemangat.“Jangan kebanyakan dong! In

DMCA.com Protection Status