Halo, Pembaca! Terima kasih telah mengikuti kisah Alisya. Dukung karya ini dengan review dan vote. 😊
"Pertanda baik?" sebelah alis Alisya terangkat karena penasaran. Sekian lama tidak bertemu, tentu saja ada banyak hal yang Efatta lalui tanpa sepengetahuan Alisya. "Kembali hidup bersamamu ..." biskim Efatta sembari mencondongkan tubuh ke arah Alisya. Penciuman Efatta menghirup rakus aroma khas milik Alisya dengan mata terpejam. Aroma yang membuat mantan kapten Skorpiozh merasa nyaman dan tidak ingin beranjak dari sang putri Crysozh. Mundur menghidari Efatta, Alisya hanya tersenyum kecut mendengar ucapan pria bertopeng. Lidah sang ratu terasa kelu untuk mengucapkan fakta sebenarnya. "Kenapa? Apa kamu tidak merindukanku?" tanya Efatta dengan kedua alis mengernyit di balik topeng. "Hubungan kita sudah berakhir, Kapten!" ucap Alisya seraya membuang muka. "Kenapa? Aku tidak mati dan tidak menceraikanmu!" tanya Efatta disambut gelengan pelan wanita berambut merah masih dengan membuang muka. Dua bulan lamanya Efatta hidup tanpa seks dan alkohol. Hati mantan kapten Skorpiozh begitu men
Terdengar bunyi dari dalam perut Alisya disertai rasa mual yang menjadi-jadi. Nafsu makan Alisya memang menghilang, tetapi janin dalam kandungannya tetap butuh asupan untuk tumbuh kembang selama masa kehamilan. Setelah menghapus sisa-sisa air mata, Alisya memperhatikan keadaan di sekitar gua. Sang ratu Kosmimazh tidak membawa peralatan apa pun untuk bertahan di hutan. Hanya ada seekor kuda yang Efatta tinggalkan. Bahkan kuda yang berpostur tinggi itu tidak memiliki pelana. Pasti Alisya akan kesusahan saat naik tanpa bantuan orang lain. "Sabar ya, Sayang! Ibu akan cari makanan di sekitar sini," ucap Alisya sembari mengelus perut yang masih rata. Alisya berjalan keluar gua, Rupanya matahari telah setinggi tombak di langit. Di luar gua Alisya mulai mencari buah-buahan yang bisa dimakan. Tidak banyak yang bisa Alisya temukan, kecuali buah berry. Langsung saja buah-buahan itu Alisya makan untuk mengganjal perut. Saat kehamilan pertama, rasa mual, mudah lelah, mudah lapar dan ngatuk sang
"Apa kamu telah menemukan penyihir itu di istana?" tanya Efatta tiba-tiba membuat Alisya sedikit melonjak. Kebekuan membuat kedua penunggang kuda terjebak suasana yang tidak nyaman. "Ya. Diduga kuat Selir Neelam berhubungan dengan penyihir. Wanita itu telah meracuni selir-selir ayahku hingga mereka menjadi sakit, gila, kemudian mati. Aku pun telah mengirimkan orang-orangku untuk menyelidiki kota asal Selir Neelam, dan hasilnya sangat mengejutkan. Ternyata kelompok penyihir itu merencanakan kudeta. Apa kamu tahu di mana kota itu?" tanya Alisya semabari tetap memandang ke depan. "Evidizh." Efatta menjawab tepat sasaran. "Bagaimana kamu bisa tahu?" refleks Alisya menoleh kebelakang, memandang jakun dan rahang Efatta yang mengintip di balik topeng. Kulit cokelat terang mantan kapten Skorpiozh tertimpa cahaya matahari, menambah kesan seksi dan maskulin. Jarak yang begitu dekat membuat jantung Alisya berdebar tidak karuan. Buru-buru membalikkan wajah, sang ratu Kosmimazh tidak ingin keik
"Arrgghhhh!" erang Efatta sekali lagi. Dua anak panah menancap di punggung Efatta sekaligus. Meski tidak dapat melihat secara langsung, Alisya masih bisa mendengar dua anak panah telah menancap di atas punggung Efatta. Tanpa sadar air mata Alisya tumpah, menyadari pria di belakangnya bersungguh-sungguh melindungi sang ratu Kosmimazh. "Efatta hentikan ... kumohon ..." isak Alisya. "Diam!" teriak Efatta marah. Mendapat bentakan dari Efatta, tangisan sang ratu menjadi samakin menjadi-jadi. Setelah melewati tebing pasir hati Alisya menjadi sedikit lega. Hujan anak panah sepertinya juga sudah reda. Akan tetapi, para penunggang hitam tidak akan tinggal diam secepat ini. Berhenti sejenak untuk mengobati Efatta sangat tidak mugkin. "Ha! Ha!" teriak Efatta membelah kesunyian hutan. Tidak lama kemudian, dugaan Alisya terbukti. Para penunggang kuda hitam segera datang menyusul. Dari belakang anak panah kembali meleset mengejear sasaran hidup bak memburu binatang liar. Saat melihat kilau c
Seorang pria berambut cokelat menggebrak meja. Prajurit yang baru saja membawakan berita hanya menunduk menyaksikan ekspresi tidak suka sang tuan. "Hanya menangkap seorang wanita! Kalian gagal melakukannya! Memalukan!" teriak pria di belakang meja kerja raja. "Ampun, Yang Mulia. Wanita itu dilindungi oleh sekumpulan pasukan elit~" Belum selesai prajurit menjelaskan, gebrakan meja kembali terdengar. Prajurit berbaju serba hitam di dalam ruangan raja mengunci mulut seketika. "Sekumpulan pasukan elit?" tawa sang raja pengganti meledak. "Kalian pikir, kalian ini siapa? Preman pasar? Kalian juga pasukan elit!" ucap pria berambut cokelat dengan nada tinggi. Sepasang alis paman Alisya menukik tajam. "Apa kalian mau menunjukkan kelemahan di dalam rumah sendiri?" kali ini Ega berucap dengan suara yang lebih rendah namun menekan, membuat bulu kuduk orang yang mendengar meremang. Siapa pun orangnya, pasti akan terkejut melihat kemarahan Ega, sang pengganti raja. Adik kandung mendiang raja N
"I~itu kayu ypnozh, Selir!" ucap dayang dengan bola mata bergerak ke kanan dan kiri. "Kayu ini tidak beraroma sama sekali. Lalu apa manfaatnya membakar kayu ini?" tanya Roxelana dengan memicingkan mata. "Hamba tidak tahu, Selir! Hamba hanya menjalankan perintah." "Siapa yang memberimu perintah?" "Raja ...." "Tidak masuk akal!" kata selir bermata velvet geram. "Jika kayu dupa ini tidak berfungsi sebagai pengharum ruangan, aku rasa fungsinya sebagai obat. Apakah Yang Mulia sakit selama ini?" wajah Roxelana mendekat ke arah dayang yang telah berkeringat dingin. "Yang Mulia baik-baik saja ... hanya saja sekarang sedang sakit ...." "Katamu kayu ini sudah sering raja bakar bersama olibanum! Padahal raja tidak sakit! Atau sebenarnya kayu dupa ini adalah racun yang menyerang secara perlahan?" Mata Roxelana mendelik seakan hampir keluar, sang selir berucap dengan nada tertekan. "Ampun, Selir! Hamba tidak berani melakukan itu!" serta-merta dayang berkepang dua duduk bersimpuh di hadapan
"Aku tidak berhianat, melainkan hanya melabuhkan cinta. Aku tidak tahu menahu dengan politik kotor pejabat istana yang menyulut peperangan. Sejak awal, aku tidak setuju dengan peperangan di perbatasan Crysozh. Meskipun aku hanya anak perempuan seorang jenderal, bukan berarti aku tidak memiliki pandangan politik." Roxelana berusaha menjawab hinaan Ega dengan tetap mengangkat dagu. "Percaya diri sekali! Padahal kamu hanya seorang selir yang bisa dicampakkan kapan saja! Dari pada membiarkan dirimu terkatung-katung karena menanti ajal pria yang tidak ingin mengangkat derajatmu menjadi seorang istri, lebih baik kamu~" belum selesai Ega berucap, tamparan keras menerjang pipi pria berambut cokelat. Menyentuh pipi yang terlihat sedikit merah, kilat mata Ega semakin bernafsu kepada Roxelana. Dengan sekejap pria yang dikenal sebagai orang paling bijaksana di Crysozh telah berubah menjadi anjing liar yang menyerang selir keponakannya sendiri. Roxelana menyerang selakangan ega dengan lutut, tap
Tiba-tiba saja perasaan tidak tenang menghinggapi hati ibu suri. Sudah beberapa hari putra tertuanya tidak sadarkan diri. Berinisiatif untuk menjenguk, Amaira berjalan menuju ruangan pribadi penguasa Crysozh. Akan tetapi, pemandangan aneh menyapa pengelihatan ibu suri. Sekumpulan pengawal menjaga ketat kamar raja. 'Apa yang sedang terjadi?' Melangkahkan kaki lebih cepat, Ibu Suri berusaha masuk ke dalam ruangan raja. Lebih aneh lagi, penjaga mencegah ibu pria nomor satu di Crysozh untuk masuk. "Ada apa ini?" tanya ibu suri dengan mata melotot. Sayangnya, tanya ibu suri tidak mendapatkan jawaban, melainkan para penjaga yang hanya saling memandang. "Apakah raja mati?" Langsung saja ibu suri mengajukan pertanyaan yang sangat menggangu pikirannya. Akan tetapi, lagi-lagi tidak ada jawaban. "Minggir!" teriak ibu suri hingga otot leher terlihat jelas. Dengan tekat kuat seorang ibu, wanita yang bergelar permaisuri di masa lalu menerobos blokade para penjaga. Lagipula, para penjaga itu
Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!
"Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat
Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.
Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ❤️❤️❤️
Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo
"Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b
Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan
"Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe
"Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan