Siapakah wanita itu?
Sepasang mata Efatta melebar. Seorang wanita berambut merah yang Efatta kenal tertidur di dalam kereta dengan sangat damai. "Alisya ...." ucap Efatta segera memeluk wanita yang tampak tidak sadarkan diri. Untuk sesaat pria bertopeng terdiam menikmati keindahan wajah yang lama dia rindukan. Jari Efatta mengelus bibir merah delima Alisya yang sedikit terbuka, seolah membiarkan gigi putih mengintip pria bertopeng. Serta-merta Efatta mendekatkan bibir pada ubun-ubun wanita dalam pelukan. Saat itu juga mantan kapten Skorpiozh tersadar, topeng besi pemberian Almeta menjadi penghalang untuk melepas rindu. 'Jangan sekarang!' sebuah bisikan dari kepala Efatta memperingatkan. Menyadari Alisya dalam kondisi bahaya, Efatta menggendong sang putri Crysozh keluar kereta. Salah satu dari dua kuda pengangkut kereta Efatta bebaskan. Pria bertopeng segera membawa wanita berambut merah meleset meninggalkan kereta dengan menunggang kuda. Saat dalam perjalanan, Efatta terus memikirkan berbagi kemungkin
"Pertanda baik?" sebelah alis Alisya terangkat karena penasaran. Sekian lama tidak bertemu, tentu saja ada banyak hal yang Efatta lalui tanpa sepengetahuan Alisya. "Kembali hidup bersamamu ..." biskim Efatta sembari mencondongkan tubuh ke arah Alisya. Penciuman Efatta menghirup rakus aroma khas milik Alisya dengan mata terpejam. Aroma yang membuat mantan kapten Skorpiozh merasa nyaman dan tidak ingin beranjak dari sang putri Crysozh. Mundur menghidari Efatta, Alisya hanya tersenyum kecut mendengar ucapan pria bertopeng. Lidah sang ratu terasa kelu untuk mengucapkan fakta sebenarnya. "Kenapa? Apa kamu tidak merindukanku?" tanya Efatta dengan kedua alis mengernyit di balik topeng. "Hubungan kita sudah berakhir, Kapten!" ucap Alisya seraya membuang muka. "Kenapa? Aku tidak mati dan tidak menceraikanmu!" tanya Efatta disambut gelengan pelan wanita berambut merah masih dengan membuang muka. Dua bulan lamanya Efatta hidup tanpa seks dan alkohol. Hati mantan kapten Skorpiozh begitu men
Terdengar bunyi dari dalam perut Alisya disertai rasa mual yang menjadi-jadi. Nafsu makan Alisya memang menghilang, tetapi janin dalam kandungannya tetap butuh asupan untuk tumbuh kembang selama masa kehamilan. Setelah menghapus sisa-sisa air mata, Alisya memperhatikan keadaan di sekitar gua. Sang ratu Kosmimazh tidak membawa peralatan apa pun untuk bertahan di hutan. Hanya ada seekor kuda yang Efatta tinggalkan. Bahkan kuda yang berpostur tinggi itu tidak memiliki pelana. Pasti Alisya akan kesusahan saat naik tanpa bantuan orang lain. "Sabar ya, Sayang! Ibu akan cari makanan di sekitar sini," ucap Alisya sembari mengelus perut yang masih rata. Alisya berjalan keluar gua, Rupanya matahari telah setinggi tombak di langit. Di luar gua Alisya mulai mencari buah-buahan yang bisa dimakan. Tidak banyak yang bisa Alisya temukan, kecuali buah berry. Langsung saja buah-buahan itu Alisya makan untuk mengganjal perut. Saat kehamilan pertama, rasa mual, mudah lelah, mudah lapar dan ngatuk sang
"Apa kamu telah menemukan penyihir itu di istana?" tanya Efatta tiba-tiba membuat Alisya sedikit melonjak. Kebekuan membuat kedua penunggang kuda terjebak suasana yang tidak nyaman. "Ya. Diduga kuat Selir Neelam berhubungan dengan penyihir. Wanita itu telah meracuni selir-selir ayahku hingga mereka menjadi sakit, gila, kemudian mati. Aku pun telah mengirimkan orang-orangku untuk menyelidiki kota asal Selir Neelam, dan hasilnya sangat mengejutkan. Ternyata kelompok penyihir itu merencanakan kudeta. Apa kamu tahu di mana kota itu?" tanya Alisya semabari tetap memandang ke depan. "Evidizh." Efatta menjawab tepat sasaran. "Bagaimana kamu bisa tahu?" refleks Alisya menoleh kebelakang, memandang jakun dan rahang Efatta yang mengintip di balik topeng. Kulit cokelat terang mantan kapten Skorpiozh tertimpa cahaya matahari, menambah kesan seksi dan maskulin. Jarak yang begitu dekat membuat jantung Alisya berdebar tidak karuan. Buru-buru membalikkan wajah, sang ratu Kosmimazh tidak ingin keik
"Arrgghhhh!" erang Efatta sekali lagi. Dua anak panah menancap di punggung Efatta sekaligus. Meski tidak dapat melihat secara langsung, Alisya masih bisa mendengar dua anak panah telah menancap di atas punggung Efatta. Tanpa sadar air mata Alisya tumpah, menyadari pria di belakangnya bersungguh-sungguh melindungi sang ratu Kosmimazh. "Efatta hentikan ... kumohon ..." isak Alisya. "Diam!" teriak Efatta marah. Mendapat bentakan dari Efatta, tangisan sang ratu menjadi samakin menjadi-jadi. Setelah melewati tebing pasir hati Alisya menjadi sedikit lega. Hujan anak panah sepertinya juga sudah reda. Akan tetapi, para penunggang hitam tidak akan tinggal diam secepat ini. Berhenti sejenak untuk mengobati Efatta sangat tidak mugkin. "Ha! Ha!" teriak Efatta membelah kesunyian hutan. Tidak lama kemudian, dugaan Alisya terbukti. Para penunggang kuda hitam segera datang menyusul. Dari belakang anak panah kembali meleset mengejear sasaran hidup bak memburu binatang liar. Saat melihat kilau c
Seorang pria berambut cokelat menggebrak meja. Prajurit yang baru saja membawakan berita hanya menunduk menyaksikan ekspresi tidak suka sang tuan. "Hanya menangkap seorang wanita! Kalian gagal melakukannya! Memalukan!" teriak pria di belakang meja kerja raja. "Ampun, Yang Mulia. Wanita itu dilindungi oleh sekumpulan pasukan elit~" Belum selesai prajurit menjelaskan, gebrakan meja kembali terdengar. Prajurit berbaju serba hitam di dalam ruangan raja mengunci mulut seketika. "Sekumpulan pasukan elit?" tawa sang raja pengganti meledak. "Kalian pikir, kalian ini siapa? Preman pasar? Kalian juga pasukan elit!" ucap pria berambut cokelat dengan nada tinggi. Sepasang alis paman Alisya menukik tajam. "Apa kalian mau menunjukkan kelemahan di dalam rumah sendiri?" kali ini Ega berucap dengan suara yang lebih rendah namun menekan, membuat bulu kuduk orang yang mendengar meremang. Siapa pun orangnya, pasti akan terkejut melihat kemarahan Ega, sang pengganti raja. Adik kandung mendiang raja N
"I~itu kayu ypnozh, Selir!" ucap dayang dengan bola mata bergerak ke kanan dan kiri. "Kayu ini tidak beraroma sama sekali. Lalu apa manfaatnya membakar kayu ini?" tanya Roxelana dengan memicingkan mata. "Hamba tidak tahu, Selir! Hamba hanya menjalankan perintah." "Siapa yang memberimu perintah?" "Raja ...." "Tidak masuk akal!" kata selir bermata velvet geram. "Jika kayu dupa ini tidak berfungsi sebagai pengharum ruangan, aku rasa fungsinya sebagai obat. Apakah Yang Mulia sakit selama ini?" wajah Roxelana mendekat ke arah dayang yang telah berkeringat dingin. "Yang Mulia baik-baik saja ... hanya saja sekarang sedang sakit ...." "Katamu kayu ini sudah sering raja bakar bersama olibanum! Padahal raja tidak sakit! Atau sebenarnya kayu dupa ini adalah racun yang menyerang secara perlahan?" Mata Roxelana mendelik seakan hampir keluar, sang selir berucap dengan nada tertekan. "Ampun, Selir! Hamba tidak berani melakukan itu!" serta-merta dayang berkepang dua duduk bersimpuh di hadapan
"Aku tidak berhianat, melainkan hanya melabuhkan cinta. Aku tidak tahu menahu dengan politik kotor pejabat istana yang menyulut peperangan. Sejak awal, aku tidak setuju dengan peperangan di perbatasan Crysozh. Meskipun aku hanya anak perempuan seorang jenderal, bukan berarti aku tidak memiliki pandangan politik." Roxelana berusaha menjawab hinaan Ega dengan tetap mengangkat dagu. "Percaya diri sekali! Padahal kamu hanya seorang selir yang bisa dicampakkan kapan saja! Dari pada membiarkan dirimu terkatung-katung karena menanti ajal pria yang tidak ingin mengangkat derajatmu menjadi seorang istri, lebih baik kamu~" belum selesai Ega berucap, tamparan keras menerjang pipi pria berambut cokelat. Menyentuh pipi yang terlihat sedikit merah, kilat mata Ega semakin bernafsu kepada Roxelana. Dengan sekejap pria yang dikenal sebagai orang paling bijaksana di Crysozh telah berubah menjadi anjing liar yang menyerang selir keponakannya sendiri. Roxelana menyerang selakangan ega dengan lutut, tap