“Kenapa kau mengatakan seperti itu, Mas? bukankah kita sudah dua tahun menjalani pernikahan ini? sudah saatnya kita berusaha memperbaiki hubungan kita,” ujar Amanda.Lalu, terdengar tawa terbahak dari mulut Fery.“Mimpimu terlalu tinggi, Amanda. Kau pikir aku akan bisa jatuh cinta pada wanita jelek sepertimu?” cibir Fery yang mampu meremas segumpal daging dalam dada Amanda. Napasnya terasa sesak dengan hinaan itu.“Apakah kamu benar-benar hanya memandang fisik seseorang?” tanya Amanda dengan tatapan sendu.“Tentu saja tidak. hanya saja, aku sangat jijik padamu. Kau … mengerikan,” ujar Fery lalu meninggalkan istrinya itu sendirian.Amanda mengembus napas berat dan mengembuskannya agar dadanya terasa sedikit lega.“Sabar, Manda. Jika kamu langsung menyerah, kamu tidak akan pernah bisa memenangkan hati suamimu,” gumamnya pelan, lalu kembali menyeret kopernya untuk disandarkan di pinggir. Dia lalu memindai sekeliling sambil berjalan-jalan.Rumah itu cukup besar dengan tiga kamar. Amanda p
Mata Amanda terbelalak demi mendengar perkataan suaminya. Berbeda dengan Yuni yang juga membelalakan matanya, tetapi dengan senyum yang mengembang sempurna. Dia tak menyangka jika Fery akan mengatakan hal itu. Yuni bahkan hanya mampu berhayal untuk jadi pacar dari dokter itu, tapi sekarang, hal yang jauh lebih bagus menghampirinya.Hati Yuni berbunga-bunga.“Ini sama sekali tidak lucu, Mas.” Amanda begitu geram. Tangannya mengepal menahan marah.“Aku tidak sedang melucu, Manda. Aku benar-benar akan melakukannya. Aku memberimu pilihan, untuk tetap inggl di sini dan berbagi suami. Atau … kau bisa pergi dan hidup tenang di sana. aku bahkan tidak akan peduli meskipun kamu akan melakukan hal yang sama di sana. Nikmatilah hidupmu. Carilah laki-laki yang bisa mencintaimu. Meskipun aku ragu akan ada laki-laki yang tertarik padamu.”Sakit. Perih. Sungguh itu yang kini dirasakan oleh Amanda sebagai seorang istri. meskipun dulu Fery pernah juga mengkhianatinya, tetapi lelaki itu tak menikahinya.
Fery menyungging senyum. Sebetulnya dia belum merasakan cinta pada Yuni. Hanya saja keadaan yang mendesak membuatnya melakukan hal itu. Lagipula, tak sulit baginya untuk memilih Yuni yang wajahnya jauh lebih cantik dari Amanda. Yuni juga terlihat jauh lebih menarik dalam berpakaian.“Kamu yakin mau nikah sama saya? Walaupun Cuma jadi istri kedua dan hanya menikah siri?” Fery kembali memastikan.“Yuni yakin sekali, Mas. Tapi … Yuni boleh minta satu hal lagi, nggak?” gadis cantik itu memasang wajah memelas.“Apa?” tanya Fery menaikan alisnya.“AKu mau kuliah. Nggak apa-apa, kan?” tanya Yuni.“Oh, tentu saja boleh. Malahan bagus. Aku setuju.” Fery mengacungkan jari kelingkingnyaa untuk ditautkan dengan kelingking Yuni.Berhadapan sedekat ini dengan gadis itu tampak semakin jelas jika Yuni memang sangat cantik. Bak buah mangga yang sedang ranum-ranumnya. Begitu segar dan manis. Fery yakin sekali jika Yuni bisa dengan mudah membuatnya jatuh cinta.“Tapi … aku ragu jika kakak iparmu akan me
“Elu gila, Fer! ELu, kan udah punya istri. Gimana bisa, malah mau nikahin Yuni?” Radit terperanjat kaget saat Fery datang untuk mengatakan niatnya meminang Yuni.“Gue udah pernah jelasin ini sama elu, kan, Dit, kalau gue nggak pernah cinta sama Amanda. Pernikahan kami ini hanya terpaksa karena menuruti kemauan orang tua. Gue sama sekali nggak bisa memaksakan hati gue agar bisa cinta sama dia.” Fery mengusap wajahnya dengan kasar.“Fer, denger! Elu tau, kan, kalau dulu pernikahan gue sama Yasmin juga atas dasar permintaan nyokap? Dan elu bisa lihat sendiri bagaimana pernikahan gue sekarang. Gue bahagia, Fer. Nyokap gue ternyata benar, Yasmin adalah wanita terbaik bagi gue. Dan gue harap, elu juga bisa sedikit demi sedikit nerima Amanda dan berdamai dengan keadaan. Bini elu itu orang yang baik.”“Elu bisa bilang begitu, Dit, karena bini elu cantik. Coba elu lihat si Amanda. Sama pembantu nyokap gue aja masih kalah jauh. Gimana gue bisa cinta sama dia.” Fery mendengkus kesal.“Elu terlal
“Ada apa ini?” Amanda kaget saat sedang memasak dan mendengar keributan dari luar. Dia gegas mematikan kompor dan menuju ke depan di mana ada beberapa mobil yang berhenti. Lalu, ada beberapa orang yang menurun-nurunkan barang-barang dari mobil pick up di halaman.Dia lalu menghampiri orang-orang itu.“Maaf, Mas, ada apa ini ya? Kok ramai sekali?” tanya Amanda menilik setiap barang-barang yang diturunkan.“Oh, ini, Mbak. Kami mau ngedekor buat acara besok,” jawab salah satu dari mereka. Amanda langsung mengerutkan keningnya tak mengerti.“Acara besok?”“Iya, kami hanya diperintahkan begitu. Katanya mau ada acara besok, jadi kami harus mendekor hari ini,” jawabnya lagi.Amanda ternganga sambil menerka-nerka apa yang akan terjadi. Dia lalu kembali ke dalam menuju kamar suaminya dan mengetuk.“Ada apa?” tanya Fery yang sudah siap. Dia terlihat begitu rapi dan wangi hingga Amada terpaku karena terpesona untuk sejenak.“Ngapain lihat-lihat?” tanya Fery dengan sinis.“Eh, maaf. Aku Cuma mau
Yasmin duduk berseberangan dengan Amanda. Kedua wanita itu tampak canggung pada satu sama lain.“Maaf, kalau kedatangan saya mengganggu Mbak,” ucap Yasmin memecah kesunyian di antara mereka.Amanda menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. “Jika Anda memiliki hati seorang wanita, sudah pasti mengerti dengan apa yang kurasakan,” ujar Amanda dengan suara yang berat.Yasmin mendongak dengan mata yang berkaca-kaca. “Aku minta maaf atas nama Yuni. Jika saja aku bisa mengubah rencana mereka, tentu akan kulakukan. Aku dan Mas Radit sudah berusaha menghentikan niat mereka, tetapi … sepertinya niat Dokter Fery untuk bisa menikahi Yuni sudah bulat. Kami pun tidak bisa berbuat apa-apa.” Suara Yasmin terdengar parau. Matanya sudah basah dan Amanda bisa melihat ketulusan itu.“Iya. Mas Fery memang pantas melakukan itu. Adik Mbak sangat cantik. Jauh berbanding terbalik jika dibandingkan dengan saya,” ujar Amanda dengan suara tercekat.Yasmin menggeleng pelan. “Mungkin Dokter Fery tidak bi
“Mas, sudah pulang? Maaf, tadi aku ke luar dulu,” ucap Amanda dengan wajah tersipu malu. Dia merasa kikuk karena ditatap dengan cara seperti itu oleh suaminya.Amanda yang masih merasa kikuk sontak mengangkat wajahnya saat mendengar tawa yang tertahan. Dia menatap sang suami dengan mata yang memicing heran. Merasa bingung, kenapa lelaki itu tertawa sambil menutupi mulutnya.“Ada apa, Mas?” tanya Amanda heran. Dan bukannya menjawab, Fery malah semakin terbahak.“Kamu …aah, tidak apa-apa,” katanya sambil menggeleng dan mengibaskan tangannya., tetapi masih dengan mimik muka yang menertawakan.“Kamu habis dari mana memangnya?” tanya Fery yang terlihat dengan mimik wajah mengejek.“Aku … habis perawatan dari salon,” jawabnya malu-malu. Lalu, Fery kembali terlihat menahan tawa.“Kamu pakai bedak setebal sepuluh senti pun nggak akan membuat wajahmu jadi lebih baik. Justru itu membuatmu semakin terlihat lebih buruk. Sini, lihatlah!” Fery mendekat lalu menarik tangan sang istri menuju cermin h
Yuni melangkah sambil menubruk bahu sang kakak yang masih terpaku tak percaya dengan ucapan adiknya. Yasmin melongo dengan mulut yang terbuka. rasanya sulit untuk percaya jika ada wanita setega itu meski baru ucapan. Terlebih wanita itu bergelar adik.Yasmin mengerjap karena keributan dari ruang keluarga. Narto dan Narsih sudah siap dengan pakaian terbaik mereka. Wajah-wajah itu terlihat begitu bahagia. Namun, berbeda dengan Bu Wati. Wanita tua itu tampak kurang bersemangat, meski dirinya sudah berdandan dengan sederhana.“Kamu belum bersiap, Yasmin? Sebentar lagi, kan, kita akan berangkat ke rumah calon suami Yuni. Itu mobilnya udah siap,” kata Narsih menatap kesal pada Yasmin yang masih memakai baju tidur. Para perias masih menunggu untuk mendandani anggota keluarga. Baru Narsih saja yang didandani dengan begitu bagus. Bajunya juga senada dengan sang suami, Narto.Bu Wati yang sedari tadi dipaksa untuk dirias, tetap tak mau. Dia lebih memilih berpenampilan sederhana saja. Wanita i