DINODAI SUAMI SENDIRI

DINODAI SUAMI SENDIRI

last updateLast Updated : 2022-09-19
By:  Oscar  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.6
22 ratings. 22 reviews
106Chapters
116.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Tyas, harus terjebak dalam sebuah pernikahan palsu demi untuk menutupi aibnya di masa lalu. Bagaimanakah pernikahan mereka selanjutnya? Apakah pernikahan itu akan bertahan lama? Yuk ikuti ceritanya!

View More

Latest chapter

Free Preview

Part1

"Ingat ya. Kamu itu aku bayar buat jadi suami bohongan. Jadi nggak usah nuntut ini itu. Aku nggak sudi tidur bareng sama kamu," ucapku tegas kepada laki-laki yang tadi pagi baru saja mengucapkan ijab kabul di hadapan Ayahku."Iya, Tyas. Aku mengerti," sahutnya dengan lembut."Kalau begitu, malam ini kamu tidur di sofa. Nanti kalau kita pindah ke rumah baru, baru tidur di kamar masing-masing.""Iya, iya. Aku ngerti. Aku juga tau diri untuk nggak macam-macam sama kamu.""Bagus lah. Awas ya, cari-cari kesempatan. Perjanjian kita batal, dan kamu harus balikin semua uang yang aku kasi. Kalau enggak, selamat tidur di penjara," ucapku sinis, lalu naik ke atas ranjang dan menutup tubuh dengan selimut.Terdengar dia menghela nafas kasar, lalu berjalan menjauh. Mungkin langsung ikut berbaring di sofa karena lelah.Kami baru saja selesai dari acara resepsi mewah yang diadakan oleh keluargaku di hotel mewah. Papi dan Mami begitu senang, karena akhirnya aku memutuskan untuk menikah.Ya, aku seoran

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
Sinta Sartika
keren dan bermanfaat sekali
2024-08-24 00:58:55
0
user avatar
yudhi yo yuddex
ceritanya lucu
2024-01-05 08:30:28
0
default avatar
Set Set
mantep, lanjutkan
2024-01-03 21:02:34
0
user avatar
Restu Saefullah
bagus ceritanya lucu jg
2024-01-03 17:23:30
0
user avatar
Deni Sasra Yuza
sangat menarik sekali
2024-01-03 07:44:48
0
user avatar
Ainun
bagus sekali
2024-01-02 18:45:37
0
default avatar
Nuki Suseno
bagus novelnya, semangt bekarya
2024-01-02 02:29:31
0
user avatar
Ratih Ratnah
bagus keren
2024-01-01 22:54:55
0
user avatar
Yanto Su
seru banget deh , bikin senyum sendiri
2024-01-01 10:35:57
0
user avatar
Kens Jutsu
bagus banget
2024-01-01 02:56:04
0
user avatar
Inal Valen tino
bagus ceritanya
2023-12-31 10:14:07
0
user avatar
Isabella
keren ceritamu thoer bahasanya lucu. Tias di tokoh yg sombong tapi lucu dan suaminya yg bucin tapi sayang dan romantis. pokoknya seruh deh ceritanya bawaanya senyum" sendiri aku bacanya. apalagi kata yg selalu di ucapkan tiad. woiya tiyas gituloh wkwkwkwk
2023-12-30 23:17:15
0
user avatar
Ronald Efendi Sitorus
bagus ceritanya bikin penasaran 🫣
2023-12-22 14:48:11
1
user avatar
Yoga Rezky
Joss ceritanya bikin ketagihan
2023-12-13 09:50:07
0
user avatar
Mpeb 46
suka jalan ceritanya.gak kaya kebanyakan novel.ingin berlanjut mpe ratusan bab gak kelar kelar. ini asli.kita baca menghibur di jalan santai.suka suka suka pokoknya.
2022-12-05 21:30:21
0
  • 1
  • 2
106 Chapters

Part1

"Ingat ya. Kamu itu aku bayar buat jadi suami bohongan. Jadi nggak usah nuntut ini itu. Aku nggak sudi tidur bareng sama kamu," ucapku tegas kepada laki-laki yang tadi pagi baru saja mengucapkan ijab kabul di hadapan Ayahku."Iya, Tyas. Aku mengerti," sahutnya dengan lembut."Kalau begitu, malam ini kamu tidur di sofa. Nanti kalau kita pindah ke rumah baru, baru tidur di kamar masing-masing.""Iya, iya. Aku ngerti. Aku juga tau diri untuk nggak macam-macam sama kamu.""Bagus lah. Awas ya, cari-cari kesempatan. Perjanjian kita batal, dan kamu harus balikin semua uang yang aku kasi. Kalau enggak, selamat tidur di penjara," ucapku sinis, lalu naik ke atas ranjang dan menutup tubuh dengan selimut.Terdengar dia menghela nafas kasar, lalu berjalan menjauh. Mungkin langsung ikut berbaring di sofa karena lelah.Kami baru saja selesai dari acara resepsi mewah yang diadakan oleh keluargaku di hotel mewah. Papi dan Mami begitu senang, karena akhirnya aku memutuskan untuk menikah.Ya, aku seoran
Read more

Part2

Pagi ini aku sengaja mandi dan membasahi seluruh rambutku. Agar semua keluarga tahu, bahwa aku dan Zein telah melewati malam pengantin. Tak lupa aku menyuruh laki-laki yang masih meringkuk di sofa itu melakukan hal yang sama.Masih menggunakan piyama sutra dan rambut yang sengaja tak kukeringkan, aku keluar dari kamar. Menuju ke ruang keluarga, sembari menunggu sarapan pagi selesai disiapkan."Pagi, semua!" sapaku penuh percaya diri. Sengaja ku kibas-kibaskan rambutku agar wangi shampo merebak dan tercium sampai ke rongga hidung keluargaku."Wah, ada pengantin baru, nih," sapa Nita, adik bungsuku."Iya, nih. Udah basah aja," imbuh Tiwi, adik keduaku."Ya, iya dong. Ngapain di tunda-tunda," sahutku dengan semangat. Untung Mami dan Papi belum muncul, hingga aku tak terlalu sungkan untuk mengumbar soal malam pertama palsu itu."Padahal banyak tamu yang datang dan dilayani saat pesta semalam. Eh, malah langsung ena-ena aja. Nggak ada capek nya ya, kak?" ledek Nita lagi. Tiwi ikut tertawa.
Read more

Part3

Aku bergegas membuka pintu kamar untuk menyusulnya. Namun aku terkejut, saat tau dia masih berdiri di depan pintu, menungguku. Dengan gaya elegan, aku mensejajarkan diri. Kemudian kembali bergelayut manja merangkul lengannya melewati keluargaku yang sedang berkumpul. "Dah, Papi. Dah, Mami. Dah semuanya..." Aku berpamitan sambil memutar-mutar telapak tangan ala miss universe kepada mereka. "Duh, mesranya.""Nempel terusss...""Enak punya suamikan, Mbak...""Makanya nikah jangan ditunda-tunda."Secara bergantian mereka menggodaku yang tengah bergandengan mesra dengan suamiku. Membuat pikiranku senang bagai di awang-awang. Hati-hati di jalan, kalian," pesan Mami setengah berteriak. "Iya, Mi!""Iya, Mi!" Aku dan Zein menjawab serempak. .Hari ini kami kembali melihat rumah yang akan kami tempati. Hadiah dari Papi, sebagai kado pernikahanku. Aku tak ingin berlama-lama di sana. Sangat lelah berpura-pura, demi meyakinkan mereka bahwa pernikahan kami benar-benar bahagia. Sudah sejak ti
Read more

Part4

"Umur segitu, mana bisa lagi dapat bujangan, Yas. Paling ada duda.""Iya, Yas. Nggak usah jual mahal lagi. Nggak papa jelek, yang penting ada yang ngawinin.""Stok perjaka usia di bawah tiga puluh udah abis kali, Yas."Dasar mereka itu. Teman-teman sosialitaku yang mulutnya ampun, kaya nasi goreng gila level sepuluh. Tapi lihatlah sekarang, aku punya suami tampan dan muda. Bertubuh bagus dan juga seksi. Tidak seperti suami mereka yang kini telah membuncit dan beruban. Menikah muda pun akhirnya tua juga, kan? Huh, sebel. Kupilih-pilih foto terbagus dari yang terbagus. Foto pernikahan mewah kami waktu itu. Zein tampak gagah dengan busana adat jawa dan blangkon yang dipakainya. Membuatnya terlihat seperti Raja-raja Jawa di film kolosal. Angling Dharma, kalau nggak salah. Tiiit...tiuutt... tring! Foto terkirim. Tak lupa caption alay kusematkan. "Kini, kamulah surgaku." Telalu alay malah. Aku tak perlu takut. Toh aku dan Zein tak berteman di sosial media. Aku bahkan tak tahu, dia memili
Read more

Part5

Kami berjalan kaki menuju kafe yang terletak di seberang kantor. Kafe langganan yang selalu menjadi tempat makan siangku dari dulu jika sedang malas bepergian. "Kamu nggak usah sok tebar-tebar pesona deh," celetukku. Masih membahas soal karyawanku tadi. "Enggak, kok. Kan kamu liat sendiri aku cuman ngasi tau apa yang dia nggak ngerti," jawabnya dengan lembut. "Halah, modus!" "Udah dong, ngambeknya," bujuknya, sambil menyeruput Americano dingin yang sudah tinggal setengah. Aku pun melakukan hal serupa dengan minumanku, sembari membuka kembali akun fesbuk di gawai mahalku. Mataku membelalak kaget, hampir copot saat melihat komentar demi komentar dari postingan yang kubuat kemarin. 'Wah... ngerih ya.''Gilak jugak kamu, Yas.''Asli gak tuh?''Nggak sia-sia ya, Yas punya banyak editor. Editannya ngeri. Bagus banget.''Jadi penasaran liat aslinya.''Jangan-jangan aslinya burik lagi.'Huft... Hatiku panas membaca satu persatu komentar mereka. Ini tidak bisa dibiarkan. Mereka harus lia
Read more

Part6

Begitu aku dan Zein menyepakati perjanjian, aku langsung mempersiapkan semuanya. Mulai dari cincin, mahar, bahkan segala keperluan Zein. Dia hanya tinggal duduk manis dan terima bersih. Bahkan hantaran dan seserahan yang dibawa oleh keluarganya, juga berasal dariku. Sungguh laki-laki yang beruntung secara kasat mata. Tapi kalau soal batin, jangan ditanya. Aku juga tidak mau tau. Termasuk baju-baju dan juga celana kerjanya. Semua bahan yang dia pakai terkesan murahan dan juga tak nyaman. Bahannya panas. Aku bahkan bisa merasakannya meski hanya melihatnya dari kejauhan. Tapi bukan berarti aku ingin membuatnya merasa nyaman. Ini hanya demi gengsiku yang harus selalu berjalan berdampingan dengannya. "Besok pulang kerja, kita belanja, ya. Masakan kamu enak. Nggak usah susah-susah nyari pembantu," ujarku lagi. "Syukurlah kalau kamu suka.""Belajar masak dimana?""Di rumah. Kan Ibuk sering sakit. Jadi sebelum pergi kerja, aku yang masakin.""Emang dulu kerja dimana?""Di bang.""Bang?"
Read more

Part7

Dengan tergesa, aku berjalan menghampiri mereka. Berdiri di sisi Zein, dan menepiskan tangan gadis yang sedang menyentuhnya. Dengan sigap aku langsung menggantikan posisi untuk merangkul lengannya. Dengan berwajah angkuh dan membusungkan dada, aku menantang dan menatap wajahnya. "Siapa kamu?" tanya gadis itu dengan wajah terkejut. "Kamu yang siapa? Berani megang-megang suami orang. Mau jadi pelakor, ya? Kepengen viral?" sindirku. "Eh, Buk. Ibuk yang jangan berani megang-megang cowok sembarangan. Ingat suami dan anak yang lagi nungguin di rumah."Ha? Ibuk? Aku menoleh ke belakang, ke kiri dan ke kanan. Siapa yang sedang dia panggil Ibuk? Aku? Apa aku terlihat terlalu tua di matanya? "Eh, cewek minus. Minus mata, minus akhlak. Siapa yang kamu panggil Ibuk, ha?""Siapa lagi? Emang di sini ada orang lain?""Eh, berani kamu, ya." Aku menggulung lengan bajuku untuk menyerangnya. Mungkin akan menjambaq bulu matanya, lalu menggelitiki perutnya dengan kuku panjangku. Namun dengan menghela
Read more

Part8

"Mantan. Kami udah putus tiga bulan yang lalu."Tiga bulan? Berarti statusnya sudah jomblo dong, saat kupinang kemarin. Berarti bukan salahku kalau mereka putus. Wah, aku merasa lega. Karena Zein tidak seburuk dan sebanksad yang aku pikir. "Kenapa diputusin?""Dia yang mutusin. Katanya mau dijodohin sama cowok yang lebih baik dari aku.""Emang kamu cowok nggak baik?""Kamu kan tau sendiri, Yas. Aku sama sekali nggak punya pekerjaan tetap. Mana ada keluarga yang mau menikahkan anak gadis mereka sama aku," ucapnya memelas. Ada rasa iba juga di hatiku mendengarnya. "Papi dan Mami mau, kok.""Makanya itu, aku sangat menghormati mereka. Papi dan Mami itu istimewa di mataku."Duh... so sweet. Pinter banget nih cowok ngeluluhin hati orang. Pantes aja Papi sama Mami sayang banget sama dia. Walau pun Zein tidak sekaya menantu-menatunya yang lain. "Trus, tadi kenapa dia mewek? Nggak jadi kawin?""Katanya sih begitu.""Trus, ngajak balikan gitu?" Jantungku panas sendiri. "Kayanya juga begitu
Read more

Part9

"Zein, ntar malem aku ada reunian. Kamu siap-siap, ya!" perintahku, saat kami sedang berada di ruanganku. "Aku diajak, nih?""Ya, ea lah...." Aku memutar bola mata. Secara, acara ini khusus aku adain buat mamerin kamu sama temen-temen resek ku itu."Kamu kan aku bayar biar bisa ngikutin kemanapun aku pergi," sewotku."Iya istriku, iya.""Jangan lupa, dandan yang rapi. Biar ganteng.""Emang selama ini aku kurang ganteng?"Aish... aku kembali memutar bola mata. Malas. "Tampil sempurna lah, Zein. Sem-pur-na!" "Iya, iya. Buat istriku, apa sih yang enggak," godanya dengan senyuman manis. Manis banget malah. "Lebay!" gerutuku. Dia lagi-lagi tersenyum. "Kamu sengaja manggil aku kesini, cuman buat ngomong itu aja?" tanyanya lagi. "Kenapa? Kamu nggak suka berduaan di dalam kantor sama aku? Takut yang lain pada cemburu gitu?" Aku pura-pura merajuk. Pura-pura, ya. Pura-pura. "Enggak lah, Yas. Jangankan dipanggil ke kantor. Kamu panggil ke kamar aja aku nggak bakalan nolak.""Mmmm... mauny
Read more

Part10

Malam pun tiba. Aku berdandan wah, untuk membuat terpukau teman-teman nggak ada akhlakku itu. Sebenarnya sih bukan untuk mereka. Teman-teman nakalku itu berhasil membuatku mati kutu dengan mengundang alumni yang lain. Yang pastinya melenceng dari acara awal. Bukan masalah biaya sih, secara aku kan kaya. Seberapa sih buat bayar acara begituan aja. Masalahnya banyak orang-orang yang seharusnya aku hindari, bakalan hadir dan menggangguku lagi. Aku bahkan sudah memperingatkan Zein tadi tentang perubahan acara ini. "Ingat ya, Zein. Nanti nggak usah nunjukin sikap berlebihan kalau kamu lagi cemburu. Secara, aku tuh dulu populer banget dan punya banyak penggemar. Jadi jangan salahin aku kalo fans-fans lama ku itu bakalan godain aku lagi. Aku juga nggak tertarik kok sama mereka.""Iya, Tyas. Aku ngerti.""Sebenarnya aku maklum sih kalo kamu cemburu atau sakit hati. Tapi kamu juga harus tau diri, kita itu cuman nikah bohongan. Jadi jangan dibawa pakek hati, ya. Gini-gini aku juga punya pera
Read more
DMCA.com Protection Status