Share

Nahas

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2024-09-26 11:16:03

"APA? Dinikahi Bang Fahad? Enggak! Gak bisa! Chiara ini calon istriku. Aku gak setuju Bang Fahad menggantikan posisiku hari ini!"

PLAKKK!

Satu tamparan keras mendarat mulus di pipi Rakana dari sang Papa. "Tutup mulutmu! Siapa yang minta pendapatmu? Belum puas mencoreng nama baik keluarga dengan kelakukan menjijikkanmu itu, hah? Lebih kamu diam! Karena tidak ada yang meminta pendapat kamu di sini!" teriak Om Hans di depan wajah putra bungsunya itu.

"Pokoknya aku tetap gak setuju! Chiara calon istriku, Bang Fahad tidak boleh menikahinya!"

"Diam kamu! Sudah benar seharusnya kamu memang diam! Kamu harusnya bertanggungjawab atas kehamilanku ini, Raka!" Faula bersuara dengan lantang.

Terdengar Rakana mendecih. "Dengar, Fau. Kamu jangan merusak hari bahagiaku dengan Chia. Aku tahu kamu memang terobsesi padaku selama ini. Kamu coba menikung Chia dari belakang untuk mendapatkanku. Tapi aku tidak mungkin sampai membuat kamu hamil! Bayi yang ada dalam perut kamu itu bukan anakku!" bantah Rakana.

Plak!

"Kurang ajar kamu Raka! Mulutmu bisa berkelit, tapi aku punya bukti kalau aku memang mengandung anakmu!" Faula berucap dengan menggebu setelah menampar Rakana. Dia mengambil ponselnya dan mengutak-atik gawai di tangannya itu.

"Lihat ini! Foto kita di kamar hotel. Berapa kali selama satu tahun belakang ini kamu mengajakku check in, hah? Berapa kali? Tidak terhitung!"

Faula memperlihatkan layar ponselnya pada semua orang yang sedang melingkari meja. Foto-foto dalam galeri ponselnya yang memuat kemesraan mereka di atas tempat tidur. Dan itu memang Faula bersama Raka.

"Kamu mau mengelak? Kamu mau mengatakan ini bukan kamu? Kamu ingin mengatakan kalau yang bersamaku dalam foto ini adalah setan? Begitu? Kamu lupa? Kamu yang selalu datang padaku. Bermanja dan meminta ini itu. Karena apa? Karena Chia tidak bisa memberikannya. Karena Chia terlalu kaku dan kuno selama kalian berpacaran. Karena kamu tidak bisa menyentuh Chia seliar kamu menyentuhku!" Faula berujar dengan berapi-api. Hingga dapat kudengar bisik-bisik cemoohan dari orang-orang yang sudah mengisi kursi tamu.

Satu kenyataan terungkap. Raka berselingkuh dan mengkhianatiku hanya karena aku tidak pernah mau disentuhnya?

Apa yang salah? Apa yang keliru jika aku tidak mau disentuh lebih dari sekedar berpegangan tangan dan mencium kening?

Raka pun bungkam.

"Batalkan pernikahanmu dengan Chia. Kamu harus menikahiku! Atau ...." Faula mengacungkan pisau dengan ujung mata berkilau.

"Aku akan mati di sini bersama bayiku. Dan akan aku hantui kalian semua sampai kalian juga mati!" ancamnya sambil mengarahkan mata pisau itu dan bergerak memutar. Tentu hal itu membuat kami semua mundur dan kaget.

"Cukup, Raka! Cukup! Berhenti mengelak dan segera bertanggungjawab atas perbuatan gilamu ini! Jangan membuat kami lebih malu!" teriak Tante Tari yang terlihat melemah. Tubuhnya lunglai dan berhasil didudukkan. Tante Tari pun mulai terisak.

"Hentikan keributan ini. Nikahkan dulu manusia tidak bermoral itu dengan perempuannya. Setelah itu, aku yang akan menikahi Chia!" Suara Bang Fahad terdengar tajam.

Nampak Om Hans bernegosiasi dengan Papa dan Mama. Sedangkan aku sendiri masih kesulitan mencerna apa yang sedang terjadi detik ini.

"Tidak ada pilihan lain, Chi. Raka harus bertanggungjawab pada Faula. Dan kamu, akan menikah dengan Fahad. Sekarang, biarkan penghulu menikahkan dulu Raka dan Faula. Baru setelah itu, Fahad yang akan mengucap ijab qobul. Kita duduk dulu, biarkan Om Hans menyelesaikan masalah yang ditimbulkan bungsunya yang brengsek itu." Papa berbicara dengan tegas. Kemudian menuntunku agar duduk lebih dulu di kursi yang berjarak satu meter dari meja ijab qobul.

Mama, Mbak Lin dan Papa mengelilingiku. Memberikanku kekuatan meski mereka pun sama terlukanya sepertiku. Seandainya hal ini terungkap sebelum hari ini, mungkin pesta ini tidak akan pernah berlangsung. Aku akan membatalkan hari ini sebelumnya. Tapi ... semua benar-benar mengejutkan.

Raka dan Faula mencurangiku. Dua orang yang begitu aku percayai, ternyata tidak lebih dari pengkhianat. Demi apapun, aku tidak pernah menyangka mereka bisa berlaku menjijikan seperti itu di belakangku.

Akh, atau ... aku yang terlalu polos selama ini? Aku yang terlalu naif sampai tidak sedikit pun mencurigai mereka?

Entahlah.

Yang jelas aku merasa begitu hancur hari ini. Pernikahan yang aku rancang, pernikahan yang aku impikan, justru kacau balau. Lelaki yang seharusnya menjadi pasanganku, lelaki yang selama tujuh tahun menjalin kasih denganku, justru harus menikah dan menjadi suami dari sahabatku sendiri.

Ah, tidak, tidak. Sudah tidak pantas aku menyebutnya sahabat.

Kepalaku begitu pening. Rasanya berat sekali. Pandangan juga tiba-tiba buram. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri. Sampai rasanya limbung dan aku tidak tahu apa lagi yang terjadi.

********

"Sudah sadar, Chi?" tanya Mba Lin yang tampak berjongkok di sebelahku.

Aku mengerjapkan mata berulang. Entah apa yang sudah aku alami, tapi saat ini aku mencoba untuk tersadar dan setelah aku sadari, aku berhasil mengingatnya.

Pernikahanku ....

Aku bangkit dan Mba Lin dengan sigap mendekapku, sehingga tangisku tumpah ruah sejadi-jadinya.

"Mba ... Rakana jahat, Mba. Aku gagal menikah, Mba. Aku malu ...." Aku terisak di pelukan kakak perempuanku satu-satunya.

Tangan lembut Mba Lin terasa mengusap punggung ini. Seolah memberi kekuatan dan menyalurkan energi ketegaran.

"Mba tahu ini pasti menyakitkan kamu, Chi. Tapi Papa dan Mama, Om Hans dan Tante Tari sudah sepakat untuk tetap melanjutkan acara ini. Sebentar lagi para tamu akan datang. Kolega dan kerabat jauh Papa Mama juga akan datang. Kamu akan tetap menikah, Chi," ujar Mba Lin membuatku refleks memundurkan badan. Melepaskan dekapan yang semula begitu erat.

"Menikah dengan siapa, Mba? Sudah jelas sekali Rakana itu selingkuh. Aku gak mungkin meneruskan pernikahan dengan dia," jawabku lemah.

"Memang bukan dengan Rakana, Chi. Tapi ... dengan Fahad!" tegas Mba Lin membuat kedua netraku membola sempurna.

*******************

"SAH!!!"

Aku hanya bisa memejamkan mata. Setelah hampir tiga puluh menit, akhirnya Rakana resmi menikahi Faula. Bahkan mahar yang sudah Rakana siapkan pun, menjadi maharnya menikah dengan Faula.

Ya Tuhan, dosa apa aku ini?

Aku tidak punya pilihan lain. Menikah dengan Rakana sudah tidak mungkin. Membatalkan pesta pun juga bukan jalan keluar.

Satu-satunya pilihan hanyalah menikah dengan Bang Fahad, lelaki yang seharusnya menjadi kakak iparku.

"Papa minta, kamu tidak perlu ada di aula. Pergi saja ke mana kamu mau. Biarkan pernikahan Fahad dan Chia berlangsung sekarang!" tegas Om Hans pada anak lelakinya itu.

"Tapi, Pah. Aku juga berhak ada di sini—"

"Jangan banyak bicara. Masih punya muka kamu ada di aula ini setelah kamu lemparkan kotoran pada kami? Urus saja perempuan yang sudah kamu tiduri itu." Terdengar Bang Fahad menghardik sang adik.

Terlihat Raka meremas rambutnya. Rahangnya pun mengeras lalu bergegas pergi menjauh dari meja ijab qobul. Disusul Faula yang membawa kotak mahar berisi satu set perhiasan emas 24 karat juga uang tunai yang mana nominalnya sama dengan hari pernikahan ini. Hingga meja tampak kosong dan tak berselang lama, tim WO mengisi kembali meja tersebut dengan benda yang entah apa.

Mama dan Mba Lin lantas menuntunku menuju meja akad. Aku didudukkan bersebalahan dengan Bang Fahad. Lelaki yang nyaris tidak aku kenali sekalipun ia adalah kakak kandung dari Rakana.

Sampai mataku tertuju pada kotak mika di hadapanku dan entah apa isinya,

Tanpa bertanya apa-apa lagi padaku, Papa langsung berjabatan tangan dengan lelaki di sebelahku ini. Diarahkan penghulu, Papa memulai proses ijab.

"Saya terima nikah dan kawinnya Chiara Nesyana binti Ruslan Munandar dengan mas kawin logam mulia seberat lima puluh gram tunai!"

Aku melongo mendengar mahar yang aku dapat. Cukup fantastis dan mahar itu diberikan tanpa perundingan denganku dulu. Masih dilanda rasa tidak percaya dan terkejut, terdengar doa yang mulai dibacakan. Sampai selesai dan aku diminta bersalaman dengan Bang Fahad.

Ijab qobul selesai, acara dilanjutkan pada sungkeman. Sesi yang harusnya penuh haru biru ini, sama sekali tidak kurasakan. Hatiku seperti kosong. Air mata seperti enggan untuk keluar. Tidak ada perasaan haru dan bersedih karena aku sudah menjadi istri orang.

Selanjutnya acara resepsi. Aku mengisi pelaminan bersama lelaki asing di sebelahku. Sementara Rakana, tidak kulihat batang hidungnya berkeliaran di aula ini.

Pesta ini benar-benar tetap berjalan. Tamu berdatangan silih berganti. Teman-teman kantor tempatku bekerja seakan syok karena mempelai pria di sampingku bukanlah Rakana.

Kolega Papa, kerabat jauh dari kedua orang tuaku pun turut hadir dan memberikan ucapan selamat. Pesta memang berjalan dengan semestinya. Tidak ada yang batal dari tiap rangkaian acaranya.

Gaun-gaun pengantin pilihanku bergantian dipasang di tubuh ini. Fotografer profesional berulangkali memotretku bersama sang pengantin pria.

Tapi nahas, hatiku tidak bahagia.

.

Related chapters

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Buktikan Malam Ini

    Aku termenung. Kepala menunduk menatap sandal selop bulu yang membungkus kaki. Duduk sendirian di ujung tempat tidur entah sudah berapa lama.Pesta selesai pukul lima sore tadi, lepas itu keluarga lantas berunding, dan keputusan finalnya ialah Bang Fahad memboyongku ke rumah miliknya satu jam kemudian. Papa dan Mama tentu tidak bisa menolak atau menghalangi, karena sekarang aku sudah menjadi istri orang. Kewajiban keduanya sudah selesai.Setibanya di rumah Bang Fahad, ia langsung menunjukkan kamar utama yang akan menjadi kamar kami katanya. Kamar utama ini didominasi warna putih dengan barang-barang berwarna hitam.Hingga perlahan kepalaku mendongak, kemudian menoleh ke belakang dan menatap jam weker di atas nakas yang sudah menunjuk di angka tujuh.Aku masih tidak tahu harus berbuat apa. Andai pernikahanku dan Rakana tidak batal, sudah tentu aku akan serumah dengannya. Melayaninya sebagai suami, seperti yang selalu aku bayangkan sebelum-sebelumnya.Apalagi di luar sedang diguyur huja

    Last Updated : 2024-09-26
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Body Shaming

    "Si—siapa takut?!"Dia jual, aku borong lah!Entah seperti apa nantinya, yang jelas aku bisa membuktikan dan mematahkan tuduhan liarnya itu terhadapku.Bang Fahad tersenyum asimetris seraya menatapku tajam. Perlahan wajahnya kian diturunkan, aku bahkan bisa merasakan hembusan napasnya di wajahku. Bang Fahad makin menunduk, aku mulai merasakan sentuhan pada daun telingaku. Pun terpaan napas hangat yang membuatku merasa geli.Sialan.Dia benar-benar ingin membuktikannya malam ini juga?Detik berikutnya kulit pipiku yang merasakan sentuhan. Ujung hidungnya seolah mengabsen tiap inchi pipiku ini. Astaga, kenapa rasanya merinding?Aku tidak bisa mencegahnya. Kedua tanganku ditahan. Hingga saat ini, kepala Bang Fahad semakin turun seperti menyusup di cerukan leherku.Lagi dan lagi, napasnya terasa hangat menyentuh kulitku. Dan itu, berhasil membuat bulu kudukku meremang.Sebenarnya aku tidak siap dan ... tidak rela andai mahkotaku harus diserahkan malam ini. Apalagi dilakukan dengan orang y

    Last Updated : 2024-09-26
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tak Berkutik

    "Raka! Apa-apaan kamu? Minggir atau aku akan teriak!" ancamku seketika.Rakana menatapku sayu. "Teriak yang kencang, Chi. Semua ruangan di rumah Abang ini kedap suara. Teriak sampai urat lehermu putus, gak akan ada yang denger," jelasnya dengan suara terdengar lemah."Mau apa kamu?!" Aku bertanya ketus. Tidak mempedulikan jika ancamanku gagal karena aku pun baru tahu kalau ruangan-ruangan di rumah ini kedap suara.Rakana merangsek maju. Refleks aku mundur sampai punggungku membentur dinginnya dinding kamar mandi. Jujur aku takut Rakana berbuat macam-macam terhadapku."Aku gak mau apa-apa, Chi," ucapnya bersama wajah memelas. "Aku cuma mau tanya, kenapa kamu mau saat Bang Fahad menggantikan aku menikahi kamu? Kenapa, Chi? Pesta hari ini adalah pesta untuk kita. Pesta yang kita berdua siapkan dan rancang bersama-sama. Kenapa kamu membiarkan justru Bang Fahad yang menjadi suami kamu?" cecarnya tanpa rasa berdosa.Mataku membola. Memandangnya diikuti gelengan kepala."Masih bisa kamu tany

    Last Updated : 2024-10-11
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bukan Barang

    "Aku diusir Papa, Chi. Makanya aku ke sini. Mobilku juga disita Papa karena itu memang masih miliknya. Aku hanya mendapat motor butut untuk bisa datang ke sini. Rumah impian kita, sudah Papamu over kredit pada orang lain. Uang muka yang sudah masuk, dibayarkan sepenuhnya, tapi semuanya diambil Papamu, Chi. Aku tidak kebagian sepeserpun. Padahal kamu ingat 'kan, DP rumah itu tujuh puluh lima persennya adalah uangku. Tapi aku hanya gigit jari. Aku kehilangan semuanya, termasuk kamu. Cintaku ...." Rakana berucap dengan lirih. Dagunya terasa bersarang di bahuku. Bohong jika aku merasa biasa saja. Bohong jika aku baik-baik saja. Rakana membuatku kesulitan menentukan sikap.Aku masih mematung. Aku pun baru tahu, kalau rumah di salah satu cluster itu sudah Papa urus. Enam bulan yang lalu, aku dan Rakana memang menandai satu rumah dengan uang muka sebagai tanda jadi. Rumah itu akan kami cicil setelah kami menikah dan langsung menempatinya. Namun rencana tinggalah rencana. Kenyataan tak seinda

    Last Updated : 2024-10-11
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Kita Bercerai Saja

    "Kenapa kamu diam? Tidak mau? Tidak berani 'kan membuktikannya? Kamu takut kalau apa yang saya katakan adalah kebenaran? Artinya, kamu memang sudah tidak pe ra wan!" tegasnya menekan kata yang terakhir karena aku tidak menjawab tantangannya. Jika semula aku marah dan kesal, kali ini aku bertekad akan melawan ucapannya yang hanya tuduhan. "Anda ingin dilayani malam ini?" tanyaku tak gentar seraya menatap sepasang matanya. Bang Fahad mengangguk. "Huum." "Di mana otak Anda? Setelah menghina-hina, merendahkan dan menyudutkan, sekarang Anda meminta untuk dilayani? Ck," aku mendecak. "Jangan harap!" Kurasakan kedua tangan Bang Fahad di sisi tubuhku itu berubah mengepal. Bodo amat kalau dia kesal dengan ucapanku barusan. "Sudah saya duga. Kamu memang sudah tidak perawan! Benar-benar merugikan. Pesta mewah, uang untuk mahar, dan terikat dalam pernikahan, tapi hanya dapat bekas orang. Benar-benar nasib buruk!" cibirnya dengan wajah meledek. Aku tersenyum miring. "Terserah! Terserah

    Last Updated : 2024-10-11
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Rasa Itu Masih Sama

    Jari telunjukku masih berada di dalam mulut Bang Fahad, sampai pelan-pelan dikeluarkan dan cairan merah yang mengucur memang telah berkurang.Bang Fahad berlalu dan aku lagi-lagi mengibaskan jariku yang terasa perih sekarang.Bruk!Tak lama Bang Fahad datang, menghempas kotak P3K di atas kitchen set dan kembali mengambil tanganku."Nasib ... nasib kawin sama bocah ingusan!" gerutu Bang Fahad sambil berlalu membawa kotak P3K usai mengobati jariku. Kini, telunjuk tangan kiriku sudah dibalut kassa tipis.Entah obat apa saja yang tadi Bang Fahad gunakan, tapi memang mampu meredakan rasa perih yang biasanya terasa karena luka sayatan."Buruan dibikin sarapannya! Kalau cuma bengong, bisa pingsan saya!" Bang Fahad bicara sambil menyusulku di ruang dapur ini.Aku hanya mengangguk. Melanjutkan apa yang harus kukerjakan sesuai instruksi. Sampai wajan penggorengan sudah diisi nasi putih dan telur orak-arik. Bang Fahad menambahkan bumbu yang dia mau.Setelah selesai, aku coba mengaduknya. Tapi se

    Last Updated : 2024-10-11
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Berpindah Tanggungjawab

    Sepersekian detik aku membeku. Memandangi sepasang manik hitam pekat milik Bang Fahad. Sampai akhirnya aku sadar lalu cepat-cepat menarik diri."Ngapain sih, Bang? Modus banget pake nyenggol kakiku!" sungutku kesal.Bang Fahad yang juga sudah menyusul bangkit dan berdiri di hadapanku hanya tersenyum miring sambil merapikan dasinya. "Lemah! Sekarang kamu siap-siap. Ikut saya meeting!" tegasnya yang terdengar di luar nalarku."Hah? Ikut meeting? Enggak ah. Ngapain? Aku di sini aja!" tolakku mentah-mentah."Di sini masih ada Rakana dan istrinya yang menumpang. Kamu mau jadi satpam buat mereka?" sindirnya yang sudah selesai merapikan dasi.Aku bergeming. Benar juga katanya, Rakana dan Faula masih berada di rumah ini. Kalau Rakana tahu Bang Fahad pergi dan aku sendirian, bukan tidak mungkin dia akan menggangguku seperti saat dia membawaku ke kamar mandi."Cepat. Saya gak suka orang lelet!" tukas Bang Fahad seraya berjalan keluar dari kamar dengan menjinjing sepatunya. Pintu tertutup dan ak

    Last Updated : 2024-10-11
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Rasa Sakit yang Nyata

    (10) Rasa Sakit yang Nyata Aku tidur lebih awal. Sepulang meeting siang tadi, Bang Fahad benar-benar memberiku tugas untuk berbelanja. Dia memintaku memenuhi catatan yang sudah dibuatnya. Hingga badanku rasanya pegal karena harus berkeliling swalayan besar. Karena itu menjadi hal pertama bagiku, tentu saja aku lambat melakukannya. Sehingga berbelanja baru selesai saat sore tadi. Gilanya lagi, Bang Fahad juga memintaku membereskan barang belanja yang begitu banyak itu setelah tiba di rumah. Yang benar saja? Aku rasa memang sudah tidak waras laki-laki tua itu. Aku tidak menggubrisnya. Aku memilih bersantai dengan menikmati sore hari tadi di pinggir kolam renang. Entah bagaimana nasib belanjaan itu sekarang. Di tengah-tengah lelapnya tidur, tenggorokan terasa seret. Aku harus minum hingga tidurku pun terbangun. Aku masih lupa menyediakan gelas minum, karena itu semuanya biasanya disiapkan pembantu saat masih tinggal di rumah Mama dan Papa. Meski malas, aku tetap bangun. Mataku rasa

    Last Updated : 2024-10-15

Latest chapter

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Izinkan Menebus Semuanya

    "Om Ruslan ...?" ucapku berbisik setelah tahu siapa yang memukul wajahku. Punggung tangan bergerak mengusap sudut bibir bawah yang berdarah. Pukulan tadi memang sangat keras, karena itulah sudut bibirku sampai berdarah."Mau apa kamu ke mari? Mau apa lagi?!" Om Ruslan menghardik. Dia berdiri menjulang di depanku. Wajah dengan rahang mengeras itu menunjukkan bahwa ia tengah diliputi kemarahan. "Setelah tiga tahun berlalu, untuk apalagi kamu menampakkan diri pada Chiara, hah? Belum cukup kamu menyakiti dia sebelumnya? Sekarang Chiara sudah bahagia dan melupakan masa lalu yang buruk bersama kamu. Mau apalagi kamu mengganggu putri saya?!"Aku lantas berusaha bangkit, hingga akhirnya mampu berdiri sekaligus berhadapan dengannya. "Om, saya tidak bermaksud mengganggu Chia. Saya ... ke mari karena memang ingin berbicara pada kalian——""Halah! Sudahlah Fahad, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Sejak tiga tahun yang lalu, kami sudah memutuskan untuk tidak saling mengenal dengan kamu dan kel

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bisa Kembali Bertemu

    Minuman pesananku baru saja datang, padahal aku berniat untuk berniat. Terpaksa aku menyeruputnya meski sedikit. Karena sudah dibayar, aku pun segera bangkit. Meninggalkan meja dan buru-buru keluar dari resto itu. Masuk ke dalam mobilku lalu duduk di balik setir kemudi. Melepas masker penutup wajah serta topi.Kepala refleks bersandar pada kursi. Obrolan sepasang suami istri tadi terbayang lagi. Aku tidak sanggup lama-lama berada di sana dan terus menguping semuanya. Makin lama hatiku makin nyeri mendengarnya. Bagaimana mereka tampaknya begitu saling menyayangi dan melindungi satu sama lain."Chiara sudah bahagia. Apa aku pulang saja tanpa pernah menemuinya? Karena untuk apalagi aku bertemu? Chiara sudah memiliki kehidupan lain," gumamku dengan tangan mencengkram setir kemudi.Aku sendiri gamang, entah harus bagaimana. Pesan terakhir Mama adalah memintaku untuk meminta maaf pada Chiara dan keluarganya. Tapi aku tidak yakin, Chiara mau bertemu denganku, apalagi keluarganya. Aku sadar k

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Apa Masih Pantas?

    Aku terduduk lesu dengan kedua kaki menekuk, wajahku tenggelam di antara lengan yang bertumpu. Tak kuasa aku menahan tangis, hingga tergugu sendirian di samping pusara anakku sendiri.Apa yang sudah terjadi tiga tahun ke belakang? Apa yang sudah Chiara dan kandungannya lalui? Bagaimana bisa aku mengabaikan mereka hingga kenyataan saat ini benar-benar menamparku.Darah dagingku sudah tiada tanpa aku ketahui. Apa dia sakit? Atau kecelakaan? Atau hal apa yang sudah membuatnya kembali begitu cepat kepada Sang Pencipta?Aku mengangkat wajah yang basah dan mengusapnya meski belum puas menangis. Tanganku kembali terulur pada nisan dari marmer hitam itu dan mengusapnya."Assalamualaikum, Nak ...," ucapku lirih. Aku bahkan baru sadar, kalau aku belum mengucapkan salam sejak mendatangi makam ini."Ini ... papa kamu, Nak. Maaf, papa bahkan baru bisa datang sekarang. Papa pikir kamu sudah tumbuh menggemaskan, tapi ternyata ...." Bibirku rasanya kelu untuk melanjutkan.Aku berusaha untuk meredam t

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bagaimana Mungkin?

    Aku sudah kembali terbaring di atas ranjang rawat. Menatap langit-langit ruang rawat bercat putih terang. Satu kenyataan sudah kudapat, bahwa Chiara sudah menikah lagi. Dia sudah benar-benar melupakanku, bahkan mungkin sudah tidak mengharapkanku di hidupnya lagi. Aku pun sadar, aku sudah sangat melukainya. Kuhembus napas berat. Mencoba untuk beristirahat agar tidak terlalu mengingat Chiara lagi, terutama wajah teduhnya yang begitu manis dengan kerudungnya tadi. Membuatku gelisah dan tidak tahu malu berharap bisa melihatnya lagi. Satu jam aku sendirian di ruang rawat, berbeda dengan pasien-pasien di balik tirai sebelah yang ditembak sanak keluarganya. Hingga dokter bersama perawat datang dan mengecek kondisiku. Dokter yang berbeda, mulai memeriksa luka di bahu dan pelipisku. Hingga memberi instruksi pada perawat yang sama dengan sebelumnya untuk mengganti perban di kepalaku. "Bapak tidak mengabari saudar

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bagaimana Ini?

    Malam telah larut saat aku tiba di Malang. Kota ini begitu sunyi, hanya ada cahaya lampu jalan yang temaram menemani perjalananku menuju sebuah penginapan kecil di pinggiran kota. Udara dingin menyeruak masuk dari sela-sela jendela mobil, membuatku kian merasa sendirian di tengah malam yang gelap. Bahkan rinai hujan seolah menyambut kedatanganku.Aku memilih menginap di sebuah losmen sederhana. Tidak ada yang mewah, hanya tempat untukku merebahkan tubuh setelah perjalanan panjang dari kota. Setelah check-in, aku langsung menuju kamar dan menghempaskan tubuh di atas kasur yang terasa keras. Meski lelah, mataku tak juga terpejam. Bayangan Mama, wajah Chia, dan segala kenangan pahit terus menghantui pikiranku.Kuhembus napas kasar. Hati ini rasanya makin kacau, entah ke mana aku harus memulai pencarian nantinya. Bahkan aku tidak memiliki informasi lebih detail tentang keluarga Chiara di daerah ini.Dalam keadaan terlentang, aku meraih ponsel di meja nakas. Memandang layarnya dengan peras

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Menjadi Penawar

    Setibanya di rumah sakit, hari sudah malam. Aku langsung menuju ruang ICU di mana Mama mendapatkan perawatan intensif. Ruangan yang seharusnya steril itu, justru tampak ramai karena ada Papa, dokter dan suster di dalamnya. Aku pun masuk dan mendekat ke samping ranjang.Mama terlihat sudah membuka matanya, tapi napasnya justru tersengal dan tertahan-tahan. Aku meraih tangan Mama yang terasa begitu dingin. Aku menciumnya hingga tanpa terasa air mata menetes begitu saja, melihat keadaan Mama apalagi wajahnya yang sangat pucat."Ma ... mama harus kuat. Mama pasti sembuh dan sehat lagi," bisikku tepat di telinganya. Sementara Papa dengan matanya yang basah, terus mengusap kepala Mama."Had ... kamu harus cari keluarga Om Ruslan. Minta maaf pada mereka. Sampaikan juga permintaan maaf mama karena anak-anak mama sudah menyakiti mereka terutama Chia. Mama ... titip Rakana. Jangan biarkan dia makin tersesat. Didik dia ... agar menjadi lebih baik, Had." Suara Mama parau dan terbata-bata.Aku men

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bodoh!

    "Hari itu, aku yang menyuntikkan obat tidur saat Chia gak sadarkan diri di dalam mobilku. Aku ... memang menidurinya saat dia dalam kondisi tidak sadarkan diri. Aku terobsesi sama Chia karena aku gak rela dia mencintai Abang. Aku gak rela Chia menjadi milik Abang dan gak ada yang boleh memiliki Chia kalau aku gak bisa memilikinya. Aku yang dengan sadar merekam perbuatanku pada Chia saat dia tertidur agar Abang marah dan menceraikannya. Setelah kalian berpisah, aku bisa memilikinya kembali.""Tapi aku salah, bagaimanapun aku memohon dan mengemis, dia tetap tidak mau menerimaku lagi. Dia gak mau memberiku kesempatan. Dia dan keluarganya pergi tapi aku gagal mengikuti mereka hari itu. Aku cari-cari info tapi gak ada jejak yang bisa aku temukan. Aku kehilangan Chia, benar-benar kehilangan dia. Sampai aku mencoba mulai menerima kehadiran Faula yang sudah melahirkan. Aku mencoba berdamai dengan hubunganku bersama Faula. Hidup sebagai mana harusnya dengan Faula karena Chia gak bisa lagi aku

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bagai Tersambar Petir

    "Mama kenapa, Pa? Mama sakit apa?" Aku langsung memburu Papa begitu tiba di rumah sakit. Menyusul duduk di kursi tunggu sebrang ruangan ICU.Papa tampak mengusap wajahnya frustasi. Kemudian menengadahkan kepala menempel pada dinding di belakangnya. "Mama sehat-sehat aja sebenarnya, Had. Tapi ....""Tapi apa? Pa, jangan buat aku makin khawatir," pintaku cemas.Papa meraup wajah dengan kedua telapak tangannya, lalu menatapku dengan netra berembun. "Had ... apa kamu tahu Rakana di mana selama ini?"Keningku sontak mengernyit karena selama tiga tahun lamanya, baru kali ini Papa menanyakan Rakana kembali. Aku pun menggeleng. "Aku gak tahu, Pa. Aku juga gak peduli lagi dia di mana. Mungkin, dia sudah menikah dan hidup bersama Chia setelah membohongiku tiga tahun yang lalu," jawabku kemudian.Papa menoleh dan menatapku dengan tatapan tak biasa. "Bagaimana bisa kamu menduga kalau mereka menikah?"Aku mengangkat bahu malas. "Mereka masih saling saling mencintai, Pa. Sangat mungkin kalau mereka

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Pov FAHAD

    **************TIGA TAHUN KEMUDIAN ....Drrrt Drrrt Drrrt.Aku membuka mata saat ponsel bergetar, menyala karena alarm yang disetel sebelumnya. Setelah bangun, aku segera mematikannya. Waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Cepat aku membuka resleting dari tenda yang menjadi tempatku tidur.Lapangan luas membentang. Bau tanah kering menyeruak. Beberapa tenda lain terpasang dengan jarak cukup jauh dari tempatku, menjadi pemandangan pagi ini.Satu tahun ke belakang, aku senang mendaki gunung. Apalagi saat berhasil summit di puncaknya. Rasanya hanya ada aku dan alam, menyatu dan menenangkan.Aku enggan beranjak dari dalam tenda. Aku duduk dengan kedua kaki menekuk sambil memeluk lutut. Memandangi hamparan tanah yang begitu luas di alun-alun Suryakencana saat ini.Saat sendiri seperti sekarang, aku selalu diingatkan akan sosok Chiara. Perempuan manis yang berhasil membuatku jatuh cinta begitu dalam, tapi juga mampu menjatuhkanku tanpa ampun bersama luka yang tak berperi.Dia berselingkuh d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status