Home / Rumah Tangga / DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU / Mempertahankan Pernikahan

Share

Mempertahankan Pernikahan

Author: Sity Mariah
last update Huling Na-update: 2024-11-04 17:05:38
"Chi, sebenarnya saya ke Jogja bukan hanya untuk mengurus pekerjaan."

Deg!

Bang Fahad tiba-tiba berucap kembali tanpa aku bertanya. Aku menggerakkan kepala hingga menoleh dan menatapnya yang sedang fokus menyetir.

"Di sana, saya menemui mantan istri saya," ucapnya kembali.

Aku terdiam dengan bibir terkatup rapat. Jadi benar, Bang Fahad ke sana memnag bertemu mantan istrinya. Ada yang aneh dalam diriku saat mendengar kabar ini. Kenapa aku merasa biasa saja? Bang Fahad suamiku, dan dia pergi menemui mantan istrinya. Seharusnya aku cemburu dan marah bukan? Tapi ... aku tidak merasakannya sedikit pun.

"Lima tahun yang lalu, mantan istri saya sudah menikah lagi. Dia punya anak dengan suaminya yang baru. Tapi kemarin itu saya dapat kabar kalau anaknya sakit dan meninggal dunia. Makanya saya ke sana, untuk takziah saat kebetulan saya ada pekerjaan di sana," jelas Bang Fahad lagi tanpa aku minta.

Aku mengangguk. Mencerna penjelasannya

"Kamu ... enggak marah 'kan, Chi?" tanya Bang Fahad
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Where is Your Brain?

    Usai melalui perjalanan di pagi hari yang masih sejuk, akhirnya aku bersama Bang Fahad tiba di kantornya. Menaiki lift hingga akhirnya sampai di lantai paling atas lalu masuk ke ruangan khusus miliknya sebagai CEO perusahaan. "Abang mau ke mana?" tanyaku saat masuk ke dalam ruangan lalu menuju meja, Bang Fahad justru mengekor di belakangku. "Anter kamu ke meja ini," jawabnya dengan seulas senyum tipis. Mataku membulat. Sementara Bang Fahad masih memasang senyum yang aneh menurutku. Tangannya terulur menyentuh sisi kepala lalu membelai rambutku. "Selamat bekerja, mmwahh!" Aku makin melongo, manakala Bang Fahad mengucapkan selamat bekerja dan meninggalkan kecupan singkatnya di kening sebelum berjalan menuju meja kebesarannya. Astaga. Kesambet apa lagi dia? Aku yang masih dilanda kebingungan akan sikapnya segera menaruh tas kerja di atas meja kemudian duduk dan menyiapkan laptop. Saat mengeluarkan barang-barang ku dari dalam tas, ternyata aku malah lupa mengisi tumbler minumku. Mau

    Huling Na-update : 2024-11-04
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Menggugat Cerai

    Jari telunjuk Bang Fahad menunjuk-nunjuk di depan wajahku. Seumur-umur, aku belum pernah mendapatkan perlakuan seperti ini. Aku juga tidak mengerti kenapa laki-laki tua ini sampai membentak-bentak dan menyudutkanku. "Maksud abang apa, sih? Bisa 'kan bicara baik-baik. Gak perlu bentak-bentak!" Aku balik membentak. "Gak bisa. Saya gak bisa bicara baik-baik kalau sudah menyangkut pekerjaan. Kamu lihat berkas itu. Di situ kamu sudah menginput harga yang akhirnya diterima klien. Tapi harga yang kamu berikan salah dan selisihnya besar sehingga perusahaan menerima pembayaran yang tidak sesuai bahkan rugi!" "Saya percayakan pekerjaan itu pada kamu karena sebelumnya saya sudah memberikan file berisi apa saja yang harus kamu kerjakan. Tapi ternyata, kamu tidak mempelajari itu. Kamu malah sibuk dengan drama-drama yang kamu tonton. Pantas saja kamu menjadi perempuan bodoh yang bisa dengan mudah ditipu Rakana, kamu kebanyakan nonton drama unfaedah. Drama melow yang membuat hati gampang baper tap

    Huling Na-update : 2024-11-05
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tanpa Rasa Berdosa

    "Papa gak setuju!""Mama juga!"Aku terperangah mendengar kekompakan Mama dan Papa yang menolak keinginanku untuk menggugat cerai Bang Fahad, padahal sebelumnya sudah aku jelaskan kejadian di kantor tadi dan aku sakit hati karenanya."Pernikahan kamu baru satu bulan dan kamu mau menggugat cerai? Kamu mau menjadi janda di usia 23 tahun? Setelah Fahad menjadi pengganti Rakana demi pesta bisa tetap berjalan, kamu malah ingin mengakhirinya? Yang benar saja, Chi? Setelah kami hampir malu karena pernikahan kamu akan batal. Sekarang, kamu ingin apalagi? Menyudahi pernikahan yang baru seumur jagung bahkan baru saja menetas di mana pesta yang kami laksanakan begitu mewah dan besar-besaran? Chi ... apa yang kamu pikirkan?" Mama berucap panjang lebar.Aku mendesah pelan. "Tapi, Ma ... Bang Fahad itu jahat. Dia udah bentak-bentak aku. Mama dan Papa saja gak pernah 'kan bentak-bentak dan marah-marah sama aku?""Chi, itu karena kamu salah. Pe

    Huling Na-update : 2024-11-05
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Dinner Romantis

    Mobil melaju sampai akhirnya berhenti di parkiran sebuah resto bintang lima. Bang Fahad sudah turun lebih dulu tapi aku tetap duduk di jok mobil. Aku merasa enggan untuk ke luar. Aku masih kesal pada laki-laki itu. Bertindak sesukanya dan lebih aneh bisa begitu mudahnya merebut hati Mama Papa."Chi, ayo!" Bang Fahad membukakan pintu di mana aku duduk. Namun aku menggeleng."Aku gak mau makan. Abang aja sendiri!" jawabku ketus dengan kedua tangan menyilang di depan tubuh."Kamu tuh memang sukanya dipaksa kali, ya. Sukanya digendong terus sama saya," ucapnya membuatku memutar bola mata jengah. "Ke luar, Chi. Apa mau saya gendong lagi kayak tadi di rumah Mama Papamu?""Aku gak mau ke luar. Aku gak mau makan. Abang aja sana sendiri!" sungutku tegas."Saya hitung sampai tiga. Kalau gak mau turun juga, saya gendong kamu, ya! Satu ...."Aku mengembus napas kasar. Nasib apa punya suami tukang maksa begini. S

    Huling Na-update : 2024-11-06
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Morning Kiss

    "Aku mau tidur di kamar tamu lagi. Aku gak mau satu kamar sama Abang," jawabku akhirnya. Bang Fahad menatapku intens dengan sorot tajamnya. Seolah tidak yakin terhadap apa yang kukatakan. Aku pun mengangguk cepat sebagai bentuk jawaban atas tatapannya itu. "Saya 'kan sudah meminta kamu untuk mulai menjalani peran kita sebagai suami istri. Kenapa kamu malah ingin tidur terpisah lagi?" Satu alis Bang Fahad terangkat. "Ya gak papa. Aku gak mau aja satu kamar. Kalau Abang masih kunci kamar itu, aku gak mau maafin Abang. Aku juga gak mau pulang!" tegasku kemudian. "Aku mending pergi ke rumah kakakku." Terdengar Bang Fahad menghembus napasnya dan dari lirikan mataku, terlihat ia juga mengusap kasar wajahnya. "Ya sudah, kamu bisa tidur lagi di kamar tamu. Tapi ... kebiasaan yang sudah berjalan jangan diubah, ya?" Kali ini keningku yang mengernyit. "Kebiasaan yang mana?" tanyaku. "Kebiasaan kamu yang mulai melakukan peran sebagai istri. Setiap pagi, menyiapkan pakaian dan sarapan untuk s

    Huling Na-update : 2024-11-06
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Balikan

    "Maaf, Bang. Mungkin aku mengganggu, tapi aku memang mau lewat aja," jawab Rakana yang berdiri mungkin hanya setengah meter dari kami. Aku tak mau menatapnya. Membuatku memalingkan wajah yang menunduk sambil mengigit bibir. Bang Fahad memang tidak tahu tepat. Pagi-pagi begini dia sudah mencuri kembali ciuman dariku. Arghhh, sialan. "Lho, kamu baru berangkat? Jam berapa ini? Bisa telat nanti." "Iya, Bang. Tadi aku bangun terlambat. Semalaman Faula gak bisa tidur karena demam, jadi aku temenin dia dulu. Jam lima pagi dia baru bisa tidur, akhirnya aku telat bangun. Maaf kalau nanti aku telat di kantor ya, Bang?" Aku menghela napas pelan. Mendengar Raka menceritakan keadaan Faula, satu sudut hatiku merasa tercubit. Namun aku mencoba untuk biasa saja. Tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Terdengar Bang Fahad menyentak napas kasar. "Ya sudah, kamu ikut mobil Abang. Kita pergi barengan." "Huum. Makasih, Bang. Aku tunggu di luar kalau gitu. Mari ...." Rakana melangkah pergi menuju paga

    Huling Na-update : 2024-11-07
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Pantang Memungut Sampah

    "Jangan gila kamu, Raka. Mana mungkin kita balikan?!" Aku melotot seraya menarik tanganku sampai terlepas dari genggaman Rakana. "Kenapa gak mungkin? Kamu sudah mencintai Bang Fahad? Iya?!" Aku menggeleng tegas. "Enggak. Aku gak mencintainya sama sekali. Aku bahkan masih belajar untuk menerima pernikahan ini." "Terus, kenapa kita gak bisa balikan?" "Ya kamu pikir aja sendiri, apa pantas pengkhianat seperti kamu aku beri kesempatan dengan balikan, hah? Enak aja. Kamu yang sudah menghancurkan hubungan kita. Kamu yang sudah berselingkuh dan mempermalukan keluargaku di acara pesta pernikahan yang jauh-jauh aku rancang. Kamu udah gak punya otak, Raka?!" Aku benar-benar muak dibuatnya. Rakana menggelengkan kepalanya seraya menatapku dalam-dalam. "Tapi aku gak mencintai Faula, Chi. Aku gak mencintai dia. Aku hanya mencintai kamu dan cuma kamu yang masih bertahta di hati ini. Aku gak rela kamu jadi milik Bang Fahad. Tolong mengerti itu." Aku menarik napas panjang sepenuh dada dan mengemb

    Huling Na-update : 2024-11-07
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Asupan Lain

    *************"Kenapa kamu? Keliatannya semringah banget?"Bang Fahad baru saja pulang. Aku menyambutnya seperti biasa dan saat ini tengah melepaskan sepasang sepatu dari kakinya, tapi ia melontarkan pertanyaan barusan."Biasa aja, kok," jawabku dan bergegas menaruh sepasang sepatunya. Kemudian langsung ke dapur dan menyiapkan segelas air putih yang kubawa pada Bang Fahad."Saya mau mandi dulu, habis itu baru makan malam," ucapnya yang lantas meneguk segelas air putihnya hingga tandas.Aku mengangguk paham. Setelah ia selesai minum, aku berdiri di belakangnya. Memijat pundak dan lehernya seperti biasa.Hingga berselang beberapa menit, Bang Fahad meminta disiapkan air hangat untuknya mandi. Tanpa banyak protes, aku bergegas segera ke kamar utama. Menyiapkan air hangat memenuhi bath tub karena ia meminta untuk berendam.“Air hangat sudah siap, Bang. Aku ke dapur dulu,” ucapku memberitahu setelah kembali

    Huling Na-update : 2024-11-08

Pinakabagong kabanata

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Mereka Itu ....

    Seharian kami menghabiskan waktu di luar vila. Hingga tiba malam hari dan rupanya aku sempat tertidur. Aku terbangun karena suara gaduh dari dapur.Begitu keluar dari kamar, aku menemukan Bang Fahad berdiri dengan celemek bunga-bunga dan di tangannya ada mixer yang sedang menyala.“Abang ngapain?” tanyaku sambil menahan tawa.Dia menoleh dengan ekspresi penuh percaya diri, walau sedikit tepung menempel di pipinya. “Saya lagi bikin kue buat istri tercinta.”Mataku menyipit. “Bikin kue? Emang bisa?”“Bisa dong. Bisa gagal juga sih, tapi ... niatnya aja udah manis kan?”Aku tertawa sambil berjalan mendekat. “Tepungnya aja nempel di hidung. Udah kayak badut ulang tahun.”Dia nyengir, lalu tiba-tiba mencolekkan sedikit adonan dalam wadah ke ujung hidungku. “Nah, sekarang kita kembar.”“Bang! Ini lengket tau!” Aku coba membersihkannya, tapi dia malah kabur ke ruang tengah setelah menyemburkan lagi tepung ke arahku, membuatku harus mengejarnya sambil tertawa-tawa.“Kalau kamu bisa nangkep sa

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Apapun Terasa Indah

    Usai sarapan dan sedikit bersantai di teras vila, Bang Fahad menggandeng tanganku menuju dermaga kecil di belakang vila. Terdapat sebuah perahu kayu mungil sudah terikat di sana, mengapung tenang di atas danau yang berkilau di bawah sinar matahari siang.“Mau keliling danau pakai perahunya?” tanyanya sambil menatapku penuh semangat.Aku menatapnya ragu. "Abang yakin bisa mendayung? Jangan-jangan baru mulai udah nyangkut di tengah.”Dia tertawa renyah, lalu meraih pelampung untukku. “Kalau bersama kamu, saya mendadak seperti petugas damkar, apapun pasti bisa saya lakukan."Kami lantas naik ke perahu pelan-pelan. Perahu mulai bergerak perlahan, menyisakan riak kecil yang tenang di permukaan air.Aku duduk di ujung yang berhadapan langsung dengan Bang Fahad, sementara dia mulai mengayuh dengan tenang dan teratur.Angin menerpa wajah kami, lembut dan menenangkan. Pemandangan sekeliling terasa seperti lukisan hidup, pepohonan rindang, suara burung dari kejauhan, dan sinar matahari yang men

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Siap Mencintai

    Satu bulan usai malam paling romantis itu, kami akhirnya berangkat. Keadaanku tiap harinya kian membaik. Aku sudah mampu berjalan dengan normal lagi, meski sesekali masih ada sakit yang terasa.Hari ini kamu pergi. Bukan ke luar negeri, bukan pula ke kota besar yang ramai dan gemerlap. Hanya ke sebuah vila tersembunyi di daerah perbukitan, tempat di mana suara alam jauh lebih lantang daripada deru kendaraan. Tempat yang dipilih Bang Fahad sendiri, tempat yang katanya sudah lama ingin ia kunjungi bersamaku.Perjalanan kami ditemani udara sejuk dan senyum yang tak pernah lepas dari wajah kami. Aku duduk di kursi penumpang sambil sesekali meliriknya, dan setiap kali itu terjadi, Bang Fahad selalu sempat menangkap pandanganku.“Kamu ngelihatin saya terus, kenapa?” tanyanya sambil nyengir, matanya masih fokus ke jalan.Aku mengangkat bahu dengan wajah sok polos. “Salah, ya? Ngelihatin suami sendiri?”Dia tertawa kecil. “Enggak. Cuma takut kamu gak kuat nahan rasa cinta aja, nanti meledak d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Menulis Cerita Baru

    Waktu terasa lambat saat aku harus hidup bergantung di kursi roda. Tidak ada hari yang terlewat tanpa obat dan terapi. Tidak ada waktu yang berlalu tanpa bantuan dari Bang Fahad padaku. Hingga detik ini, terhitung sudah lima bulan aku menjalani semuanya. Dukungan dan kesetiaan Bang Fahad tidak perlu diragukan. Dia ada di setiap saat aku membutuhkannya.Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Pelan tapi pasti, aku sudah mulai bisa berjalan meski hanya baru di dalam rumah. Keadaanku berangsur membaik dan semua ini tidak lepas dari dukungan penuh Bang Fahad selama aku menjalani terapi."Saya senang, akhirnya kamu bisa jalan lagi, meski masih pelan-pelan," ucap Bang Fahad saat kami duduk bersama di sofa ruang televisi pagi hari setelah selesai sarapan."Semua karena bantuan Abang juga. Kalau tanpa Abang, aku gak yakin bisa membaik seperti ini," jawabku apa adanya.Bang Fahad tampak menggeleng. "Enggak, Chi. Semua karena usaha dan kegigihan kamu juga.

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Harus Sempurna

    Hari demi hari berlalu.Aku belum juga mampu berjalan. Hidupku masih terus bergantung pada kursi roda, tetapi gips yang semula membungkus kakiku sudah dilepaskan. Pergelangan kakiku tidak sempurna bentuknya. Aku masih harus menjalani terapi dan Bang Fahad merawatku dengan sangat telaten selama ini.Seperti pagi ini, dia sudah membawa semangkuk bubur hangat ke kamar dan bersiap menyuapiku. Namun, aku menundanya."Kamu belum laper?" tanya Bang Fahad yang duduk di sisi tempat tidur.Aku menggeleng pelan. "Belum. Tapi ... aku ngerasa gerah banget. Boleh gak minta tolong?"Dia menatapku penuh perhatian. "Boleh, dong. Kamu mau apa?""Aku pengen mandi dulu, mau keramas."Dia mengangguk mantap. "Oke. Ayo, saya bantu."Bang Fahad bergerak cepat menggulung lengan kausnya, mengambil baskom dari lemari kecil, handuk bersih, dan sampo favoritku yang disimpan di rak pojok."Emm, saya gendong aja ya?" tanyanya setelah

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Senja yang Indah

    Pelukan itu masih bertahan.Lama.Seakan tidak ada kata yang lebih tepat selain diam yang saling menyampaikan isi hati. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang tenang, ritmenya menyatu dengan napasku yang perlahan mulai normal kembali. Tak ada luka yang benar-benar hilang, tapi pagi ini aku merasa luka itu mulai sembuh lewat cara yang tak pernah kusangka.Setelah beberapa menit, Bang Fahad melepaskan pelukan. Ia menatapku, dan masih dengan sorot rasa bersalah. "Chi?"Aku mengangkat dagu, menatapnya balik.“Boleh saya mulai dari awal?” tanyanya. “Tidak harus langsung. Tidak perlu buru-buru. Tapi ... boleh saya temani kamu dari awal lagi? Belajar ulang tentang kamu, tentang kita?”Jantungku berdetak lebih cepat. Bukan karena gugup, tapi karena pertanyaan itu seperti angin sejuk yang datang setelah badai panjang di musim penghujan.Aku tersenyum kecil. “Mulai dari awal sekali?”D

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lari ke Pelukanmu

    Malam ini seakan menjadi saksi bisu dari dua hati yang pernah patah dan kini saling menopang. Tidak sempurna, tidak juga langsung sembuh. Tapi setidaknya, kami sepakat untuk saling menggenggam.Bang Fahad mengantarku kembali ke kamar. Sesampainya di ranjang, dia membantu dengan lembut saat aku berpindah dari kursi roda. Tak banyak kata, hanya gerakan-gerakan penuh kehati-hatian yang membuat dadaku hangat.Saat aku sudah rebah dan selimut menutupi tubuh, Bang Fahad duduk di sisi ranjang, tak langsung pergi. Tangannya masih menggenggam jemariku erat, seolah enggan melepas."Kalau kamu butuh apa-apa, panggil saya ya," ucapnya pelan.Aku hanya mengangguk. Suaraku seolah tertinggal di ruang doa tadi. Dia kemudian berdiri, tapi sebelum melangkah ke luar, aku menahannya dengan satu kalimat sederhana."Bang ... boleh duduk di sini sebentar lagi?"Dia menoleh. Wajahnya menegang sesaat, sebelum melunak dan kembali duduk di kursi samping tempat tidurku."Sebentar aja, ya?" Aku menatapnya ragu.B

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Sembuh Bersama

    Aku merasa ada yang runtuh dari dalam diriku. Tembok tinggi yang aku bangun perlahan mulai retak-retak oleh ucapannya yang penuh harap dan doa yang lirih.Air mataku jatuh begitu saja tanpa bisa dicegah. Mungkin ini bukan karena kasihan. Tapi lebih pada ... aku tak pernah menyangka ada seseorang yang begitu bersungguh-sungguh meminta kesempatan kedua, bahkan ketika dia tahu tak ada jaminan untuk diterima.Tanganku gemetar saat menyentuh pegangan kursi roda. Ingin rasanya aku putar balik, kembali ke kamar dan pura-pura tak pernah mendengar apa pun tadi. Tapi langkahnya yang kini berdiri, menoleh, dan langsung terpaku melihatku di sana membuat semuanya terlambat."Chi?" ucapnya sambil buru-buru mengusap wajah, seolah tak ingin aku melihat bekas air matanya. Dia melipat sajadah dengan cepat, lalu menyalakan lampu ruangan hingga terang benderang. Dia berlari, sampai berjongkok di depan kursi rodaku."Ada apa? Kenapa kamu ke luar kamar? Kamu perlu apa? Air minum kamu habis?" Dia mencecar d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku Kalah

    "Selamat datang di rumah."Bang Fahad berucap dengan begitu lembut ketika baru saja sampai di ruang tamu. Setelah satu Minggu dirawat di rumah sakit, pagi ini aku sudah kembali ke rumah."Kamu mau langsung istirahat dulu di kamar atau makan dulu?" tawar Bang Fahad lagi. Namun, aku belum bereaksi. Aku yang duduk di kursi roda, hanya menatap lurus ke depan. Jujur saja aku merasa kesal karena harus bergantung padanya. "Gak usah sok baik, Bang!" ucapku akhirnya dengan pandangan masih lurus ke arah depan. Kejadian perampokan malam itu, masih sering berkelebat dalam pikiranku. Karena kejadian itu, aku kehilangan mobil, ponsel dan dompet dalam tas. Papa yang sudah mencoba mengusutnya di pihak berwajib, tapi belum menemukan titik terang.Bang Fahad tiba-tiba berjongkok di depan kursi rodaku. Sempat pandangan mata kami bertemu, sebelum kemudian aku memalingkan wajah. Namun saat itu pula, aku malah teringat bagaimana dia menjagaku selam

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status